Dimensi Sains adalah lembaga swasta yang menyediakan berbagai fasilitas guna membantu generasi
emas Indonesia untuk belajar khususnya di bidang Olimpiade Fisika. Kami menggunakan media
website, sosial media (instagram, facebook, dan whatsapp), dan youtube untuk membagikan konten
kami secara gratis. Selain itu kami juga mengadakan Olimpiade Fisika yang kami namakan DisPhO
atau Dimensi Sains Physics Olympiad serta TO guna mempersiapkan para siswa yang akan
menghadapi Olimpiade Sains Nasional atau OSN Fisika. Dimensi Sains didirikan oleh Ahmad Basyir
Najwan sejak tahun 2019. Beliau adalah alumnus peraih medali emas OSN Fisika SMA tahun 2018 di
Padang Sumatera Barat.
Ingin tau lebih lanjut tentang kami, cek media sosial berikut!
CONTENTS
Kinematika Gerak Translasi dan Rotasi ..................................................................................................... 4
A. Vektor......................................................................................................................................................... 4
B. Posisi dan Perpindahan Linear ............................................................................................................... 7
C. Kecepatan Linear/Translasi .................................................................................................................... 8
D. Percepatan Linear/Translasi ................................................................................................................... 9
E. Kecepatan dan Percepatan Relatif ..................................................................................................... 9
F. Gerak dengan Percepatan Konstan .................................................................................................. 10
G. Gerak Parabola ...................................................................................................................................... 13
H. Posisi dan Perpindahan Sudut .............................................................................................................. 16
I. Gerak dengan Percepatan Sudut Tetap ........................................................................................... 17
J. Hubungan Besaran Kinematika Gerak Translasi dan Rotasi. ........................................................... 19
K. Hukum Kekekalan Panjang Tali ............................................................................................................ 24
L. Menentukan Hubungan Antar Kecepatan dan Percepatan Menggunakan Diferensial .......... 25
Contoh Soal dan Solusi ............................................................................................................................. 27
Latihan Soal ................................................................................................................................................ 50
Solusi Latihan Soal ...................................................................................................................................... 57
A. VEKTOR
Vektor adalah suatu besaran yang memiliki besar dan arah, berbeda dengan besaran skalar yang
hanya memiliki besar. Contoh besaran vektor kecepatan, percepatan, momentum, impuls, gaya,
medan gravitasi, medan magnet, medan listrik, dan sebagainya. Contoh besaran skalar adalah
tekanan, kelembapan udara, energi, entropi, kelajuan, jarak, dan sebagainya. Vektor biasa
digambarkan sebagai anak panah.
Dalam penggunaannya, misalkan vektor kecepatan, sering dituliskan dengan huruf kapital 𝒗 atau
dengan memberikan panah kecil diatasnya 𝑣⃗.
Penjumlahan dan Pengurangan Vektor
Misalkan terdapat dua buah vektor yaitu 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗
dengan 𝐶⃗ dan 𝐷
⃗⃗ adalah vektor yang memenuhi gambar berikut
Besar Vektor
Besar atau nilai dari suatu vektor bisa disimbolkan dengan mutlak dari vektornya
besar vektor 𝐴⃗ = |𝐴⃗|
⃗⃗ = |𝐵
besar vektor 𝐵 ⃗⃗|
Resultan Vektor
2 2
|𝐶⃗ | = √|𝐴⃗| + |𝐵
⃗⃗| + 2|𝐴⃗||𝐵
⃗⃗ | cos 𝜃
2 2
⃗⃗ | = √|𝐴⃗| + |𝐵
|𝐷 ⃗⃗| − 2|𝐴⃗||𝐵
⃗⃗| cos 𝜃
Proyeksi Vektor
Misalkan suatu vektor 𝐴⃗ membentuk sudut 𝜙 terhadap sumbu 𝑥 positif (sistem koordinat kartesius
dua dimensi), maka besar proyeksi vektor 𝐴⃗ pada sumbu 𝑥 dan 𝑦 adalah
𝐴𝑥 = |𝐴⃗| cos 𝜙
𝐴𝑦 = |𝐴⃗| sin 𝜙
Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang besar atau nilainya satu satuan dan biasanya disimbolkan dengan
simbol 𝑒̂ (dibaca 𝑒 topi) atau memberikan topi di atas vektor yang bersangkutan misal vektor
satuan untuk vektor 𝐴⃗ adalah 𝐴̂ (dibaca 𝐴 topi). Vektor satuan satuan dapat dicari dengan membagi
vektor yang diinginkan dengan besarnya
𝐴⃗
𝐴̂ =
|𝐴⃗|
Vektor Satuan pada Sistem Koordinat Kartesius
Pada sistem koordinat kartesius akan kita kenal tiga vektor satuan yaitu 𝑖̂, 𝑗̂, dan 𝑘̂ yang masing-
masing menyatakan vektor satuan pada sumbu 𝑥, 𝑦, dan 𝑧. Pada sistem koordinat kartesius dua
dimensi kita hanya menggunakan vektor satuan 𝑖̂ dan 𝑗̂.
Perkalian Vektor
1. Perkalian Titik Dua Vektor (Dot Product)
Perkalian titik dua vektor menghasilkan suatu skalar. Misalkan vektor 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ satu sama lain
membentuk sudut 𝜃, perkalian titik keduanya adalah
𝐴⃗ ∙ 𝐵
⃗⃗ = |𝐴⃗||𝐵
⃗⃗| cos 𝜃
Pada perkalian titik, vektor yang saling tegak lurus, hasil perkalian titiknya adalah nol dan untuk
vektor yang segaris hasil perkalian titik vektor satuannya adalah satu. Misalkan vektor 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗
masing-masing mempunyai komponen pada sumbu 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 dengan
𝐴⃗ = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂
⃗⃗ = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂
𝐵
Maka perkalian titik keduanya adalah
⃗⃗ = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ ) ∙ (𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ )
𝐴⃗ ∙ 𝐵
⃗⃗ = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 (𝑖̂ ∙ 𝑖̂) + 𝐴𝑥 𝐵𝑦 (𝑖̂ ∙ 𝑗̂) + 𝐴𝑥 𝐵𝑧 (𝑖̂ ∙ 𝑘̂ ) + 𝐴𝑦 𝐵𝑥 (𝑗 ∙ 𝑖̂) + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 (𝑗̂ ∙ 𝑗̂) + 𝐴𝑦 𝐵𝑧 (𝑗̂ ∙ 𝑘̂ )
𝐴⃗ ∙ 𝐵
+ 𝐴𝑧 𝐵𝑥 (𝑘̂ ∙ 𝑖̂) + 𝐴𝑧 𝐵𝑦 (𝑘̂ ∙ 𝑗̂) + 𝐴𝑧 𝐵𝑧 (𝑘̂ ∙ 𝑘̂ )
Karena perkalian titik antara vektor yang tegak lurus adalah nol maka (ingat bahwa sumbu 𝑥, 𝑦,
dan 𝑧 saling tegak lurus sehingga vektor 𝑖̂, 𝑗̂, dan 𝑘̂ juga saling tegak lurus)
𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = 1
𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = 𝑗 ∙ 𝑖̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = 𝑘̂ ∙ 𝑖̂ = 𝑘̂ ∙ 𝑗̂ = 0
sehingga
𝐴⃗ ∙ 𝐵
⃗⃗ = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 + 𝐴𝑧 𝐵𝑧
Pada perkalian silang, vektor yang saling tegak lurus, akan memiliki nilai sin 𝜃 = 0 dan untuk
vektor yang segaris nilai sin 𝜃 = 0 . Misalkan vektor 𝐴⃗ dan 𝐵
⃗⃗ masing-masing mempunyai
komponen pada sumbu 𝑥, 𝑦, dan 𝑧 dengan
𝐴⃗ = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂
⃗⃗ = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂
𝐵
Maka perkalian silang keduanya adalah
⃗⃗ = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ ) × (𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ )
𝐴⃗ × 𝐵
Untuk menentukan arah vektor satuan satuan dari hasil perkalian masing-masing vektor satuan
di atas terhadap yang lainnya kita gunakan aturan tangan kanan.
Untuk perkalian 𝑖̂ dan 𝑗̂ putar keempat jarimu dari sumbu 𝑥 ke sumbu 𝑦, arah jari jempolmu
adalah vektor satuan hasil perkalian kedua vektor ini yaitu 𝑘̂ . Dengan cara yang sama untuk yang
lainnya akan kita peroleh
𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = 𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = 0
𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = 𝑘̂
𝑗 ∙ 𝑖̂ = −𝑘̂
𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = 𝑖̂
𝑘̂ ∙ 𝑗̂ = −𝑖̂
𝑘̂ ∙ 𝑖̂ = 𝑗̂
𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = −𝑗̂
sehingga
⃗⃗ = (𝐴𝑦 𝐵𝑧 − 𝐴𝑧 𝐵𝑦 )𝑖̂ + (𝐴𝑧 𝐵𝑥 − 𝐴𝑥 𝐵𝑧 )𝑗̂ + (𝐴𝑥 𝐵𝑦 − 𝐴𝑦 𝐵𝑥 )𝑘̂
𝐴⃗ × 𝐵
atau dalam bentuk determinan matriks dapat dinyatakan sebagai
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂
𝐴⃗ × 𝐵
⃗⃗ = |𝐴𝑥 𝐴𝑦 𝐴𝑧 |
𝐵𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧
C. KECEPATAN LINEAR/TRANSLASI
Kecepatan Rata-rata
Kecepatan rata-rata adalah perbandingan perpindahan total dari partikel atau Δ𝑟⃗ dengan selang
waktu saat dia berpindah atau Δ𝑡. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai
Δ𝑟⃗
𝑣⃗av =
Δ𝑡
Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat adalah perbandingan perpindahan dari partikel atau Δ𝑟⃗ dengan selang waktu saat
dia berpindah atau Δ𝑡 dimana Δ𝑡 sangat kecil atau kecepatan sesaat juga dapat dinyatakan sebagai
turunan pertama perpindahan terhadap waktu atau secara matematis dapat dinyatakan sebagai
Δ𝑟⃗ 𝑑𝑟⃗
𝑣⃗ = lim =
Δ→0 Δ𝑡 𝑑𝑡
Dengan menggunakan kecepatan sesaat, kecepatan rata-rata partikel juga dapat dinyatakan sebagai
1 𝑡2 𝑡2
𝑣⃗av = ∫ 𝑣⃗ 𝑑𝑡 dengan ∫ 𝑣⃗ 𝑑𝑡 = Δ𝑟⃗
Δ𝑡 𝑡1 𝑡1
Untuk gerak satu dimensi kita peroleh juga (misal untuk sumbu 𝑥)
Δ𝑥 𝑑𝑥
𝑣𝑥 = lim =
Δ→0 Δ𝑡 𝑑𝑡
Δ𝑥 1 𝑡2
𝑣av,x = = ∫ 𝑣 𝑑𝑡
Δ𝑡 Δ𝑡 𝑡1 𝑥
Dalam grafik percepatan pada sumbu 𝑥 (𝑎𝑥 ) terhadap waktu (𝑡), kecepatan pada sumbu 𝑥 adalah
luas area di bawah kurva 𝑎𝑥 .
Kelajuan Rata-rata
Kelajuan Rata-rata adalah jarak total yang ditempuh partikel dibagi dengan waktu tempuh totalnya
Kelajuan Sesaat
Kelajuan sesaat adalah besar dari kecepatan sesaat
D. PERCEPATAN LINEAR/TRANSLASI
Percepatan Rata-rata
Percepatan rata-rata adalah perbandingan perubahan kecepatan dari partikel atau Δ𝑣⃗ dengan
selang waktu saat dia bergerak atau Δ𝑡. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai
Δ𝑣⃗
𝑎⃗av =
Δ𝑡
Percepatan Sesaat
Percepatan sesaat adalah perbandingan perubahan kecepatan dari partikel atau Δ𝑣⃗ dengan selang
waktu saat dia berpindah atau Δ𝑡 dimana Δ𝑡 sangat kecil atau kecepatan sesaat juga dapat
dinyatakan sebagai turunan pertama perpindahan terhadap waktu atau secara matematis dapat
dinyatakan sebagai
Δ𝑣⃗ 𝑑𝑣⃗
𝑎⃗ = lim =
Δ→0 Δ𝑡 𝑑𝑡
Untuk gerak satu dimensi kita peroleh juga (misal untuk sumbu 𝑥)
Δ𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑥
𝑎𝑥 = lim =
Δ→0 Δ𝑡 𝑑𝑡
Dalam grafik kecepatan pada sumbu 𝑥 (𝑣𝑥 ) terhadap waktu (𝑡), percepatan adalah kemiringan garis
singgung pada saat 𝑡 yang bersangkutan.
Percepatan Gravitasi
Sebuah objek atau benda yang berada dekat dengan permukaan bumi akan dipercepat ke bawah
menuju pusat bumi dengan percepatan sebesar 𝑔 = 9,81 m/s 2 atau sering dibulatkan menjadi 𝑔 =
10 m/s 2 untuk memudahkan perhitungan.
Untuk gerak relatif atau gerakan yang diamati oleh pengamat yang berbeda akan berlaku
𝑑𝑟⃗ 𝑑𝑣⃗
karena 𝑣⃗ = dan 𝑎⃗ = , maka akan kita dapatkan pula hubungan
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑟⃗CA 𝑑
kecepatan relatif ⟹ = (𝑟⃗CB + 𝑟⃗BA ) ⟹ 𝑣⃗CA = 𝑣⃗CB + 𝑣⃗BA
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑣⃗CA 𝑑
percepatan relatif ⟹ = (𝑣⃗CB + 𝑣⃗BA ) ⟹ 𝑎⃗CA = 𝑎⃗CB + 𝑎⃗BA
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Pada gerak relatif juga berlaku posisi benda C menurut pengamat B sama dengan negatif dari
posisi pengamat C menurut benda C atau
𝑟⃗CB = −𝑟⃗BC sehingga berlaku pula 𝑣⃗CB = −𝑣⃗BC dan 𝑎⃗CB = −𝑎⃗BC
Gerak lurus berubah beraturan adalah gerak dimana percepatannya tidak sama dengan nol dan
konstan. Gerak ini dibagi menjadi yaitu GLBB dipercepat yang nilai percepatannya positif
(𝑎 > 0) dan GLBB diperlambat dimana percepatannya negatif ( 𝑎 < 0 , sering disebut sebagai
perlambatan). Misalkan partikel kita bergerak pada satu dimensi yaitu sumbu 𝑥 dengan percepatan
konstan 𝑎𝑥 maka akan kita peroleh
𝑑𝑣𝑥
= 𝑎𝑥 ⟹ 𝑑𝑣𝑥 = 𝑎𝑥 𝑑𝑡
𝑑𝑡
Misalkan kecepatan awal partikel atau kecepatannya saat 𝑡 = 0 adalah 𝑣0𝑥 , dengan
mengintegralkan kedua ruas persamaan di atas akan kita peroleh kecepatan partikel sebagai fungsi
waktu
𝑣𝑥 𝑡
∫ 𝑑𝑣𝑥 = 𝑎𝑥 ∫ 𝑑𝑡
𝑣0𝑥 0
𝑣𝑥 − 𝑣0𝑥 = 𝑎𝑥 (𝑡 − 0)
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 + 𝑎𝑥 𝑡
Selanjut karena 𝑣𝑥 = 𝑑𝑥/𝑑𝑡 akan kita peroleh
𝑑𝑥
= 𝑣0𝑥 + 𝑎𝑥 𝑡 ⟹ 𝑑𝑥 = 𝑣0𝑥 𝑑𝑡 + 𝑎𝑥 𝑡𝑑𝑡
𝑑𝑡
Sekarang misalkan saat awal partikel berada di posisi 𝑥0 , dengan mengintegralkan kedua ruas
persamaan di atas akan kita peroleh posisi partikel sebagai fungsi waktu
𝑥 𝑡 𝑡
∫ 𝑑𝑥 = 𝑣0𝑥 ∫ 𝑑𝑡 + 𝑎𝑥 ∫ 𝑡𝑑𝑡
𝑥0 0 0
𝑡 2 02
𝑥 − 𝑥0 = 𝑣0𝑥 (𝑡 − 0) + 𝑎𝑥 ( − )
2 2
1
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡 + 𝑎𝑥 𝑡 2
2
Dari 𝑣𝑥 kita peroleh
𝑣𝑥 − 𝑣0𝑥
𝑣𝑥 − 𝑣0𝑥 = 𝑎𝑥 𝑡 ⟹ 𝑡 =
𝑎𝑥
Subtitusi 𝑡 ke 𝑥 akan kita peroleh
𝑣𝑥 − 𝑣0𝑥 1 𝑣𝑥 − 𝑣0𝑥 2
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 + 𝑎𝑥 ( )
𝑎𝑥 2 𝑎𝑥
𝑣𝑥 𝑣0𝑥 − 𝑣0𝑥 2 𝑣𝑥 2 + 𝑣0𝑥 2 − 2𝑣𝑥 𝑣0𝑥
𝑥 = 𝑥0 + +
𝑎𝑥 2𝑎𝑥
𝑣𝑥 2 − 𝑣0𝑥 2
𝑥 − 𝑥0 = Δ𝑥 =
2𝑎𝑥
𝑣𝑥 2 − 𝑣0𝑥 2 = 2𝑎𝑥 Δ𝑥 ⟹ 𝑣𝑥 2 = 𝑣0𝑥 2 + 2𝑎𝑥 Δ𝑥
Sehingga kita peroleh tiga persamaan dasar untuk GLBB yaitu
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 + 𝑎𝑥 𝑡
1
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡 + 𝑎𝑥 𝑡 2
2
𝑣𝑥 2 = 𝑣0𝑥 2 + 2𝑎𝑥 Δ𝑥
Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas adalah suatu gerak yang arahnya vertikal ke bawah menuju pusat bumi dan
dimana objek atau benda yang jatuh bebas tidak memiliki kecepatan awal (𝑣0 = 0) dan benda atau
objek ini hanya dipercepat oleh percepatan gravitasi (𝑎 = 𝑔). Kita jadikan arah atas sebagai arah
positif. Misalkan ketinggian awal benda dari permukaan bumi adalah ℎ maka
𝑣𝑦 = −𝑔𝑡 (arahnya ke bawah)
1
𝑦 = ℎ − 𝑔𝑡 2
2
𝑣𝑦 2 = 2𝑔Δ𝑦 = 2𝑔(ℎ − 𝑦)
Gerak Vertikal ke Atas dan ke Bawah
Gerak vertikal ke atas adalah suatu gerak yang arahnya vertikal ke atas menjauhi pusat bumi dimana
objek diberikan kecepatan awal yang arahnya ke atas dan dia akan diperlambat oleh gravitasi
sampai mencapai posisi terttingginya baru kemudian jatuh bebas menuju bumi dari titik
tertingginya. Kita jadikan arah atas sebagai arah positif, misal ketinggian awalnya dari permukaan
bumi adalah ℎ dan kecepatan awalnya adalah 𝑣0𝑦 sehingga
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
1
𝑦 = ℎ + 𝑣0𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
𝑣𝑦 2 = 𝑣0𝑦 2 − 2𝑔Δ𝑦 = 𝑣0𝑦 2 − 2𝑔(ℎ − 𝑦)
Gerak Vertikal ke bawah adalah suatu gerak yang arahnya vertikal kebawah menuju bumi dimana
objek diberikan kecepatan awal yang arahnya ke bawah dan dia akan dipercepat oleh gravitasi
sampai akhirnya tiba di permukaan bumi. Kita jadikan arah atas sebagai arah positif, misal
ketinggian awalnya dari permukaan bumi adalah ℎ dan kecepatan awalnya adalah 𝑣0𝑦 sehingga
𝑣𝑦 = −𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
1
𝑦 = ℎ − 𝑣0𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
𝑣𝑦 2 = 𝑣0𝑦 2 + 2𝑔Δ𝑦 = 𝑣0𝑦 2 + 2𝑔(ℎ − 𝑦)
Saya sangat menekankan pada teman-teman semua untuk tidak menghafal rumus-rumus di atas
melainkan menurunkannya sendiri dan memahami konsepnya secara benar.
G. GERAK PARABOLA
Persamaan Umum Gerak Parabola
Gerak Parabola adalah suatu gerak yang merupakan perpaduan antara GLBB pada arah vertikal atau
sumbu 𝑦 dan GLB pada arah horizontal atau sumbu 𝑥.
Kita dapat menentukan persamaan posisi 𝑦 dan 𝑥 sebagai fungsi waktu dengan menggunakan
persamaan GLBB pada arah 𝑦 dan GLB pada arah 𝑥.
Untuk 𝑦
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 + 𝑎𝑦 𝑡 2
2
dengan 𝑦0 = 0, 𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 , dan 𝑎𝑦 = −𝑔
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
Untuk 𝑥
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡
𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡
Kita juga bisa mendapatkan hubungan antara posisi benda pada sumbu 𝑥 dan 𝑦. Dari persamaan
posisi pada arah sumbu 𝑥 kita peroleh
𝑥
𝑡=
𝑣0 cos 𝜃
𝑥 1 𝑥 2
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔( )
𝑣0 cos 𝜃 2 𝑣0 cos 𝜃
𝑔𝑥 2
𝑦 = 𝑥 tan 𝜃 −
2𝑣0 2 cos 2 𝜃
Ketinggian dan Jarak Mendatar Maksimum Suatu Benda yang Melakukan Gerak Parabola
Untuk menentukan tinggi maksimum benda, kita tinjau kondisi saat benda berada di titik tertinggi.
Saat berada di titik tertinggi, kecepatan benda arah sumbu 𝑦 atau vertikal bernilai nol, dari sini kita
peroleh
𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡
0 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔𝑡ymaks
𝑣0 sin 𝜃
𝑣0 sin 𝜃 = 𝑔𝑡ymaks ⟹ 𝑡ymaks =
𝑔
Subtitusi 𝑡ymaks ini ke persamaan 𝑦, nilai 𝑦 untuk kasus 𝑡 ini adalah ketinggian maksimum benda
𝑣0 sin 𝜃 1 𝑣0 sin 𝜃 2
𝑦maks = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔( )
𝑔 2 𝑔
𝑣0 2 sin2 𝜃 𝑣0 2 sin2 𝜃
𝑦maks = −
𝑔 2𝑔
𝑣0 2 sin2 𝜃
𝑦maks =
2𝑔
Untuk menentukan jarak horizontal maksimum yang ditempuh benda, kita cari dulu waktu tempuh
dari saat benda mulai dilempar sampai kembali ke permukaan tanah. Dari simteri kita tahu bahwa
𝑡xmaks = 2𝑡ymaks sehingga
2𝑣0 sin 𝜃
𝑡xmaks =
𝑔
Hasil ini juga bisa kita dapatkan dengan meninjau posisi benda pada sumbu 𝑦. Saat benda kembali
tiba di tanah, 𝑦 = 0 sehingga akan kita peroleh pula
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
1
0 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡xmaks − 𝑔𝑡xmaks 2
2
1 2𝑣0 sin 𝜃
𝑣0 sin 𝜃 𝑡xmaks = 𝑔𝑡xmaks 2 ⟹ 𝑡xmaks =
2 𝑔
2𝑣0 sin 𝜃
𝑥maks = 𝑣0 cos 𝜃
𝑔
Sehingga
𝑣0 2 sin 2𝜃
𝑥maks =
𝑔
Gerak Parabola Pada Bidang Miring
Untuk gerak parabola pada bidang miring, untuk menyederhanakan dan memudahkan analasis
fisisnya, terkadang kita perlu meninjau relatif terhadap sisi miring dari bidang miring. Kita hanya
perlu memproyeksikan besaran-besaran yang terkait relatif terhadap sisi miring bidang miring.
Misal kita ambil suatu kasus bola yang dilempar dengan kecepatan awal 𝑣0 dengan sudut 𝜃
terhadap permukaan miring bidang miring yang memiliki sudut kemiringin 𝜙.
Pada kondisi ini, pada arah 𝑥 dan 𝑦, terdapat percepatan yang masing-masing besarnya adalah
𝑎𝑥 = −𝑔 sin 𝜙
𝑎𝑦 = −𝑔 cos 𝜙
Proyeksi kecepatan bola pada arah 𝑥 dan 𝑦 adalah
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃
Sehingga persamaan gerak bola pada sumbu 𝑥 dan 𝑦 adalah
1
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡 + 𝑎𝑥 𝑡 2
2
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 + 𝑎𝑦 𝑡 2
2
Dengan menjadikan posisi pelemparan bola sebagai titik asal sistem koordinat, yang menyebabkan
𝑥0 = 𝑦0 = 0 dan subtitusi besaran lainnya akan kita peroleh
1
𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡 − 𝑔 sin 𝜙 𝑡 2
2
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔 cos 𝜙 𝑡 2
2
Arah 𝜃 bisa didapatkan menggunakan aturan tangan kanan. Putarlah keempat jari kecuali jari
jempol tangan anda dari garis acuan ke garis yang menghubungkan titik yang diamati dan titik acuan.
Arah jari jempol adalah arah dari 𝜃 yang mengorientasikan arah putarannya. Arah 𝜃 masuk bidang
kertas (−𝑘̂ ) artinya 𝜃 dihitung dengan putaran searah jarum jam atau clockwise (CW) dari garis
acuan sedangkan arah 𝜃 masuk keluar bidang kertas (𝑘̂ ) artinya 𝜃 dihitung dengan putaran
berlawanan arah jarum jam atau counter-clockwise (CCW).
Perpindahan Sudut
Perpindahan sudut dapat dinyatakan sebagai
Δ𝜃⃗ = 𝜃⃗akhir − 𝜃⃗awal
Kecepatan Sudut
Kecepatan sudut adalah perubahan posisi sudut tiap satuan waktu
Δ𝜃⃗ Δ𝜃⃗ 𝑑𝜃⃗
𝜔
⃗⃗ = atau 𝜔
⃗⃗ = lim =
Δ𝑡 Δ𝑡→0 Δ𝑡 𝑑𝑡
Percepatan Sudut
Percepatan sudut adalah perubahan kecepatan sudut tiap satuan waktu
Δ𝜔
⃗⃗ Δ𝜔⃗⃗ 𝑑𝜔⃗⃗
𝛼⃗ = atau 𝛼⃗ = lim =
Δ𝑡 Δ𝑡→0 Δ𝑡 𝑑𝑡
𝜃 = 𝜃0 + 𝜔𝑡
Δ𝜃 = 𝜃 − 𝜃0 = 𝜔𝑡
dimana 𝜃 adalah posisi sudut benda, 𝜃0 adalah posisi sudut awalnya, 𝜔 adalah kecepatan sudut
benda yang nilainya konstan, 𝑡 adalah waktu, dan Δ𝜃 adalah perpindahan sudut benda.
Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB)
Gerak Melingkar berubah beraturan adalah gerak dimana percepatan sudut bendanya nya tidak
sama dengan nol dan konstan. Gerak ini dibagi menjadi dua yaitu GMBB dipercepat yang nilai
percepatan sudutnya positif (𝛼 > 0)dan GMBB diperlambat dimana percepatan sudutnya negatif
(𝛼 < 0), sering disebut sebagai perlambatan sudut).
𝑑𝜔
= 𝛼 ⟹ 𝑑𝜔 = 𝛼𝑑𝑡
𝑑𝑡
Misalkan kecepatan awal partikel atau kecepatannya saat 𝑡 = 0 adalah 𝜔0 , dengan mengintegralkan
kedua ruas persamaan di atas akan kita peroleh kecepatan partikel sebagai fungsi waktu
𝜔 𝑡
∫ 𝑑𝜔 = 𝛼 ∫ 𝑑𝑡
𝜔0 0
𝜔 − 𝜔0 = 𝛼 (𝑡 − 0)
𝜔 = 𝜔0 + 𝛼𝑡
Selanjut karena 𝜔 = 𝑑𝜃/𝑑𝑡 akan kita peroleh
𝑑𝜃
= 𝜔0 + 𝛼𝑡 ⟹ 𝑑𝜃 = 𝜔0 𝑑𝑡 + 𝛼𝑡𝑑𝑡
𝑑𝑡
Sekarang misalkan saat awal partikel berada di posisi sudut𝜃0 ,dengan mengintegralkan kedua ruas
persamaan di atas akan kita peroleh posisi sudut partikel sebagai fungsi waktu
𝜃 𝑡 𝑡
∫ 𝑑𝜃 = 𝜔0 ∫ 𝑑𝑡 + 𝛼 ∫ 𝑡𝑑𝑡
𝜃0 0 0
𝑡 2 02
( )
𝜃 − 𝜃0 = 𝜔0 𝑡 − 0 + 𝛼 ( − )
2 2
1
𝜃 = 𝜃0 + 𝜔0 𝑡 + 𝛼𝑡 2
2
Dari 𝜔 kita peroleh
𝜔 − 𝜔0
𝜔 − 𝜔0 = 𝛼𝑡 ⟹ 𝑡 =
𝛼
Subtitusi 𝑡 ke 𝜃 akan kita peroleh
𝜔 − 𝜔0 1 𝜔 − 𝜔0 2
𝜃 = 𝜃0 + 𝜔0 + 𝛼( )
𝛼 2 𝛼
𝜔𝜔0 − 𝜔0 2 𝜔2 + 𝜔0 2 − 2𝜔𝜔0
𝜃 = 𝜃0 + +
𝛼 2𝛼
𝜔 2 − 𝜔0 2
𝜃 − 𝜃0 = Δ𝜃 =
2𝛼
𝜔2 − 𝜔0 2 = 2𝛼Δ𝜃 ⟹ 𝜔2 = 𝜔0 2 + 2𝛼Δ𝜃
Sehingga kita peroleh tiga persamaan dasar untuk GMBB yaitu
𝜔 = 𝜔0 + 𝛼𝑡
1
𝜃 = 𝜃0 + 𝜔0 𝑡 + 𝛼𝑡 2
2
𝜔2 = 𝜔0 2 + 2𝛼Δ𝜃
Dapat kalian amati bahwa bentuknya mirip dengan persamaan untuk GLBB dimana 𝜃, 𝜔, dan 𝛼
menggantikan 𝑥, 𝑣𝑥 , dan 𝑎𝑥 .
Kecepatan, percepatan, dan jarak yang ditempuh titik di pinggir roda ini adalah
𝑣𝑡 = 𝜔𝑅, 𝑎𝑡 = 𝛼𝑅, dan Δ𝑠 = Δ𝜃𝑅
Dimana kecepatan dan percepatan titik ini disebut sebagai percepatan tangensial.
Berikutnya akan kita kenal pula percepatan sentripetal. Tinjau suatu titik pada pinggiran roda yang
berjari-jari 𝑅 dimana titik ini sedang bergerak dengan kecepatan tangensial 𝑣𝑡 .
Dalam selang waktu Δ𝑡 yang kecil, titik di pinggiran ini akan menempuh jarak 𝑣𝑡 Δ𝑡. Namun karena
ada percepatan sentripetal, titik ini akan tetap ada di lintasan melingkarnya, artinya dalam selang
waktu yang kecil ini titik akan dipercepat ke dalam sehingga dia akan berpindah sejauh sebut saja
ℎ. Dari dalil phytagoras akan kita peroleh
(𝑅 + ℎ)2 = 𝑅2 + 𝑣𝑡 2 Δ𝑡 2
𝑅 2 + ℎ2 + 2𝑅ℎ = 𝑅2 + 𝑣𝑡 2 Δ𝑡 2
Karena selang waktu Δ𝑡 sangat kecil, nilai ℎ2 juga sangat kecil dan dapat diabaikan ( ℎ2 ≈ 0 )
sehingga
𝑅2 + 2𝑅ℎ ≈ 𝑅2 + 𝑣𝑡 2 Δ𝑡 2
2𝑅ℎ ≈ 𝑣𝑡 2 Δ𝑡 2
1 𝑣𝑡 2 2
ℎ≈ Δ𝑡
2 𝑅
bentuk di atas mirip dengan yang kita temui pada gerak lurus berubah beraturan yaitu dengan
1 𝑣𝑡 2
ℎ ≈ 𝑎𝑠 Δ𝑡 2 ⟹ 𝑎𝑠 =
2 𝑅
dimana 𝑎𝑠 = 𝑣𝑡 2 /𝑅 adalah percepatan sentripetal dari suatu titik yang berjarak 𝑅 dari poros rotasi
dimana titik ini sedang bergerak dengan keceopatan tangensial. Karena 𝑣𝑡 = 𝜔𝑅 , percepatan
sentripetal juga dapat dinyatakan sebagai
𝑣𝑡 2 (𝜔𝑅)2
𝑎𝑠 = = 𝑎𝑠 = ⟹ 𝑎𝑠 = 𝜔2 𝑅
𝑅 𝑅
Gerak Menggelinding
Gerak Menggelinding dapat saya katakan sebagai gerak rotasi sambil berotasi. Pada gerak
menggelinding bisa terjadi slip atau tidak slip. Umumnya gerak ini terjadi pada roda, bola, silinder,
dan benda-benda yang memiliki dimensi lingkaran. Tapi bisa jadi juga terjadi pada benda yang
berdimensi elips atau benda lengkung lainnya. Gerak menggelinding juga bisa terjadi pada poligon,
persegi, dan benda-benda lainnya namun cara menggelindingnya sedikit berbeda dari benda
berdimensi lingkaran
Kasus Pertama
Tinjau suatu gerak menggelinding sebuah silinder berjari-jari 𝑅 seperti gambar di bawah ini!
Diketahui silinder berotasi dengan kecepatan sudut 𝜔 dan kecepatan pusat massa 𝑣0 dimana 𝑣0 ≠
𝜔𝑅. Kecepatan pusat masssa 𝑣0 dan kecepatan sudut 𝜔 diamati oleh seorang pengamat yang diam
di atas tanah dan nilainya konstan. Terdapat suatu titik 𝑃 pada silinder yang berjarak 𝑟 dari pusat
silinder. Tentukan vektor kecepatan dan besar kecepatan titik 𝑃 sebagai fungsi waktu terhadap
tanah! Saat 𝑡 = 0, 𝜃 = 0.
Pembahasan :
𝑣⃗pm,t = 𝑣0 𝑖̂
Sekarang perhatikan titik 𝑃 . Relatif terhadap pusat massa silinder, titik 𝑃 memiliki kecepatan
tangensial 𝜔𝑅 yang arahnya tegak lurus vektor 𝑟⃗ atau pada arah vektor satuan 𝜃̂.
Arah vektor satuan 𝑟̂ dan 𝜃̂ dapat kita proyeksikan pada sumbu 𝑥 dan 𝑦 menjadi
𝑟̂ = − cos 𝜃 𝑖̂ + sin 𝜃 𝑗̂
𝜃̂ = sin 𝜃 𝑖̂ + cos 𝜃 𝑗̂
Dengan 𝑖̂ dan 𝑗̂ adalah vektor satuan pada sumbu 𝑥 dan 𝑦. Maka vektor kecepatan titik 𝑃 terhadap
pusat massa silinder adalah
Sehingga vektor kecepatan titik 𝑃 terhadap tanah menurut prinsip gerak relatif akan menjadi
Kita tahu bahwa saat 𝑡 = 0, 𝜃 = 0. Karena 𝜔 konstan, akan kita dapatkan bahwa
𝜃 = 𝜔𝑡
Maka vektor kecepatan dan besar kecepatan titik 𝑃 sebagai fungsi waktu terhadap tanah adalah
Kasus Kedua
Buktikan bahwa pada gerak menggelinding tanpa slip suatu silinder berjari-jari 𝑅 yang bergerak
dengan kecepatan pusat massa 𝑣0 dan kecepatan sudut 𝜔 di atas permukaan mendatar akan
berlaku
𝑣0 = 𝜔𝑅
Pembahasan :
𝑃1 𝑃1′ = 𝑠 = 𝑃1′ 𝑃2
𝑠 = 𝑅𝜙
Karena 𝑅 konstan, jik kita turunkan kedua ruas satu kali terhadap waktu akan diperoleh
𝑣0 = 𝑅𝜔
Contoh 3 :
Sekarang silinder yang ada pada contoh 2 melakukan gerak menggelinding tanpa slip di atas
permukaan silinder lain dengan jari-jari 𝑟 dimana 𝑟 > 𝑅. Tentukan perbandingan antara kecepatan
pusat massa silinder (𝑣0 ) dan kecepatan sudutnya (𝜔)!
Pembahasan :
𝑃3 𝑃3′ = 𝑠 = (𝑅 + 𝑟)𝜃 = 𝑅𝜙
𝑠 = 𝑅𝜙
Untuk 𝑟 dan 𝑅 yang konstan, penurunan satu kali terhadap waktu untuk kedua ruas akan kita
peroleh
𝑣0
𝑣0 = 𝑅𝜔 ⟹ =𝑅
𝜔
Dan kita dapatkan pula
𝑣0 = (𝑅 + 𝑟)𝜔𝜃
Untuk menentukan hubungan kecepatan dan percepatan kedua beban, kita cari dulu hubungan
perpindahan kedua beban dengan hukum kekekalan panjang tali. Panjang tali awal adalah 𝐿i = 𝑙1 +
𝑙2 + 𝑙3 . Sekarang misalkan beban 1 berpindah ke atas sejauh 𝑦1 dan beban 2 turun ke bawah sejauh
𝑑𝑥 𝜃 𝑑𝜃
= −𝑅 csc2
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
Kita tahu bahwa 𝑑𝑥/𝑑𝑡 = 𝑣0 dan 𝑑𝜃/𝑑𝑡 = 𝜔 sehingga
𝜃
𝑣0 = −𝑅 csc2 𝜔
2
𝑣0 𝜃
𝜔 = − sin2
𝑅 2
Tanda negatif menandakan arah 𝜔 berlawanan dengan arah bertambahnya sudut 𝜃.
Solusi :
Dari kasus di atas kita ketahui bahwa kecepatan suatu benda menurut pengamat yang diam
terhadap suatu acuan lain yang diam akan sama dengan kecepatan benda tersebut terhadap acuan
yang lain tadi. Dalam hal ini, acuan lain adalah tanah dan pengamat yang diam terhadap acuan lain
ini adalah tuan Krab yang diam terhadap tanah. Maka kecepatan Agen 007 menurut tuan Krab akan
sama dengan kecepatan Agen 007 terhadap tanah.
2. Seorang pengamat A berada di dalam sebuah Bianglala yang bergerak dengan kecepatan sudut
konstan 𝜔
⃗⃗1 = 𝜔1 𝑖̂. Kemudian seorang pengamat B bermain komidi putar dimana komidi putar ini
⃗⃗2 = 𝜔2 𝑘̂. Tentukan vektor kecepatan sudut pengamat
berputar dengan kecepatan sudut konstan 𝜔
A dan besarnya yang diamati oleh pengamat B!
Solusi :
𝜔
⃗⃗AB = 𝜔 ⃗⃗2 = 𝜔1 𝑖̂ − 𝜔2 𝑘̂
⃗⃗1 − 𝜔
3. Sebuah peluru ditembakkan dari titik A ke titik B dimana titik A dan B merupakan titik-titik sudut
alas suatu segitiga ABC (lihat gambar). Segitiga ABC sebidang dengan lintasan peluru. Lintasan
peluru diketahui berjarak 𝐻 dari titik C (titik puncak segitiga).
Jika diketahui sudut ∠𝐵𝐴𝐶 , sudut ∠𝐴𝐵𝐶 dan jarak AB adalah 𝐿, tentukan:
Solusi :
Soal ini akan mudah kita kerjakan jika kita mempunyai persamaan posisi peluru untuk arah
vertikal 𝑦 sebagai fungsi posisi peluru untuk arah horizontal 𝑥 . Tapi karena kita tidak
mempunyainya kita harus mencarinya sendiri. Kita jadikan posisi awal peluru sebagai titik asal
sistem koordinat. Sudut 𝜃 adalah sudut elevasi peluru.
Kita dapat menentukan persamaan posisi 𝑦 dan 𝑥 sebagai fungsi waktu dengan menggunakan
persamaan GLBB pada arah 𝑦 dan GLB pada arah 𝑥.
1 1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 + 𝑎𝑦 𝑡 2 = 0 + 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 + (−𝑔)𝑡 2
2 2
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2 … (1)
2
Untuk 𝑥 (𝑥0 = 0 dan 𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃)
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡 = 0 + 𝑣0 cos 𝜃 𝑡
𝑥
𝑡= … (2)
𝑣0 cos 𝜃
𝑥 1 𝑥 2
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔( )
𝑣0 cos 𝜃 2 𝑣0 cos 𝜃
𝑔𝑥 2
𝑦 = 𝑥 tan 𝜃 − … (3)
2𝑣0 2 cos 2 𝜃
Persamaan (3) adalah persamaan posisi peluru untuk arah vertikal 𝑦 sebagai fungsi posisi
peluru untuk arah horizontal 𝑥
a. Sekarang kita perlu sedikit ilmu trigonometri untuk menentukan posisi peluru ketika di titik D
dan B.
ℎ ℎ
tan 𝛼 = → 𝑠1 =
𝑠1 tan 𝛼
ℎ ℎ
tan 𝛽 = → 𝑠2 =
𝑠2 tan 𝛽
𝑠1 + 𝑠2 = 𝐿
ℎ ℎ
+ =𝐿
tan 𝛼 tan 𝛽
ℎ(tan 𝛽 + tan 𝛼 )
=𝐿
tan 𝛼 tan 𝛽
𝐿 tan 𝛼 tan 𝛽
ℎ=
tan 𝛽 + tan 𝛼
𝐿 tan 𝛽
𝑠1 =
tan 𝛽 + tan 𝛼
4𝐻
tan 𝜃 = 2 tan 𝛼 +
𝐿
Kita turunkan sebuah rumus untuk menghubungkan tan 𝜃 dalam sin 𝜃 dan cos 𝜃
sin2 𝜃 sin2 𝜃
tan2 𝜃 = =
cos 2 𝜃 1 − sin2 𝜃
tan2 𝜃 − tan2 𝜃 sin2 𝜃 = sin2 𝜃
tan2 𝜃 = tan2 𝜃 sin2 𝜃 + sin2 𝜃
tan2 𝜃 = (tan2 𝜃 + 1) sin2 𝜃
tan2 𝜃 tan 𝜃
sin2 𝜃 = 2
→ sin 𝜃 =
tan 𝜃 + 1 √tan2 𝜃 + 1
2 2
tan2 𝜃 1 1
cos 𝜃 = 1 − sin 𝜃 = 1 − = → cos 𝜃 =
tan2 𝜃 + 1 tan2 𝜃 + 1 √tan2 𝜃 + 1
Maka
tan 𝜃 1 tan 𝜃
sin 𝜃 cos 𝜃 = =
√tan2 𝜃 + 1 √tan2 𝜃 + 1 tan2 𝜃 + 1
Sehingga kecepatan awal peluru adalah
𝑔𝐿(tan2 𝜃 + 1) 𝑔𝐿 1
𝑣0 = √ = √ (tan 𝜃 + )
2 tan 𝜃 2 tan 𝜃
𝑔𝐿 4𝐻 𝐿
𝑣0 = √ (2 tan 𝛼 + + )
2 𝐿 2𝐿 tan 𝛼 + 4𝐻
4. Sebuah bola dilemparkan dengan kecepatan𝑣0 pada arah horizontal dari suatu puncak bukit yang
memiliki sudut kemiringan 𝜃 terhadap horisontal. Setiap kali menumbuk permukaan bukit yang
miring, tumbukan selalu bersifat elastik. Pada saat tumbukan ke 𝑛, bola tepat sampai di dasar bukit.
Pe rcepatan 𝑔 mengarah vertikal ke bawah.
Solusi :
Jadikan arah sejajar permukaan bukit sebagai arah sumbu 𝑥 dan arah tegak lurusnya sebagai
sumbu 𝑦.
Komponen kecepatan awal bola adalah
𝑣0𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃
𝑣0𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃
Komponen percepatan gravitasi yang bekerja pada bola adalah
𝑔𝑥 = 𝑔 sin 𝜃
𝑔𝑦 = 𝑔 cos 𝜃
Persamaan kinematika gerak bola pada sumbu 𝑥 dan 𝑦 akan menjadi
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 + 𝑔𝑥 𝑡 ⟹ 𝑣𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 + 𝑔 sin 𝜃 𝑡
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 + 𝑔𝑦 𝑡 ⟹ 𝑣𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔 cos 𝜃 𝑡
1 1
𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0𝑥 𝑡 + 𝑔𝑥 𝑡 2 ⟹ 𝑥 = 𝑥0 + 𝑣0 cos 𝜃 𝑡 + 𝑔 sin 𝜃 𝑡 2
2 2
1 1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 − 𝑔𝑦 𝑡 2 ⟹ 𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔 cos 𝜃 𝑡 2
2 2
Kita tinjau dulu gerak bola dari saat awal (𝑦0 = 0) sampai akan menumbuk bukit (𝑦 = 0) untuk
yang pertama kalinya (𝑛 = 1), selang waktu untuk kedua kondisi ini adalah
1 2𝑣0 tan 𝜃
0 = 0 + 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔 cos 𝜃 𝑡 2 ⟹ 𝑡 =
2 𝑔
Kecepatan bola tepat ketika akan menumbuk bukit untuk yang pertama kalinya adalah
2𝑣0 tan 𝜃
𝑣1𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔 cos 𝜃 ⟹ 𝑣1𝑦 = −𝑣0 sin 𝜃
𝑔
Karena tumbukan hanya terjadi pada arah tegak lurus permukaan bukit dan tumbukan yang
terjadi bersifat elastis sempurna, maka bola hanya berbalik arah pada sumbu 𝑦. Materi ini akan
kita bahas nanti ketika membicarakan tentang koefisien restitusi.
′
𝑣1𝑦 = −𝑣1𝑦 = −(−𝑣0 sin 𝜃 ) = 𝑣0 sin 𝜃 = 𝑣0𝑦
Sesaat setelah tumbukan yang pertama, kecepatan bola pada sumbu 𝑦 sama dengan kecepatan
awal boal pada sumbu 𝑦. Artinya selang waktu antara tumbukan kedua dan ketiga juga akan
sama dengan
2𝑣0 tan 𝜃
𝑡=
𝑔
Begitupan antara tumbukan ketiga dan keempat, keempat dan kelima, dan seterusnya.
Jadi selang waktu total dari saat bola dilemparkan sampai tumbukan ke 𝑛 adalah
2𝑛𝑣0 tan 𝜃
𝑡𝑛 =
𝑔
Pada sumbu 𝑥 , bola hanya mengalami gerak lurus berubah beraturan dipercepat, hal ini
dikarenakan tumbukan antar bola dan bukit tidak memberikan efek pada gerak bola arah sumbu
𝑥. Tumbukan hanya terjadi pada sumbu 𝑦, sehingga gerakan pada sumbu 𝑥 tidak terpengaruh.
Maka panjang bukit dari puncak sampai dasarnya adalah (gunakan 𝑥0 = 0, karena puncak bukit
adalah titik acuan atau titik asal sistem koordinat kita)
1
𝑆 = 𝑥0 + 𝑣0 cos 𝜃 𝑡𝑛 + 𝑔 sin 𝜃 𝑡𝑛 2
2
2𝑛𝑣0 tan 𝜃 1 2𝑛𝑣0 tan 𝜃 2
𝑆 = 0 + 𝑣0 cos 𝜃 + 𝑔 sin 𝜃 ( )
𝑔 2 𝑔
2𝑛𝑣0 2 tan 𝜃
𝑆= (cos 𝜃 + 𝑛 sin 𝜃 tan 𝜃 )
𝑔
2𝑛𝑣0 2 sin 𝜃
𝑆= (1 + 𝑛 tan2 𝜃 )
𝑔
Maka tinggi bukit adalah
2𝑛𝑣0 2 sin2 𝜃
𝐻 = 𝑆 sin 𝜃 ⟹ 𝐻 = (1 + 𝑛 tan2 𝜃 )
𝑔
b. Dengan mensubtitusi 𝜃 = 300 , 𝑣0 = 10 m/s, 𝑛 = 10 kali, dan 𝑔 = 10 m/s 2 akan kita dapatkan
2(10)(10)2 (1/2)2 2
𝐻= (1 + 10(1/√3) )
10
13 650
𝐻 = 50 ( ) ⟹ 𝐻 = m
3 3
5. Sebuah partikel bergerak dalam lintasan lingkaran dimana jarak yang ditempuh sebagai fungsi
waktu dapat dirumuskan dalam bentuk
𝑠 = 𝐶1 𝑡 2 + 𝐶2 𝑡 + 𝐶3
dengan 𝐶1 suatu tetapan positif, sedangkan 𝐶2 dan 𝐶3 suatu tetapan sembarang. Jika pada suatu saat
jarak yang ditempuh adalah 𝑠1 dan 𝑠2 (dimana 𝑠2 > 𝑠1 ) maka percepatan totalnya dari partikel
berturut-turut adalah 𝑎1 dan 𝑎2 (dimana 𝑎2 > 𝑎1 ). Tentukan jari-jari lingkaran tersebut dinyatakan
dalam 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑠1 dan 𝑠2. (OSK Fisika 2015)
Solusi :
Pada soal ini partikel yang kita amati melakukan Gerak Melingkar Berubah Beraturan Dipercepat
(GMBB Dipercepat).
𝑠 = 𝐶1 𝑡 2 + 𝐶2 𝑡 + 𝐶3
Kecepatan tangensial partikel adalah perubahan jaraknya terhadap waktu atau turunan pertama
jarak terhadap waktu
𝑑𝑠 𝑑
𝑣𝑡 = = (𝐶1 𝑡 2 + 𝐶2 𝑡 + 𝐶3 ) ⟹ 𝑣𝑡 = 2𝐶1 𝑡 + 𝐶2
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Percepatan tangensial partikel adalah perubahan kecepatan tangensial partikel terhadap waktu
atau turunan pertama kecepatan tangensial terhadap waktu
𝑑𝑣𝑡 𝑑
𝑎𝑡 = = (2𝐶1 𝑡 + 𝐶2 ) ⟹ 𝑎𝑡 = 2𝐶1
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Percepatan sentripetal partikel adalah
𝑣𝑡 2
𝑎𝑠 =
𝑅
Kuadrat kecepatan tangensial partikel adalah
𝑣𝑡 2 = 4𝐶1 2 𝑡 2 + 𝐶2 2 + 4𝐶1 𝐶2 𝑡
𝑣𝑡 2 = 4𝐶1 (𝐶1 𝑡 2 + 𝐶2 𝑡) + 𝐶2 2
2
𝑣𝑡 2 = 4𝐶1 (𝐶
⏟1 𝑡 2 + 𝐶2 𝑡 + 𝐶3 − 𝐶3 ) + 𝐶2
𝑠
𝑣𝑡 2 = 4𝐶1 (𝑠 − 𝐶3 ) + 𝐶2 2
4𝐶1 (𝑠 − 𝐶3 ) + 𝐶2 2
𝑎𝑠 =
𝑅
Percepatan total partikel dapat kita peroleh dari teorema phytagoras karena percepatan tangensial
tegak lurus dengan percepatan sentripetal
𝑎2 = 𝑎𝑡 2 + 𝑎𝑠 2
2
2
4𝐶1 (𝑠 − 𝐶3 ) + 𝐶2 2
𝑎 = (2𝐶1 )2 +( )
𝑅
Gunakan data dari soal yaitu ketika 𝑠 = 𝑠1 dan 𝑠 = 𝑠2 maka 𝑎 = 𝑎1 dan 𝑎 = 𝑎2
2
16𝐶1 2 (𝑠12 + 𝐶3 2 − 2𝑠1 𝐶3 ) + 𝐶2 4 + 8𝐶1 (𝑠1 − 𝐶3 )𝐶2 2
𝑎1 = (2𝐶1 )2 +
𝑅2
2
16𝐶1 2 (𝑠2 2 + 𝐶3 2 − 2𝑠2 𝐶3 ) + 𝐶2 4 + 8𝐶1 (𝑠2 − 𝐶3 )𝐶2 2
𝑎2 = (2𝐶1 )2 +
𝑅2
Kita bisa dapatkan 𝑅 dengan sedikit manipulasi matematika untuk kedua persamaan di atas.
Kurangkan kedua persamaan di atas
2 2
16𝐶1 2 (𝑠2 2 + 𝐶3 2 − 2𝑠2𝐶3 ) + 𝐶2 4 + 8𝐶1 (𝑠2 − 𝐶3 )𝐶2 2
𝑎2 − 𝑎1 = (2𝐶1 )2 + 2
− (2𝐶1 )2
𝑅
16𝐶1 2 (𝑠1 2 + 𝐶3 2 − 2𝑠1 𝐶3 ) + 𝐶2 4 + 8𝐶1 (𝑠1 − 𝐶3 )𝐶2 2
−
𝑅2
2 2
16𝐶1 2 (𝑠2 2 − 𝑠1 2 − 2(𝑠2 − 𝑠1 )𝐶3 ) + 8𝐶1 (𝑠2 − 𝑠1 )𝐶2 2
𝑎2 − 𝑎1 =
𝑅2
16𝐶1 2 ((𝑠2 + 𝑠1)(𝑠2 − 𝑠1 ) − 2(𝑠2 − 𝑠1 )𝐶3 ) + 8𝐶1 (𝑠2 − 𝑠1 )𝐶2 2
2
𝑅 =
𝑎2 2 − 𝑎1 2
8𝐶1 (𝑠2 − 𝑠1)
𝑅2 = [2𝐶1 (𝑠2 + 𝑠1 − 2𝐶3 ) + 𝐶2 2 ]
𝑎2 2 − 𝑎1 2
8𝐶1 (𝑠2 − 𝑠1 )
𝑅=√ 2 2
[2𝐶1 (𝑠2 + 𝑠1 − 2𝐶3 ) + 𝐶2 2 ]
𝑎2 − 𝑎1
6. Sebuah mobil akrobatik diatur memiliki percepatan konstan 𝑎 Mobil ini akan melewati sebuah
tanjakan miring bersudut 𝛼 untuk kemudian melakukan gerak parabola menuju target. Saat
menaiki tanjakan, percepatan mobil akan berkurang sebesar 𝑔 sin 𝛼 , dimana 𝛼 adalah sudut
kemiringan antara tanjakan dengan tanah. Target berada pada jarak 𝐿 dari titik awal keberangkatan
mobil. Tanjakan berada pada jarak 𝑥 dari titik awal keberangkatan mobil. Panjang tanjakan adalah
𝑑. Saat mobil mulai menaiki tanjakan, kemiringan tanjakan berkurang sebesar 𝑚⁄𝐾 kali sudut awal,
dimana 𝑚 adalah massa dari mobil dan 𝐾 adalah suatu konstanta. Mobil dipercepat dari keadaan
diam dari garis start. Tentukanlah percepatan yang harus dimiliki oleh mobil agar tepat mencapai
garis finish. Anggap mobil adalah partikel titik. (OSK Fisika 2015)
Solusi :
(𝐿 − 𝑥 − 𝑑 cos 𝛼 ′ )2
𝑔 = 2(𝐿 − 𝑥 ) tan 𝛼 ′
𝑉 2 cos 2 𝛼 ′
𝑔(𝐿 − 𝑥 − 𝑑 cos 𝛼 ′)2
𝑉2 =
2(𝐿 − 𝑥 ) sin 𝛼 ′ cos 𝛼 ′
2
𝑔(𝐿 − 𝑥 − 𝑑 cos 𝛼 ′)2
𝑉 = … (2)
(𝐿 − 𝑥 ) sin 2𝛼 ′
Persamaan (1) sama dengan persamaan (2)
(1) = (2)
𝑔(𝐿 − 𝑥 − 𝑑 cos 𝛼 ′ )2
′
2𝑎(𝑥 + 𝑑 ) − 2𝑔 sin 𝛼 =
(𝐿 − 𝑥 ) sin 2𝛼 ′
1 𝑔(𝐿 − 𝑥 − 𝑑 cos 𝛼 ′ )2
𝑎= [ − 𝑔 sin 𝛼 ′ ]
𝑥+𝑑 2(𝐿 − 𝑥 ) sin 2𝛼 ′
Subtitusi
𝑚 𝛼
𝛼 ′ = (1 − ) 𝛼 = (𝐾 − 𝑚 )
𝐾 𝐾
Maka percepatan mobil agar mencapai target adalah
7. Sebuah peluru ditembakkan ke atas dengan kecepatan awal dan sudut elevasi tertentu dari
permukaan tanah. Ketika peluru tersebut berada di ketinggian 𝐻1 untuk pertama dan kedua kalinya,
selang waktu antara keduanya adalah 𝑇1, sedangkan ketika peluru tersebut berada ketinggian 𝐻2
untuk pertama dan kedua kalinya, selang waktu antara keduanya adalah 𝑇2 . Asumsikan 𝐻2 > 𝐻1
dan 𝑇1 > 𝑇2. Tentukan :
a. Selang waktu ketika peluru tersebut berada di ketinggian 𝐻3 untuk pertama dan kedua kalinya,
dinyatakan dalam 𝐻1 , 𝐻2 , 𝐻3 , 𝑇1 dan 𝑇2
b. Syarat untuk 𝐻3 (dinyatakan dalam 𝐻1 , 𝐻2 , 𝑇1 dan 𝑇2 ) agar selang waktu pada bagian (a) ada
nilainya.
Solusi :
a. Ketinggian 𝐻3 bisa berada di ketinggian berapa saja. Kita tinjau untuk 𝐻3 > 𝐻2 > 𝐻1 .
Sebenarnya dimanapun pemilihan posisi 𝐻3 , hasilnya akan tetap sama. Lintasan gerak peluru
adalah sebagai berikut
Misalkan kecepatan ketika peluru berada di ketinggian untuk komponen vertikal adalah 𝑣1𝑦 .
Perhatikan gambar di atas! Jika selang waktu 𝑇1 adalah Selang waktu ketika peluru tersebut
berada di ketinggian 𝐻1 untuk pertama dan kedua kalinya, maka selang waktu ketika peluru
berada di ketinggian 𝐻1 untuk pertama kalinya sampai mencapai titik tertinggi adalah 𝑇1 /2.
Ketika berada di titik tertinggi, kecepatan peluru arah vertikal bernilai nol, maka
𝑔𝑇1 2𝑣1𝑦
𝑣𝑦 = 0 = 𝑣1𝑦 − ⟹ = 𝑇1 … (1)
2 𝑔
Kita tinjau posisi peluru untuk arah vertikal relatif terhadap titik di ketinggian 𝐻1 . Waktu untuk
mencapai posisi di ketinggian 𝐻2 adalah
1
𝐻2 − 𝐻1 = 𝑣1𝑦 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
2𝑣1𝑦 2(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑡2 − 𝑡+ =0
𝑔 𝑔
Subtitusi persamaan (1)
2(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑡 2 − 𝑇1𝑡 + =0
𝑔
Solusi untuk 𝑡 di atas ada dua yaitu
1 8(𝐻2 − 𝐻1 ) 1 8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑡= (𝑇1 − √𝑇1 2 − ) dan 𝑡 ′ = (𝑇1 + √𝑇1 2 − )
2 𝑔 2 𝑔
Untuk 𝑡 adalah selang waktu dari posisi ketinggian 𝐻1 untuk pertama kali sampai ke posisi
ketinggian 𝐻2 untuk pertama kali. Sedangkan 𝑡′ adalah selang waktu dari posisi ketinggian 𝐻1
untuk pertama kali sampai ke posisi ketinggian 𝐻2 untuk pertama kedua kalinya. Maka selisih
antara 𝑡′ dan 𝑡 adalah 𝑇2 atau
𝑡 ′ − 𝑡 = 𝑇2
1 8(𝐻2 − 𝐻1 ) 1 8(𝐻2 − 𝐻1 )
(𝑇1 + √𝑇1 2 − ) − (𝑇1 − √𝑇12 − ) = 𝑇2
2 𝑔 2 𝑔
8(𝐻2 − 𝐻1 )
√𝑇1 2 − = 𝑇2
𝑔
8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑇12 − = 𝑇2 2
𝑔
8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻2 − 𝐻1 )
𝑇1 2 − 𝑇2 2 = ⟹𝑔= … (2)
𝑔 𝑇1 2 − 𝑇2 2
Dengan cara yang sama untuk posisi di ketinggian 𝐻1 dan 𝐻3 akan kita dapatkan
8(𝐻3 − 𝐻1 )
𝑔= … (3)
𝑇12 − 𝑇3 2
Persamaan (3) sama dengan persamaan (2)
8(𝐻2 − 𝐻1 ) 8(𝐻3 − 𝐻1 )
2 2 =
𝑇1 − 𝑇2 𝑇12 − 𝑇3 2
𝐻3 − 𝐻1
𝑇1 2 − 𝑇32 = (𝑇1 2 − 𝑇2 2 )
𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = 𝑇12 − (𝑇1 2 − 𝑇2 2 )
𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻1 𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = 𝑇1 2 (1 − ) + 𝑇22 ( )
𝐻2 − 𝐻1 𝐻2 − 𝐻1
𝐻3 − 𝐻2 𝐻3 − 𝐻1
𝑇3 2 = −𝑇1 2 ( ) + 𝑇2 2 ( )
𝐻2 − 𝐻1 𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
𝑇3 = √
𝐻2 − 𝐻1
b. Agar 𝑇3 memiliki nilai atau kalau kata soal ada nilainya, dia haruslah berupa bilangan real. Agar
𝑇3 merupakan bilangan real, suku di dalam akar haruslah lebih besar dari nol
𝑇2 2 (𝐻3 − 𝐻1 ) − 𝑇1 2 (𝐻3 − 𝐻2 )
>0
𝐻2 − 𝐻1
𝑇2 2 𝐻3 − 𝑇22 𝐻1 > 𝑇1 2 𝐻3 − 𝑇1 2 𝐻2
2 2 2 2 𝑇1 2 𝐻2 − 𝑇2 2 𝐻1
(𝑇1 − 𝑇2 )𝐻3 < 𝑇1 𝐻2 − 𝑇2 𝐻1 ⟹ 𝐻3 <
𝑇12 − 𝑇22
8. Seekor laba-laba mengikatkan ujung kiri seutas benang fleksibel ke tembok dan memegangnya pada
ajarak 𝐿 dari tembok. Seekor ulat jatuh ke benang pada jarak 𝑥0 dari tembok dan langsung merayap
ke kiri dengan kelajuan 𝑣 terhadap benang. Seketika itu juga, laba-laba (yang diam di tempat) mulai
menarik benang ke kanan dengan kecepatan 𝑢. Kapan ulat berhasil lolos ke tembok? Apa syaratnya
agar ulat bisa lolos?
Petunjuk : soal ini bisa diselesaikan dengan sedikit integral logaritmik yang sederhana
Solusi :
Pertama kita hitung dulu kecepatan benang yang ditarik laba-laba sebagai fungsi jarak ulat dari
dinding atau 𝑥. Kecepatan benang pada jarak 𝑥 dari dinding adalah
𝑥
𝑉(𝑥) = 𝑢
𝐿
Kenapa bisa seperti itu? Pertama kita bagi benang sepanjang 𝐿 yang ditarik laba-laba menjadi 𝑁
segmen tali dengan panjang Δ𝑥 . Ketika benang di tarik, kecepatan setiap segmen tali terhadap
segmen di samping kirinya akan sama besarnya karena benang fleksibel dan dapat melar. Misalkan
kecepatan ini adalah 𝑤. Maka terhadap tanah, segmen paling kiri atau segmen pertama bergerak
dengan kecepatan 𝑤, segmen di sebelah kanannya atau segmen kedua bergerak dengan kecepatan
2𝑤, segmen ketiga bergerak dengan kecepatan 3𝑤 dan seterusnya. Kecepatan segmen tali ke 𝑁
adalah 𝑁𝑤 dan ini sama dengan besar kecepatan tarikan laba-laba 𝑢 atau
𝑢
𝑁𝑤 = 𝑢 ⟹ 𝑤 =
𝑁
Sekarang tinjau segmen ke 𝑛 yang berjarak 𝑥 dari dinding maka
𝑥
𝑛=
Δ𝑥
Kecepatan segmen ke 𝑛 ini adalah
𝑥 𝑢 𝑥
𝑉 (𝑥 ) = 𝑛𝑤 = = 𝑢
Δ𝑥 𝑁 𝑁Δ𝑥
Perhatikan bahwa 𝑁Δ𝑥 adalah panjang benang dari dinding sampai laba-laba yaitu 𝐿. Kecepatan
segmen ke 𝑛 ini atau kecepatan benang sebagai fungsi 𝑥 dimana 𝑥 dihitung dari dinding akan
menjadi
𝑥
𝑉(𝑥) = 𝑢
𝐿
Karena arah 𝑥 kita ukur dari dinding dan arah bertambahnya adalah ke kanan, maka arah positif
kecepatan juga harus ke kanan. Kecepatan segmen benang tadi berarah ke kanan sehingga nilainya
positif sedangkan kecepata ulat terhadap benang berarah ke kiri sehingga negatif. Maka kecepatan
ulat terhadap tanah sebagai fungsi 𝑥 menjadi
𝑣 ′ ( 𝑥 ) = 𝑉 (𝑥 ) − 𝑣
𝑑𝑥 𝑥 𝑢𝑥 − 𝑣𝐿
= 𝑢−𝑣 =
𝑑𝑡 𝐿 𝐿
𝑑𝑥 1
= 𝑑𝑡
𝑢𝑥 − 𝑣𝐿 𝐿
𝑑𝑥 1
= 𝑑𝑡
𝑢𝑥 − 𝑣𝐿 𝐿
Perhatikan bahwa
𝑑 𝑑 𝑑
(𝑢𝑥 − 𝑣𝐿) = 𝑢𝑥 − 𝑣𝐿
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 1
(𝑢𝑥 − 𝑣𝐿) = 𝑢 ⟹ 𝑑𝑥 = 𝑑(𝑢𝑥 − 𝑣𝐿)
𝑑𝑥 𝑢
Kita integralkan persamaan di atas. Pada saat awal yaitu ketika 𝑡 = 0, 𝑥 = 𝑥0 sedangkan pada saat
akhir, yaitu ketika ulat sampai di dinding, saat 𝑡 = 𝑇, 𝑥 = 0.
1 0 𝑑 (𝑢𝑥 − 𝑣𝐿) 1 𝑇
∫ = ∫ 𝑑𝑡
𝑢 𝑥0 𝑢𝑥 − 𝑣𝐿 𝐿 0
1 1
[ln|𝑢𝑥 − 𝑣𝐿|]0𝑥0 = [𝑡]𝑇0
𝑢 𝐿
1 −𝑣𝐿 1 𝐿 𝑣𝐿
ln | | = 𝑇 ⟹ 𝑇 = ln ( )
𝑢 𝑢𝑥0 − 𝑣𝐿 𝐿 𝑢 𝑣𝐿 − 𝑢𝑥0
Agar ulat bisa sampai di dinding, nilai logaritma natural di atas haruslah ada. Agar nilai logaritmanya
ada, suku yang berada di dalam logaritma haruslah lebih dari nol
𝑣𝐿
>0
𝑣𝐿 − 𝑢𝑥0
Solusi :
Pertama kita tentukan dulu titik asal sistem koordinat. Untuk mempermudah saya pilih poros rotasi
tongkat sebagai titik asal atau acuan. Berikutnya kita cari hubungan antara posisi bidang miring dan
tongkat, yaitu hubungan antara 𝑥 dan 𝜃. Perhatikan gambar berikut
𝑑 = 𝐿 sin 𝜃 cot 𝜙
Berikutnya akan kita peroleh pula
𝑥 + 𝑑 = 𝐿 cos 𝜃
Subtitusi hasil sebelumnya
𝑥 + 𝐿 sin 𝜃 cot 𝜙 = 𝐿 cos 𝜃
𝑥 = 𝐿(cos 𝜃 − sin 𝜃 cot 𝜙 )
Sekarang turunkan kedua ruas terhadap waktu, ingat yang berubah hanyalah 𝑥 dan 𝜃, parameter 𝜙
dan 𝐿 bernilai konstan sehingga
𝑑𝑥 𝑑
= 𝐿 (cos 𝜃 − sin 𝜃 cot 𝜙)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑 cos 𝜃 𝑑 sin 𝜃
= 𝐿( − cot 𝜙)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑𝜃 𝑑𝜃
= 𝐿 (− sin 𝜃 − cos 𝜃 cot 𝜙)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑑𝜃
= −𝐿(sin 𝜃 + cos 𝜃 cot 𝜙)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Kecepatan bidang miring sama untuk setiap bagiannya, sehingga 𝑑𝑥/𝑑𝑡 = 𝑣0 . Selanjutnya
perhatikan bahwa arah bertambahnya sudut 𝜃 berlawanan dengan arah 𝜔 sehingga 𝜔 = −𝑑𝜃/𝑑𝑡
𝑣0 = −𝐿(sin 𝜃 + cos 𝜃 cot 𝜙)(−𝜔)
cos 𝜃 cos 𝜙
𝑣0 = 𝐿 (sin 𝜃 + )𝜔
sin 𝜙
sin 𝜃 sin 𝜙 + cos 𝜃 cos 𝜙
𝑣0 = 𝐿 ( )𝜔
sin 𝜙
Dari kesamaan trigonometri akan kita peroleh
sin 𝜃 sin 𝜙 + cos 𝜃 cos 𝜙 = cos(𝜃 − 𝜙) = cos(𝜙 − 𝜃 )
Sehingga
cos(𝜙 − 𝜃 ) 𝑣0 sin 𝜙
𝑣0 = 𝐿 ( )𝜔 ⟹ 𝜔 =
sin 𝜙 𝐿 cos(𝜙 − 𝜃 )
Kita juga bisa menentukan hubungan 𝑥 dan 𝜃 dengan metode yang lainnya yaitu aturan sinus.
Perhatikan segitiga yang dibentuk sistem
Solusi :
a. Dimensi 𝑥, 𝑣, dan 𝑎 adalah
[𝑥 ] = [𝐿]
[𝑣 ] = [𝐿][𝑇]−1
[𝑎] = [𝐿][𝑇]−2
𝑎 = 6(𝐾 2 𝑥)1/3
𝑎3 = 216𝐾 2 𝑥
1
𝐾= 𝑎3/2 𝑥 −1/2
6√6
[𝐾 ] = [𝑎]3/2 [𝑥 ]−1/2
[𝐾 ] = [𝐿]3⁄2 [𝑇]−3 [𝐿]−1/2 ⟹ [𝐾 ] = [𝐿][𝑇]−3
𝑣 = √𝐵2 + 4 𝐴( 𝑥 − 𝐶 )
𝑣 2 = 𝐵 2 + 4 𝐴( 𝑥 − 𝐶 )
[𝑣 ] = [𝐵] ⟹ [𝐵] = [𝐿][𝑇]−1
[𝑥 ] = [𝐶 ] ⟹ [𝐶 ] = [𝐿]
1 2 3
𝑣 = 6𝐾 2/3 ( ) 𝑥 4/3
2 4
𝑣 2 = 9𝐾 2/3 𝑥 4/3
𝑣 = 3𝐾 1/3 𝑥 2/3 … (2)
𝑑𝑥
kecepatan adalah turunan pertama posisi terhadap waktu 𝑣 =
𝑑𝑡
𝑑𝑥
= 3𝐾 1/3 𝑥 2/3
𝑑𝑡
𝑥 −2/3 𝑑𝑥 = 3𝐾 1/3𝑑𝑡
Kita integralkan menggunakan syarat sebelumnya yaitu pada saat awal (𝑡 = 0) partikel berada
di titik O (𝑥 = 0).
𝑥 𝑡
∫ 𝑥 −2/3 𝑑𝑥 = 3𝐾 1/3 ∫ 𝑑𝑡
0 0
3𝑥 1/3 = 3𝐾 1/3 𝑡
𝑥 = 𝐾𝑡 3 … (3)
Ketika 𝑡 = 𝑡1 posisi partikel adalah
𝑥(𝑡1 ) = 𝐾𝑡1 3 … (4)
Subtitusi persamaan (4) ke (1) untuk mendapatkan percepatan partikel ketika 𝑡 = 𝑡1
𝑎(𝑡1 ) = 6𝐾 2/3 (𝐾𝑡1 3 )1/3
𝑎(𝑡1 ) = 6𝐾𝑡1 … (5)
Subtitusi persamaan (4) ke (2) untuk mendapatkan kecepatan partikel ketika 𝑡 = 𝑡1
𝑣(𝑡1 ) = 3𝐾 1/3 (𝐾𝑡1 3 )2/3
𝑣(𝑡1 ) = 3𝐾𝑡1 2 … (6)
Selanjtunya kita tinjau gerak partikel ketika 𝑡 ≥ 𝑡1 . Pada selang ini kecepatan partikel adalah
𝑣 = √𝐵2 + 4 𝐴( 𝑥 − 𝐶 )
𝑣 2 = 𝐵 2 + 4 𝐴( 𝑥 − 𝐶 )
Persamaan di atas analog dengan persamaan gerak lurus berubah beraturan atau GLBB yang
berbentuk
𝑣 2 = 𝑣0 2 + 2𝑎( 𝑥 − 𝑥0 )
Dengan 𝑣0 = 𝐵 , 𝑎 = 2𝐴 , dan 𝑥0 = 𝐶 adalah kecepatan awal, percepatan, posisi awal partikel
pada selang 𝑡 ≥ 𝑡1. Pada saat awal di selang ini adalah ketika 𝑡 = 𝑡1. Karena pada saat 𝑡 = 𝑡1
posisi 𝑥, kecepatan 𝑣, dan percepatan 𝑎 seluruhnya kontinu maka akan berlaku
𝑥 (𝑡1 ) = 𝑥0 ⟹ 𝐶 = 𝐾𝑡1 3
𝑣 (𝑡1 ) = 𝑣0 ⟹ 𝐵 = 3𝐾𝑡1 2
𝑎(𝑡1 ) = 𝑎 ⟹ 𝐴 = 3𝐾𝑡1
Maka nilai 𝐴𝐵/(𝐶𝐾) adalah
𝐴𝐵 (3𝐾𝑡1 )(3𝐾𝑡1 2 ) 𝐴𝐵
= 3 ⟹ =9
𝐶𝐾 (𝐾𝑡1 )𝐾 𝐶𝐾
3. Sebuah piringan pejal dengan jari-jari 𝑟 dipaku pada pusatnya di atas meja horizontal sehingga tidak
dapat bergerak maupun berputar. Salah satu ujung tali dengan massa diabaikan dan tak dapat mulur
ditempelkan pada sebuah titik pada piringan. Ujung tali lainnya diikatkan pada sebuah kelereng
kecil. Perhatikan ilustrasi di atas ini (dilihat dari atas meja). Notasikan sudut yang dibentuk bagian
tali yang terlilit (menempel) pada piringan sebagai 𝜃. Diketahui bahwa panjang tali sama dengan
dua kali keliling piringan (gambar hanya untuk ilustrasi dan tidak sesuai skala). Mula-mula tali
dibiarkan lurus (horizontal pada gambar, 𝜃 = 0) dan belum ada bagian tali yang melilit piringan.
Kemudian kelereng diberi kecepatan awal 𝑣0 dengan arah tegak lurus tali. Tentukan waktu yang
dibutuhkan kelereng untuk menumbuk piringan (ketika seluruh tali sudah melilit piringan).
Petunjuk : Pada soal ini kita bisa meninjau perubahan kecil pada sistem, misal saat 𝜃 > 0, kemudian
kita tinjau kondisi setelah selang waktu 𝑑𝑡 yang kecil sehingga sudut 𝜃 berubah sebesar 𝑑𝜃 .
Hubungkan besaran-besaran ini dengan panjang tali dan ingat bahwa 𝜔 = 𝑑𝜃/𝑑𝑡 dan gunakan
integral untuk menentukan waktu yang dicari. (Try Out Treefy Pra OSK 2018)
4. Suatu benda bergerak dengan kecepatan yang bervariasi sebagai fungsi posisi 𝑥 yaitu 𝑣(𝑥 ) = 𝐴 −
𝐵𝑥 dengan 𝐴 dan 𝐵 adalah suatu konstanta positif. Saat awal partikel berada di posisi 𝑥0 . Tentukan
posisi, kecepatan, dan percepatan partikel sebagai fungsi waktu!
5. Sebuah papan yang kokoh dan cukup panjang di sandarkan pada sebuah balok yang tidak dapat
bergerak dan ujung bawah batang diporos di atas lantai sehingga papan yang memiliki panjang 𝐻
ini tidak dapat bergerak dan dia membentuk sudut 𝜃 dengan lantai. Di depan papan tersebut
terdapat bidang miring dengan sudut kemiringan 𝜙. Seseorang melemparkan bola kecil dari ujung
atas batang secara tegak lurus dengan batang dan dia ingin bola ini mendarat secara tegak lurus
pada bidang miring. Berapakan kecepatan 𝑣 yang harus diberikan oleh orang ini? Percepatan
gravitasi adalah 𝑔 dan arahnya ke bawah.
6. Sebuah peluru ditembakkan dari suatu tempat dengan kecepatan awal 𝑣1 dan sudut elevasi 𝜙. Pada
saat yang bersamaan, sebuah peluru lain ditembakkan dengan kecepatan awal 𝑣2 dan pada sudut
elevasi 𝜑 di titik penembakan yang sama. Dimanakah kedua peluru tersebut bertemu? Jadikan titik
penembakan sebagai titik asal sistem koordinat kamu. Percepatan gravitasi konstan sebesar 𝑔 dan
arahnya ke bawah. Nilai 𝑣1 , 𝑣2 , 𝜙, dan 𝜑 telah diatur sedemikian hingga kedua peluru akan bertemu.
Bagaimana hasilnya jika keduanya ditembakkan dengan kecepatan yang sama yaitu 𝑣1 = 𝑣2 = 𝑣?
7. Di atas suatu meja licin, dipasang dua buah silinder yang masing-masing di poros pada pusatnya
sehingga keduanya dapat berotasi tanpa gesekan terhadap porosnya. Masing-masing silinder
memiliki kecepatan sudut awal 𝜔0 dan berotasi pada arah yang putaran yang sama yaitu searah
jarum jam (clockwise). Kedua buah silinder tersebut digambarkan oleh ilustrasi berikut.
Karena permukaan kedua silinder kasar, akan timbul gaya gesek yang menyebabkan hubungan
perlambatan sudut kedua silinder adalah
𝐼1 𝛼1 𝐼2 𝛼2
=
𝑅1 𝑅2
Dengan 𝐼1 dan 𝐼2 adalah suatu besaran yang dinamakan momen inersia dari masing-masing silinder
serta 𝑅1 dan 𝑅2 adalah jari-jari silinder 1 dan 2. Tentukan kecepatan sudut akhir masing-masing
silinder, yaitu 𝜔1𝑎 dan 𝜔2𝑎 dimana kedua silinder telah berhenti bergesekan ( sliding) satu sama
lain!
Petunjuk : kedua silinder akan berhenti bergesekan saat kecepatan tepinya yang kontak satu sama
lain bernilai sama besar namun berlawanan arah. (OSN Fisika 2015)
8. Pada soal di bawah ini, satu dari dua cincin dengan jari-jari 𝑅 diam, sedangkan cincin yang lain
bergerak pada kecepatan 𝑣 menuju yang pertama. Tentukan kecepatan pada titik potong atas yang
tergantung pada 𝑎, yaitu jarak antara pusat-pusat cincin!
Petunjuk : Tentukan titik asal koordinat sistem (pilih titik yang diam), kemudian tentukan posisi
titik potong dan pusat massa cincin yang bergerak, gunakan diferensial untuk menentukan
hubungan antar kecepatannya (Jaan Kalda)
9. Dua papan halus yang licin terletak dalam bidang vertikal yang sama dan membuat sudut 𝛼
terhadap horizontal (lihat gambar di bawah, kedua papan diam). Beberapa saat kemudian, dua bola
kecil dilepaskan dari titik A dan B dan mulai meluncur ke bawah. Kedua bola membutuhkan masing-
masing waktu 𝑡1 untuk bola yang mulai bergerak dari titik A dan 𝑡2 untuk bola yang mulai bergerak
dari titik B untuk mencapai tanah. Pada saat kapan jarak antara kedua bola minimum dihitung sejak
kedua bola dilepaskan (kedua bola dilepaskan bersamaan)? Percepatan suatu benda di atas bidang
miring licin adalah 𝑔 sin 𝛼 dengan 𝛼 adalah sudut kemiringan bidang miring (diturunkan dari
Hukum II Newton). (Jaan Kalda)
10. Sebuah silinder dililit dengan benang kemudian benang ujung benang diikatkan ke dinding. Silinder
berada di atas permukaan horizontal yang ditarik dengan kecepatan 𝑣 (tegak lurus dengan sumbu
silinder). Cari kecepatan sumbu silinder sebagai fungsi dari sudut 𝛼, yaitu sudut antara benang yang
terulur dengan bidang vertikal. Silinder menggelinding di permukaan tanpa tergelincir. (Jaan Kalda)
11. Sebuah cincin kecil terletak pada batang vertikal dikaitkan pada tali tak bermassa dan tidak elastis
yang ujung lainnya diikatkan pada bagian atas batang vertikal lain (batang tidak dapat bergerak)
seperti tampak pada gambar kiri. Kemudian terdapat cincin identik lain yang dilepaskan dari
ujung atas tali sehingga pada suatu saat tertentu kecepatan cincin tersebut adalah 𝑣1 dan tali
sedang membentuk sudut 𝜃 terhadap vertikal, seperti tampak pada gambar kanan. Tidak ada
gesekan antara tali dengan cincin kanan, begitu juga antara cincin dan batang. Ambil acuan sumbu
positif ke arah bawah. (Jaan Kalda)
13. Sebuah kapal berat ditarik oleh dua buah perahu. Masing-masing perahu bergerak dengan
kecepatan 𝑣1 dan 𝑣2 serta sudut antara kecepatannya adalah 𝜃. Berapa kecepatan kapal, jika kita
tali-talinya sejajar vekt or-vektor kecepatannya (lihat gambar di bawah)? tali yang digunakan
adalah tali karmantel yang sangat kuat dan tidak elastis. (Jaan Kalda)
14. Sebuah bola terletak di ujung bawah suatu bidang miring dengan sudut kemiringan 𝛼. Bola juga
diikat dengan tali yang tidak bisa meregang dan ujung tali yang lainnya diikatkan di dinding vertikal
pada titik B (lihat gambar). Berapakah kecepatan bola saat bidang miring telah bergerak sejauh 𝑥
dari dinding dan percepatannya konstan 𝑎0 ? Pada saat awal, bidang miring diam dan berhimpit
dengan dinding. (Jaan Kalda)
15. Pada soal ini akan dihitung berapa kecepatan minimum untuk menembak sebuah target yang
berada di belakang sebuah tembok.
a. Pertama tinjau gerak benda ke sebuah bidang miring dengan sudut kemiringan 𝛼 (lihat gambar
di bawah). Sebuah benda ditembakkan dengan kecepatan awal 𝑣0 membentuk sudut 𝜃
terhadap horizontal. Benda akan mengenai target pada jarak 𝑠 sepanjang bidang miring pada
nilai 𝑣0 dan 𝜃 tertentu. Dapat dibuktikan bahwa besar kecepatan minimum adalah 𝑣0 2 =
𝑔𝑠(𝑎 + 𝑏 sin 𝛼 + 𝑐 cos 𝛼 ) , dengan 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 adalah suatu konstanta tanpa dimensi. Tentukan
nilai 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 tersebut!
b. Sekarang perhatikan ilustrai di bawah. sebuah target berada pada posisi 3𝑎 di sebelah kanan
tembok setinggi 4𝑎. Ketebalan tembok pada bagian ini dapat diabaikan. Anda dapat menembak
dari posisi manapun di sisi sebelah kiri tembok namun harus dari permukaan tanah. Tentukan
besar kecepatan minimum agar dapat mengenai target. Sketsa bentuk lintasan benda.
c. Tinjau tembok dengan ketebalan 𝑑 (lihat gambar di bawah). target berjarak 3𝑎 dari sisi kiri
tembok.
Tentukan besar kecepatan minimum untuk mengenai target, sketasa bentuk lintasan benda jika
i. 𝑑 = 𝑎/2
ii. 𝑑 = 𝑎
Solusi :
a. Partikel akan mengalami gerak parabola. Karena percepatan gravitasi hanya ada pada arah
vertikal sedangkan tidak ada percepatan pada partikel untuk arah horizontal, kecepatan partikel
pada arah horizontal akan senantiasa konstan. Dengan kecepatan awal 𝑣, proyeksi kecepatan
partikel pada arah horizontal adalah 𝑣𝑥 = 𝑣 cos 𝜃. Sekarang kita tinjau kondisi saat partikel tepat
di titik tertingginya. Saat partikel di posisi tertinggi ini kita tahu bahwa kecepatan partikel pada
arah vertikal bernilai nol, artinya dia hanya bergerak pada arah horizontal di titik tertinggi ini.
Misalkan ketinggian partikel dari permukaan atas pipa saat di titik tertinggi adalah ℎ (kita bisa
dapatkan nilai ini). Perhatikan gambar berikut!
Gerak dari titik tertinggi ke titik D (misalkan waktu tempuhnya adalah 𝑡1 ) akan kita peroleh
untuk arah horizontal
𝐿 𝐿
= 𝑣𝑥 𝑡1 ⟹ 𝑡1 =
2 2𝑣𝑥
1 1 𝐿 2 𝑔𝐿2 𝑔𝐿2
ℎ= 𝑔𝑡1 2 = 𝑔 ( ) = ⟹ ℎ = … (1)
2 2 2𝑣𝑥 8𝑣𝑥 2 8𝑣𝑥 2
Gerak dari titik tertinggi ke titik E (misalkan waktu tempuhnya adalah 𝑡2 ) akan kita peroleh
untuk arah horizontal
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
+ 𝐿 cos 600 = + = 𝐿 = 𝑣𝑥 𝑡2 ⟹ 𝑡2 =
2 2 2 𝑣𝑥
0
𝐿 1 2
1 𝐿 2 𝑔𝐿2
ℎ + 𝐿 sin 60 = ℎ + √3 = 𝑔𝑡2 = 𝑔 ( ) =
2 2 2 𝑣𝑥 2𝑣𝑥 2
𝐿 𝑔𝐿2
ℎ + √3 =
2 2𝑣𝑥 2
𝑔𝐿2 𝐿 𝑔𝐿2
+ √3 =
8𝑣𝑥 2 2 2𝑣𝑥 2
1
𝑣𝑥 = √√3𝑔𝐿 … (2)
2
𝑔𝐿2 1
ℎ= ⟹ℎ= 𝐿
8(√3/4)𝑔𝐿 2√3
ingat bahwa 𝑣𝑥 = 𝑣 cos 𝜃 sehingga persamaan (2) dapat kita ubah menjadi
√3
𝑣 cos 𝜃 = √ 𝑔𝐿 … (3)
4
Tinjau gerak dari lantai (saat pelemparan) sampai titik tertinggi (misalkan waktu tempuhnya
adalah 𝑡3 ) akan kita peroleh
𝑣𝑦 = 𝑣0𝑦 − 𝑔𝑡
Ingat saat di titik tertinggi kecepatan partikel arah vertikal nol dan kecepatan awal partikel pada
arah vertikal adalah 𝑣0𝑦 = 𝑣 sin 𝜃 sehingga
𝑣 sin 𝜃
0 = 𝑣 sin 𝜃 − 𝑔𝑡3 ⟹ 𝑡3 =
𝑔
Tinjau persamaan posisi pada arah vertikal untuk gerakan dari lantai sampai tertinggi ini, akan
kita peroleh
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡3 − 𝑔𝑡3 2
2
𝑣 sin 𝜃 1 𝑣 sin 𝜃 2
ℎ + 2𝐿 sin 600 = 0 + 𝑣 sin 𝜃 − 𝑔( )
𝑔 2 𝑔
𝑣 2 sin2 𝜃
ℎ + √3𝐿 =
2𝑔
subtitusi nilai ℎ
7 𝑣 2 sin2 𝜃
√3𝐿 =
6 2𝑔
7√3
𝑣 sin 𝜃 = √ 𝑔𝐿 … (4)
3
√(7√3/3)𝑔𝐿
𝑣 sin 𝜃
=
𝑣 cos 𝜃
√(√3/4)𝑔𝐿
28 28
tan 𝜃 = √ ⟹ 𝜃 = tan−1 (√ )
3 3
Dengan sedikit modifikasi trigonometri menggunakan segitiga berikut akan kita peroleh
28 3
sin 𝜃 = √ dan cos 𝜃 = √
31 31
3 √3 31√3
𝑣√ = √ 𝑔𝐿 ⟹ 𝑣 = √ 𝑔𝐿
31 4 12
b. Waktu tempuh total dari saat pelemparan sampai tiba kembali di lantai setelah melewaati pipa
sama dengan 𝑇 = 2𝑡3 (lihat simetri sistem) sehingga
2𝑣
𝑇= sin 𝜃
𝑔
Jarak jangkauan mendatar peluru menjadi
2𝑣 2
𝑥 = 𝑣𝑥 𝑇 = sin 𝜃 cos 𝜃
𝑔
2 31√3 28 3
𝑥= ( 𝑔𝐿) (√ ) (√ ) ⟹ 𝑥 = 31√7𝐿
𝑔 12 31 31
2. Perhatikan gambar di bawah! Ujung kiri seutas karet fleksibel yang panjangnya 𝐿0 diikatkan ke
tembok, sementara ujung kanan di tarik dengan kecepatan 𝑢. Pada saat 𝑡 = 0, seekor siput mulai
berjalan dari tembok ke kanan dengan kecepatan 𝑣 relatif terhadap karet. Kapan siput akan
mencapai ujung kanan karet?
Solusi :
Kita tinjau kondisi ketika waktu 𝑡 dan siput berada sejauh 𝑥 dari tembok.
Karena karet bertambah panjang, kecepatan setiap segmen karet juga berbeda-beda. Kecepatan
segmen karet sejauh 𝑥 dari dinding adalah
𝑥
𝑣𝑘 = 𝑢
𝐿
Dimana 𝐿 adalah panjang total dari karet setelah selang waktu 𝑡 dari saat awal, yaitu saat siput
berada tepat di tembok. Maka
𝐿 = 𝐿0 + 𝑢𝑡
Sehingga
𝑥
𝑣𝑘 = 𝑢
𝐿0 + 𝑢𝑡
𝑣𝑠 = 𝑣 + 𝑣𝑘
𝑥
𝑣𝑠 = 𝑣 + 𝑢
𝐿0 + 𝑢𝑡
𝑑𝑥
𝑣𝑠 perubahan perpindahan siput terhadap waktu atau
𝑑𝑡
𝑑𝑥 𝑥
=𝑣+ 𝑢
𝑑𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡
𝑑𝑥 𝑥
− 𝑢=𝑣
𝑑𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡
Persamaan terakhir di atas adalah bentuk umum persamaan diferensial orde pertama
𝑑𝑦
+ 𝑝(𝑥 )𝑦 = 𝑞(𝑥)
𝑑𝑥
Dengan
𝑦=𝑥
𝑥=𝑡
𝑢
𝑝 (𝑥 ) = −
𝐿0 + 𝑢𝑡
𝑞 (𝑥 ) = 𝑣
Pertama kita cari dulu faktor integral dari persamaan diferensial di atas
𝑢 𝑑 (𝐿0 + 𝑢𝑡)
∫− 𝑑𝑡 = − ∫ = − ln|𝐿0 + 𝑢𝑡| = ln|𝐿0 + 𝑢𝑡|−1
𝐿0 + 𝑢𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡
−1 1
𝑒 ln|𝐿0 +𝑢𝑡| =
𝐿0 + 𝑢𝑡
1 𝑑𝑥 1 𝑥 1
− 𝑢= 𝑣
𝐿0 + 𝑢𝑡 𝑑𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡
1 𝑑𝑥 𝑥𝑢 𝑣
− 2
=
𝐿0 + 𝑢𝑡 𝑑𝑡 (𝐿0 + 𝑢𝑡) 𝐿0 + 𝑢𝑡
Perhatikan bahwa suku sebelah kiri bisa kita modifikasi menjadi seperti di bawah ini dengan
mengingat kembali aturan rantai
𝑑 𝑥 1 𝑑𝑥 𝑥𝑢
( )= −
𝑑𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡 𝑑𝑡 (𝐿0 + 𝑢𝑡)2
Maka
𝑑 𝑥 𝑣
( )=
𝑑𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡
𝑥 𝑣𝑑𝑡
𝑑( )=
𝐿0 + 𝑢𝑡 𝐿0 + 𝑢𝑡
Berikutnya kita integralkan persamaan di atas. Ketika siput sampai di ujung karet, 𝑡 = 𝑇 dan 𝑥 =
𝐿0 + 𝑢𝑇.
𝐿0 +𝑢𝑇 𝑇
𝑥 𝑣𝑑𝑡
∫ 𝑑( )=∫
0 𝐿0 + 𝑢𝑡 0 𝐿0 + 𝑢𝑡
𝐿0 + 𝑢𝑇 𝑣 𝐿0 + 𝑢𝑇
= ln | |
𝐿0 + 𝑢𝑇 𝑢 𝐿0
𝑢 𝐿0 + 𝑢𝑇
= ln | |
𝑣 𝐿0
𝐿0 + 𝑢𝑇 𝑢
= 𝑒𝑣
𝐿0
𝑢
𝐿0 + 𝑢𝑇 = 𝐿0 𝑒 𝑣
𝑢 𝐿0 𝑢
𝑢𝑇 = 𝐿0 (𝑒 𝑣 − 1) ⟹ 𝑇 = (𝑒 𝑣 − 1)
𝑢
3. Sebuah piringan pejal dengan jari-jari 𝑟 dipaku pada pusatnya di atas meja horizontal sehingga tidak
dapat bergerak maupun berputar. Salah satu ujung tali dengan massa diabaikan dan tak dapat mulur
ditempelkan pada sebuah titik pada piringan. Ujung tali lainnya diikatkan pada sebuah kelereng
kecil. Perhatikan ilustrasi di atas ini (dilihat dari atas meja). Notasikan sudut yang dibentuk bagian
tali yang terlilit (menempel) pada piringan sebagai 𝜃. Diketahui bahwa panjang tali sama dengan
dua kali keliling piringan (gambar hanya untuk ilustrasi dan tidak sesuai skala). Mula-mula tali
dibiarkan lurus (horizontal pada gambar, 𝜃 = 0) dan belum ada bagian tali yang melilit piringan.
Kemudian kelereng diberi kecepatan awal 𝑣0 dengan arah tegak lurus tali. Tentukan waktu yang
dibutuhkan kelereng untuk menumbuk piringan (ketika seluruh tali sudah melilit piringan).
Petunjuk : Pada soal ini kita bisa meninjau perubahan kecil pada sistem, misal saat 𝜃 > 0 ,
kemudian kita tinjau kondisi setelah selang waktu 𝑑𝑡 yang kecil sehingga sudut 𝜃 berubah sebesar
𝑑𝜃. Hubungkan besaran-besaran ini dengan panjang tali dan ingat bahwa 𝜔 = 𝑑𝜃/𝑑𝑡dan gunakan
integral untuk menentukan waktu yang dicari. (Try Out Treefy Pra OSK 2018)
Solusi :
Tinjau gerak kelereng relatif terhadap titik sentuh tali yang tepat akan melilit piringan. Kelereng
bergerak melingkar terhadap titik ini sehingga berlaku
𝑣0 = 𝜔𝑅
Dengan 𝑅 adalah panjang tali yang belum melilit tali. Saat tali yang melilit piringan membentuk
sudut 𝜃, nilai 𝑅 adalah
𝑅 = 𝐿 − 𝑟𝜃
Karena 𝜔 dan 𝜃 searah, 𝜔 adalah turunan pertama 𝜃 terhadap waktu sehingga
𝑑𝜃
𝜔=
𝑑𝑡
Maka
𝑑𝜃
𝑣0 = (𝐿 − 𝑟𝜃 )
𝑑𝑡
(𝐿 − 𝑟𝜃 )𝑑𝜃 = 𝑣0 𝑑𝑡
Saat awal atau 𝑡 = 0, 𝜃 = 0. Misal saat semua bagian tali telah melilit piringan terjadi saat 𝑡 = 𝑇.
Karena panjang tali adalah dua keliling lingkaran, sudut yang dibentuk tali saat sudah sepenuhnya
melilit piringan adalah
𝐿 = 2(2𝜋𝑟) = 𝜃f𝑟 ⟹ 𝜃f = 4𝜋
Integralkan persamaan sebelumnya dengan syarat-syarat batas ini
4𝜋 𝑇
∫ (4𝜋𝑟 − 𝑟𝜃 )𝑑𝜃 = 𝑣0 ∫ 𝑑𝑡
0 0
4𝜋
𝑟𝜃 2
[4𝜋𝑟𝜃 − ] = 𝑣0 [𝑡]𝑇0
2 0
8𝜋 2 𝑟
16𝜋 2 𝑟 − 8𝜋 2 𝑟 = 8𝜋 2 𝑟 = 𝑣0 𝑇 ⟹ 𝑇 =
𝑣0
4. Suatu benda bergerak dengan kecepatan yang bervariasi sebagai fungsi posisi 𝑥 yaitu 𝑣(𝑥 ) = 𝐴 −
𝐵𝑥 dengan 𝐴 dan 𝐵 adalah suatu konstanta positif. Saat awal partikel berada di posisi 𝑥0 . Tentukan
posisi, kecepatan, dan percepatan partikel sebagai fungsi waktu!
Solusi :
Kita tahu bahwa
𝑑𝑥
𝑣= = 𝐴 − 𝐵𝑥
𝑑𝑡
Sehingga
𝑑𝑥
= 𝑑𝑡
𝐴 − 𝐵𝑥
Integralkan kedua sisi dengan batas-batas yang diberikan soal
𝑥 𝑡
𝑑𝑥
∫ = ∫ 𝑑𝑡
𝑥0 𝐴 − 𝐵𝑥 0
𝐴 − 𝐵𝑥
ln | | = −𝐵𝑡
𝐴 − 𝐵𝑥0
𝐴 − 𝐵𝑥
= 𝑒 −𝐵𝑡
𝐴 − 𝐵𝑥0
𝐴 − 𝐵𝑥 = (𝐴 − 𝐵𝑥0 )𝑒 −𝐵𝑡
𝐴 𝐴
𝑥(𝑡) = − ( − 𝑥0 ) 𝑒 −𝐵𝑡
𝐵 𝐵
Turunkan persamaan di atas terhadap waktu untuk mendapatkan kecepatan partikel sebagai fungsi
waktu
𝑑𝑥 𝐴
𝑣= = 𝐵 ( − 𝑥0 ) 𝑒 −𝐵𝑡
𝑑𝑡 𝐵
𝑣 (𝑡) = (𝐴 − 𝐵𝑥0 )𝑒 −𝐵𝑡
Turunkan lagi persamaan di atas untuk mendapatkan percepatan partikel sebagai fungsi waktu
𝑑𝑣
𝑎= = −𝐵(𝐴 − 𝐵𝑥0 )𝑒 −𝐵𝑡
𝑑𝑡
𝑎(𝑡) = (𝐵2 𝑥0 − 𝐴𝐵)𝑒 −𝐵𝑡
5. Sebuah papan yang kokoh dan cukup panjang di sandarkan pada sebuah balok yang tidak dapat
bergerak dan ujung bawah batang diporos di atas lantai sehingga papan yang memiliki panjang 𝐻
ini tidak dapat bergerak dan dia membentuk sudut 𝜃 dengan lantai. Di depan papan tersebut
terdapat bidang miring dengan sudut kemiringan 𝜙. Seseorang melemparkan bola kecil dari ujung
atas batang secara tegak lurus dengan batang dan dia ingin bola ini mendarat secara tegak lurus
pada bidang miring. Berapakan kecepatan 𝑣 yang harus diberikan oleh orang ini? Percepatan
gravitasi adalah 𝑔 dan arahnya ke bawah.
Solusi :
Untuk mempermudah analisis soal ini, kita gunakan sistem koordinat yang baru yaitu sumbu 𝑥
sejajar bidang miring dan sumbu 𝑦 tegak lurus bidang miring. Proyeksikan percepatan gravitasi
pada kedua arah ini
𝑎𝑥 = −𝑔 sin 𝜙
𝑎𝑦 = −𝑔 cos 𝜙
Perhatikan gambar di bawah ini
𝑦0 = 𝐻 cos 𝛽 ⟹ 𝑦0 = 𝐻 sin(𝜃 + 𝜙)
Saat bola jatuh tegak lurus pada bidang miring, berarti kecepatan bola arah sumbu 𝑥 tepat saat
menumbuk bidang miring bernilai nol, dari sini kita peroleh
𝑣𝑥 = 𝑣0𝑥 + 𝑎𝑥 𝑡
𝑣 sin(𝜃 + 𝜙)
0 = 𝑣 sin(𝜃 + 𝜙) − 𝑔 sin 𝜙 𝑡 ⟹ 𝑡 = … (2)
𝑔 sin 𝜙
Tinjau gerak bola pada sumbu 𝑦. Tepat saat sampai di bidang miring, posisi 𝑦 = 0 sehingga
1
𝑦 = 𝑦0 + 𝑣0𝑦 𝑡 + 𝑎𝑦 𝑡 2
2
Subtitusi persamaan (2) dan data-data yang terkait
2
𝑣 sin(𝜃 + 𝜙) 1 𝑣 sin(𝜃 + 𝜙)
0 = 𝐻 sin(𝜃 + 𝜙) + 𝑣 cos(𝜃 + 𝜙) − 𝑔 cos 𝜙 ( )
𝑔 sin 𝜙 2 𝑔 sin 𝜙
𝑣 2 cos(𝜃 + 𝜙) 𝑣 2 sin(𝜃 + 𝜙) cos 𝜙
0=𝐻+ −
𝑔 sin 𝜙 2 sin2 𝜙
𝑣 2 sin(𝜃 + 𝜙) cos 𝜙 2𝑣 2 cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙
𝐻= −
2𝑔 sin2 𝜙 2𝑔 sin2 𝜙
𝑣2
𝐻= [sin(𝜃 + 𝜙) cos 𝜙 − cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙 − cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙]
2𝑔 sin2 𝜙
Ingat sifat sin(𝑥 − 𝑦) = sin 𝑥 cos 𝑦 − cos 𝑥 sin 𝑦, akan kita peroleh
𝑣2
𝐻= [sin(𝜃 + 𝜙 − 𝜙) − cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙]
2𝑔 sin2 𝜙
𝑣2
𝐻= [sin 𝜃 − cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙]
2𝑔 sin2 𝜙
2𝑔𝐻 2𝑔𝐻
𝑣 2 = sin2 𝜙 ⟹ 𝑣 = sin 𝜙 √
sin 𝜃 − cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙 sin 𝜃 − cos(𝜃 + 𝜙) sin 𝜙
6. Sebuah peluru ditembakkan dari suatu tempat dengan kecepatan awal 𝑣1 dan sudut elevasi 𝜙. Pada
saat yang bersamaan, sebuah peluru lain ditembakkan dengan kecepatan awal 𝑣2 dan pada sudut
elevasi 𝜑 di titik penembakan yang sama. Dimanakah kedua peluru tersebut bertemu? Jadikan titik
penembakan sebagai titik asal sistem koordinat kamu. Percepatan gravitasi konstan sebesar 𝑔 dan
arahnya ke bawah. Nilai 𝑣1 , 𝑣2 , 𝜙, dan 𝜑 telah diatur sedemikian hingga kedua peluru akan bertemu.
Bagaimana hasilnya jika keduanya ditembakkan dengan kecepatan yang sama yaitu 𝑣1 = 𝑣2 = 𝑣?
Solusi :
Pertama kita tinjau gerak parabola secara umum dimana suatu benda dilemparkan dengan
kecepatan awal 𝑣0 dan pada sudut elevasi 𝜃. Benda ini kita asumsikan dilemparkan dari permukaan
tanah dan menjadikan titik pelemparannya sebagai titik asal sistem koordinat. Dari persamaan
posisi pada sumbu 𝑥 kita peroleh
𝑥
𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡 ⟹ 𝑡 = … (1)
𝑣0 cos 𝜃
Kemudian dari persamaan posisi pada sumbu 𝑦 akan kita peroleh pula
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
Subtitusi persamaan (1)
𝑥 1 𝑥 2
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 − 𝑔( )
𝑣0 cos 𝜃 2 𝑣0 cos 𝜃
𝑔𝑥 2
𝑦 = 𝑥 tan 𝜃 − … (2)
2𝑣0 2 cos 2 𝜃
Akhirnya kita dapatkan persamaan (2), yaitu hubungan antara posisi benda pada sumbu 𝑥 dan 𝑦.
Sekarang kita tinjau hubungan posisi masing-masing peluru. Dari masing-masing peluru akan kita
peroleh
𝑔𝑥1 2
𝑦1 = 𝑥1 tan 𝜙 −
2𝑣1 2 cos 2 𝜙
𝑔𝑥2 2
𝑦2 = 𝑥2 tan 𝜑 −
2𝑣2 2 cos 2 𝜑
Saat kedua peluru bertemu, berarti keduanya berada di posisi yang sama, atau 𝑥1 = 𝑥2 = 𝑥𝑡 dan
𝑦1 = 𝑦2 = 𝑦𝑡 dimana 𝑥𝑡 dan 𝑦𝑡 adalah posisi kedua peluru ketika bertemu. Menggunakan ini akan
kita peroleh
𝑔𝑥𝑡 2 𝑔𝑥𝑡 2
𝑥𝑡 tan 𝜙 − = 𝑥𝑡 tan 𝜑 −
2𝑣1 2 cos 2 𝜙 2𝑣2 2 cos 2 𝜑
𝑔𝑥𝑡 2 1 1
( 2 − 2 ) = 𝑥𝑡 (tan 𝜑 − tan 𝜙 )
2 𝑣2 cos 𝜑 𝑣1 cos 2 𝜙
2
7. Di atas suatu meja licin, dipasang dua buah silinder yang masing-masing di poros pada pusatnya
sehingga keduanya dapat berotasi tanpa gesekan terhadap porosnya. Masing-masing silinder
memiliki kecepatan sudut awal 𝜔0 dan berotasi pada arah yang putaran yang sama yaitu searah
jarum jam (clockwise). Kedua buah silinder tersebut digambarkan oleh ilustrasi berikut.
Karena permukaan kedua silinder kasar, akan timbul gaya gesek yang menyebabkan hubungan
perlambatan sudut kedua silinder adalah
𝐼1 𝛼1 𝐼2 𝛼2
=
𝑅1 𝑅2
Dengan 𝐼1 dan 𝐼2 adalah suatu besaran yang dinamakan momen inersia dari masing-masing silinder
serta 𝑅1 dan 𝑅2 adalah jari-jari silinder 1 dan 2. Tentukan kecepatan sudut akhir masing-masing
silinder, yaitu 𝜔1𝑎 dan 𝜔2𝑎 dimana kedua silinder telah berhenti bergesekan ( sliding) satu sama
lain!
Petunjuk : kedua silinder akan berhenti bergesekan saat kecepatan tepinya yang kontak satu sama
lain bernilai sama besar namun berlawanan arah. (OSN Fisika 2015)
Solusi :
Syarat agar kedua silinder tidak saling sliding lagi adalah kecepatan linier tepinya memiliki besar
yang sama namun berlawanan arah.
𝑣1 = −𝑣2
𝑅1
𝜔1𝑎 𝑅1 = −𝜔2𝑎 𝑅2 ⟹ 𝜔2𝑎 = − 𝜔 … (1)
𝑅2 1𝑎
Misalkan kedua silinder berhenti sliding setelah selang waktu 𝑡𝑎 , maka perlambatan sudut kedua
silinder adalah
Silinder pertama
𝜔1𝑎 − 𝜔0
𝛼1 = … (2)
𝑡𝑎
Silinder kedua
𝜔2𝑎 − 𝜔0
𝛼2 = … (3)
𝑡𝑎
Subtitusi persamaan (2) dan (3) ke hubungan perlambatan kedua silinder yang telah diberikan soal
𝐼1 𝜔1𝑎 − 𝜔0 𝐼2 𝜔2𝑎 − 𝜔0 𝜔1𝑎 − 𝜔0 𝜔2𝑎 − 𝜔0
( )= ( ) ⟹ 𝐼1 = 𝐼2
𝑅1 𝑡𝑎 𝑅2 𝑡𝑎 𝑅1 𝑅2
Subtitusi persamaan (1)
𝐼2 𝑅1 2 𝐼2 𝑅1
𝜔1𝑎 − 𝜔0 = − ( ) 𝜔1𝑎 − 𝜔
𝐼1 𝑅2 𝐼1 𝑅2 0
𝐼2 𝑅1 2 𝐼2 𝑅1
𝜔1𝑎 + ( ) 𝜔1𝑎 = 𝜔0 − 𝜔
𝐼1 𝑅2 𝐼1 𝑅2 0
𝐼2 𝑅1 2 𝐼2 𝑅1
𝜔1𝑎 [1 + ( ) ] = 𝜔0 (1 − )
𝐼1 𝑅2 𝐼1 𝑅2
𝐼 𝑅
1 − 𝐼2 𝑅1 𝐼1 𝑅2 2
1 2
𝜔1𝑎 = 𝜔0 | di kali dengan
𝐼 𝑅 2 𝐼1 𝑅2 2
1 + 𝐼2 (𝑅1 )
1 2
𝐼1 𝑅2 2 − 𝐼2 𝑅1 𝑅2
𝜔1𝑎 = 𝜔0
𝐼1 𝑅2 2 + 𝐼2 𝑅1 2
Subtitusi hasil ini kembali ke persamaan (1)
𝑅1 𝐼1 𝑅2 2 − 𝐼2 𝑅1 𝑅2
𝜔2𝑎 =− ( 𝜔 )
𝑅2 𝐼1 𝑅2 2 + 𝐼2 𝑅1 2 0
𝐼1 𝑅1 𝑅2 − 𝐼2 𝑅1 2
𝜔2𝑎 = − 𝜔0
𝐼1 𝑅2 2 + 𝐼2 𝑅1 2
8. Pada soal di bawah ini, satu dari dua cincin dengan jari-jari 𝑅 diam, sedangkan cincin yang lain
bergerak pada kecepatan 𝑣 menuju yang pertama. Tentukan kecepatan pada titik potong atas yang
tergantung pada 𝑎, yaitu jarak antara pusat-pusat cincin!
Petunjuk : Tentukan titik asal koordinat sistem (pilih titik yang diam), kemudian tentukan posisi
titik potong dan pusat massa cincin yang bergerak, gunakan diferensial untuk menentukan
hubungan antar kecepatannya (Jaan Kalda)
Solusi :
Kita jadikan pusat massa cincin kiri sebagai titik asal sistem koordinat kartesius dua dimensi.
Perhatikan gambar di bawah
𝑎2 √4𝑅2 − 𝑎2
sin 𝜃 = √1 − cos 2 𝜃 = √1 − ⟹ sin 𝜃 =
4𝑅2 2𝑅
Sehingga
cos 𝜃 𝑎/2𝑅 𝑎
cot 𝜃 = = ⟹ cot 𝜃 =
sin 𝜃 √4𝑅2 − 𝑎2 /2𝑅 √4𝑅2 − 𝑎2
Maka kecepatan titik potong kedua cincin adalah
𝑣 𝑎
𝑣⃗𝑝 = (−𝑖̂ + 𝑗̂)
2 √4𝑅2 − 𝑎2
dan besarnya adalah
𝑣𝑅
𝑣𝑝 =
√4𝑅2 − 𝑎2
9. Dua papan halus yang licin terletak dalam bidang vertikal yang sama dan membuat sudut 𝛼
terhadap horizontal (lihat gambar di bawah, kedua papan diam). Beberapa saat kemudian, dua bola
kecil dilepaskan dari titik A dan B dan mulai meluncur ke bawah. Kedua bola membutuhkan masing-
masing waktu 𝑡1 untuk bola yang mulai bergerak dari titik A dan 𝑡2 untuk bola yang mulai bergerak
dari titik B untuk mencapai tanah. Pada saat kapan jarak antara kedua bola minimum dihitung sejak
kedua bola dilepaskan (kedua bola dilepaskan bersamaan)? Percepatan suatu benda di atas bidang
miring licin adalah 𝑔 sin 𝛼 dengan 𝛼 adalah sudut kemiringan bidang miring (diturunkan dari
Hukum II Newton). (Jaan Kalda)
Solusi :
Karena masing-masing bola bergerak dengan percepatan yang sama yaitu 𝑎 = 𝑔 sin 𝛼 , panjang
lintasan masing-masing sampai tiba di tanah adalah
1
𝑠1 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡1 2
2
1
𝑠2 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡2 2
2
Setelah selang waktu 𝑡, perpindahan masing-masing bola dari posisi dia dilepaskan adalah
1
𝑥1 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡 2
2
1
𝑥2 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡 2
2
Perhatikan gambar berikut
1 1 1
𝑑 = 𝑠1 − 𝑠2 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡1 2 − 𝑔 sin 𝛼 𝑡2 2 ⟹ 𝑑 = 𝑔 sin 𝛼 (𝑡1 2 − 𝑡2 2 )
2 2 2
Jarak bola pertama (yang dilepas dari titik A) terhadap titik B setelah selang waktu 𝑡 adalah
1 1
𝑥1′ = 𝑥1 − 𝑑 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡 2 − 𝑔 sin 𝛼 (𝑡1 2 − 𝑡2 2 )
2 2
1
𝑥1′ = 𝑔 sin 𝛼 (𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 )
2
Sehingga vektor masing-masing bola terhadap titik B (titik B dijadikan acuan) adalah 𝑥⃗1′ dan 𝑥⃗2
dengan besar
1
|𝑥⃗1′ | = 𝑥1′ = 𝑔 sin 𝛼 (𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 )
2
1
|𝑥⃗2 | = 𝑥2 = 𝑔 sin 𝛼 𝑡 2
2
Perhatikan diagram vektor yang dibentuk bola berikut
Dengan 𝐿⃗⃗ adalah vektor posisi bola relatif satu sama lain yang besarnya sama dengan jarak antara
kedua bola tersebut. Dengan aturan cosinus akan kita peroleh (|𝐿⃗⃗| = 𝐿)
2
𝐿2 = 𝑥1′ + 𝑥2 2 − 2𝑥1′ 𝑥2 cos(𝜋 − 2𝛼 )
2
𝐿2 = 𝑥1′ + 𝑥2 2 + 2𝑥1′ 𝑥2 cos 2𝛼
1 2 2 1 1
𝐿2 = 𝑔 sin 𝛼 (𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 )2 + 𝑔2 sin2 𝛼 𝑡 4 + 𝑔2 sin2 𝛼 (𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 )𝑡 2 cos 2𝛼
4 4 2
1
𝐿2 = 𝑔2 sin2 𝛼 [(𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 )2 + 𝑡 4 + 2(𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 )𝑡 2 cos 2𝛼 ]
4
1 2 2
𝐿2 = 𝑔 sin 𝛼 [𝑡 4 + 𝑡1 4 + 𝑡2 4 − 2𝑡 2 𝑡1 2 − 2𝑡1 2 𝑡2 2 + 2𝑡 2 𝑡2 2 + 𝑡 4 + (2𝑡 4 − 2𝑡1 2 𝑡 4 + 2𝑡 4 𝑡2 2 ) cos 2𝛼 ]
4
1
𝐿2 = 𝑔2 sin2 𝛼 [(2𝑡 4 − 2𝑡 2 𝑡1 2 + 2𝑡 2 𝑡2 2 )(1 + cos 2𝛼) − 2𝑡1 2 𝑡2 2 + 𝑡1 4 + 𝑡2 4 ]
4
Saat 𝐿 minimum maka 𝐿2 juga minimum dengan syarat
𝑑𝐿2 𝑑 2 𝐿2
= 0 dan >0
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
Sehingga
𝑑𝐿2 1 2 2
= 𝑔 sin 𝛼 [(8𝑡 3 − 4𝑡𝑡1 2 + 4𝑡𝑡2 2 )(1 + cos 2𝛼 )] = 0
𝑑𝑡 4
8𝑡 3 − 4𝑡𝑡1 2 + 4𝑡𝑡2 2 = 0
2𝑡 2 − 𝑡1 2 + 𝑡2 2 = 0
𝑡1 2 − 𝑡2 2
𝑡=√
2
10. Sebuah silinder dililit dengan benang kemudian benang ujung benang diikatkan ke dinding. Silinder
berada di atas permukaan horizontal yang ditarik dengan kecepatan 𝑣 (tegak lurus dengan sumbu
silinder). Cari kecepatan sumbu silinder sebagai fungsi dari sudut 𝛼, yaitu sudut antara benang yang
terulur dengan bidang vertikal. Silinder menggelinding di permukaan tanpa tergelincir. (Jaan Kalda)
Solusi :
𝑣𝑟𝑒𝑙 = 𝑣 − 𝑣𝑝𝑚
𝑣𝑝𝑚 (1 + sin 𝛼 ) = 𝑣
𝑣
𝑣𝑝𝑚 =
1 + sin 𝛼
Jadi kecepatan sumbu silinder atau kecepatan pusat massanya sebagai fungsi sudut 𝛼 adalah
𝑣
𝑣𝑝𝑚 =
1 + sin 𝛼
11. Sebuah cincin kecil terletak pada batang vertikal dikaitkan pada tali tak bermassa dan tidak elastis
yang ujung lainnya diikatkan pada bagian atas batang vertikal lain (batang tidak dapat bergerak)
seperti tampak pada gambar kiri. Kemudian terdapat cincin identik lain yang dilepaskan dari ujung
atas tali sehingga pada suatu saat tertentu kecepatan cincin tersebut adalah 𝑣1 dan tali sedang
membentuk sudut 𝜃 terhadap vertikal, seperti tampak pada gambar kanan. Tidak ada gesekan
antara tali dengan cincin kanan, begitu juga antara cincin dan batang. Ambil acuan sumbu positif ke
arah bawah. (Jaan Kalda)
Solusi :
Cara 1
Misalkan cincin bawah bergerak naik dengan kecepatan 𝑣2 terhadap tanah. Sekarang kita berpindah
kerangka acuan dari tanah menuju cincin atas. Kecepatan cincin bawah relatif cincin atas adalah
𝑣rel = 𝑣1 + 𝑣2
Bagian tali yang vertikal terhadap tanah diam, tetapi menurut kerangka acuan cincin atas, bagian
tali vertikal bergerak ke atas dengan kecepatan 𝑣1 yang mengakibatkan pula kecepatan tali yang
lainnya adalah 𝑣1 searah dengan arah tali. Komponen kecepatan kecepatan cincin bawah searah tali
sama dengan kecepatan tali ini atau
𝑣rel cos 𝜃 = 𝑣1
Maka
𝑣1
𝑣1 + 𝑣2 =
cos 𝜃
1
𝑣2 = 𝑣1 ( − 1)
cos 𝜃
Cara 2
Sekarang misalkan panjang tali 𝐿
𝑦̇ 1 cos 𝜃
=−
𝑦̇ 2 1 − cos 𝜃
Karena arah kecepatan cincin 2 sebenarnya ke atas, maka kita dapat gantikan 𝑦̇ 2 = −𝑣2 dan 𝑦̇ 1 = 𝑣1
sehingga
𝑣1 cos 𝜃 1
− =− ⟹ 𝑣2 = 𝑣1 ( − 1)
𝑣2 1 − cos 𝜃 cos 𝜃
12. Sebuah struktur yang dapat berputar terdiri dari belah ketupat dengan panjang sisi 𝐿, 2𝐿 dan 3𝐿
(lihat gambar). Titik 𝐴3 bergerak dengan kecepatan hozisontal tetap 𝑣0 . Tentukan kecepatan titik-
titik 𝐴1 , 𝐴2 dan 𝐵2 pada saat semua sudut-sudut struktur tersebut sama dengan 900 . Tentukan juga
percepatan titik 𝐵2 ! (Jaan Kalda)
Solusi :
Kita jadikan poros pada dinding sebagai acuan. Tinjau saat sudut pada titik 𝐵1 , 𝐵2 , dan 𝐵3 adalah 𝜃.
Posisi masing-masing titik adalah
𝜃
titik 𝐴1 ⟹ 𝑟⃗1 = 2𝐿 sin 𝑖̂
2
𝜃
titik 𝐴2 ⟹ 𝑟⃗2 = 6𝐿 sin 𝑖̂
2
𝜃
titik 𝐴3 ⟹ 𝑟⃗3 = 12𝐿 sin 𝑖̂
2
𝜃 𝜃
titik 𝐵2 ⟹ 𝑟⃗B = 4𝐿 sin 𝑖̂ + 2𝐿 cos 𝑗̂
2 2
turunkan satu kali terhadap waktu akan kita peroleh kecepatan masing-masing titik tersebut
𝑑𝑟⃗1 𝜃 𝑑𝜃
titik 𝐴1 ⟹ = 𝑣⃗1 = 𝐿 cos 𝑖̂
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
𝑑𝑟⃗2 𝜃 𝑑𝜃
titik 𝐴2 ⟹ = 𝑣⃗2 = 3𝐿 cos 𝑖̂
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
𝑑𝑟⃗3 𝜃 𝑑𝜃
titik 𝐴3 ⟹ = 𝑣⃗3 = 6𝐿 cos 𝑖̂
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
𝑑𝑟⃗𝐵 𝜃 𝑑𝜃 𝜃 𝑑𝜃
titik 𝐵2 ⟹ = 𝑣⃗𝐵 = 2𝐿 cos 𝑖̂ − 𝐿 sin 𝑗̂
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
kita tahu bahwa titik 𝐴3 bergerak ke kanan dengan kecepatan 𝑣0 atau 𝑣⃗3 = 𝑣0 𝑖̂ sehingga
𝜃 𝑑𝜃 𝜃 𝑑𝜃 𝑣0 𝑑𝜃 𝑣0
𝑣0 𝑖̂ = 6𝐿 cos 𝑖̂ ⟹ cos = ⟹ =
2 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 6𝐿 𝑑𝑡 6𝐿 cos(𝜃/2)
Sehingga akan kita peroleh kecepatan masing-masing titik yaitu
𝑣0 𝑣0
titik 𝐴1 ⟹ 𝑣⃗1 = 𝑖̂ ⟹ 𝑣1 =
6 6
𝑣0 𝑣0
titik 𝐴2 ⟹ 𝑣⃗2 = 𝑖̂ ⟹ 𝑣1 =
2 2
𝑣0 𝑣0 𝜃
titik 𝐵2 ⟹ 𝑣⃗𝐵 = 𝑖̂ − tan 𝑗̂
3 6 2
saat 𝜃 = 900 akan kita peroleh tan(𝜃/2) = tan 450 = 1 sehingga
𝑣0 𝑣0 𝑣0 2 𝑣0 2 √5
𝑣⃗𝐵 = 𝑖̂ − 𝑗̂ ⟹ 𝑣𝐵 = √( ) + (− ) ⟹ 𝑣𝐵 = 𝑣
3 6 3 6 6 0
Untuk mendapatkan percepatan titik 𝐵2 , turunkan 𝑣⃗𝐵 terhadap waktu satu kali
𝑑𝑣⃗𝐵 𝑣0 𝜃 𝑑𝜃
𝑎⃗𝐵 = = − sec2 𝑗̂
𝑑𝑡 12 2 𝑑𝑡
Subtitusi 𝑑𝜃/𝑑𝑡
𝑣0 𝜃 𝑣0
𝑎⃗𝐵 = − sec2 ( ) 𝑗̂
12 2 6𝐿 cos(𝜃/2)
𝑣0 2 𝜃
𝑎⃗𝐵 = − sec3 𝑗̂
72𝐿 2
Saat 𝜃 = 900 kita peroleh sec(𝜃/2) = sec 450 = √2 sehingga
𝑣0 2 3
𝑎⃗𝐵 = − (√2) 𝑗̂
72𝐿
√2𝑣0 2 √2𝑣0 2
𝑎⃗𝐵 = − 𝑗̂ ⟹ 𝑎𝐵 =
36𝐿 36𝐿
13. Sebuah kapal berat ditarik oleh dua buah perahu. Masing-masing perahu bergerak dengan
kecepatan 𝑣1 dan 𝑣2 serta sudut antara kecepatannya adalah 𝜃. Berapa kecepatan kapal, jika kita
tali-talinya sejajar vektor-vektor kecepatannya (lihat gambar di bawah)? tali yang digunakan adalah
tali karmantel yang sangat kuat dan tidak elastis. (Jaan Kalda)
Solusi :
Untuk menyelesaikan soal ini, kita perlu sedikit trik matematika trigonometri. Misalkan kecepatan
kapal adalah 𝑣k dan arahnya membentuk sudut 𝜙 terhadap tali perahu 1. Perhatikan gambar
berikut!
Karena talinya tidak elastis, maka panjang tali akan senantiasa tetap. Pada soal ini kita tahu bahwa
arah kecepatan kedua perahu yang menarik kapal sejajar dengan tali penariknya masing-masing.
Kemudia karena panjang tali tetap, proyeksi kecepatan titik-titik di ujung tali pada arah sejajar tali
akan sama besarnya. Dalam hal ini kecepatan ujung-ujung tali adalah sama dengan kecepatan
perahu dan kapal. Dari tali pertama akan kita dapatkan
𝑣1
𝑣k cos 𝜙 = 𝑣1 ⟹ cos 𝜙 =
𝑣k
Kemudian
sin 𝜙 = √1 − cos 2 𝜙
Akan kita peroleh pula
𝑣1 2
sin 𝜙 = √1 −
𝑣k2
𝑣1 𝑣1 2
𝑣k (cos 𝜃 + √1 − 2 sin 𝜃) = 𝑣2
𝑣k 𝑣k
2
𝑣2 2 + 𝑣1 2 − 2𝑣2 𝑣1 cos 𝜃
𝑣k =
sin2 𝜃
√𝑣2 2 + 𝑣1 2 − 2𝑣2 𝑣1 cos 𝜃
𝑣k =
sin 𝜃
14. Sebuah bola terletak di ujung bawah suatu bidang miring dengan sudut kemiringan 𝛼. Bola juga
diikat dengan tali yang tidak bisa meregang dan ujung tali yang lainnya diikatkan di dinding vertikal
pada titik B (lihat gambar). Berapakah kecepatan bola saat bidang miring telah bergerak sejauh 𝑥
dari dinding dan percepatannya konstan 𝑎0 ? Pada saat awal, bidang miring diam dan berhimpit
dengan dinding. (Jaan Kalda)
Solusi :
Misalkan panjang tali adalah 𝐿. jadikan pojokan antara lantai dan dinding sebagai acuan atau titik
asal sistem koordinat kita.
Saat bidang miring telah bergeraak sejauh 𝑥, posisi bola kecil tersebut adalah
𝑟⃗B = (𝑥 + (𝐿 − 𝑥 ) cos 𝛼 )𝑖̂ + (𝐿 sin 𝛼 − (𝐿 − 𝑥 ) sin 𝛼 )𝑗̂
𝑟⃗B = (𝐿 cos 𝛼 + 𝑥 (1 − cos 𝛼 ))𝑖̂ + 𝑥 sin 𝛼 𝑗̂
Turunkan kedua ruas terhadap waktu untuk mendapatkan vektor kecepatan bola
𝑑𝑟⃗B 𝑑𝑥 𝑑𝑥
= 𝑣⃗B = (1 − cos 𝛼 )𝑖̂ + sin 𝛼 𝑗̂
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Perhatikan bahwa kecepatan bidang miring adalah 𝑣 = 𝑑𝑥/𝑑𝑡.Karena percepatan bidang miring
konstan 𝑎0 , kita tahu bahwa dia melakukan gerak lurus berubah beraturan dipercepat dimana kita
mempunyai hubungan
𝑣 = √2𝑎0 𝑥
𝑑𝑥
= √2𝑎0 𝑥
𝑑𝑡
Sehingga kecepatan bola akan kita dapatkan, yaitu
𝑣⃗B = √2𝑎0 𝑥 [(1 − cos 𝛼 )𝑖̂ + sin 𝛼 𝑗̂]
dan besarnya adalah
|𝑣⃗B| = 𝑣B = √2𝑎0 𝑥 [(1 − cos 𝛼 )2 + sin2 𝛼 ]
𝑣B = 2√2𝑎0 𝑥 [1 − cos 𝛼 ]
15. Pada soal ini akan dihitung berapa kecepatan minimum untuk menembak sebuah target yang
berada di belakang sebuah tembok.
a. Pertama tinjau gerak benda ke sebuah bidang miring dengan sudut kemiringan 𝛼 (lihat gambar
di bawah). Sebuah benda ditembakkan dengan kecepatan awal 𝑣0 membentuk sudut 𝜃
terhadap horizontal. Benda akan mengenai target pada jarak 𝑠 sepanjang bidang miring pada
nilai 𝑣0 dan 𝜃 tertentu. Dapat dibuktikan bahwa besar kecepatan minimum adalah 𝑣0 2 =
𝑔𝑠(𝑎 + 𝑏 sin 𝛼 + 𝑐 cos 𝛼 ), dengan 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 adalah suatu konstanta tanpa dimensi. Tentukan
nilai 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 tersebut!
b. Sekarang perhatikan ilustrasi di samping. sebuah target berada pada posisi 3𝑎 di sebelah kanan
tembok setinggi 4𝑎. Ketebalan tembok pada bagian ini dapat diabaikan. Anda dapat menembak
dari posisi manapun di sisi sebelah kiri tembok namun harus dari permukaan tanah. Tentukan
besar kecepatan minimum agar dapat mengenai target. Sketsa bentuk lintasan benda.
c. Tinjau tembok dengan ketebalan 𝑑 (lihat gambar di bawah). target berjarak 3𝑎 dari sisi kiri
tembok.
Tentukan besar kecepatan minimum untuk mengenai target, sketasa bentuk lintasan benda jika
iii. 𝑑 = 𝑎/2
iv. 𝑑 = 𝑎
(Seleksi AphO 2019 Australia)
Solusi :
a. Pada gerak parabola, untuk posisi 𝑥 dan 𝑦 kita mempunyai persamaan
𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡
1
𝑦 = 𝑣0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
dengan menggabungkan keduanya (kita hilangkan variabel 𝑡 ) akan kita peroleh hubungan
antara 𝑥 dan 𝑦 yaitu
𝑔𝑥 2
𝑦 = 𝑥 tan 𝜃 −
2𝑣0 2 cos 2 𝜃
Perhatikan gambar di bawah
Saat jarak jangkauan benda dari bidang miring adalah 𝑠, posisi 𝑥 dan 𝑦 saat benda menyentuh
bidang miring adalah
𝑥 = 𝑠 cos 𝛼
𝑦 = 𝑠 sin 𝛼
Sehingga akan kita peroleh
𝑔𝑠 2 cos 2 𝛼
𝑠 sin 𝛼 = 𝑠 cos 𝛼 tan 𝜃 −
2𝑣0 2 cos 2 𝜃
𝑔𝑠 cos 2 𝛼
sin 𝛼 = cos 𝛼 tan 𝜃 −
2𝑣0 2 cos 2 𝜃
2𝑣0 2 cos 2 𝜃 sin 𝛼 = 2𝑣0 2 sin 𝜃 cos 𝜃 cos 𝛼 − 𝑔𝑠 cos 2 𝛼
2𝑣0 2 cos 𝜃 (sin 𝜃 cos 𝛼 − cos 𝜃 sin 𝛼 ) = 𝑔𝑠 cos 2 𝛼
Gunakan kesamaan trigonometri sin(𝑥 − 𝑦) = sin 𝑥 cos 𝑦 − sin 𝑦 cos 𝑥, akan kita peroleh
2𝑣0 2 cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) = 𝑔𝑠 cos 2 𝛼
2
𝑔𝑠 cos 2 𝛼
𝑣0 =
2 cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 )
Saat 𝑣0 minimum, 𝑣0 2 juga akan minimum dengan syarat
𝑑𝑣0 2 𝑑 2 𝑣0 2
= 0 dan >0
𝑑𝜃 𝑑𝜃 2
Sehingga akan kita dapatkan
𝑑𝑣0 2 𝑔𝑠 cos 2 𝛼 𝑑
= [cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 )]−1 = 0
𝑑𝜃 2 𝑑𝜃
𝑑
0 = −[cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 )]−2 [cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 )]
𝑑𝜃
𝑑
0= [cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 )]
𝑑𝜃
0 = − sin 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) + cos 𝜃 cos(𝜃 − 𝛼 )
cos 𝜃 cos(𝜃 − 𝛼 ) − sin 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) = 0
Gunakan kesamaan trigonometri cos(𝑥 + 𝑦) = cos 𝑥 cos 𝑦 − sin 𝑥 sin 𝑦, akan kita peroleh
cos(2𝜃 − 𝛼 ) = 0
Karean sudut 𝜃 yang mungkin hanya berada di selang 0 < 𝜃 < 𝜋/2, solusi yang mungkin adalah
𝜋 𝜋 𝛼
2𝜃 − 𝛼 = cos −1 0 = ⟹ 𝜃 = +
2 4 2
Maka
𝜋 𝛼 𝜋 𝛼
2 cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) = 2 cos ( + ) sin ( + − 𝛼)
4 2 4 2
𝜋 𝛼 𝜋 𝛼
2 cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) = 2 sin ( − ) cos ( + )
4 2 4 2
Gunakan kesamaan trigonometri 2 sin 𝑥 cos 𝑦 = sin(𝑥 + 𝑦) + sin(𝑥 − 𝑦), akan kita peroleh
𝜋
2 cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) = sin + sin(−𝛼 )
2
2 cos 𝜃 sin(𝜃 − 𝛼 ) = 1 − sin 𝛼
Sehingga akan kita peroleh kecepatan minimum benda yaitu
2
𝑔𝑠 cos 2 𝛼
𝑣0 =
1 − sin 𝛼
Sekarang gunakan identitas trigonometri cos 2 𝛼 = 1 − sin2 𝛼 = (1 − sin 𝛼)(1 + sin 𝛼) , akan
kita peroleh
𝑔𝑠(1 − sin 𝛼)(1 + sin 𝛼)
𝑣0 2 =
1 − sin 𝛼
𝑣0 2 = 𝑔𝑠(1 + sin 𝛼)
Dengan membandingkan kecepatan minimum di atas dengan bentuk yang diberikan soal yaitu
𝑣0 2 = 𝑔𝑠(𝑎 + 𝑏 sin 𝛼 + 𝑐 cos 𝛼 )
Akan kita peroleh bahwa 𝑎 = 𝑏 = 1 dan 𝑐 = 0.
b. Soal bagian ini sebenarnya cukup sederhana, kita bisa menyelesaikannya dengan mudah
menggunakan hasil yang telah kita dapat pada bagian (a) dan menggunakan sifat atau
karakteristik yang unik dari gerak parabola. Ingat bahwa kita bisa melemparkan benda dari titik
manapun pada sisi sebelah kiri tembok asal dari permukaan lantai. Karena lintasan gerak
parabola simetri, untuk mencari kecepatan minimum bisa kita tinjau kondisi saat kita
melemparkan benda dari target melewati tembok ke titik pelemparan di sisi sebelah kiri tembok.
Hal ini boleh kita lakukan karena lintasannya simetri. Apakah titik tertinggi dari lintasan benda
adalah puncak tembok? Jawaban adalah tidak, karena ini bergantung pada sudut pelemparan
benda nantinya, tapi kita bisa menemukan kecepatan minimum benda agar bisa melewati
tembok dan mencapai target. Perhatikan lintasan gerak benda berikut!
Lintasan warna biru adalah lintasan benda yang dilempar dan melakukan gerak parabola.
Karena kecepatan dibuat minimum dan tembok tipis (ketebalannya dapat diabaikan), benda
akan tepat melewati titik tertinggi tembok. Seperti yang saya bilang sebelumnya, proses ini bisa
kita balik, yaitu melempar bola dari target ke posisi pelemparannya seharusnya, maka ini analog
dengan kasus bagian (a) yaitu melempar benda pada bidang miring dengan panjang lintasan
minimum 𝑠 adalah
𝑠 = √3𝑎2 + 4𝑎2 ⟹ 𝑠 = 5𝑎
Kemudian akan kita peroleh pula untuk kasus ini
4
sin 𝛼 =
5
Sehingga kecepatan minimum benda pada kasus ini adalah
4
𝑣0 2 = 𝑔(5𝑎) (1 + ) ⟹ 𝑣0 = 3√𝑔𝑎
5
c. Kita gunakan cara seperti bagian (b) namun sekarang ketebalan tembok tidak bisa kita abaikan.
Lintasan gerak benda adalah seperti berikut!
Karena kecepatan dibuat minimum, benda akan tepat melewati titik sudut bagian kanan atas
tembok. Seperti sebelumnya, dari kesimetrian, kita bisa gunakan proses pelemparan bola dari
target menuju ke posisi pelemparan yang seharusnya untuk mendapatkan kecepatan minimum
benda. Seperti bagian sebelumnya, menggunakan hasil bagian (a) nantinya, nilai 𝑠 di sini adalah
𝑠 = √(3𝑎 − 𝑑 )2 + (4𝑎)2
untuk masing-masing sub kasus akan kita peroleh
𝑎 √89 8
untuk 𝑑 = ⟹𝑠= 𝑎 dan sin 𝛼 =
2 2 √89
2
untuk 𝑑 = 𝑎 ⟹ 𝑠 = 2√5𝑎 dan sin 𝛼 =
√5
sehingga kecepatan minimum untuk masing-masing sub kasus adalah
𝑎 √89 8 √89
untuk 𝑑 = ⟹ 𝑣0 2 = 𝑔 ( 𝑎) (1 + ) ⟹ 𝑣0 = √( + 4) 𝑔𝑎
2 2 √89 2
2
untuk 𝑑 = 𝑎 ⟹ 𝑣0 2 = 𝑔(2√5𝑎) (1 + ) ⟹ 𝑣0 = √(2√5 + 4)𝑔𝑎
√5