Anda di halaman 1dari 4

Perbedaan Industri Kontruksi di Indonesia dan Hongkong

Dalam bidang invesmenst construction, pada tahun 2011 hingga 2014, dapat dilihat
bahwa Indonesia memfokuskan investasi pekerjaan umum dalam hal transportasi yaitu
proyek pembangunan jalan. Proyek pembangunan jalan memiliki prioritas pendanaan yang
lebih tinggi, kemudian proyek sumber daya air seperti irigasi, bendungan dan proyek
rekayasa sungai. Namun, proyek pemukiman manusia yang mencakup saluran pembuangan,
pengolahan limbah dan persediaan air juga termasuk di antara proyek pekerjaan umum yang
diprioritaskan. Sedangkan untuk tahun 2015-2019, dibuat rencana pembangunan infrastruktur
strategis untuk menanggapi keterkaitan daerah daerah di Nusantara, antara lain seperti
Jembatan Selat Sunda, Pelabuhan Internasional (Kuala Tanjung, Maloy, Bitung), Jalan Raya
Trans Sumatera, Jalan Raya Trans Jawa, Jalan Nasional Trans Kalimantan, Jalan Nasional
Trans Sulawesi, Jalan Nasional Trans Maluku, Jalan Nasional untuk Trans Papua,
Perkeretaapian Trans Sumatra, Perkeretaapian Trans Kalimantan, Perkeretaapian Trans
Sulawesi, Pengembangan Bandara Internasional dan Domestik, Pembangunan Pesisir
Terpadu Modal Nasional (NCICD). Dan berikut adalah jenis konstruksi yang telah selesai
dibangun.

Sedangkan di Hongkong, invesmenst construction cenderung lebih besar dalam


bidang buildings seperti perumahan, industry dan pabrik, juga pelayanan dibandingkan
dengan bidang bangunan dan fasilitas. Dapat dilihat ditabel berikut ini.
Selain itu juga, investment construction plan untuk saat ini di Indonesia berlaku
sekitar selama 5 tahun sedangkan di Hongkong sekitar 2 tahun sehingga pertumbuhan di
Hongkong terbilang lebih cepat dibandingkan di Indonesia.

Dalam bidang perusahaan kontruksi, perusahaan kontruksi di Indonesia menurut UU


No. 18/1999, perusahaan konstruksi terdiri dari perusahaan konsultan dan kontraktor.
Perusahaan konsultan bisa menjadi perencana dan perancang serta supervisor engineer.
Sebagian besar perusahaan konstruksi adalah perusahaan kecil menengah. Dapat dilihat
jumlah perusahaan kontruksi dan konsultan di Indonesia seperti tabel berikut.

Jumlah perusahaan konstruksi asing telah meningkat setelah MP3EI diluncurkan pada
tahun 2011. Pada tahun 2013, jumlah perusahaan kontraktor asing yang terdaftar di Indonesia
adalah 302 perusahaan yang sebagian besar berasal dari Jepang dan China serta Korea.
Jumlah kontraktor dari China yang bekerja di Indonesia dari tahun 2011 hingga 2016 sudah
meningkat 53 perusahaan. Jumlah kontraktor India tetap 4 sejak 1 kontraktor meninggalkan
Indonesia.
Sedangkan di Hongkong, jumlah perusahaan kontruksi seperti tabel berikut.

Dengan 'A' menunjukkan Grup A untuk kontrak nilai hingga $ 30 juta; 'B'
menunjukkan Grup B untuk kontrak nilai hingga $ 75 juta; 'C' menunjukkan Grup C untuk
kontrak dengan nilai melebihi $ 75 juta. Grup NW1 - Kontraktor berhak mengajukan
penawaran kontrak karya baru dengan nilai hingga $ 270 juta. Kelompok NW2 - Kontraktor
berhak mengajukan penawaran kontrak karya baru dengan nilai tak terbatas.

Jika dilihat perbandigan dengan perusahaan kontruksi di Indonesia, perusahaan


kontruksi di Hongkong lebih sedikit namun memiliki nilai kontrak yang lebih tinggi. Selain
itu juga, perusahaan kontruksi di Indonesia banyak yang merupakan perusahaan kontruksi
asing bahkan meningkat dalam beberapa tahun sedangkan di Hongkong tidak.

Dalam hal tenaga ahli dan tenaga kerja, di Indonesia jumlah tenaga kerja yang bekerja
di sektor konstruksi rata-rata lebih dari 5 juta orang. Tabel berikut menunjukkan jumlah
pekerja konstruksi tahunan. Jumlah pekerja terampil yang terdaftar oleh NCSDB (2014)
adalah 43.381 orang yang terdiri dari kelas 3 pekerja terampil (4.563), kelas 2 pekerja
terampil (9.765) dan pekerja kelas 1 terampil (30.921). Jumlah profesional yang bekerja di
sektor konstruksi adalah 59.378 orang yang terdiri dari insinyur junior (31.867), insinyur
senior (26.687) dan insinyur utama (2.975). Sedangkan tenaga kerja nya cenderung
meningkat tiap tahunnya.

Sedangkan di Hongkong, jumlah tenaga ahli hampir sebanding dengan tenaga kerja
dengan kata lain sudah banyak tenaga ahli di negara Hongkong. Berbeda dengan Indonesia,
jika dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang ada yaitu lebih dari 5 juta orang, tenaga
ahli masih sangat sedikit.
Lalu dalam bidang biaya kontruksi, di Indonesia dapat dilihat pada tabel dibawah
menunjukkan perubahan indeks biaya konstruksi dalam tiga tahun terakhir, yang
menunjukkan kenaikan sekitar 10% dalam tiga tahun, namun dibandingkan tahun 2010,
kenaikannya sekitar 30%.

Di Indonesia masih terjadi perbedaan harga bahan baku disetiap daerah yang
diakibatkan oleh biaya transportasi, jarak dari sumber bahan baku, dan lain sebagainya.
Sedangkan di Hongkong, harga bahan baku relatif sama.

Anda mungkin juga menyukai