Anda di halaman 1dari 13

Bab III

Desain Grafis di Abad ke-13-16 Masehi

Gambar 3.1 Kota Florence, terletak di bagian tengah utara Italia; kota ini terkenal. sebagai tempat
kelahiran Renaisan, suatu periode dimulai tahun 1300 yang pengaruhnya sampai 300 tahun lamanya.

A. Desain Buku Zaman Renaisan

Istilah renaisan dianggap sebagai revival, atau "kelahiran kembali". yaitu dipelajarinya lagi pengetahuan
dan pendidikan Klasik Yunani dan Roma Kuno di seluruh Eropa. Tidak dapat disangkal bahwa teknologi
kertas dan printing (pencetakan) telah memainkan peran utama dalam proses ini pada akhir abad ke-15,
terutama dengan adanya sarana untuk menggandakan ilmu pengetahuan masa lampau untuk pembaca
di Eropa.

Desain typeface lama, seperti tulisan manuskrip, terangkat ke arah apa yang kini disebut huruf Gaya Tua
(Old Style types), yang diilhami oleh huruf kapital yang ditemukan pada masa lampau, yaitu pada
inskripsi Roma Kuno dan oleh huruf kecil (lowercase letter) yang ditemukan pada naskah tulisan Era
Carolingian. Sebagai contoh, pencetak dan Sarjana Italia Aldus Manutius the Elder membangun
percetakan Aldine Press-nya tahun 1495 untuk menghasilkan edisi cetakan dari repro tulisan Yunani dan
Latin Klasik. Inovasinya termasuk membuat edisi buku saku (pocket-sized) murah yang dibukukan
dengan kover tekstil.

Sekitar tahun 1500-an, Manutius memperkenalkan huruf miring (Italic) pertama dari typeface, yang
kemudian disederhanakan (dibuat versi baru) oleh desainer huruf Francesco Griffo, dengan tujuan agar
susunan huruf jangan merosot ke bagian kanan halaman buku. Desain ini cocok untuk buku saku yang
lebih mudah untuk dibawa-bawa, dan halaman buku tidak terlalu luas.

Prototipe desain buku zaman Renaisan dapat dilihat dari buku Hypnerotomachia Poliphili, karya Aldine
Press 1499. Buku ini dicetak dalam rangka merilis tulisan Francesco Colonna. Kerja desainnya sederhana
dan menekankan keharmonisan. Mereka menggunakan tipe huruf yang rapi, elegan, dan jarak
antarhuruf yang telah dijarangkan.
Layout buku oleh Griffo (Francisco Grriffe), dikombinasikan dengan sempurna lewat gambar cetak
cukilan kayu yang tipis, yang dibuat oleh juru gambar tanpa nama pencetak (anonim), kemudian
digabung dengan huruf kapital Romawi baru yang lebih kecil. Griffo mengecilkan jenis huruf Romawi ini
lewat studi yang mendalam dan cermat, melalui contoh inskripsi Roma.

B. Munculnya Huruf Baru: Italic ( Miring) yang Lebih Moderen Sekitar Tahun 1500-An

Desain halaman ganda (double-page spreads) buku, telah diciptakannya sebagai kesatuan desain yang
tidak terpisah, dibanding sebagai dua halaman yang terpisah. Seperti yang tercatat, sepanjang abad ke-
16, kemudian Perancis menjadi pusat tipografi yang elegan dan pusat desain buku. Salah seorang
tokohnya adalah Geoffroy Tory-yang memiliki bakat dalam desain, hiasan, dan ilustrasi buku, hal ini
dilakukan sebagai tambahan kerjanya sebagai sarjana dan. dia telah menciptakan bermacam huruf,
dekorasi, dan ilustrasi untuk mencapai kualitas buku yang kompleks dan halus.

Pada buku Book of Hours (1531), ia membingkai kolom huruf Romawi itu dengan hiasan pinggir yang
dibuat berulang (dengan modul); yang memberi kesan menyenangkan, sebagai sebuah pelengkap yang
sempurna dari Ilustrasinya.

Desainer huruf Claude Garamond, adalah salah satu dari murid Tory, yang konsisten dalam pemakaian
huruf old style. Komisi Pencetak huruf di Perancis kemudian mengambil contoh huruf yang
diciptakannya, yang akhirnya membuat dia menjadi penemu model huruf pertama yang independent;
atau yang tidak terkait dengan sebuah perusahan firma percetakan. Dia bekerja dengan memedomani
cara kerja Tory dalam mendesain huruf. Claude Garamond, dan banyak seniman grafis lainnya saat itu di
Perancis, menciptakan sebuah standar yang unggul dalam desain grafis, khususnya desain huruf yang
kemudian menyebar ke luar kawasan Perancis.

C. Teori Proporsi

Ada tiga tipe proporsi: (1) proporsi geometrik, (2) proporsi aritmetik, dan (3) proporsi harmoni. Proporsi
dapat diungkapkan dalam istilah perbandingan. Misalnya, bagian a dibanding dengan bagian b,
berbanding 1:2; atau ab = 1:2 adalah dasar bermacam sistem proporsi yang konstan. Seperti gambar di
bagian atas kiri merupakan perbandingan antara satu besaran dengan besaran yang lain; gambar (2)
atas kanan adalah proporsi kontinu, yaitu perbandingan satu rasio dengan rasio yang lain (a/b-b/c).
Gambar (3) proporsi tidak kontinu, perbandingan dua bagian yang tidak kontinu yang dapat menjadi
komposisi yang menarik.

Gambar 3.3. Sistem proporsi Golden section umumnya dianggap orang Eropah sebagai proporsi seni
yang menyenangkan: proporsi itu timbul dari pembagian garis ke dalam dua bagian, sedemikian
sehingga perbandingan keseluruhan garis kepada bagian yang lebih besar persisnya sama halnya
perbandingan bagian yang lebih besar kepada bagian yang lebih kecil. Proporsi ini dianggap sebagai yang
paling estetik dari sebuah proporsi.

Sebuah perbandingan golden section diciptakan dengen meletakkan titik C pada garis AB jika
AC/AB=CB/AC. Perbandingan ini secara numerik nilainya adalah 0.618..., dengan ketentuan bahwa jika
AB=1, dan panjang AC = X, kemudian AC/AB = CB/ AC menjadi x/1 = (1-x)/x. Perimpitan titik ini dapat
menghitung panjang x dg rumus persamaan x2 = 1- x; atau, x2 + x 1 = 0. Rumus persamaan ini juga dapat
dihitung lewat formula kuadran ( aljabar), yang nana dihasilkan dari persamaan x = (-1+
A)/2=0.6180339.....

1. Golden Section (Perbandingan Keemasan)

Menurut catatan sejarah, golden section yang juga dikenal sebagai Golden mean, adalah salah satu
proporsi yang digunakan secara luas. Orang Yunani menggunakan sistem ini sebagai sesuatu yang dapat
menyebabkan kecantikan (beauty), keindahan yang berasal dari keteraturan perbandingan visual itu
pada kuil Yunani Kuno dan bentuk-bentuk seni.

Keindahan atau kecantikan dalam pandangan ini merujuk pada susunan organisasi visual, yang oleh
orang Yunani dianggap juga terkait atau berhubungan dengan keindahan alam yang lebih luas, yaitu
kosmos (universe). Konsep Golden Section kemudian dipakai lagi oleh oleh arsitek dan seniman pada
zaman Renaisan (abad 14-16) di Eropa. Misalnya, seniman Paladic, Leonardo da Vincy, Durer dan banyak
lagi. Pada zaman sesudahnya (modern), seperti arsitek Le Corbusier menggunakan konsep golden
section untuk menyusun proporsi bentuk karya seni, arsitekstur dan patung. Pada zaman Renaisan, para
seniman menyadari bahwa keindahan dan harmoni visual terdapat pada rumus proporsi yang dapat
membantu seniman, pengrajin, dan arsitek untuk menciptakan bentuk-bentuk yang mereka inginkan.

2. Proporsi untuk Benda Pakai


Skala harmoni yang digunakan umumnya adalah proporsi dinamis, yaitu perhitungan perbandingan
geometris, dan pengembangannya dengan membandingkan antara bagian dengan keseluruhan bentuk
karya mereka Model perbandingan itu terlihat pada gambar di bawah. Misalnya, perbandingan elemen
ambangan dengan bentuk keseluruhan jambangan. Di bawah diperlihatkan bentuk-bentuk proporsi
jambangan Yunani Kuno yang disebut: (a) "stamnos", (b) "kylik", dan (c) "kantharos" (lihat gambar 3.4).

3. Tulisan Romawi

Tahun 1463 seorang pengrafis muda Italia Felice Feliciano mengembangkan untuk pertama kalinya
manuskrip (buku yang ditulis dengan tangan) dengan proporsi atau standar tertentu. Dia
mengembangkan alfabet huruf kapital Romawi dengan sistem geometri. Hal penting dari geometri ini
adalah pengaruhnya pada sistem huruf yang selama ini sangat dekoratif menjadi bentuk huruf yang
lebih elegan selama zaman Renasan. Pengaruhnya terasa sampai masa sekarang, mulai dari sekolah-
sekolah, ahli matematik, pelukis dan desainer, mengembangkan sistem proporsi huruf Romawi ini.
Tahun 1509 Luca Pacioli, seorang ahli matematik dan penemu Italia, memublikasi penemuan proporsi
huruf kapital Romawi dan proporsi tubu nusia. Karyanya ini kemudian dikenal dengan "De Divina
Proportione" yang berarti "Divine Proportion". Beberapa rancangan huruf kapital Romawi adalah
sebagai berikut:

a. Schedel, 1482

b. Leonardo da Vincy, 1509 c. Albert Durer, 1525

d. G.B.Verini, 1526

e. Geoffroyn Tory, 1529

f. Serlio 1549

g. Yuan Yeiar, 1550 h. Pierre LaBe, 1601

4. Proporsi dan Barang Cetakan

Proporsi akar bujur sangkar dan perbandingan keemasan juga dipergunakan sebagai standar kertas dan
industri. Banyak negara menggunakan standar ukuran kertas yang disebut dengan DIN yang berarti
International Paper Size, dan juga oleh International Organization for Standarization (ISO). Negara
Jerman, adalah negara pertama yang menggunakan standar ini. Kegunaan standar ini adalah untuk
kepentingan ekonomi, sebab dengan adanya standar maka akan lebih mudah dilaksanakannya produksi
massal, pemindahan, dan penyimpanan barang. Standar ini juga akan memudahkan pembuatan mesin-
mesin untuk pengolah kertas seperti mesin cetak, press, (pada masa sekarang memudahkan tuk
pembuatan mesin printer, fotokopi, dsb). Proporsi ISO untuk ukuran kertas didasari oleh ukuran kertas
bujur sangkar dengan perbandingan sisi terpendek dengan sisi terpanjang, dan sisi terpanjang sama
dengan panjang diagonal bujur sangkar, sedangkan kertas dengan proporsi DIN, diidentifikasi menurut
sisi terpendek kertas dibandingkan dengan sisi werpanjang adalah 1: 1.414 (1:02), yaitu formula akar
bujur sangkar.

Dengan demikian, akan terjadi seri ukuran seri kertas mulai dari yang paling besar sampai ke ukuran
paling kecil. Seri kertas DIN, diidentifikasi menurut letter dan angka, misalnya seri A adalah yang
terbesar, kemudian B dan C adalah ukuran kertas yang lebih kecil. Angka ini merujuk kepada subdivisi
ukuran kertas yang mulai dari AO. Jika kertas ini dibagi menjadi dua = A1, dibagi lagi menjadi A2, dan
seterusnya A3, A45, A5, A6, A7.

Menurut sejarahnya, banyak manuskrip dan buku tua dibuat berdasarkan proporsi huruf dan area
margin dengan formula Yunani Klasik itu. Pada masa sekarang, dengan kemajuan teknologi, beberapa
standar kertas itu masih digunakan. Namun, untuk mengatur margin atau area untuk gambar dan tulisan
sudah menggunakan sistem grid.

Contoh pada gambar merupakan layout halaman buku dengan mengikuti proporsi. Perpotongan antara
diagonal AB dengan BC, mendapatkan titik D. Dari titik D ditarik garis tegak lurus menuju sisi kertas,
mendapatkan titik E. Dari E ditarik garis ke F memotong diagonal AB di titik A. Dari titik A dibuat garis
paralel sisi mendatar kertas diperolehlah bidang yang akan diisi dengan tulisan dan gambar. Cara kedua
adalah dengan menarik busur memotong diagonal untuk menentukan bidang yang akan diisi dengan
huruf. Pinggir kertas yang lebar diisi dengan gambar illustrasi yang sifatnya dekoratif.

D. sejarah Tipografi

Menurut Allen (2009), dalam mempelajari tipografi ada beberapa peristiwa penting yang dianggap
sebagai penentu sejarah nya yang perlu dipelajari, antara lain seperti berikut.

1) Desain Huruf (type) pada zaman Renaisan di Italia.

2) Tipografi Perancis, baik pada era Renaisan, Barok, Neoklasik, dan Modern.

3) Desain huruf di bagian utara Eropa. 4) Desain Tipografi Inggris.

5) Keanekaragaman gagasan tipografi di Eropa.

6) Desain Slab Faces (huruf Tebal).

7) Pengklasifikasian desain huruf alternatif yang tidak lazim sejak tahun 1962.
1. Desain Huruf Renaisan Italia

a) Desain huruf Renaisan Italia berkembang ditandai dengan beberapa unsur. Humanisme, berpusat di
Italia pada abad ke-15, yaitu munculnya sebuah pendekatan filosofis dari era Klasik yang lebih
menonjolkan kehidupan dibandingkan kehidupan religi. Pandangan ini memungkinkan orang
mempelajari lagi naskah asli zaman Klasik, misalnya mereka mulai mengkopi hasil tulisan zaman
Carolingian, dan mulai terpengaruh dengan hasil desain huruf blackletter zaman Romawi yang ideal itu.

b) Huruf Semi-Humanistis, ditemukan oleh Sweynheim dan Pannartz. c) Jenis huruf yang dirancang oleh
Nicholas Jenson pada tahun 1420-1480. d) Jenis huruf yang dirancang oleh Francesco Griffo pada tahun
1501.

2. Tipografi Perancis

Tipografi Perancis terdapat pada era Renaisan, Barok, Neoklasik, dan Modern. Pelindung seni dan tulisan
yang besar di Perancis adalah Raja Francois I (1494-1547) yang telah jatuh hati kepada Gaya Renaisan
Itali dan mensponsori sejarah nya di Perancis. Kemudian, Raja Louis mendukung proyek arsitektur masif
untuk kediaman kerajaan di Chambord dan Fontainebleau, yang menggambarkan gaya Renaisan
Perancis.

la mengumpulkan Naskah dan Buku Italia untuk perpustakaan kerajaan, kemudian membolehkan
sarjana dari segala pelosok dunia untuk memelajari ilmu pengetahuan itu. Ia mengangkat sebuah
jabatan bagi pencetak, untuk pertama kalinya yang bekerja untuk raja, kemudian mengarahkan dan
membentuk pendirian Imprimerie Royale (Frech Royal Printing Works). Umumnya dia bersikap toleran
terhadap berbagai sekte agama dan membiarkan banyak pencetak Protestan untuk beroperasi. Bidang
percetakan yang diperluas ini membantu kenaikan mutu hasil cetakan saat itu. Masa keemasan dari
tipografi Perancis adalah pada era 1500-1585. Di antara tokoh pentingnya adalah pencetak Perancis
seperti Robert Estienne, Simone de Colines, dan Geofroy Tory (1480 1533). Yang lain adalah Robert
Estienne, sebagai pencetak yang bekerja untuk istana, dia mengembangkan tulisan Heberw, Latin, dan
Yunani.

Pada zaman Barok (1600-1750) terkenal beberapa tokoh, diantaranya Claude Garamond (1480-1561),
Jean Jannon, Philippe Grandjean Le Romain du Roi, 1692, dan Pierre Simon Fournier (Manuel
Typographic) Paris (1712-1768). Pada zaman Neoklasik 1760-1850, terkenal antara lain percetakan
Didots, dan Gambattista Bodoni. Uraian mengenai tokoh-tokoh ini dan karyanya dapat dilihat sepanjang
uraian dalam bab-bab buku ini.

3. Huruf di Bagian Utara Eropa

Menurut Craig dan James, dengan adanya pertentangan agama yang satu dengan agama sekitar tahun
1600-an, peran pencetak buku berkurang karena sensor pihak yang berkuasa. Kejadian ini berlangsung
di bagian utara Eropa, misalnya di Belanda. Padahal, di Inggris sedang berlangsung sejarah yang luar
biasa dari industri cetak, di samping jenis industri lainnya. Di antara kemunduran desain grafis utara
Eropa itu, ada juga beberapa tokoh yang maju pemikirannya tentang desain grafis, misalnya Christophe
Plantin (1589), Antwerp (Belgia), desain huruf oleh Anton Janson, Nicholas Kis, yang orang Belanda.
kelahiran Hungaria (1650-1702). Kemudian Christoffel van Dyck (Dijck) 1601 1669, yang terkenal dengan
perusahaan cetaknya Elzevir Printing Firm (yang mendesain huruf Elzevir).

4. Desain Huruf dari Inggris.

Di antara tokoh desain huruf yang terkenal di Inggris, antara lain adalah William Caxton. Dia
mengembangkan percetakan buku tahun 1475. Jenis huruf pertama yang dipakainya adalah jenis
Blackletter. Tahun 1476 dia membangun perusahaan penerbitan pertama di London, kemudian
menerbitkan buku yang terkenal dengan nama Canterbury Tales.

Penggunaan jenis huruf Blackletter ini dapat dipahami sebagai akibat pemakaian jenis huruf Gotik yang
sangat dominan di Inggris, yaitu lebih 100 tahun lamanya yang dikenal dengan gaya huruf Old English.
Tahun 1998, perusahan percetakan Justin Howes menciptakan jenis huruf Caslon. Desain huruf ini
berpengaruh sampai abad ke-20 dan berkembang dengan berbagai variasi. Di antara tokohnya yang lain
adalah John Baskerville tahun 1725, yang akhirnya mengembangkan jenis huruf elegan.

5. Keanekaragaman Gagasan Desain Grafis dan Tipografi

Keanekaragaman desain grafis dapat muncul di Eropa dan Amerika disebabkan oleh beberapa hal

a) Pengembangan font oleh Benjamin Franklin & Koloni Inggris Amerika.

b) Pengembangan Engraving/Intaglio Printing sekitar pertegahan tahun 1400-an.

c) Pengembangan litografi oleh Alois Senefelder (stone printing) sekitar tahun 1800-an

d) Munculnya Pantograph untuk memperbesar gambar atau tulisan.

Gambar 3.7. Pantograph, ditemukan pada tahun 1884, sebagai alat teknis yang utama dalam tipografi
dan desain grafis sejak penemuan mesin cetak Gutenberg abad ke 15. (Sumber: Allen, 2009)

6. Slab Faces (Desain Huruf Tebal)


Jenis huruf tebal yang pertama dikembangkan adalah Egyptian Slab, tahun 1817 oleh Figgin di London,
Inggris. Kemunculan huruf tebal ini dimungkinkan dengan membuat cetakan huruf dari kayu (wood
type), karena bahan logam terbatas dan sangat besar jika dibuat untuk cetakan huruf.

7. Pengklassifikasian Desain huruf alternatif yang tidak lazim sejak tahun 1962.

Menurut Allen (2009), sejak tahun 1962, orang mulai mengklasifikasikan berbagai jenis huruf, yang
mungkin berbeda dengan klasifikasi jenis huruf yang kita kenal sekarang. Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut ini.

a) Klasifikasi Francis Thibaudeau (1860-1925)1921-1924, yang berpegang kepada pemakaian huruf serif.

b) Klasifikasi Aldo Novarese (1920-1995) pada tahun 1956, yang mencoba mengklasifikasikan
berdasarkan huruf seperti yang terlihat di bawah ini.

3) Klassifikasi Huruf Oleh Maximilien Vox.

1. Type Humanistic

2. Type Garalde

3. Type Transitional

4. Type Didonic

5. Type Mechanistic

6. TypeLineal

7. Type Incised

8. Type Script

9. Type Manual

10. Type Blackletter

11. Type Non-Latin

4) Klassifikasi Robert Bringhurst


Robert Bringhurst, dalam sinopsis tulisan sejarah The Elements of Typographic Style, mencoba
mengklassifikasi kan desain huruf itu berdasarkan sejarah tipografi sebagai gaya-gaya huruf berikut.

a) Tipografi Renaisan, abad ke-14-16 b. Tipografi Barok, abad ke-17-18

b) Tipografi Neoklasik, pertengahan abad ke-18 d. Tipografi Romantik, akhir abad ke-18

c) Tipografi Realis, akhir abad ke-19 d) Tipografi Geometris Moderen, awal abad ke-20 g. Tipografi
Modernt Liris, abad ke-20

e) Tipografi Post-Modern, pertengahan abad ke-20

Catatan: Klassifikasi huruf lihat glosasari pada bab akhir buku ini yang disebut dengan type family
(Keluarga Huruf) berikut ini.

a) Type/ huruf berkaki (sanserif), istilah ini tetap dipertahankan

b) Type/huruf tanpa kaki atau ada terminal di bagian ujungnya (Serif), istilah ini tetap dipertahankan

b) Tipologi huruf berdasarkan besar, kecil, luas atau sempit yang disebut dengan Wide, condenced,
Italic, light, bold dsb. (lihat glosasi, pada bagian terakhir).

c) Kebanyakan huruf dinamai berdasarkan penciptanya atau kategori yang disebutkan oleh penciptanya.

Bab IV

Desain Grafis Abad ke 16-18

A. Tokoh Furnier pada Zaman Rokoko

Sesudah zaman Barok muncul gaya Rokoko. Yang menonjol pada gaya seni ini adalah pada gaya
arsitektur abad ke-18, yang ditandai oleh dekorasi curvilinear yang kompleks. Hal yang sama ditemukan
juga pada desain grafis sebagai media ungkapan seni Rokoko. Salah satu tokoh penemu huruf
(typefounder) adalah dari Perancis, yang bernama Pierre-Simon Fournier. Setelah belajar seni dan
menjadi aprentis di bengkel-tuang huruf Le Bé, Fournier membuka bengkel tuang pengecoran logam dan
menciptakan desain hurufnya sendiri.

la adalah pemula yang memelopori ukuran dan standarisasi huruf melalui tabel proporsi huruf dan
berdasarkan ukuran Perancis Pouce, yaitu suatu satuan ukuran absolut yang lebih panjang dibanding
suatu inci. Dia menghasilkan ukuran- ukuran dan normalisasi huruf yang memungkinkan dia untuk
memelopori keluarga huruf, yaitu suatu rangkaian typefaces dengan bentuk yang berbeda berdasar
huruf yang sama. Dalam hal ini, karakter khasnya yang mirip memungkinkan beberapa corak huruf
berbeda dapat dipakai bersama-sama, namun tetap mencerminkan suatu kesatuan desain.

Fournier mendesain suatu hiasan huruf yang luas cakupannya, yang memungkinkan para pencetak di
Perancis untuk menciptakan buku dengan suatu kompleksitas desain hiasan yang paralel (mirip) dengan
dekorasi bagian interior dan arsitektur pada masa itu. Hal ini disebabkan oleh hukum Perancis saat itu
yang membatasi kegiatan typefounders untuk pencetakan.

Dalam seni lukis dan dekorasi gaya Rokoko abad ke 18 memiliki karakteristiknya yang cerah, anggun dan
penuh dengan ornamen/ hiasan. Rokoko secara tidak langsung berhubungan dg rezim kerajaan Perancis
(1715-74) dari raja King Louis XV Fournier sering menerima pekerjaan halaman layout untuk percetakan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dia telah memainkan peran sebagai desainer grafis.

B. Desain Buku Cetak Logam Huruf Lepas dan Ilustrasi dengan Teknik Etsa

Hasil cetakan lempeng tembaga digores (copperplate engraving) menjadi suatu medium penting untuk
ilustrasi buku selama periode ini. Pada bentuk bentuk garis yang telah digoreskan di atas permukaan
plat tembaga yang lembut itu, tinta masuk ke dalam ceruk yang ada pada permukaannya. Kemudian,
sisa tinta yang berlebih di atas permukaan dihapus; lalu selembar kertas ditekan ke plat itu dengan kuat
untuk memindahkan tinta dari ceruk di plat ke kertas. Teknik ini memungkinkan efek nada hitam putih
untuk ilustrasi buku yang diproduksi untuk tujuan bentuk-bentuk yang lembut dan penuh detil
dibandingkan hasil cetak woodblock yang kasar. Dalam rangka membuat teks lebih cocok dengan teknik
fine-line engraving ini, para desainer dapat meningkatkan hasil kerja lettering dan menghiasinya dengan
detil print engraving yang sangat bernuansa.

Engraverl bangsa Inggris Robert Clee menciptakan bermacam kartu yang dipakai dalam perdagangan
yang memperlihatkan dekorasi curvilinear dengan detil yang sangatbaik.Keduakemampuan ini - antara
menciptakan teks dan menciptakan gambar diperlihatkan oleh para desainer sepanjang zaman Rokoko
pada abad ke-18.

Para desainer grafis sering terlibat dalam sebuah kerjasama (kolaborasi) antar-mereka dalam spesialisasi
tertentu. Banyak pula seniman abad ke-18 mengkhususkan diri sebagai ilustrator buku. Salah satu
kolaborasi seperti itu adalah Perancis Charles Eisen, yang bertindak sebagai ilustrator untuk desain buku
puisi Contes et Nouvelles en Vers (1762; Tales and Novels in Verse) karangan Jean de La Fontaine
berkebangsaan Perancis. Pekerjaan mericetak oleh Joseph Gerard Barbou, sedangkan dekorasi oleh
Fournier, halaman keseluruhan dengan engraving oleh Eisen, dan untuk ilustrasi bagian belakang buku
oleh Pierre-Phillippe Choffard. Ini adalah contoh karya besar Rokoko dari desain buku yang
mengombinasikan huruf hias, inisial berhias, merinci bingkai dan aturan desain, serta ilustrasi yang
ruwet dan khas gayanya. Asal gaya Rokoko ini tidak begitu jelas, tetapi gaya ini muncul saat karya
desainer Perancis Pierre Lepautre memperkenalkan dekorasi bercorak Arabeska (arabesques) dan
lengkung (curves) dalam interior arsitektur tempat tinggal kerajaan di Marly.

Selain itu, juga lukisan-lukisan dari Jean-Antoine Watteau yang lembut, kanvas-kanvas yang penuh
warna-warni dari tuan-tuan dan nyonya dalam. lingkungan istana bersama gaya kepahlawanan Louis XIV
Perancis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya Rokoko pada awalnya akibat pengaruh tidak langsung dari
gaya dekorasi Arab (Arabesques).

Seni Rupa Rokoko berkembang di Perancis dan Jerman permulaan abad ke-18, kemudian banyak
interpretasi terhadap penerusan gaya Barok pada ini, khususnya dalam penggunaan cahaya dan
bayangan serta gerak komposisi. Namun, gaya Rokoko adalah sesuatu yang gemerlap, gaya yang penuh
permainan, dan sangat banyak menggunakan dekorasi.

C. Desain Grafis Neoklasik

Pada paruh abad ke-18, beberapa desainer yang bosan dengan gaya Rokoko, sebagai gantinya, mencari
inspirasi pada seni klasik yang benar dan asli dari Yunani. Minat ini diilhami dengan penemuan
arkeologis atas penggalian kota Pompei yang tertimbun oleh lahar gunung Versuvius. Selain itu, juga
diilhami oleh hasil perjalanan mereka ke Yunani, Italia, dan Mesir, dan beberapa informasi dari terbitan
buku era klasik. Desain Neoklasik berkenaan dengan print menggunakan garis lurus, bentuk-bentuk garis
lurus, dan suatu artefak hiasan geometris yang dikendalikan menurut tata cara geometrik tertentu.
Yohanes Baskerville, seorang Desainer Inggris dari zaman tersebut, menciptakan desain dan typefaces
untuk buku yang menjelaskan masa atau gaya transisi antara Rokoko abad 18 dan Neoklasik. Dalam
bukunya itu ia menggunakan huruf yang luar biasa, yang dirancang untuk diprin pada kertas lembut
tanpa perhiasan atau ilustrasi, sehingga desain terkesan rapi dan terkendali.

Huruf Baskerville adalah jenis huruf serif yang lebih tajam dan kontras antara bagian tebal dan tipis
huruf dibanding typefaces era Rokoko umumnya, dan leternya mempunyai suatu poros geometris lebih
vertikal. Pada akhir dekade 18 awal dekade abad ke-19, Giambattista Bodoni, pencetak Italia di Royal
Press (Stamperia Reale) dari Duke Parma memeroleh bentuk ideal buku Neoklasik.

Bodoni meletakkan statemen desainnya yang maju di dalam bukunya Manuale Tipografico (1788;
"Inventori of Types"). Edisi lain dari uku ini telah diterbitkan tahun 1818 setelah kematiannya, yang
dicetak oleh mandor dan jandanya. Bodoni menciptakan halaman (page) luar biasa untuk pembaca. la
mencapai suatu kemurnian bentuk dengan halaman yang lebih banyak ruang kosong (white space),
margin yang lebih luas dan spasi garis yang lebih rapi, dan huruf yang lebih geometris. Keinginan
fungsional ini dapat menghindarkan orang dari kekacauan saat membaca buku akibat banyaknya
dekorasi. Ia menarik inspirasi dari Baskerville sebagai cara untuk meningkatkan gaya desain Rokoko ke
arah model huruf yang lebih modern.

Percetakan keluarga Didot di Perancis, sebuah Penerbit dan juga sebagai ivpefounder, dapat dianggap
sebagai badan usaha yang berhasil di era Neoklasik. Karyanya dianggap ideal. Buku yang dirancang oleh
Didot mempunyai dekorasi yang sedikit garis tepi yang luas dan batas garis yang sederhana.

Pierre L'Ainé Didot mencapai kesempurnaan teknis cetaknya pada buku Lavish éditions du Louvre. Pada
desain ini, Pierre menggunakan huruf yang dirancang oleh saudaranya Firmin. Ilustrasi bukunya dibuat
dengan etsa oleh seniman yang hanya dapat dibandingkan dengan karya pelukis Neoklasik Perancis
Jacques-Louis David.

Desain huruf baskerville yang telah diadaptasi untuk komputer digital

Desain huruf baskerville yang telah diadaptasi untuk komputer digital

CONTOH HURUF

BASKERVILLE-BOLD

CONTOH

BASKERVILLE NORMAL CONTOH HURUF BODON

Dalam edisi ini dia telah mengetsa dengan teknik yang sempurna, detil dan teliti, kontras bayang-
bayang, dan permainan cahaya yang tajam. Keluarga Didot telah mencetak buku selama lima generasi
(keturunan) di Perancis.

Pengertian Klassik Baru

Pengertian Neoklassik pada kebudayaan Eropa adalah peniruan atau penggunaan prinsip gaya dan
estetika seni dan literatur Yunani dan Romawi Kuno. Dalam era modern, prinsip Klasik

Baru ini juga dipergunakan sebagai suatu referensi, misalnya dalam bidang musik, yaitu pengulanga
kembali seni musik klasik lama yang dibawakan dengan cara modern. Hal yang paling penting pada masa
Klasikisme di Eropa adalah gerakan pikiran dan kreativitas budaya Barat yang dimulai pada era Renaisan
akhir, yaitu abad ke-17 dan permulaan abad ke-18 (di Inggris dan Perancis) dan pada akhir abad ke-18
dan abad ke-19. Istilah Neoklasikisme adalah istilah yang merujuk kepada kembalinya paham klasik.
Namun, istilah Klasikisme dan Neoklasikisme dalam bidang literatur terdapat adanya perbedaan makna..
Hal ini terlihat dari bermacam tafsiran dan tulisan di negara Eropa. Pada tabel 4.1 diperlihatkan para
penemu jenis huruf di Eropa dan Amerika. Bentuk-bentuk huruf ini dan modifikasinya dapat dilihat pada
koleksi font dalam komputer. Jika tidak ada, Anda dapat mengaksesnya melalui internet.

Anda mungkin juga menyukai