Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1 Manajemen Konstruksi K-04

Iffah Qisthiya (15019125)

Raden Farhan Bara H (15019133)

Tsabitahhasna Bunga (15019134)

Yasinta Nurul L (15019138)

Alfafa Dzikra (150191142

Country Report Industri Konstruksi Indonesia dan Malaysia

A. GDP Growth bidang Konstruksi

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017


Negara
Indonesia 6,11 6,97 6,65 5,22 6,79
Malaysia 14,2 14,3 8,2 7,4 8,3

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi di sektor konstruksi
pada kedua negara cenderung turun namun berhasil untuk naik lagi pada tahun 2017.
Pertumbuhan GDP sektor konstruksi di Indonesia cenderung lebih stabil karena kebutuhan
pembangunan yang terus ada dan Indonesia terus meningkatkan GDP pada sektor
konstruksi karena adanya rencana pembangunan dalam kurun tahun 2015-2019.

B. Industri Konstruksi
Industri konstruksi di Indonesia lebih fokus terhadap pembangunan konstruksi
sipil.Dalam lima tahun ke depan (2015 – 2019), pemerintahan baru diperkirakan akan
mendorong investasi infrastruktur sebesar Rp 4.886 triliun dimana Rp 3.386 triliun untuk
infrastruktur strategis dan Rp 1.500 triliun untuk infrastruktur dasar. Pekerjaan konstruksi
yang menjadi fokus investasi Indonesia adalah pekerjaan umum seperti infrastruktur jalan,
sumber daya air, dan pemukiman. Investasi konstruksi di Indonesia menjadi yang terbesar
di Asia dan terus tumbuh dengan stabil dengan peningkatan sekitar 5% per tahun. Sektor
ini didominasi oleh pembangunan konstruksi sipil dan didorong dengan pesatnya
perkembangan sektor industri serta peningkatan permintaan layanan publik.

Sedangkan, industri konstruksi negara Malaysia lebih fokus pada sektor swasta dan
mega proyek. Seperti pada tahun 2013, Kontribusi sektor swasta dan publik masing-masing
sebesar 81,5% dan 18,5% dari total nilai. Kontribusi utama untuk proyek konstruksi
Malaysia datang dari pelaksanaan 4 mega proyek non-perumahan dan infrastruktur. Pada
tahun 2014, Pengembangan-pengembangan meliputi proyek-proyek implementasi dari
layanan komunikasi, keperluan-keperluan, serta proyek-proyek transportasi dengan nilai
yang tinggi/utama. Sama halnya dengan di Indonesia, sektor konstruksi ditargetkan pada
tahun 2014 untuk menjadi respon terhadap masalah konektivitas antar pulau. Tahun 2015-
2016, ndustri konstruksi malaysia sektor swasta dinilai lebih menguasai dibandingkan
dengan proyek pemerintah.porsi terbesar pekerjaan konstruksi berasal dari non-
perumahan. Dampak besar terhadap proyek konstruksi Malaysia pada tahun 2015 berasal
dari pelaksanaan 11 mega proyek. Untuk tahun 2017 dan 2018 proyek yang dicatat oleh
CIDB Malaysia dikategorikan ke dalam perumahan, non-perumahan, fasilitas sosial, dan
infrastruktur.
C. Jumlah Pekerja Sektor Konstruksi
Pada tahun 2018, sektor konstruksi Indonesia mempekerjakan rata-rata 7% dari
tenaga kerja nasional. Dengan jumlah penduduk yang lebih banyak, Indonesia memiliki
pekerja konstruksi yang cenderung lebih banyak dibandingkan Malaysia. Berikut akan
diberikan tabel untuk menggambarkan kondisi pekerja konstruksi di Indonesia dan
Malaysia tiap tahunnya.
Tahun 2013, jumlah pekerja yang bekerja dalam sektor konstruksi Indonesia
sebanyak 6.349.387 orang (CBS, 2014). Jumlah tenaga terampil yang terdaftar di NCSDB
(2014) sebanyak 43.381 orang yang terdiri dari tenaga terampil angkatan III (4.563), tenaga
terampil angkatan II (9.765) dan tenaga terampil angkatan I (30.921). Jumlah tenaga
profesional yang bekerja di bidang konstruksi adalah 59.378 orang yang terdiri dari
insinyur junior (31.867), insinyur senior (26.687) dan insinyur utama (2.975). Negara
Malaysia mengelompokkan pekerjanya berdasarkan beberapa kategori dan dibedakan
antara pekerja lokal dan asing. Pada tahun 2013, total pekerja yang terdaftar untuk lokal
adalah sebanyak 243.666 orang dan asing sebanyak 78.204.
Pada tahun 2014 Negara Malaysia seringkali mengalami kekurangan pekerja
konstruksi, hal ini adalah akibat dari demand konstruksi yang seringkali tiba-tiba
mengalami peningkatan. Sedangkan untuk masalah sumber daya manusia, Indonesia tidak
menghadapi masalah serius. Masalah yang dihadapi Indonesia justru terjadi kendala dalam
segi distribusi sumber daya yang dibutuhkan untuk menunjang proyek konstruksi. Hal ini
disebabkan oleh karakteristik geografis dari kepulauan di Indonesia. Maka pemerintah
Indonesia sedang berusaha memperbaiki masalah ini untuk memastikan keberadaan dari
sumber daya konstruksi; dari segi kuantitas, kualitas, lokasi, serta waktu.
Tahun 2015 , Malaysia mengalami peningkatan tenaga kerja lokal menjadi 575.474
orang dan tenaga kerja asing 141.068 orang. Pada tahun 2017, menurut BPS terdapat
10,087,740 tenaga kerja konstruksi di Indonesia secara total keseluruhan dan Malaysia juga
terus mengalami peningkatan tenaga kerja. Tahun 2018 di Malaysia, Pekerja sektor
konstruksi menempati urutan kedua terkecil saham sebelum sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 8,7%.
Dapat ditarik kesimpulan, Indonesia dan Malaysia terus mengalami peningkatan
dalam jumlah tenaga kerja yang terserap pada bidang konstruksi. Indonesia tidak pernah
kekurangan tenaga kerja dalam bidang konstruksi namun jumlah tenaga ahli masih
terbilang sedikit.
D. Jumlah Perusahaan
Perusahaan kontraktor di Indonesia maupun di Malaysia dikategorikan menjadi
kontraktor kecil, menengah, dan besar. Di Indonesia selama kurun waktu 5 tahun (2013-
2017), perusahaan kontraktor masih didominasi oleh kontraktor kecil. Berdasarkan
Conference Country Report Malaysia pada 22nd AsiaConstruct Conference di Seoul,
Korea, data perusahaan konstruksi yang ada ialah perusahaan kontraktor. Perusahaan
kontraktor di Malaysia dikategorikan dengan cara yang berbeda dari Indonesia, yaitu
berdasarkan grade dari grade 1 (G1-G7).
Jumlah perusahaan konstruksi yang terdiri dari konsultan dan kontraktor di
Indonesia meningkat. Jumlah terbesarnya merupakan perusahaan kecil sekitar 89% (untuk
kontraktor) atau sekitar 131.728 kontraktor. DI Malaysia, kontraktor jumlahnya juga
meningkat dan kontraktor kecil menguasai sekitar 77,3% (55.850 kontraktor).Perusahaan
konstruksi asing di Indonesia juga terus meningkat semenjak MP3EI diluncurkan. Tahun
2015, Ada sekitar 355 perusahaan kontraktor asing yang ada di Indonesia. Di Malaysia
peningkatan jumlah perushaan asing tidak signifikan namun jumlahnya pada tahun 2015
mencapai 447 kontraktor.
Pada tahun 2018, Seiring pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia, jumlah
kontraktor di Indonesia terbilang tinggi dibandingkan negara lain. Pada tahun 2018 sendiri,
perusahaan konsturksi nasional di Indonesia berjumlah 131.602 unit dengan rincian 1.712
perusahaan besar, 20.007 perusahaan menengah, dan 109.883 perusahaan kecil.
Banyaknya perusahaan konstruksi kecil ini merupakan hal yang khusus masalah bagi
industry karena hanya menyumbang 10% dari pasar konstruksi dan mayortas perusahaan
kecil berada dalam kondisi kritis. Sementara itu, di Negara Malaysia juga mengalami tren
peningkatan jumlah kontraktor per tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai