Anda di halaman 1dari 4

P : “Bisa diceritakan apa alasannya sehinggah menjadi perawat Covid-19 ?

R : “Iya bisa, sebenarnya tidak ada alasan khusus sehingga saya mau menjadi perawat Covid-19,
kalau boleh saya jujur awala-awalnya sebenarnya saya tidak mau, tetapi karena sudah ada surat
keputusan dari direktur rumah sakit bahwa seluruh perawat akan bergabung menjadi tim
perawatan Covid-19, yahhh.. mau tidak mau harus mau.. (sambil tertawa kecil)

P : “Kalau boleh saya tahu apa yang buatki waktu awal-awal tidak mau jadi perawat Covid-19?”

R : “Kan waktu awal-awal itu saya takut karena tingginya angka penularan dan banyak sekali
yang meninggal akibat Covid, ditambah melihat berita di telvisi juga jadi saya tambah takut nanti
saya tertular juga”

P : “Berarti Cuma karena takut saja yah yang buat ki tidak mau menjadi perawat Covid-19 pada
awalnya? Atau ada alasan lain yang buatki tidak mau?”

R : “Iya awalnya memang saya takut, tetapi selain takut, yang buat juga saya tidak nyaman yaitu
pake APD lengkap karena sejujurnya selama saya kerja saya belum pernah gunakan APD
selengkap itu dan pasti saya pikir itu bakalan tidak nyaman”

P : “Dari mana ki bisa tahu kalo pake APD lengkap itu tidak nyaman? Kan belum pernah
merasakan pakai APD lengkap sebelumnya?”

R : “Walaupun saya belum pernah APD lengkap, tetapi saya sudah yakin itu bakalan tidak
nyaman karena saya lihat berita ditelevisi saat perawat disana pakai APD lengkap, bahkan untuk
minum saja tidak bisa. Waktu pelatihan di rumah sakit penggunaan APD saya sempat coba
pasang dan saya rasa itu tidak nyaman sekali karena panas, pokoknya tidak nyaman skali itu
pakai APD”

P : “Ohh.. begitu yah waktu awal-awal menjadi perawat Covid-19, terus sekarang ini kan sudah 2
bulan menjadi perawat Covid-19 bagaimana perasaannya sekarang?”

R : “Perasaan saya sekarang masih tetap ada ketakutan untuk tertular walaupun sudah tidak
seperti waktu awal-awal, sudah berkurang tetapi masih tetap ada”

P : “Kalau untuk perasaan tidak nyaman saat memakai APD sekarang bagaimana?”

R : “Kalau untuk pakai APD mungkin karena sudah 2 bulan mi hampir setiap hari saya pakai
akhirnya sekarang sudah mulai terbiasa ma kurasa, kalau ditanya soal tidak nyaman yah pasti mi
tetap tidak nyaman karena itu susahnya kalau mau mau kencing mesti di tahan sampai selesai
shif”

P : “Begitu yah, terus apakah masalah perasaan takut dan tidak nyaman pakai APD itu bisa buat
ki stress?”
R : “Wihh.. jelas mi itu kadang yang buat saya sampai cemas, karena sudah sembarangmi saya
pikir, mungkin juga karena rasa takutnya masih ada makanya kadang sudah tidak bisa berpikir
rasional sehingga buat ka cemas sendiri”

P : “Bisa ki ceritakan tadi itu “sembarangmi ta pikirkan” sampai buat cemas?”

R : “Iya jadi sembarangmi ku pikir sudah mengandai-andai bagaimana kalau saya tertular nanti
apakah bisa sembuh atau kayak pasien-pasien lain sampai meninggal, selain itu saya pikir juga
keluarga dirumah bagaimana perasaan mereka kalau sampai saya tertular pasti mereka
kepikiran”

P : “Cuma itu saja yang buat stress atau masih ada hal lain yang bisa buat stress?”

R : “Iya seperti yang saya bilang tadi kalau saya sudah terinfeksi Covid pasti bakalan dikarantina
sehingga saya tidak bisa ketemu keluarga, walaupun sekarang juga tidak bisa pulang ketemu
keluarga karena karantina.. hehehe.. ditambah lagi kalau sudah terkena Covid persepsi
masyarakat nanti ke saya pasti bakalan dihindari yah kayak dikucilkan begitu”

P : “Begitu dik, terus selama merawat pasien yang sudah terkonfirmasi Covid-19 apakah sering
ki merasa cemas? Hal apa yang buat ki cemas?”

R : “Iya setiap merawat pasien Covid-19 saya sering merasa cemas, kalau ditanya apa
penyebabnya yah itu yang tadi sudah saya jelaskan rasa takut tertular, tidak nyaman pakai APD,
ditambah kalau ketemu pasien yang tidak kooperatif saat dirawat”

P : “Bisa diceritakan bagaimana yang kita maksud pasien tidak kooperatif itu?”

R : “Pasien itu kadang tidak mau diatur sama perawat seperti kalau disuruh pakai masker selama
perawatan dia tidak mau, terus belum lagi kalau dia menyangkal kalau dia tidak terkena Covid,
bahkan sampai pernah ada pasien yang mengamuk karena dia tidak terima ditempatkan
diruangan Isolasi”

P : “Kalau begitu apa saja yang kita lakukan saat merasa cemas, apa lagi ditambah mi kayak tadi
pasien tidak kooperatif ?”

R : “Kalau untuk perasaan takut akan tertular hanya bisa banyak-banyak berdoa kepada Allah
S.W.T semoga selalu diberi perlindungan dalam bekerja. Untuk ketidaknyamanan pakai APD
yah begitumi kasi nyaman-nyaman saja karena mau bagaiamana lagi SOPnya harus pakai APD
biar aman dan tidak tertular juga kan. Sedangkan cara saya hadapi pasien yang tidak kooperatif
itu yah dikasi saja penjelasan sebisa ku, syukur kalau dia bisa paham dan mau menuruti apa yang
saya ajarkan, tapi kalau sudah saya jelaskan dan pasienya tetap tidak begitu, saya biarkan saja
karena mau bagaimana lagi.”

P : “Bagaimana respon keluarga saat tahu bahwa jadi perawat yang ditugaskan merawat pasien
Covid-19?”
R : “Respon keluarga saya waktu pertama kali saya tanya mereka tidak setuju saya untuk
menjadi perawat Covid-19, tetapi setelah saya jelaskan secara baik-baik ke mereka akhirnya
setuju juga”

P : “Bisa diceritakan apa alasan dari keluarganya sehingga tidak setuju untuk kta menjadi
perawat Covid-19?”

R : “Banyak alasannya itu, mulai dari takut saya tertular, nanti kalau tidak bisa pulang kerumah
mau tinggal dimana, terus bisakah minta ganti sama teman yang lain, intinya keluarga tidak mau
saya menjadi perawat Covid-19”

P : “Oh.. begitu yah, terus bagaimana sampai akhirnya keluarga bisa setuju?

R : “Saya jelaskan ke mereka bahwa ini sudah tuntutan dan resiko pekerjaan ku dan harus ku
jalani, ditambahkan sudah ada SK dari direktur. Pokoknya saya jelaskan ke mereka bahwa dalam
bekerja itu pakai alat pelindung yang aman, ada tempat yang disediakan untuk tinggal sementara,
makan dan sebagainya dijamin oleh rumah sakit. Intinya ku ceritakan semua yang baik-baik
sama mereka sampai akhirnya sekarang mereka sudah mendukung saya”

P : “Boleh diceritakan dukungan yang seperti bagaiamana yang diberikan oleh keluarganya
selama menjadi perawat Covid-19?”

R : “Hampir setiap hari jika selesai shif saya menelvon dengan keluarga di rumah, karena selama
saya menjadi perawat Covid-19 saya tinggal ditempat karantina. Cerita biasa saja kayak tanya
kabar, mereka selalu ingatkan saya untuk jaga kesehatan dan jangan lupa untuk sholat”

P : “Ohh.. begitu, terus bagaimana dengan respon orang-orang disekitar ta setelah mereka tahu
kalau jadi perawat Covid-19?

R : “Kalau respon teman-teman di karantina biasa saja, karena mereka juga kan bertugas
merawat pasien Covid-19 sama seperti saya. Kalau respon tetangga saya tidak tahu kan saya
belum pernah pulang ke rumah, selama ini saya tinggal di tempat karantina.”

P : “Selama tinggal ditempat karantina bagaimana perasaannya ?”

R : “Perasaan ku selama di karantina yahh begitu nyaman tidak nyaman, kalau dibilang dari segi
fasilitas yah lumayan lah, tempat tidur nyaman, makanan dijamin, tapi lama-lama bosan juga
karena sudah 2 bulan ketemu sama orang yang itu saja dan kayak monoton sekali ku rasa, jadi
kadang bosan ditambah kadang juga tiba-tiba rindu mau pulang kerumah tapi tidak bisa.”

P : “Terus kalau bosan apakah bisa buatki stress juga karena itu? Kalau iya bagaimana cara
mengatasi rasa bosan tadi biar tidak buat stress?”
R : “Pasti buat stress juga karena bosan sudah toh, makanya kadang kalau sudah bosan ma lagi
misalnya dengan makanan kadang pesan makanan dari luar, kalau bosan dengan suasana kadang
cerita-cerita atau kah putar lagu sambil menyanyi-menyanyi biar tidak stress.”

P : “Kalau dukungan atasan atau direktur RS selama ditugaskan jadi perawat Covid-19
bagaimana?”

R : “Selama ini dukungan dari direktur yah begitu, kadang kalau ada keluhan dia respon juga,
tapi kadang lambat tapi lebih bagus itu koordinator tim kalau dia itu cepat responya”

P : “Bisa dikasi contoh bagaimana respon direktur kenapa beda sama koordinator tim?”

R : “Kalau direktur itu lambat respon kalau ada keluhan atau minta ki sesuatu baru jarang sekali
datang di tempat karantina., beda sama ketua tim, nah kalau dia itu bagus karena cepat dia
sampaikan kalau ada keluhan dari teman-teman seperti kemarin itu masalah makanan yang
kurang enak, besoknya langsung diganti catringnya, sama selalu juga datang di tempat karantina
untuk cerita-cerita sama kami, jadi kalau dia bagus.”

P : “Berarti banyak juga masalah-masalah yang kita hadapi selama merawat pasien Covid-19 ?”

R : “Iya banyak mulai dari masalah perawatan kadang pasien susah na terima kondisinya sampai
masalah ditempat karantina juga ada”

P : “Nah kalau banyak masalah begitu apa yang biasa kita lakukan?”

R : “Biasanya kalau ada masalah begitu kadang ku coba untuk tidak terlalu pikir ki karena na
kasi tambah stress ja kalau mau dipikir, kadang juga tadi itu seperti yang ku bilang dengar lagu
sambil menyanyi-menyanyi, kadang juga cerita.”

P : “Sama siapa biasanya cerita kalau ada masalah ta”

R : “Kadang kalau masalah kerjaan sama teman-teman di karantina saja kan lebih nyambung
bahas soal kerjaan sama mereka. Tapi kalau masalah pribadimi kadang sama keluarga di rumah
lewat telvon, tapi jarangka cerita sama orang dirumah karena takutnya jadi beban pikiran juga
buat mereka.”

Anda mungkin juga menyukai