Anda di halaman 1dari 6

8/3/23, 10:11 PM Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Indonesia - Universitas Bung Hatta

 Search  Menu

Beranda Profil Fakultas Digital Campus Informasi Lembaga Seminar Kontak

Universitas Bung Hatta


Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

 Jum'at, 15 April 2005  Keteknikan

Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity


Surveying (QS) di Indonesia
1. PENDAHULUAN

Profesi QS adalah profesi yang ahli dalam bidang ekonomi pembangunan dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa sumber
daya yang digunakan dalam industri pembangunan dapat bekerja secara maksimal dan seekonomis mungkin Profesi ini memberikan
jasa konsultasi biaya pembangunan bagi pihak klien dan tim proyek selama proses pembangunan.

Menurut The Royal Institution of Chatered Surveyors (RICS) dalam beberapa kajian terakhirnya menyimpulkan bahwa perlunya
pengertian dan pemahaman yang lebih tentang biaya pembangunan. Baik dalam hal perubahan keadaan dan peran dari quantiti
surveyor. Peran dan perkembangan ilmu ini dalam tahun-tahun terakhir cukup pesat dan bermanfaat bagi pengurusan keuangan
tertentu dari pembangunan proyek (…………………,19….).

Ashworth (1994), mengatakan bahwa “Quantity Surveying merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memfokuskan pada
bidang pengukuran atau penaksiran bahan-bahan dalam kerja-kerja pembangunan”.

Christoper dan Partner (1994), mengatakan tugas dan tanggung jawab profesi QS adalah sebagai berikut:

1. Memberikan perkiraan biaya awal suatu proyek.

2. Membuat perancangan biaya termasuk perkiraan investasi suatu proyek.

3. Merancang perputaran biaya (Cash flow) dan analisis nilai (Value analysis).

4. Procurement dan proses tender.

5. Membuat dokumen tender.

6. Mengevaluasi hasil tender.

7. Membuat laporan keuangan dan pembayaran sementara.

8. Membuat laporan akhir keuangan dan penyelesaian jika terjadi perselisihan pada dokumen kontrak.

9. Menjalankan pengurusan proyek.

10. Memberikan pengarahan tentang pelaksanaan proyek.

Dalam industri pembangunan di Indonesia profesi QS berada dalam konsultan perencana dan konsultan pengawasan. Kedua
konsultan ini harus menjadi anggota INKINDO (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia) (Tela, 2000).

Pada saat ini di Sumatera Barat terdapat kira-kira 300 buah konsultan perencana yang mempekerjakan Arsitek maupun teknik lainnya
untuk melakukan pekerjaan QS (Peli, 1999). Mereka hanya dibekali oleh pengalaman tentang perhitungan/perkiraan biaya suatu
proyek dan mempelajari secara otodidak. Kebanyakan mereka mengakui diri mereka sebagai ahli QS walaupun bukan lulusan dalam

https://bunghatta.ac.id/artikel-49-prospek-profesi-dan-pendidikan-quantity-surveying-qs-di-indonesia.html 1/8
8/3/23, 10:11 PM Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Indonesia - Universitas Bung Hatta

bidang QS. Sehingga dalam pekerjaan pengukuran dan pembuatan biaya proyek sering terjadi masalah.

Beranda Profil Fakultas Digital Campus Informasi Lembaga Seminar Kontak


2. Tantangan dan Peluang Pendidikan QS di Indonesia

Di negara maju terutama di United Kingdom, jasa QS telah berkembang dan menjadi penentu dalam suatu projek. Dengan fungsi dan
peranan profesi QS sehingga suatu projek akan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Di negera berkembang profesi QS ada karena
keperluan dari suatu projek bantuan dari negara maju yang mengharuskan konsultan QS. Karena ketiadaan tenaga pada Negara yang
dibantu tersebut maka Negara donor cenderung membawa sendiri tenaga QS dan mereka dibayar sangat tinggi. Dengan keterbatasan
tenaga QS tersebut seolah-olah profesi menjadi kelompok elit dan terkesan tanpa mengikut sertakan tenaga QS lokal yang ada. Ini
mungkin karana tidak terdapatnya tenaga lokal yang berlatar belakang QS dan ini merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian dari berbagi pihak (Waluyo, 1995). Tenaga QS lokal tidak dapat meningkatkan pengetahuan atau melanjutkan pendidikan
secara formal yang hanya tersedia di negara maju saja. Mereka hanya dapat meningkatkan pengetahuan mereka melalui majalah,
jurnal-jurnal dan kursus-kursus. Disamping itu mereka juga kurang meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memikirkan
pengembangan profesi mereka sehingga ketergantungan pada tenaga asing QS masih dominan. Tenaga asing yang ada juga tidak
membantu tenaga lokal untuk berdiri sendiri. Banyak diantara mereka hanya memikirkan kedudukan mereka tanpa mahu membantu
tenaga lokal untuk dapat maju di bidangnya (Alkayat, 1995).

[newpage]
Saat ini di Indonesia pendikan formal dan profesi QS belum lagi ada. Secara informal profesi QS sudah diakui keberadaannya dalam
konsultan perencana dan konsultan pengawas. Pendidikan informal juga sudah sering diadakan terutama di Ibu kota Jakarta dan kota
Padang. Di Jakarta kursus-kursus singkat tentang QS diadakan oleh konsultan yang bergerak di bidang QS dan di Padang kursus QS
diadakan oleh Universitas Bung Hatta. Kursus-kursus pendek ini dapat dijadikan prasarana para pekerja yang ada pada konsultan
daerah untuk meningkatan pengetahuan mereka sehingga perbedaan tingkat pengetahuan antara Quantiti Surveyor asing dengan
daerah dapat disingkatkan.

Di Indonesia profesi QS belum mendapatkan pengesyahan dari pihak pemerintah sehingga profesi ini hanya bergerak disektor swasta.
Kebanyakan proyek-proyek pemerintah dikerjakan tanpa melibatkan QS tetapi cukup oleh para engineer/Arsitek saja (Peli, 1999).
Carlo dan Peli (2001) mengungkapkan bahwa masih banyak tenaga QS yang diperlukan oleh perusahan-perusahan yang bergerak
diibidang Jasa Konstruksi (Tabel 1) dan banyak pekerjaan di bidang QS yang dikerjakan oleh tenaga bukan QS (Tabel 2). Ini
merupakan peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh institusi pendidikan teknik di Indonesia.

Tabel 1: Jumlah Tenaga Teknik Ekonomi Bangunan yang dibutuhkan pada


perusahaan perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi di Sumatera Barat (Carlo dan Peli, 2001)

Tahun Perusahaan atau Lembaga yang membutuhkan


Kontraktor Konsultan Bank Real Estate Pemda Lain-lain
1997 120 125 10 25 15
1998 125 100 5 5 5
1999 120 100 - 5 5
2000 175 75 3 10 5

Tabel 2: Jumlah Pekerjaan Teknik Ekonomi Bangunan yang dilakukan oleh


bidang ilmu lain di Pulau Sumatera (Carlo dan Peli, 2001)

Tahun Bidang yang mengerjakan


Sipil Arsitektur Diploma STM Elektro Mesin
1997 1250 250 50 35 10 8
1998 1100 110 75 100 5 3
1999 1100 150 75 100
2000 975 150 50 75 6 3

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan, disikapi secara bijak oleh institusi pendidikan di Indonesia yaitu pelaksanaan otonomi
daerah, era globalisasi dan lulusan S1 yang tidak siap pakai. Ketiga-tiga ini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas baik
untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian maupun untuk evaluasi.
https://bunghatta.ac.id/artikel-49-prospek-profesi-dan-pendidikan-quantity-surveying-qs-di-indonesia.html 2/8
8/3/23, 10:11 PM Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Indonesia - Universitas Bung Hatta

[newpage]
Beranda
Menurut Frank Feather Profil 1992),
(dalam Arifin, Fakultas Digital Campus
era globalisasi Informasitahapan
terdiri dari beberapa Lembaga Seminar
(gelombang), mulaiKontak
dari gelombang I sekitar
tahun 1880-an dengan ciri pertanian, gelombang II tahun 1880-1935 (manufaktur), gelombang III 1935-1990 (bidang jasa), gelombang
IV tahun 1990-an (informasi dan ilmu pengetahuan), gelombang V (leasure society) sampai gelombang VI (abad ruang angkasa)
diperkirakan di mulai pada era 2000-an.

Sejak tahun 1990-an tampak ada perubahan nilai-nilai dan budaya, seperti semakin meningkatnya semangat untuk berkomunikasi
antar individu dan masyarakat, baik secara lokal maupun secara global, sehingga tidak ada satupun negara di dunia ini yang mampu
menghindari dampak globalisasi itu. Masuknya produk dan jasa asing ke Indonesia tidak bisa dibendung lagi yang akhirnya
menyebabkan persaingan antara produk dan jasa lokal.

Ciri utama gelombang globalisasi didominasi oleh informasi dan ilmu pengetahuan yang saat ini masih berlangsung. Gelombang
informasi telah mengubah pola interaksi baik antar manusia dengan manusia dan organisasi, maupun antar organisasi. Pengambilan
keputusan akan didasarkan pada pertimbangan keberadaan situasi secara cepat, efisien dan seefektif mungkin sehingga jarak dan
waktu tidak akan menjadi penghalang.

Melalui dunia informasi kita berada dalam suatu dunia “hiper-realitas”, tanpa disadari, sejalan dengan dominasi dan
percepatan informasi, di negara berkembang akan terdapat jenis pekerjaan atau jabatan baru yang bermunculan. Hal ini memerlukan
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian serta tanggung jawab yang khusus untuk menjalaninya. Di sini, dunia pendidikan telah
berada dalam jalur cepat dan dituntut untuk senantiasa peka terhadap perubahan zaman dan kebutuhan pasar (Carlo, 2001).

Supangat (1992) mengemukakan bahwa masuknya investasi multinasional ditandai dengan penyesuaian diri dengan standar-standar
jaringan internasional. Misalnya, perencanaan hotel-hotel dan bangunan-bangunan lainnya, dalam kenyataaan kebanyakan industri
yang tumbuh pesat di Indonesia membuat produk di bawah lisensi desain perusahaan internasional yang dilindungi (under licence).
Paket produksi yang sudah disertai desain ini menutup peluang desainer lokal. Desain impor ini seringkali lebih murah karena pernah
di pasarkan di negara maju dan produksinya di luar Negara asalnya merupakan “produksi lingkaran kedua”. Selama
desain semacam ini masih laku di pasar, desainer produk lokal akan selalu kehilangan kesempatan karena yang terpakai dan
dipasarkan adalah hasil iptek luar yang diimpor. Dalam kondisi ekonomi dan politik Indonesia dewasa ini “barang
bekas” pun masuk dan “laku keras” di Indonesia, mulai dari suku cadang mobil, ban bekas, barang
elektronik, pakaian, dan sebagainya. Situasi ini merupakan dampak globalisasi yang dapat berarti positif dan dapat pula berarti
negatif bagi Indonesia.

Inti permasalahan globalisasi yang berkaitan dengan pendidikan adalah adanya suatu pertumbuhan dan percepatan yang sangat
besar di dalam dunia kerja dan produk pakai dalam skala internasional. Banyak lapangan kerja lama yang hilang dan banyak pula
lapangan kerja yang baru muncul (Tilaar, 1998). Keadaan ini harus dicermati oleh dunia pendidikan dan menindak lanjuti bagaimana
lulusannya dapat menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi yang timbul akibat globalisasi. Misalnya, bagaimana suatu lembaga
pendidikan tidak tertinggal dalam perkembangan iptek baru, bagaimana lulusan pendidikan tinggi menghadapi dunia industri baik di
dalam negeri dan di luar negeri? Dengan demikian diperlukan lulusan yang siap pakai memenuhi tuntutan dalam negeri maupun luar
negeri yang bersifat global.

[newpage]
Otonomi daerah yang diberlakukan dengan UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 2000. Agaknya otonomi daerah dalam dunia
pendidikan masih semu terutama bila dikaitkan dengan dunia pendidikan tinggi swasta. Ada suatu benang merah yang dapat ditarik
yaitu keinginan agar adanya partisipasi yang lebih besar dan otonom untuk meningkatkan semua potensi daerah dalam
pembangunan, termasuk membina sumber daya manusia. Peluang dan tantangan semacam ini dapat diinterpretasikan sebagai
berikut:

1. Adanya pengurangan ketergantungan PTS dari pemerintah pusat terutama dengan telah dikeluarkan SK Mendiknas No.
232/U/2000 tentang Pedoman Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.

2. Adanya partisipasi PTS yang lebih besar untuk meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan daerah/lokal baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.

3. Adanya harapan untuk berperan lebih besar terhadap PTS, dari segi sponsor, pendanaan penelitian, pengembangan ilmu dan
teknologi, serta aplikasi ilmu tertentu oleh semua potensi daerah termasuk semua perusahaan dan industri yang ada dan
bergerak di daerah.

https://bunghatta.ac.id/artikel-49-prospek-profesi-dan-pendidikan-quantity-surveying-qs-di-indonesia.html 3/8
8/3/23, 10:11 PM Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Indonesia - Universitas Bung Hatta

Adanya otonomi daerah dan globalisasi memerlukan lulusan pendidikan tinggi teknik (S1) harus siap pakai. Sedangkan lulusan
pendidikan akademik S1 hanya “siap latih”. Ini dibenarkan oleh Tilaar (1998), karena tidak mungkin lembaga
Beranda
pendidikan mengikuti Profil dunia
perkembangan Fakultas Digital
kerja yang Campus
berubah Informasi
cepat dan biasanyaLembaga Seminar tercecer
lembaga pendidikan Kontak
dari perkembangan
iptek dan aplikasinya dalam dunia industri.

Sebagai solusi alternatif dapat dirujuk tulisan Kerr dan Pipes (1991). Menurut mereka, ketidaksiapan lulusan pendidikan teknik untuk
terjun ke dunia profesi adalah wajar-wajar saja. Pendidikan akademik tidak dapat disalahkan. Masalah-masalah di atas dapat saja
terjadi dalam suatu pendidikan tinggi teknik, seperti ketidaksiapan laboratorium, ketertinggalan mutu dan jenis peralatan, mutu
dosen kurang, dan sebagainya. Mahasiswa bukanlah subjek yang mampu menerima informasi yang berlebihan. Namun, bagi Kerr dan
Pipes (1991) yang paling penting adalah kreativitas lulusan dalam mengolah informasi untuk merancang (design) produk-produk baru
yang berbeda dengan produk teknologi lama dengan landasan akademik sebelumnya. Untuk itu diperlukan latihan. Pendidikan yang
mempunyai banyak latihan adalah pendidikan professional yang dikenal sebagai D1, D2, D3, D4, Sp1 dan Sp2 (setelah S1)
sebagaimana dikemukakan Darwis (2000).

Seiring dengan tuntutan globalisasi dan otonomi daerah, maka Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta telah
merencanakan pembukaan program diploma III (pendidikan profesional) Quantity Surveying pada tahun akdemik 2002/2003.
Pembukaan Program studi ini disesuaikan dan mengacu kepada standar-standar internasional/global. Tanpa mengacu kepada
standar internasional, tantangan dan peluang otonomi dan globalisasi, FTSP akan berlalu tanpa kesan, dan hanya akan menjadi
penonton serta tamu di rumah sendiri. Dengan demikian orentasi pendidikan di FTSP tidak hanya kepada penguasaan ilmu tetapi
sekali gus menyelenggarakan pendidikan professional. Pendidikan professional yang segera dibuka tahun akademik 2002/2003
adalah program D3 Quantity surveying dan program master (S2) Manajemen Konstruksi dan Teknik Arsitektur untuk pendidikan
akademik setelah S1.

3. RENCANA PENDIDIKAN QS DI FTSP UNIVERSITAS BUNG HATTA

Program QS yang segera dibuka di FTSP terutama untuk memenuhi tuntutan globalisasi yang dewasa ini melanda semua negara di
dunia, yaitu agar profesionalisasi lebih terarah disegala bidang, atau lebih diarahkan kepada tuntutan teknologi pembangunan negara
maju yang sifatnya universal.

Program pendidikan QS diharapkan mampu memberikan beberapa tujuan antara lain:

1. Menghasilkan tenaga ahli/akademik yang mampu meningkatkan pengetahuan, pendidikan dan pengkajian dalam QS, sehingga
mampu mengembangkan ilmunya dalam masyarakat dengan baik dan benar.

2. Menyiapkan sarjana teknik yang memiliki kemampuan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan ilmu
pengetahuan dilapangan pekerjaanya.

3. Menghasilkan tenaga pendidikan yang mampu serta berperan aktif mengembangkan dan memperdalam ilmunya pada
pendidikan yang lebih tinggi.

Jumlah mahasiswa untuk QS ini diperkirakan dari lulusan Sekolah Menengah yang ada di Sumatera Barat (Tabel 3) khususnya dan
Sumatera umumnya. Melihat perkembangan sekolah menengah yang makin meningkat (Tabel 4) akan memberi lulusan yang ingin
memasuki perguruan tinggi akan meningkat pula. Apalagi jumlah peminat dari tahun ke tahun penerimaan mahasiswa yang ingin
masuk ke FTSP menunjukan peningkatan, sedangkan jumlah yang diterima hanya 25 % (Tabel 4).

[newpage]
Tabel 3: Perkembangan jumlah Sekolah Menengah Negeri dan Swasta
di Kota Padang tahun 1994/1995 - 1998/1999

No SMU/SMK Tahun Akademik


1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999
1 SMU Negeri 11 12 12 12 13
2 SMU Swasta 30 30 28 29 29
3 SMK Negeri 8 8 8 9 9
4 SMK Swasta 12 16 18 24 24
Jumlah 61 66 66 74 75

https://bunghatta.ac.id/artikel-49-prospek-profesi-dan-pendidikan-quantity-surveying-qs-di-indonesia.html 4/8
8/3/23, 10:11 PM Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Indonesia - Universitas Bung Hatta

Tabel 4: Jumlah Lulusan Sekolah Menengah Umum dan Swasta serta


Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta di Kota Padang
Beranda Profil Fakultas Digital Campus Informasi Lembaga Seminar Kontak
No SMU/SMK Tahun Akademik
1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999
1 SMU 7.665 7.313 6.828 7.036 7.319
2 SMK 3.243 3.239 3.712 4.015 5.475
Jumlah 10.908 10.552 10.540 11.051 12.794

[center]Tabel 5: Peminat memasuki Program Jurusan Teknik di Bung Hatta[/center]

Tahun akademik
JURUSAN TEKNIK
Jumlah Peminat
Diterima
ARSITEKTUR SIPIL PLANOLOGI
1995/1996
256 550 50 856 220
1996/1997 215 551 52 818 220
1997/1998 152 407 46 605 220
1998/1999 167 435 52 654 220
1999/2000 268 539 83 890 260
2000/2001 320 640 120 1080 260

[u]3.1. Kurikulum D3 QS[/u]

Kurikulum QS yang direncanakan untuk program D3 berpedoman kepada SK.Menteri N0.222/UU/1998, Bab.I, Fasal I, ayat 16, bahwa
untuk menyelesaikan Program D3 harus menyelesaikan jumlah SKS minimal 110 SKS dan maksimal 120 SKS. Untuk pengembangan
kurikulum dipedomani beberapa kurikulum program studi QS yang berlaku di beberapa Institusi yang menyelenggarakan pendidikan
QS seperti UTM (Universiti Teknologi Malaysia) dan ITM (Institut Teknologi Mara). Kesemua kurikulum tersebut disempurnakan
dengan mempertimbangkan SK Mendiknas No. 232/U/2000.

Jumlah SKS yang akan diberikan untuk menyelesaikan pendidikan D3 QS berjumlah 110 SKS dengan pengelompokan sistem
kurikulum sebagai berikut:

- Kelompok mata kuliah dasar Umum (MKDU)


- Kelompok Mata Kuliah Dasar Keahlian
- Kelompok Mata Kuliah Keahlian
- Kelompok Mata Kuliah Pelengkap
- Kelompok Mata Kuliah Tugas Akhir

[u]3.2. Kerjasama dengan Institusi lain[/u]

Untuk meningkatkan kualitas FTSP telah diakukan kerjasama dengan beberapa insitusi pendidikan dalam negeri dan luar negeri.
Kerjasama ini bertujuan untuk saling tukar menukar informasi dan saling membanttu diantara kedua institusi, baik dalam negeri
maupun luar negeri. Tanpa dapat menjalin network dengan lembaga regional, nasional, dan internasional rencana pengembangan,
peningkatan mutu tidak dapat direalisasikan dengan baik. Dalam konteks ini, network yang telah terjalin akan terus ditingkatkan.
Hingga saat ini FTSP sudah menjalin kerjasama dengan Fakulti Alam Bina Universiti Teknologi Malaysia (FAB-UTM) dan
Fachhochschule Hildesheim/ Holzminden (FHH) Jerman. Kerjasama dengan UTM telah dilakukan sejak tahun 1996 dengan kegiatan
utama peningkatan pendidikan staf pengajar, kerja praktek mahasiswa, pertukaran staf pengajar dan mahasiswa. Khusus untuk
pembukaan program QS ini FTSP bekerja sama dengan FAB-UTM tidak hanya terbatas dalam pengembangan staf, pengembangan
kurikulum, kerja praktek mahasiswa tetapi juga dalam akreditasi program QS oleh Badan yang berwenang menilai setiap pendidikan
QS dilaksanakan. Untuk staf pengajar saat ini 2 calon staf pengajar tetap untuk QS sedang menyelesaikan pendidikan QS di UTM.

https://bunghatta.ac.id/artikel-49-prospek-profesi-dan-pendidikan-quantity-surveying-qs-di-indonesia.html 5/8
8/3/23, 10:11 PM Prospek Profesi dan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Indonesia - Universitas Bung Hatta

5. DAFTAR PUSTAKA

Alkayat. 1995.Beranda Profil Fakultas Digital Campus Informasi Lembaga Seminar Kontak

Arifin, B. 1992. Wawasan Nusantara Indonesia Menghadapi Globalisasi Dunia. Pusat Kajian Kebudayaan Universitas Bung Hatta,
Padang. Ashworth, 1994.

Carlo,N. 2001. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Menghadapi Otonomi Daerah dan Globalisasi.
Makalah disampaikan pada Pemilihan Dosen Teladan Universitas Bung Hatta, 14 April 2001.

Carlo,N. dan Peli,M 2001. Rancangan Pendidikan Quantity Surveying (QS) di Universitas Bung Hatta. Makalah disampaikan pada
Seminar Sehari Prosfek Profesi QS di Indonesia. Kerjasama FTSP Universitas Bung Hatta-FAB Universiti Teknologi Malaysia,
Padang, 14 November 2001. Christoper dan Partner (1994)

Darwis,H. 2000. Kajian Keperluan Profesi di dalam Pembangunan di Indonesia dalam Kaitan Pendidikan Senibina dan Program
Pasca Ijazah di Universitas Bung Hatta. Tesis S2 Universiti Teknologi Malaysia.

Kerr,D.A. and Pipes, B. 1991. Pendidikan Kerekayasaan (Enginnering).

Peli,M. 1999. Keperluan Profesi QS dalam Industri Konstruksi di Indonesia. Tesis S2 Universiti Teknologi Malaysia.

Supangat,J. 1992. Kembali ke Satu Seni Rupa, Pameran Besar Seni Rupa Kontemporer, Desain dan Kriya. Jakarta Art & Design
Ekspo.

Tela, I.N. 2000. Kajian Keperluan Profesional Bagi Firma Perunding Arsitek di Jurusan Arsitektur Universitas Bung Hatta. Tesis S2
Universiti Teknologi Malaysia.

Tilaar,H.A.R. 1998. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, dalam Perspektif Abad 21. Tera Indonesia. Magelang.

Waluyo, 1995.

    

BERITA TERBARU

KAMIS, 03 AGUSTUS 2023


Mahasiswa Universitas Bung Hatta, Terima Sertifikat Bahasa Mandarin

RABU, 02 AGUSTUS 2023


Kerjasama dengan Universitas Bung Hatta, PT. Trans Retail Indonesia
Tandatangani Naskah MoU

SELASA, 01 AGUSTUS 2023


Ribuan Mahasiswa KKN-PPMT Universitas Bung Hatta, Diberangkatkan
Ke 40 Kenagarian Se-Sumatera Barat

https://bunghatta.ac.id/artikel-49-prospek-profesi-dan-pendidikan-quantity-surveying-qs-di-indonesia.html 6/8

Anda mungkin juga menyukai