Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di buat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Segmentasi pasar konstruksi swasta dan pemerintah di Indonesia dan
Kamboja
2. Analisis daya saing penyedia jasa (kontraktor dan konsultan) di Indonesia dan
Kamboja
3. Perbedaan dan persamaan klasifikasi dan kualifikasi penyedia jasa di
Indonesia dan Kamboja
4. Analisis potensi pasar terbaik dan kesimpulan hal yang terbaik bagi Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

1
2.1. Segmentasi Pasar
2.1.1. Definisi segmentasi pasar
Menurut Hermawan Kartajaya dkk (2003) segmentasi berarti melihat
pasar secara kreatif. Segmentasi merupakan seni mengidentifikasikan serta
memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar. Segmentasi
memungkinkan pemasar menghindari persaingan langsung. Ini dimungkinkan
karena mereka bisa tampil beda dengan kompetitornya, melalui perbedaan
harga, corak, kemasan, daya tarik promosi, cara distribusi dan service memadai.
Pride & Ferrel (1995) Mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu
proses membagi pasar ke dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan
kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli dan
sebagai suatu proses pembagian pasar keseluruhan menjadi kelompokkelompok
pasar yang terdiri dari orangorang yang secara relatif memiliki kebutuhan produk
yang serupa.
Swastha & Handoko (1997) mengartikan segmentasi pasar sebagai
kegiatan membagibagi pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan
satuan pasar yang bersifat homogen.

2.1.2. Maksud dan Tujuan Segmentasi Pasar


Banyaknya perusahaan yang melakukan segmentasi pasar atas dasar
pengelompokkan variabel tertentu. Dengan menggolongkan atau
mensegmentasikan pasar seperti itu, dapat dikatakan bahwa secara umum
perusahaan mempunyai motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam
jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif (Porter, 1991).
Manfaat yang lain dengan dilakukannya segmentasi pasar, antara lain:

1. Perusahaan akan dapat mendeteksi secara dini dan tepat mengenai


kecenderungan-kecenderungan dalam pasar yang senantiasa berubah.
2. Dapat mendesign produk yang benar-benar sesuai dengan permintaan pasar.
3. Dapat menentukan kampanye dan periklanan yang paling efektif.

2
4. Dapat mengarahkan dana promosi yang tersedia melalui media yang tepat
bagi segmen yang diperkirakan akan menghasilkan keuntungan yang lebih
besar.
5. Dapat digunakan untuk mengukur usaha promosi sesuai dengan masa atau
periode-periode dimana reaksi pasar cukup besar.

2.1.3. Dasar-dasar Segmentasi Pasar pada Pasar Konsumen


1. Geografi
Segmentasi geografi akan membagi pasar ke dalam beberapa bagian
geografi yang berbedabeda seperti negara, negara bagian, wilayah, kota,
dan desa. Perusahaan akan beroperasi pada satu atau beberapa area
geografi yang dipandang potensial dan menguntungkan.
2. Demografi
Dalam segmentasi demografi, pasar dibagi menjadi grupgrup dengan
dasar pembagian seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendekatan, tingkat
pendidikan, dan agama. Pendekatan demografi ini hampir selalu
disertakan, antara lain adalah informasi demografi adalah informasi yang
mudah dijangkau dan relatif lebih murah untuk mengidentifikasikan target
market, informasi demografi memberikan insight tentang trend yang
sedang terjadi, meski tidak dapat untuk meramalkan perilaku konsumen,
demografi dapat dilihat untuk melihat perubahan permintaan aneka produk
dan yang terakhir demografi dapat digunakan untuk mengevaluasi
kampanyekampanye pemasaran.

2.1.3. Segmentasi dan Probabilitas


Ada beberapa syarat segmentasi yang efektif, yaitu dapat diukur, dicapai,
cukup besar atau cukup menguntungkan, dapat dibedakan, dan dapat
dilaksanakan.
Profitabilitas adalah kemampuan perseroan untuk menghasilkan suatu
keuntungan dan menyokong pertumbuhan baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.Profitabilitas perseroan biasanya dilihat dari laporan laba rugi
perseroan (income statement) yang menunjukkan laporan hasil kinerja perseroan.

3
2.2. Daya Saing
Daya Saing Indonesia Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2013-
2014 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Rank

Tabel 1. Rank menurut GCI

Infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan daya


saing Indonesia, terutama sejak Indonesia dikategorikan sebagai efficiency
driven country. Dari data Kementrian Pekerjaan Umum, Indonesia pada tahun
2012-2013 masuk dalam Ranking ke 50, dan tahun 2013-2014 masuk dalam
rangking ke 38. Hasil rangking tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia kalah
bersaing dalam infrastruktur.
2.2.1. Rencana dan Realisasi Infrastruktur di Indonesia

4
Gambar 2. Rencana Dan Realisasi Infrastruktur

Dalam MP3EI (Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan


Ekonomi Indonesia) untuk rencana dan realisasi insfrastruktur Indonesia, terlihat
dari grafik diatas insfrastruktur jalan 339 T, insfrastruktur pelabuhan 117 T,
insfrastruktur power & energi 681 T, insfrastruktur bandara 32 T, insfrastruktur rel
kereta api 326 T, utilitas air 18 T, telematika 242 T, insfrastruktur lainnya 31 T dan
total indikasi investasi 1.786 T.

Gambar 3. Rencana & Realisasi Investasi

5
2.2.2. Analisa Daya Saing Indonesia
Kalangan jasa konstruksi dalam negeri perlu meningkatkan kapasitas
dalam hal teknis, manajemen, dan sumber daya manusia agar dapat bersaing dan
memasuki pasar jasa konstruksi, termasuk di luar negeri. Persoalan yang membelit
sektor konstruksi juga banyak. Mulai dari regulasi yang belum sepenuhnya
mendukung ruang gerak kontraktor, minimnya SDM berkualitas, rendahnya
kepercayaan bank lokal mendukung pembiayaan, ketergantungan bahan baku
impor, serta yang paling krusial, belum adanya kepastian hukum khususnya yang
menyangkut pembebasan lahan. Hingga kini badan usaha dengan kualifikasi besar
masih sedikit dibandingkan dengan kualifikasi kecil maupun sedang. Begitu juga
dengan tenaga kerja konstruksi, tidak hanya itu para tenaga konstruksi belum
tertata dengan baik. Diakui, struktur penyedia jasa nasional kurang seimbang.
Kontraktor nasional masih memperebutkan proyek pemerintah, terlihat karena
Indonesia masih didominasi jumlah perusahan konstruksi golongan kecil yang
belum memiliki tenaga ahli kompeten. Mengenai pemanfaatan material, masih
tingginya kebutuhan material impor yang menjadikan jasa konstruksi lokal juga
terbelit persoalan, seperti material aspal, besi baja serta peralatan lainnya. Dengan
kondisi fluktuatif nilai tukar rupiah dan tidak mampunya memprediksi harga
BBM membuktikan antara kontraktor dan pemerintah sama-sama tidak mampu
memprediksi keadaan yang terjadi. Grade yang mampu bersaing pasar ASEAN
grade 7, 6, dan 5. Kontraktor nasional saat ini membutuhkan dukungan intensif
fiskal untuk dapat bersaing di pasar internasional, juga pembebasan pajak
berganda. Diakui, kontraktor nasional masih sulit bersaing dengan kontraktor
asing, terutama untuk mendapatkan proyek-proyek di luar negeri. Selain faktor
minimnya dukungan pemerintah, ketiadaan dukungan pembiayaan murah dari
perbankan dan rezim perpajakan yang belum kondusif menjadi penyebab
kontraktor nasional sulit ekspansi bisnis hingga ke luar negeri.

2.3. Kualifikasi Usaha Jasa Konstruksi


Definisi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No.
08/PRT/M/2011 tentang pembagian subkualifikasi dan subklasifikasi usaha jasa

6
konstruksi, kualifikasi itu didefinisikan sebagai bagian kegiatan registrasi untuk
menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat
kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha, atau penggolongan profesi dan
keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut
tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan keahlian. Definisi
Kualifikasi menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No. 09/PRT/M/2013
Tentang Persyaratan Kompetensi Untuk Subkualifikasi Tenaga Ahli dan Tenaga
Terampil Bidang Jasa Konstruksi.

2.3.1. Indonesia
Persyaratan Penyedia Barang/Jasa menurut PERPRESS 54 tahun2010 pasal 19 :
1. Memiliki keahlian, pengalaman, kemapuan teknis dan manajerial untuk
menyediakan barang/jasa.
2. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa
dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah
maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir2, dikecualikan bagi Penyedia
Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga)tahun.
4. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang
diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa.

Pembagian Kualifikasi Usaha Jasa Konstruksi:


1. Usaha jasa konstruksi dapat berbentuk orang perseorangan atau badan usaha.
2. Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan selaku pelaksana
konstruksi hanya dapat. Melaksanakan pekerjaan konstruksi beresiko kecil,
berteknologi sederhana dan berbiaya kecil.
3. Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan perencana konstruksi
atau pengawas konstruksi hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi
yang sesuai dengan bidang keahliannya.

2.3.2. Kamboja

2.3.3.
2.4.
BAB III

7
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Pemberlakuan MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean ) memaksa kita harus
berfikir dan bertindak secara global. Semua itu menjadi satu keharusan mana kala
kita berharap pemberlakuan MEA menjadi satu langkah awal bagi perkembangan
dan pengembangan bisnis jasa konstruksi yang ada di Indonesia.
Sektor jasa konstruksi merupakan sektor jasa yang vital bagi pertumbuhan
eknomi suatu negara. Sektor jasa konstruksi menjadi tulang punggung bagi jasa
transportasi, distribusi, pariwisata, dan bahkan merupakan tulang punggung bagi
bidang lain seperti pertanian dan manufaktur. Secara umum perusahaan konstruksi
nasional telah berperan penting dan melakukan ekspor jasa konstruksi ke negara-
negara ASEAN dan non ASEAN. Hal ini tentunya tidak dengan mudah diperoleh.
Kualitas dan kepercayaan terhadap perusahaan konstruksi nasional merupakan
bukti pembinaan terhadap potensi sumber daya konstruksi nasional telah
dilakukan dengan baik dan berkelanjutan.
Tantangan peningkatan daya saing sebenarnya bersifat universal. Tanpa
atau dengan MEA Pasca 2015, industri konstruksi nasional harus mampu
meningkatkan daya saingnya secara berkesinambungan.

3.2. Rekomendasi
3.2.1. Badan Usaha Jasa Konstruksi
Melakukan perencanaan usaha jangka panjang sesuai dengan respon
strategis yang telah diidentifikasikan diatas dengan beradaptasi pada perubahan
lingkungan pasar dan teknologi yang kian dinamis dengan mengkonfigurasikan
asset atau sumber daya BUJK baik yang tangible maupun intangible.
Meningkatkan kinerja manajemen proyek yang terkait dengan kelemahan dan
ancaman dalam analisis SWOT

3.2.2. Pemerintah

8
Dalam rangka mendukung penterasi dan pengembangan pasar konstruksi
internasional baik di dalam maupun di luar negeri maka diperlukan kebijakan
pemerintah dalam dua kategori yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan Promosi
a. Kebijakan Finansial dan Perpajakan: keringanan pajak, dukungan
pinjaman/kredit kebijakan nilai tukar: Memberikan dukungan finansial
(fiskal/moneter) dan perbankan termasuk prosedur ekspor/impor, sistem
perpajakan, regulasi sistem nilai tukar. Jika diperlukan membentuk bank
ekspor/impor (EXIM) konstruksi.
Pemerintah memberika dukungan finansial untuk badan usaha yang
ke luar negeri. Selain itu, perusahaan yang beroperasi di luar,
memperoleh diskon suku bunga pinjaman sehingga lebih rendah dari
suku bunga efektif
Prinsip pajak penghasilan tunggal diberlakukan untuk mencegah
pajak berganda pada saaat perusahaan beroperasi di luar negeri
(penandatangan perjanjian penghindaharan pajak berganda dengan
Negara lain)
Untuk dukungan kredit pembiayaan, BANK EXIM menyediakan
dana setiap tahun untuk mendukung proyek-proyek OFDI utama.
Suku bunga kredit ini cukup rendah, proses persetujuannya cepat,
dan syarat-syaratnya diperingan.
Bank EXIM juga menawarkan asuransi kredit ekspor jangka pendek
(seperti letter of credit), juga asuransi jangka mengengah dan
panjang, program pemjaminan kredit yang serupa dikeluarkan oleh
bank-bank swasta di Negara maju
b. Jaringan layanan informasi: laporan/panduan kendala-kendalan aturan
investasi pada berbagai negara, bank informasi untuk rencana OFDI
Panduan arah investasi OFDI: katalog/panduan investasi luar negeri
untuk bidang usaha dan negara, panduan penyelesaian
keluhan/masalah yang lebih disukai/terpilih
c. Mekanisme pengamanan resiko: subsidi asuransi untuk ekspatriat yang
bekerja di luar negeri, kebijakan perlindungan bersama (negara asal &
tujuan)

9
Melakukan hubungan diplomasi bilateral/multilateral yang istimewa
terutama ke negara-negara yang memiliki hubungan sejarah dan
budaya dengan Indonesia
d. Meningkatkan kapasitas riset dan pengembangan untuk industri jasa
konstruksi dan/atau memberikan insentif bagi kegiatan R&D dan/atau
dukungan inovasi teknologi yang dilakukan secara mandiri oleh
perusahaan atau konsorsium perusahaan.
Pusat penelitian untuk FDI dibentuk untuk mendukung perusahaan
yang ingin berkompetisi di luar negeri.
e. Membentuk lembaga khusus (Indonesia Incorporated?) untuk mengatasi
kemungkinan persaingan yang tinggi dan tidak sehat antar perusahaan
nasional pada pasar internasional dan untuk meningkatkan kerjasama dan
koordinasi antar perusahaan nasional
Selain itu pemerintah memekarkan lembaga pendukung seperti
badan promosi ekspor konstruksi dan pemerintah juga perlu
memandu arah OFDI. Mereka mengdisseminasi kalatog panduan
untuk investasi di sektor industri dan Negara tertentu yang juga
berfungsi sebagai daftar badan kerjasama ekonomi.
Memfasilitasi dukungan industri manufaktur nasional terhadap
bahan dan peralatan konstruksi terhadap BUJK yang melakukan
ekspor konstruksi.
Melakukan atau melanjutkan reformasi BUMN dengan
meningkatkan fungsi jasa terpadu untuk menjadi sumber keunggulan
bersaing di pasar internasional.
f. Memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan nasional dalam
mengadopsi danmempertahankan sistem manajemen mutu, keselamatan
dan kesehatan kerja serta lingkungan yang diperlukan dalam mencapai
kinerja proyek-proyek di pasar internasional.
Pada level makro ekonomi, pemerintah mengurangi resiko yang
terkait dengan OFDI melalui promosi dan perjanjian bersama dengan
Negara lain tentang perlindungan bersama. Pada level mikro,
pemerintah menyediakan subsidi asuransi jiwa kepada ekspatriat
yang bekerja diluar (rasio sumsidi maksimum 50%)

10
g. Memberikan insentif kepada tenaga-tenaga professional untuk
memperoleh sertifikasi kualifikasi pada tingkat regional ASEAN dan
kawasan pakta ekonomi lainnya.
Meningkatkan kerjasama antar negara untuk meningkatkan
pengakuan bersama untuk kualifikasi professional di sektor
konstruksi
h. Memacu pengadopsian pengembangan kluster sebagai pendekatan sentral
dan menggunakan kluster untuk memacu promosi ekspor dan menarik
FDI di sektor jasa konstruksi serta sebagai alat untuk merangkul sektor
swasta dalam kerjasama yang lebih efektif dengan pemerintah baik pada
tingkat nasional maupun regional ASEANdan pakta internasional lainnya
2. Kebijakan Supervisi
a. Penyederhanaan proses approval: Untuk memfaslitasi investasi di luar,
pemerintah menyederhanakan proses persetujuan, waktu proses yang
lebih singkat dan pendelegasian kewenangan untuk sektor dan nilai
ekspor tertentu.
b. Studi kelayakan tidak harus oleh perusahaan tapi dipandu pemerintah
yang lebih terfokus kepada aspek kelayakan ekonomis dan teknologi.
c. Sarana Interim untuk inspeksi bersama berkala/tahunan pada investasi
OFDI

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa, Kesiapan Sektor Jasa Konstruks


Nasional Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean, 2015

LPJK, Buletin LPJK, Edisi kedua, 2014

Pamulu Sapri, Strategi Penetrasi Pasar Internasional untuk Badan Usaha Jasa
Konstruksi Nasional, 2015

Suanda Budi, Potensi Implikasi MEA dan Rekomendasinya, 2016

11
Utomo pudjo, Kesiapan Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja) Bidang
Konstruksi di Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean,
Universitas Wahid Hasyim Semarang, 2014

12

Anda mungkin juga menyukai