Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUA N

Dengan Diagnosa LEUKIMIA Di Ruangan L I AD

Di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Di Susun Oleh :
Nama : Putri Mahpirah Amir,S.Kep

NIM : 2004010

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES PANAKKUKANG

MAKASSAR

2021
I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Leukimia adalah poliferasi sel darah putih yang masi imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2006)
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah berlebihan yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia.(A.Aziz Alimul Hidayat 2006)
Leukimia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam
jaringan tubuh yang membentuk darah. (Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing)
Leukimia adalah sekumpulan penyakit yang di tandai oleh adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah. (Kapita Selekta Hematologi. Edisi 4
2005)
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi(bertambah banyak atau
multifikasi)patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir
fatal. (Ngastiyah, 2005)
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah
putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding
kapiler/diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel
darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000
sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-
rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat
hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat
dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti
organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan
menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain
itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri,
melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada
pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil,
dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada beberapa jenis sel
darah putih yang disebut granulosit:
a. Basofil.
b. Eosinofil.
c. Neutrofil.
Dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:
a. Limfosit
b. Monosit.
(skema pembelahan sel darah putih)
2. Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia
a. Leukosit 
Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal
leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan
ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit),
yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya
dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula,
sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat
dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel
agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir
granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan
dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula
dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan
pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel
terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat,
tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam
berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran
lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke  arah perifer sepanjang
pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan  melakukan gerakan
amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit
beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah
4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun
sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam
sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14
-15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-
memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah.
melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme
tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut
fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan
dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. dengan
cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera, menangkap
organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-
kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai
granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih,
peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan
sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan
- fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel nanah. demikian juga terdapat
banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar
jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh
granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
C. Klasifikasi
1. Leukimia akut
a. Leukimia Limfositik Akut (ALL)
Dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas, paling sering terjadi
pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, dan
puncak insidensi pada usia 4 tahun, setelah usia 15 tahun ALL jarang terjadi
b. Leukimia Mielogeneus Akut (AML)
Mengenal sistem sel hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid, monosit, grnulosit (basofil, neutrofil, eusinofil), eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena, insiden meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan Leukemia Nonlimfositik yang paling sering
terjadi (Muttaqin arif. 2009)
2. Leukimia Kronis
a. Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) merupakan suatu gangguan
limfoproliferatif yang ditemukan pada orang tua (umur median 60 tahun) dengan
perbandingan 2:1 untuk laki-laki. LLK dimanifestasikan oleh proliferasi dan
akumulasi 30% limfosit matang abnormal kecil dalam sumsum tulang, darah
perifer, dan tempat-tempat ekstramedular, dengan kadar yang mencapai
100.000+/mm3 atau lebih. Pada lebih dan 90% kasus, limfosit abnormal adalah
limfosit B. Karena limfosit B berperan pada sintesis imunoglobulin pasien
dengan LLK mengalami insufisiensi sintesis imunoglobulin dan penekanan
respons antibodi. Studi sitogenetik menunjukkan leblh dari 80% pasien
mengalami berbagai perubahan sitogenetik, yang mungkin menunjukkan
prognosis buruk awitannya tersembunyi dan berbahaya dan sering ditemukan
pada pemeriksaan darah rutin, yang memperlihatkan peningkatan jumlah limfosit
absolut atau karena limfadenopati dan splenomegali yang tidak sakit. waktu
penyakitnva berkembang, hati juga membesar. Pasien yang hanya menderita
limfositosis dan limfadenopati dapat bertahan 10 tahun atau lebih lama. Dengan
terkenanya organ, terutama lien, prognosis memburuk.Anemia dini dan
trombositopenia (jumlah trombosit rendah) bersama penggandaan waktu SDP 
pada kurang dari setahun merefleksikan prognosis sangat buruk dengan harapan
hidup median kurang dari 2 tahun. Sekitar 10% pasien mengalami transformasi
agresif serupa dengan sindrom Richter (limfoma agresif).
b. Leukemia Sel Berambut
Leukemia Sel Berambut relatif jarang terjadi, leukemia limfositik sel B
indolen. Nama mengidentifikasi projeksi mikroskop seperti gelondong pada
limfosit pada apusan darah dan sumsum tulang yang diwarnai. (Sylvia A. Price,
Edisi 6, 2006)
c. Leukimia Mielogeneus Kronis (LMK)
Juga dimasukkan dalam keganasan sel stem myeloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel normal dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia
ditemukan pada 90% sampai 95% klien dengan LMK. LMK jarang menyerang
individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat sesuai
pertambahan usia.  (Muttaqin arif. 2009)
D. Etiologi
Penyebab yang pasti belum di ketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya Leukimia, yaitu :
1. Faktor genetic: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T cell
Leukmia lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi : sinar X
3. Obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti diethylstilbestor
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5. Kelainan kromosom, misalnya pada Down Syndrome
E. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit
atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal
diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang
dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada
kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagis epanjang jalur tunggal khusus. Proses
ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, tulang
belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang
panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai
tinmgkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai dari yang
sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan
petunjuk untk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-kadang
leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar
hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan
sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten,
kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten,
berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit
matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular
sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit
tulang juga sering dijumpai. Jugaa timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit
kepala, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan penglihatan.
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Petekie, memar tanpa sebab
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Limphadenopathy
9. Hepatosplenomegaly
10. Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2006: 162)
G. Pemeriksaan diagnostic
1. Hitung darah lengkap : Menunjukkan normositik, anemia normositik.
a. Hemoglobin : Dapat kurang dari 10 g/100 ml
b. Retikulosit : Jumlah biasanya rendah
c. Jumlah trombosit : Mungkin sangat rendah (<50.000/mm)
d. SDP : Mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP imatur
(“menyimpang ke kiri”).mungkin ada sel blast Leukimia
2. PT/PTT : memanjang
3. LDH : Mungkin meningkat
4. Asam urat serum/urine : Mungkin meningkat
5. Muramidase serum (lisozim) : Peningkatan pada Leukimia monositik Akut dan
mielomositik.
6. Copper serum : Meningkat
7. Zink serum : Menurun
8. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50% atau Lebih dari sel
blast, dengan prekusor eritroid, sel imatur, dan megakariositis menurun.
9. Foto dada dan biopsy nodus limfe : Dapat mengindikasikan derajat keterlibatan 
H. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal memproduksi
sel darah merah dalam umlah yang memadai, yaitu berupa:
a. Lemah dan sesak nafas, karena anemia(sel darah merah terlalu sedikit)
b. Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih
c. Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
2. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan
kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
3. Hepatomegali (Pembesaran Hati). Membesarnya hati melebihi ukurannya yang
normal.
4. Splenomegali (Pembesaran Limpa). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa
bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5. Limpadenopati. Limfadenopati merujuk kepada ketidaknormalan kelenjar getah
bening dalam ukuran, konsistensi, ataupun jumlahnya.
I. Penatalaksanaan Medik
1. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 gr % pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan masih dapat diberikan transfusi trombosit.
2. Kortikosteroid yaitu prednison, kortison, dexametasone setelah mencapai remisi
dosis dikurangi demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Transpalansi sumsum tulang
4. Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang
biasanya digunakan meliputi daunorubicin, hydrochloride (cerubidin), cytarabine
(Cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol).
(Handayani Wiwik, 2008)
II. Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
b. Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
b. Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
c. Tanda-tanda vital
TD        :   Tekanan Darah
N         :   Nadi
P          :   Pernapasan
S          :   Suhu
d. Antropometri
TB         :  Tinggi badan 
BB        :  Berat badan
LLA      :  Lingkar lengan atas
LK        :  Lingkar kepala
LD        :  Lingkar dada
LP         :  Lingkar perut
3. Pengkajian Sistem
a. Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi
tambahan ronchi dan wheezing.
b. Sistem cardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan
darah dan capylary reffiling time.
c. Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen
apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau
tidak.
d. Sistem musculoskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
e. Sistem integument
Rambut  :   warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak
Kulit       :   warna, temperatur, turgor dan kelembaban
Kuku      :   warna, permukaan kuku, dan kebersihannya
f. Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
g. Sistem penginderaan
Mata       :  Lapang pandang dan visus.
Hidung   :  Kemampuan penciuman.
Telingan :  Keadaan daun telinga dan kemampuan pendengaran.
h. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
i. Sistem neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow
Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi motorik : massa otot, tonus otot dan kekuatan otot
6) Fungsi sensorik: respon terhadap suhu, nyeri dan getaran
7) Fungsi cerebrum: kemampuan koordinasi dan keseimbangan
B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia.
C. Rencana keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan: Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi Rasional
a. Pantau suhu dengan teliti a. untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
b. Ternpatkan anak dalam ruangan b. untuk meminimalkan terpaparnya
khusus anak dan sumber infeksi
c. Anjurkan semua pengunjung dan c. untuk meminimalkan pajanan
staf rumah sakit untuk pada organism infektif
menggunakan  teknik mencuci
tangan dengan baik 
d. Gunakan teknik aseptik yang d. untuk mencegah kontaminasi
cermat  untuk semua prosedur silang atau menurunkan resiko
invasive infeksi
e. Evaluasi keadaan anak terhadap e. untuk intervensi dini penanganan
tempat tempat munculnya infeksi infeksi
seperti tempat penusukan jarum,
ulserasi mukosa, dan   masalah
gigi
f. Inspeksi membran mukosa mulut. f. rongga mulut adalah medium
Bersihkan mulut dengan baik yang baik untuk pertumbuhan
organism
g. Berikan periode istirahat tanpa g. menambah energi untuk
gangguan penyembuhan dan regenerasi
seluler
h. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai h. untuk mendukung pertahanan
usia alami tubuh
i. Berikan antibiotik sesuai ketentuan i. diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemi


Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi Rasional
a. Evaluasi laporan kelemahan, a. menentukan derajat dan efek
perhatikan ketidakmampuan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari
b. Berikan lingkungan tenang dan b. menghemat energi untuk aktifitas
perlu istirahat tanpa gangguan dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
c. Kaji kemampuan untuk c. mengidentifikasi kebutuhan
berpartisipasi pada aktifitas yang individual dan membantu
diinginkan atau  dibutühkan pemilihan intervensi

c. Resiko terhadap cedera, perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah      


trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi Rasional
a. Gunakan semua tindakan untuk a. karena perdarahan memperberat
mencegah perdarahan khususnya kondisi anak dengan adanya
pada daerah ekimosis anemia
b. Cegah ulserasi oral dan rectal b. karena kulit yang luka
cenderung untuk berdarah
c. Gunakan jarum yang kecil pada c. untuk  mencegah perdarahan
saat melakukan injeksi
d. untuk  mencegah perdarahan d. untuk  mencegah perdarahan
e. Laporkan setiap tanda-tanda e. untuk memberikan intervensi
perdarahan (tekanan darah dm1 dalam       mengatasi
menurun, denyut nadi cepat, dan perdarahan
pucat)
f. Hindari obat-obat yang f. karena aspirin mempengaruhi
mengandung aspirin   fungsi trombosit
g. Ajarkan orang tua dan anak yang g. untuk mencegah perdarahan
lebih besar untuk mengontrol

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah 
Tujuan : Pasien tidak mengalami mual atau muntah.
Intervensi Rasional
a. Berikan antiemetik awal sebelum a. untuk mencegah mual dan
dimulainya kemoterapi muntah
b. Berikan antiemetik secara teratur b. untuk mencegah episode
pada waktu dan program berulang
kemoterapi c. karena tidak ada obat antiemetik
c. untuk mencegah episode berulang yang secara umum berhasil
d. Anjurkan makan dalam porsi hindari memberikan makanan
kecil tapi sering yang beraroma menyengat
e. Berikan cairan intravena sesuai d. karena jumlah kecil biasanya
ketentuan ditoleransi dengan baik
e. untuk mempertahankan hidrasi
e. Perubahan membran mukosa mulut stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
Intervensi Rasional
a. lnspeksi mulut setiap hari untuk a. untuk mendapatkan tindakan
adanya ulkus oral yang segera
b. Untuk mendapatkan tindakan b. untuk mencegah trauma
yang segera
c. Gunakan sikat gigi berbulu c. untuk menghindari trauma
lembut, aplikator berujung kapas,
atau jan       yang dibalut kasa
d. Berikan pencucian mulut yang d. untuk rneningkatkan
sering dengan cairan salin normal penyembuhan
atau     tanpa larutan bikarbonat
e. Gunakan pelembab bibir e. untuk menjaga agar bibir tetap
lembab dan mencegah pecah    
pecah (fisura)
f. Hindari penggunaan larutan f. karena bila digunakan pada
lidokain pada anak kecil faring, dapat menekan refleks    
muntah yang mengakibatkan
resiko aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang
g. Berikan diet cair, lembut dan g. agar makanan yang masuk
lunak dapat ditoleransi anak
h. Inspeksi mulut setiap hari h. untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi
i. Dorong masukan cairan dengan i. untuk membantu melewati area
menggunakan sedotan nyeri
j. Hindari penggunaa swab gliserin, j. dapat mengiritasi jaringan yang
hidrogen peroksida dan susu luka dan dapat membusukkan 
magnesia gigi, memperlambat
penyembuhan dengan rnemecah
protein dan dapat mengeringkan
mukosa
k. Berikan obat-obat anti infeksi k. untuk mencegah atau mengatasi
sesuai ketentuan mukositis
l. Berikan analgetik l. untuk mengendalikan nyeri
f. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan    
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kernoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Intervensi Rasional
a. Dorong orang tua untuk tetap a. jelaskan bahwa hilangnya nafsu
rileks pada saat anak makan makan adalah akibat langsung  
dan mual dan muntah serta
kemoterapi
b. Izinkan anak memakan semua b. untuk mempertahankan nutrisi
makanan yang dapat ditoleransi,   yang optimal
rencanakan untuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera
makan anak meningkat
c. Berikan makanan yang disertai c. untuk memaksimalkan kualitas
suplemen nutrisi gizi, seperti susu intake nutrisi
bubuk atau suplemen yang dijual
bebas
d. Izinkan anak untuk terlibat dalam d. untuk mendorong agar anak mau
persiapan dan pemilihan makanan makan
e. Dorong masukan nutrisi dengan e. karna jumlah yang kecil
jumlah sedikit tapi sering biasanya ditoleransi dengan baik
f. Dorong pasien untuk makan diet f. kebutuhan jaringan metabolik
tinggi kalori kaya nutrient ditingkatkan begitu juga cairan
untuk menghilangkan produk
sisa suplemen dapat memainkan
peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori
dan protein yang adekuat
g. Timbang BB, ukur TB dan g. membantu dalam
ketebalan lipatan kulit trisep mengidentifikasi malnutrisi
protein kalori, khususnya bila
BB dan   pengukuran
antropometri kurang

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dan leukemia


Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterirna anak
Intervensi Rasional
a. Mengkaji tingkat nyeri dengan a. informasi memberikan data
skala 0 sampai 5 dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan atau keefektifan
b. Jika mungkin, gunakan prosedur- b. untuk meminimalkan rasa tidak
prosedur (misal pemantauan suhu aman
non   invasif, alat akses vena
c. Evaluasi efektifitas penghilang c. untuk menentukan kebutuhan
nyeri dengan derajat kesadaran perubahan dosis. Waktu
dan sedasi pemberian atau obat
d. Lakukan teknik pengurangan d. sebagai analgetik tambahan
nyeri
e. Berikan obat-obat anti nyeri e. untuk mencegah kambuhnya
secara teratur nyeri
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas
Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
Intervensi Rasional
a. Berikan perawatan kulit yang a. karena area ini cenderung
cermat, terutama di dalam mulut mengalami ulserasi
dan daerah perianal
b. Ubah posisi dengan sering b. untuk merangsang sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit
c. Mandikan dengan air hangat dan c. mempertahankan kebersihan
sabun ringan tanpa mengiritasi kulit
d. Kaji kulit yang kering terhadap d. efek kemerahan atau kulit kering
efek samping terapi kanker dan pruritus,ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa
agen kemoterapi
e. Anjurkan pasien untuk tidak e. membantu mencegah friksi atau
menggaruk dan menepuk kulit trauma kulit
yang kering
f. Dorong masukan kalori protein f. untuk mencegah keseimbangan
yang adekuat nitrogen yang negative
g. Pilih pakaian yang longgar dan g. untuk meminimalkan iritasi
lembut diatas area yang teradiasi tambahan
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan 
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Intervensi Rasional
a. Dorong anak untuk memilih wig a. untuk membaritu
(anak perempuan) yang serupa mengembangkan penyesuaian
gaya dan warna rambut anak rambut terhadap kerontokan
sebelum rambut mulai rontol rambut
b. Berikan penutup kepala yang b. karena hilangnya perlindungan
adekuat selama pemajanan pada rambut
sinar matahari, angin atau dingin
c. Anjurkan untuk menjaga agar c. untuk menyamarkan kebotakan
rambut yang tipis itu tetap bersih, parsial
pendek dan halus
d. Jelaskan bahwa rambut mulai d. untuk menyiapkan anak dan
tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan keluarga terhadap perubahan
mungkin warna atau teksturnya penampilan rambut baru
agak berbeda
e. Dorong hygiene, berdandan, dan e. untuk meningkatkan penampilan
alat-alat yang sesuai dengan jenis
kelamin ,misalnya wig, skarf, topi,
tata rias.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
leukemia 
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik
atau terapi
Intervensi Rasional
a. Jelaskan alasan setiap prosedur a. untuk meminimalkan
yang akan dilakukan pda anak kekhawatiran yang tidak perlu
b. Jadwalkan waktu agar keluarga b. untuk mendorong komunikasi
dapat berkumpul tanpa gangguan dan ekspresi perasaan
dan staf
c. Bantu keluarga merencanakan c. untuk meningkatkan
masa depan, khususnya dalam perkembangan anak yang
membantu anak menjalani optimal
kehidupan yang normal
d. Dorong keluarga untuk d. memberikan kesempatan pada
mengespresikan perasaannya keluarga untuk menghadapi rasa
mengenai kehidupan anak takut secara realistis
sebelum diagnosa dan prospek
anak untuk bertahan hidup
e. Diskusikan bersama keluarga e. untuk mempertahankan
bagaimana mereka memberitahu komunikasi yang terbuka dan
anak tentang hasil tindakan dan jujur
kebutuhan terhadap pengobatan
dan kemungkinan terapi tambahan
f. Hindari untuk menjelaskan hal- f. untuk mencegah bertambahnya
hal yang tidak sesuai dengan rasa kekhawatiran keluarga
kenyataan yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2016), Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC, Jakarta


Carpenito, Lynda Juall (2015), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, EGC,
Jakarta
Tarwoto dan Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah gangguan Hematologi. Jakarta.
Trans Info Media.
Purwanto, Rudi. Buku ANTI Remedial IPA. Jakarta. PT Wahyumedia
Suriadi,Skp,MSN & Rita Yuliani,SKp.M.Psi 2016. Bahan Kuliah Hematologi, FK Universitas
Airlangga, Surabaya
Wong’s Essentials of Pediatrik Nursing.
Kapita Selekta Hematologi.

Anda mungkin juga menyukai