Disusun Oleh:
Kurnia Mahardika NIM A0211002
Wilayah kesatuan pasar dan basis produksi yang terintegrasi (A single market and
Production Base). Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi, maka
akan membuat barang, jasa, investasi dan modal dalam jumlah yang besar, serta
tenaga kerja terampil (skilled labour) menjadi tidak ada hambatan dari satu negara
ke negara lainnya di Kawasan Asia Tenggara.
Wilayah dengan persaingan yang tinggi (Competitive Economic Development).
Kebijakan yang diperlukan adalah: Competition policy, Consumer protection,
Intelectual Property Right (IPR), Taxation dan E-commerce.
Kawasan dengan perkembangan ekonomi yang merata (Equitable Economic
Development). Hal ini dengan memprioritaskan pada UKM. Kemampuan daya
saing dan dinamisme UKM ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka
terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan SDM dalam hal
peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.
Kawasan diintegrasikan dengan perekomian global (Integrated into the Global
Economy). Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi
terhadap negara-negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-
negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui
pengembangan paket bantuan teknis kepada negara-negara ASEAN yang kurang
berkembang.
2
Selain itu merujuk neraca jasa Indonesia tahun 2008-2012, jasa
konstruksi ikut menyumbang nilai surplus yang cukup besar yaitu sekitar
US$231 juta. Nilai tersebut menempatkan jasa konstruksi berada pada
peringkat ketiga penyumbang defisit setelah jasa travel dan jasa komunikasi
menempati posisi 1 dan 2 secara berturut. Dengan demikian sektor jasa
arsitektur ini memiliki nilai ekonomis dan strategis dalam perekonomian
Indonesia.
Pelaku jasa arsitek ini tergabung dalam Ikatan Arsitek Indoensia (IAI)
yang berdiri pada tanggal 17 September 1959. IAI ini memiliki link dengan ikatan
profesi yang sama di tingkat regional yang disebut dengan Architects Regional Council
of Asia (ARCASIA) dan ASEAN Asscoaition Planning and Housing (APPH). Sementara di
level international yang disebut dengan Union Internationale des Architectes (UIA). Di
level domestik, IAI tergabung sebagai anggota Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (LPJK) dan Forum Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi. IAI bersama dengan
LPJK melakukan serfikasi kompetensi dan keahlian arsitek1.
Dalam hal kualitas, sektor jasa arsitektur Indonesia dapat dikatakan
mempunyai daya saing cukup baik. Hal ini didukung oleh sistem pendidikan dan
penjenjangan yang terstruktur dengan baik yang kemudian memperjelas
klasifikasi dan kualifikasi tenaga arsitektur. Berdasarkan klasifikasi nasional, tenaga
ahli terdiri dari 40 sub klasifikasi termasuk Arsitek. Sementara tenaga terampil
memiliki beranekaragam klasifikasi jabatan/pekerjaan. Adapun berdasarkan
kualifikasi nasional, tenaga terampil terdiri dari teknisi/mandor/tukang. Sedangkan
kualifikasi nasional untuk tenaga ahli dibedakan dalam tiga kategori yaitu ahli
utama, ahli madya dan ahli muda. Adapun yang terkait dengan klasfikasi ASEAN,
dibagi dalam 2 kategori yaitu untuk jasa arsitek disebut dengan ASEAN Architect
(AA), sedangkan untuk insinyur disebut dengan ASEAN Chartered Professional
Engineer (ACPE)2
3
Adapun terkait dengan kuantitas tenaga ahli arsitek, dapat dikatakan
masih kurang memadai. Merujuk pada jumlah anggota Ikatan Arsitek Indonesia
(IAI) hanya 14.842 orang. Jumlah ini sudah termasuk yang sudah purna
tugas/wafat/tidak aktif.
Adapun anggota IAI yang bersertifikat dan bisa berpraktik mandiri hanya
2.965, yang tersebar ke dalam berbagai klasifikasi. Untuk arsitek utama
sebanyak 152, arsitek madya 1.503 dan arsitek muda 1.310. 3
Sedangkan untuk level ASEAN Architects, hanya ada 45 orang,
sementara Singapura dengan jumlah penduduk yang jauh lebih sedikit dari
Indonesia memiliki 30 orang tenaga ahli berstandar AA. Oleh karena itu, dengan
jumlah penduduk yang besar, perlu kebijakan yang mendorong AA Indonesia
terus bertambah, apalagi dengan menyongsong pasar bebas ASEAN.
Rendahnya jumlah AA Indonesia turut dipengaruhi oleh sistem
kependidikan yang menetapkan 4 tahun sebagai masa studi mahasiswa program
sarjana, padahal di ASEAN sarjana arsitektur minimal 5 tahun. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan 1 (satu) tahun untuk mendapatkan pendidikan profesi
arsitek sesuai dengan durasi yang berlaku ditingkat regional/internasional.
Data pada grafik di bawah juga memperlihatkan jumlah sarjana teknik
di Indonesia per 1 juta penduduk terendah dibanding negara-negara lainnya.
Bahkan Vietnam memiliki lebih banyak sarjana teknik yaitu sekitar 9,037 sarjana.
Sedangkan untuk kawasan Asia Timur, Korea memiliki tingkat jumlah sarjana
teknik yang sangat memadai. Hal ini tentu saja didukung oleh peran
pemerintah yang kuat dalam merumuskan arah pengembangan sarjana teknik di
Korea.
Dalam hal tambahan sarjana teknik per tahun pun Indonesia juga
menduduki peringkat terendah disbanding negara-negara lainnya termasuk
beberapa negara ASEAN. Untuk negara ASEAN, Malaysia tercatat memiliki
tingkat pertumbuhan yang sangat baik
4
Untuk sektor jasa arsitektur ini ada beberapa catatan penting yang
perlu dicermati. Pertama, fakta bahwa kualitas pendidikan arsitektur yang belum
merata. Hanya ada 140 perguruan tinggi tersebar dari Jakarta sampai Maluku
Utara dan persebarannya terpusat di Pulau Jawa. Jadi kesenjangan
pendidikannya juga sangat berbeda. Hal ini berdampak pada penilaian untuk
sertifikasi. Kedepan, sistem sertifikasi akan disentralisir ke daerah, sehingga
penilaian dilakukan oleh jasa sertifikasi profesi provinsi.
Hal ini akan memberikan dampak bertambahnya peluang putera
daerah untuk bisa bersertifikat. Namun satu sisi, hal ini membawa
kehawatiran akan menurunya standar sertifikasi sehingga akan sulit bersaing
dengan arsitek mancanegara.
Kedua, durasi pendidikan dasar arsitektur nasional 4 tahun tidak
kompatibel dengan persyaratan yang berlaku secara internasional yaitu 5 (lima)
tahun. Selain itu PPArs (Pendidikan Profesi arsitek) belum bisa diselenggarakan
secara nasional. Selama ini hanya diselenggarakan oleh perguruan tinggi-
perguruan tinggi yang besar saja.
D. Tata Kelola/Regulasi
5
E. Infrastruktur Pendukung
Berkaitan dengan kondisi tersebut, ada beberapa hal yang dapat diupayakan: