Anda di halaman 1dari 7

Kajian UU Keinsinyuran

Unduh UU no. 11 Tahun 2014 tentang KEINSINYURAN atau di SINI

Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya
saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi,
mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk negara Anggota ASEAN,
seluruh anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata
dan meaningful yaitu ASEAN Economy Community (AEC). Pada tahun 2015, apabila AEC
tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal.

Gambar 1. AEC dalam piagam ASEAN-35

Sumber: Syamsul Arifin. Dkk, opciy, hal 5

 A.    Arus Bebas Jasa

Liberalisasi jasa bertujuan untuk menghilangkan hambatan penyediaan jasa di antara negara-
negara ASEAN yang dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam ASEAN Framework
Agreement on Service (AFAS). Bagi Indonesia, peluang integrasi ekonomi regional tersebut
harus dapat dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin. Jumlah populasi, luas dan letak
geografi, dan nilai PDB terbesar di ASEAN harus menjadi aset agar Indonesia bisa menjadi
pemain besar dalam AEC.

Selain menjadi peluang, liberalisasi di bidang jasa juga bisa menjadi hambatan apabila Indonesia
tidak menyiapkan diri. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, hingga
Agustus 2013, jumlah tenaga kerja asing di Indonesia mencapai 48.002 orang. Jumlah tenaga
kerja asing terus meningkat dari 58.091 tahun 2009 menjadi 65.156 pada 2010, sedangkan tahun
2011 dan 2012 berturut-turut 77.303 dan 72.427 orang.

Berdasarkan data tersebut, bukan tidak mungkin pekerja-pekerja asing makin banyak yang
bekerja di Indonesia sehingga menyebabkan banyaknya pekerja-pekerja Indonesia tidak
mendapatkan pekerjaan di negeri sendiri.

B.     Kondisi Kekinian Indonesia

Kondisi Perekonomian di Indonesia


Indonesia memiliki kekuatan dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Salah satu
pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat adalah permintaan domestik yang masih akan menjadi
penopang kinerja utama perekonomian. Selain itu, juga didukung oleh ekspor, impor, serta
investasi yang tumbuh dengan pesat. Perekonomian Indonesia tumbuh pada kisaran 6.4%
sepanjang tahun 2011. Meski demikian, inflasi yang tinggi masih akan menjadi tantangan yang
serius. Jika kondisi perekonomian Indonesia dilihat dari Pendapat Domestik Bruto (PDB),
Indonesia memiliki PDB sebesar US$700 miliar dan dengan pendapatan perkapita yang
mencapai US$3000 per tahun yang menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara
dengan pendapatan perkapita yang besar. Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang baik dapat
menjadi modal yang sangat penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju ASEAN
Economic Community (AEC) tahun 2015.

Kondisi Segi Identitas Nasional Indonesia


Untuk mendorong daya saing nasional, maka kesiapan dari daerah harus didorong dalam
menghadapi AEC 2015. Daerah bisa menjadi korban dari berlakunya AEC jika tidak dapat
diberdayakan sesuai potensinya karena dalam era globalisasi ini persaingan tidak hanya sekedar
persaingan antarnegara tetapi juga persaingan antarindividu, perusahaan, provinsi dan kota.
Dalam mengembangkan leading sector masing-masing daerah, pemerintah pusat dan daerah
harus fokus pada core business yang akan dikembangkan dari masing-masing daerahnya.
Sebagai contoh  Maluku yang bisa fokus pada perikanan, NTT pada peternakan sapi, Sumatera
Barat pada pariwisata (di samping Bali dan Yogyakarta), Sumatera Selatan pada energi, dan lain-
lain. Dengan begitu Indonesia yang memiliki berbagai macam budaya, keindahan alam, dan ciri
khas lain dapat diberdayakan dengan baik dalam segi perekonomiannya selain itu juga dapat
dilestarikan untuk kedepannya.

Kondisi Infrastruktur dan Regulasi


Petinggi-petinggi di Negara lain, bahkan masyarakat Indonesia sendiri mengatakan bahwa
infrastruktur di Indonesia masih sangatlah buruk. Hal ini diukur untuk mempersiapkan Indonesia
menuju ASEAN Economic Community 2015 (AEC 2015) dalam menghadapi negara-negara
tetangga lainnya. Kemudian, permasalahan regulasi di Indonesia juga perlu ditinjau kembali.
Dalam menghadapi AEC 2015 nanti, Indonesia dicap kurang baik dalam hal regulasi, khususnya
dalam hal properti. Secara keutuhan, Indonesia dinialai belum siap dan masih santai dalam
menghadapi ASEAN Economic Community dari segi infrastruktur dan regulasi.

C.    Analisis Kesiapan Sarjana Teknik Dalam Menghadapi AEC

Segi Kuantitas
Segi kuantitas yang akan dibahas di sini adalah mengenai populasi sarjana teknik dan juga
kebutuhan serta pemenuhan sarjana teknik dari tahun ke tahun.

Grafik 1. Diagram Populasi Sarjana Teknik di Beberapa Negara (2008)

Sumber: PII, 2013

Menurut Ketua PII, Bobby Umar, saat ini Indonesia kekurangan 1,2 juta insinyur.  Dan hingga
tahun 2015 dibutuhkan setidaknya 211.124 insinyur dari semua jurusan. Sementara, di Indonesia
sendiri penambahan sarjana teknik setiap tahu per satu juta penduduk teknik hanya sekitar 164.

Grafik 2. Proyeksi Kebutuhan Sarjana Teknik Hingga 2030


Sumber: PII, 2013

Salah satu kemungkinan penyebab menurunnya pertumbuhan populasi sarjana teknik adalah
menurunnya daya tarik untuk mengambil disiplin ilmu keteknikan. Menurunnya daya tarik ini
bisa disebabkan karena keterbatasan sumber daya pengajar ilmu keteknikan dan tidak adanya
penghargaan bagi sarjana teknik untuk bisa mengaplikasikan ilmunya di Indonesia. Hal ini akan
berdampak akan daya saing yang juga ikut menurun antara sarjana teknik.

Bisa dipastikan bahwa Indoensia akan menglami deficit sebanyak 15.000. Kekurangan itu
kemungkinan akan diisi oleh insinyur asing dan jumlah rupiah yang harus dibayarkan kepada
insinyur asing bisa mencapai triliunan rupiah.

Segi Kualitas
Perguruan tinggi di Singapura dan Malaysia sebagian besar telah mmeiliki sertifiksi standar
internasional ABET. Sementara di Indonesia hanya ada satu perguruan tinggi yang memiliki
sertifikasi ABET tersebut yaitu di ITB, lebih tepatnya di jurusan Teknik Elektro. Di luar negeri,
masa belajar untuk program sarjana teknik adalah lima tahun, sementara untuk di Indonesia
sendiri memiliki durasi normalnya 4 tahun. Sehingga bisa disimpulkan bahwa penyelenggaraan
pendidikan di luar negeri lebih baik dibanding di Indonesia, meskipun kualitasnya belum tentu
berbanding lurus.
Apabila Asian Economic Community diberlakukan nanti, sarjana teknik di Indonesia mempunyai
peluang kalah saing dengan sarjana teknik luar negeri bila kualitas keinsinyurannya tidak
ditingkatkan.

D.     Apa Itu UU Keinsinyuran?

Rancangan Undang-Undang tentang Keinsinyuran dinilai sangat strategis untuk mencegah


kesalahan dan kelalaian praktek keinsinyuran yang dapat merugikan masyarakat, mengatasi
pekerjaan teknologi dan alih teknologi, mengamankan investasi dan anggaran pembangunan,
mengembangkan keinsinyuran dan teknologi, serta penyetaraan kualifikasi dan kompetensi
insinyur Indonesia dengan insinyur dari negara lain.

Rancangan Undang-Undang tentang Keinsinyuran disahkan menjadi UU melalui sidang


Paripurna DPR yang digelar Selasa (25/2/2014). RUU ini pun di bahas menenai hak-hak
konsumen. Dikarenakan, maraknya mal praktik yang dilakukan oleh para Insinyur, dan tidak
adanya sebuah bunyi hukum yang jelas bagi para pelanggar. UU Keinsinyuran melakukan
standardisasi kompetensi para insinyur dengan menciptakan Standar Keinsinyuran yang
didasarkan pada Kode Etik Keinsinyuran sehingga Indonesia dapat menghasilkan insinyur yang
ahli dan kompeten di bidang masing-masing.

Hal-hal yang dijelaskan dalam Undang-undang keinsinyuran ini merupakan sebuah bentuk
validasi akan kemampuan seseorang untuk dapat menjadi Insinyur. Hal ini mencakup perizinan
kerja bagi para pelaku profesi keinsinyuran, sistem penjaminan kompetensi profesional bagi
perolehan izin kerja, sistem penjaminan kualifikasi dasar untuk memasuki profesi keinsinyuran,
sistem penjaminan mutu akademis untuk pendidikan tinggi teknik.

Hal – hal yang berhubungan dan dibahas dalam UU Keinsinyuran


UU tentang Keinsiyuran ini terdiri dari 15 BAB dan 56 Pasal. Dalam kelima belas bab itu diatur
mengenai cakupan keinsinyuran, standar keinsinyuran, Program Profesi Insinyur, registrasi
Insinyur, Insinyur asing, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, hak dan kewajiban,
kelembagaan Insinyur, organisasi profesi Insinyur, pembinaan Keinsinyuran, sanksi
administratif, ketentuan pidana, dan ketentuan peralihan.

Seseorang sarjana teknik tidak dapat disebut seorang insinyur apabila dia bekerja tidak dalam
bidang keinsinyuran. Untuk menjadi Insinyur, seseorang harus memenuhi beberapa persyaratan.
Persyaratan tersebut yaitu lulus pendidikan tinggi teknik pada perguruan tinggi dalam negeri
yang telah terakreditasi atau perguruan tinggi luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik
Indonesia atau setara dengan penjenjangan kualifikasi profesi di bidang keinsinyuran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berpengalaman dalam kegiatan keinsinyuran
sesuai standar atau kualifikasi yang ditentukan oleh organisasi profesi dan lulus uji kompetensi.
Uji kompetensi seorang insinyur akan dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi profesi yang
memenuhi persyaratan dan telah mendapat lisensi dari badan yang berwenang.

Sertifikasi kompetensi kerja ini penting agar seorang bisa mendapatkan izin kerja. Untuk dapat
bekerja, seseorang harus mempunyai suatu izin kerja. Izin kerja ini didapatkan melalui sertifikasi
kompetensi kerja. Seorang insinyur yang melakukan kegiatan keinsinyuran tanpa mempunyai
izin kerja akan dikenai sanksi berupa teguran atau dapat diberhentikan dari kegiatan keinsinyuran
untuk sementara waktu.

Apabila seorang insinyur dalam melakukan kegiatan keinsinyurannya melakukan kegiatan yang
berdampak pada kerugian materil, dia akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan
tertulis, penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran, pembekuan izin kerja, pencabutan izin
kerja dan atau denda. Penyelenggaraan profesi insinyur juga diatur dalam kode etik dan asas-
asas. Asas-asas dari penyelenggaran keinsinyuran itu sendiri berasaskan profesionalitas,
integritas, keadilan, keselarasan, kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, kelestarian
lingkungan hidup dan keberlanjutan. Sementara kode etik yang berlaku disusun oleh organisasi
insinyur. Hal ini untuk menjaga dan menertibkan insinyur yang bekerja agar tetap profesional
dalam melakukan tugas-tugasnya. Hal ini juga baik bagi perusahan yang menggunakan tenaga
insinyur karena perusahaan-perusahan lebih terjaga dari kerugian-kerugian yang mungkin
diakibatkan seorang insinyur akibat kecerobohan ataupun hal lain.

Insinyur asing yang bekerja di Indonesia juga harus memenuhi syarat agar dapat bekerja di sini.
Selain memiliki izin kerja, insinyur asing harus mendapatkan gelar insinyur dari negara asalnya.
Selain itu, seorang insinyur asing juga harus mengikuti uji kompetensi keinsinyuran seperti
halnya insinyur-insinyur dalam negeri.

Pada saat akan mengajukan aplikasi untuk menjadi Insinyur Profesional (IP), calon insinyur
tersebut diwajibkan menyusun suatu Laporan Praktik Keinsinyuran (LPK) yang isinya
menjelaskan tentang pengalamannya saat mengerjakan tugas-tugas keinsinyuran yang terstrukur
itu dengan dikaitkan pemenuhan persyaratan Bakuan Kompetensi.

Hal ini baik untuk menjaga kualitas insinyur-insinyur dari Indonesia. Insinyur-insinyur dari
Indonesia akan menjadi lebih profesional dan terjaga kualitasnya. Sehingga dengan begitu
Insinyur dari Indonesia pun tidak akan kalah saing dengan insinyur-insinyur asing. Perusahaan
pun diuntungkan dengan adanya hal ini karena insinyur-insinyur yang mereka gunakan jasanya
tetap terjaga kualitasnya.

Seorang insinyur berhak:

1. melakukan kegiatan Keinsinyuran sesuai standar kompetensi profesi


2. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi
3. memperoleh informasi, data, dan dokumen yang lengkap dan jujur dari pengguna jasa
Keinsinyuran
4. menerima imbalan sesuai dengan jasa yang diberikan
5. mendapat jaminan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
6. mendapatkan pembinaan dan pemeliharaan kompetensi profesi keinsinyuran.

Disamping hak-hak tersebut seorang Insinyur mempunyai kewajiban, antara lain:

1.  melaksanakan kegiatan Keinsinyuran sesuai keahlian dan berdasarkan Kode Etik


Insinyur
2. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan keahlian dan jenjang kualifikasi yang dimiliki
Insinyur
3. melaksanakan tugas profesi sesuai dengan standar keselamatan, keamanan, dan aspek
lingkungan
4. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya atas kerahasiaan hubungannya dengan
pengguna jasa tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan, bahkan setelah selesai
pekerjaan dilaksanakan
5. melaksanakan profesinya tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, golongan, latar
belakang sosial, politik dan budaya
6. memelihara kompetensi, memperkaya dan menambah ilmu pengetahuan dan teknologi
serta mengikuti perkembangan Keinsinyuran.

Dengan adanya undang-undang keinsinyuran ini, dibentuk suatu organisasi resmi yang dapat
digunakan para insinyur sebawai wadah berhimpun. Pemerintah juga, melalui organisasi insinyur
yang bernama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) bertanggung jawab dalam menetapkan standar
kompetensi Insinyur, menetapkan standar layanan jasa Keinsinyuran, melakukan pemberdayaan
Keinsinyuran, dan melakukan pengawasan atas penyelenggaraan jasa Insinyur.

E.      Analisa Tingkat Keberhasilan Tujuan UU Keinsinyuran dalam Menghadapi AEC

Undang-undang keinsinyuran dirancang salah satunya adalah untuk menghadapi ASEAN


Economic Community (AEC). Salah satu poin penting dalam AEC adalah arus bebas jasa yang
dapat masuk ke negara-negara ASEAN, termasuk didalamnya bidang keinsinyuran.

Untuk mempersiapkan diri menghadapi AEC, insinyur Indonesia harus memiliki suatu standard
kemampuan. Salah satu cara Indonesia mempersiapkan insinyur-insinyurnya dalam menghadapi
persaingan adalah dengan pembuatan UU nomor 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran.

Dengan adanya UU Keinsinyuran ini, para insinyur akan dapat melakukan kegiatan
keinsinyurannya selagi mendapatkan perlindungan hukum atas usaha dan jasa yang mereka
berikan. Selain itu, diharapkan pula minat bangsa Indonesia terhadap bidang keteknikan akan
terus meningkat dan insinyur di Indonesia semakin kompoten di bidangnya masing-masing. UU
Keinsinyuran juga diharapkan dapat menyaring insinyur-insinyur asing yang datang ke
Indonesia. Dengan adanya UU Keinsinyuran, insinyur asing hanya akan dapat melakukan
praktek keinsinyuran sesuai dengan kebutuhan sumber daya manusia yang ditetapkan oleh
pemerintah dan insinyur asing harus mendapatkan ijin jika ingin melakukan praktek
keinsinyuran di Indonesia.

Untuk menjaga mutu dan kompetensi seorang insinyur Indonesia, setiap insinyur yang telah lulus
sertifikasi profesi insinyur wajib untuk melakukan program pengembangan profesi atau
Continuing Professionalism Development (CPD). CPD ini dibutuhkan agar insinyur dapat
memperpanjang sertifikasi profesi miliknya. Dengan adanya CPD ini, insinyur Indonesia dapat
terus berkembang dan mengikuti perkembangan ilmu keteknikan sehingga dapat bersaing dengan
para insinyur-insinyur asing.

Dengan melihat isi dari UU nomor 11 tahun 2014 mengenai keinsinyuran ini, dapat disimpulkan
kalau UU ini sudah memberikan standard tertentu bagi seorang insinyur. Standardisasi ini
seharusnya dapat meningkatkan kualitas dari seorang insinyur Indonesia sehingga dapat
menaikan nilai jual jasa keinsinyuran Indonesia. UU ini juga dapat menyaring arus masuk tenaga
kerja insinyur dengan menetapkan suatu standard bagi insinyur asing yang harus dipenuhi untuk
dapat bekerja di Indonesia, sehingga Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi AEC.

Download UU Keinsinyuran -

Anda mungkin juga menyukai