Anda di halaman 1dari 10

Dua Sisi

Hujan sore ini membuat langit yang biasanya menunjukan layungnya,


membuat langit kota Bandung menjadi gelap lebih cepat. Mungkin bagi sebagian
orang hujan ini mengingatkan sesuatu, namun bagiku hujan ini merupakan ajang
untuk melihat kekayaan seseorang. Mungkin sebagian orang mempertanyakan
argumenku itu. Aku dapat dengan mudah menjawab, lihat saja. Pada saat hujan,
orang yang menggunakan jalan pasti orang kaya, karena mereka mempunyai
kendaraan yang beratap. Sebaliknya lihat saja orang yang sedang berteduh aku kira
kendaraan mereka tidak mempunyai atap. Namun itu bukan sebuah teori yang baku
karena itu hanya penilaianku saja.
Belum lama aku tinggal di kota ini namun aku sudah sangat betah. Kota ini
mempunyai suasana yang khas ketika sudah dibasahi hujan. Udara sejuk karena di
sepanjang jalan selalu ada pohon besar yang rindang disisinya ditambah kota ini
termasuk kota yang berada di dataran tinggi. Bangunan-bangunan khas Belanda
masih dirawat oleh pemerintah setempat. Mungkin bila ada orang yang mengatakan
tidak betah tinggal disini aku pasti akan bertanya apa alasannya. Sebagai tambahan,
perempuan di kota ini cantik-cantik.
Namaku Rahman, seorang mahasiswa jurusan teknik di salah satu universitas
di Bandung. Aku di kota ini berstatus sebagai anak rantau. Walaupun kotaku tidak
jauh-jauh amat dari kota Bandung, namun karena aku dikota ini tinggal di indekos
maka aku pikir aku sudah memenuhi kualifikasi untuk dikatakan sebagai anak rantau.
Aku tidak sendiri menimba ilmu di kota ini, aku tinggal bersama temanku yang
bernama Piyan. Piyan ini sama denganku, dia anak rantau. Piyan berasal dari kota
Bogor. Kami mempunyai kebiasaan tiap sepulang dari kampus, karena aku dan Piyan
tidak bisa masak. Maka tiap sore aku dan Piyan biasa mencari makanan di sekitar
indekos.
Namun pada sore itu ada suatu kejadian yang membatalkan kebiasaan kami.
Tadinya aku dan Piyan sepakat untuk tidak membeli makan seperti biasanya. Di
tengah malam aku terbangun, mungkin karena tadi sore aku tidak makan sehingga
sekarang aku meraasa lapar. Lalu ternyata Pian sudah terlebih dahulu terbangun, dia
terlihat sedang mencari sesuatu di laci-laci bajunya.
“ lagi nyari apa yan ?” tanyaku
“ lagi nyari makanan, siapa tau ada yang nyelip” jawab Piyan sambil
memegangi perutnya yang lapar.
“ duh parah.. sarua yan saya ge lapar.“ jawabku. Berhubung di tempat indecos
kami tidak ada makanan satu pun maka aku dan Piyan berinisiatif untuk mencari
makanan ke luar. Kami sempat takut pergi keluar pada saat itu, Karena jam pada saat
itu menunjukan pukul 1 malam, apalagi kota Bandung terkenal dengan geng
motornya. Tapi karena yang kami hadapi adalah urusan perut, maka kami
memberanikan diri pergi keluar untuk mencari makan. Rasa lapar ini memperbudak
kami untuk memberanikan diri mencari makanan, walaupun dengan udara malam
yang dingin sehingga kami pun tetap berangkat menggunakan motor.
Baru kali kami keluar tengah malam, hawa dingin dan sunyinya Bandung ini
aku pikir bisa dijadikan metode refreshing dari padatnya tugas-tugasku di kampus.
Selama 15 menit kami menyusuri jalan, kami pun menemukan pedagang nasi goreng
yang masih membuka lapaknya. Kami beruntung karena pada saat kami memesan
pedagang tersebut terlihat sedang bersiap menutup lapaknya. Setelah kami
mendapatkan makanan kami langsung bergegas
“ Mang, nasi goreng dua “ Piyan memesan makanan kepada penjual itu.
Sambil menunggu makanan, kebutulan disana ada satpam yang sempat aku kenal,
namanya Pak Setyo. Pa Setyo kebetulan sedang menikmati makanan di tempat itu.
Memang tukang dagang itu berjualan di depan suatu komplek perumahan tempat pak
Setyo bekerja.
“ Pak, ikut duduk “ sapaku kepadanya
“ Ehh Silahkan, darimana jang?” jawab satpam tersebut sambil bertanya balik.
“ Dari Dago kang.” Jawabku
“ ekhhk..” satpam tersebut sepertinya kaget sehinnga ia tersedak.
“ eh pak minum duluu.. ga apa-apa pak ?” dengan spontan aku menawarkan
minum.
“ engga-engga, saya cuma kaget, berani pisan kamu keluar malem, setau saya
kamu tadi lewat jalan pasoepati kan ?” tanya satpam tersebut. Lalu aku pun
menjawab berbagai pertanyaan yang menyerangku dari satpam itu. Lalu dari obrolan
tersebut satpam itu memperingatkanku agar berhati-hati ketika pulang dari sini,
karena jalan pasoepati itu adalah jalan yang rawan akan kejahatan. Setelah Piyan
mendapatkan makanan, aku langsung pamit dan berterima kasih kepada satpam itu
atas informasi yang ia berikan.
Saat menaiki motor perasaanku sudah tidak enak, aku berkeringat di tengah
udara malam yang dingin ini. Bagaimana aku tidak takut, jalan pasoepati itu jalan
satu-satunya untuk menuju tempat indekos kami. Sesampainya di jalan pasoepati
benar saja, di perjalanan aku merasa ada 2 motor yang sedang mengikuti kami dari
belakang, aku pun langsung memberi tahu Piyan. Namun Piyan tidak langsung
percaya dengan perkataanku. Yang awalnya Piyan tidak percaya, lama-kelamaan
menjadi percaya dengan perkataanku ketika melihat dua orang tadi terus mengikuti
kami. Piyan pun menyuruhku untuk mengendarai motor dengan cepat untuk
meninggalkan mereka.
Melihat kami memacu motor dengan cepat, mereka malah terus mengejar
sambil mendekati motor kami.
“ Man begal itu mah man..” bisik Piyan
“ Ga lucu yan..” Jawabku
“ Siapa yang ngelawak man..” Piyan meyakinkanku
“ Shiit.. “ cela ku
Melihat kondisi seperti itu Piyan langsung menghubungi pamannya yang
bekerja sebagai seorang polisi yang kebetulan sedang dinas di Bandung. Aku pun
bergegas mencari keramaian untuk berlindung namun keramaian apa yang ada di
tengah malam seperti ini. Semakin lama mereka semakin berani mendekati kami, lalu
pada suatu tikungan mereka menyalip kami sehingga aku dengan reflek menarik rem
hingga motor kami berhenti. Mereka langsung turun dari motor mereka dan memaksa
memberikan motor Piyan. Melihat kondisi 2 berbanding 2 pada saat itu kami
menyempatkan diri untuk melawan mereka. Dengan bekal beladiri seadanya kami
beradu fisik dengan dua orang begal itu. Pada saat itu kesalahan kami adalah tidak
berpikir bahwa mereka akan membawa senjata tajam.
“ aaaawwh.. “ teriak Piyan yang tertusuk pisau salah seorang begal.
“ Astagfirulloh yan ! “ sebutku sambil menoleh ke arah Piyan. Ketika hendak
menghampiri Piyan tiba-tiba begal yang berhadapan denganku tadi langsung
memukul kepalaki hingga aku pada saat itu tidak ingat apa-apa.
Aku pun terbangun di rumah sakit, ketika aku sadar ternyata Piyan sudah
tidak apa-apa hanya saja aku lihat perutnya di balut menggunakan perban.
“ Nah gitu dong bangun “ ledek Piyan padaku
“ Yan motormu gimana ?” Tanyaku.
“ Aman motor mah “ jawab piyan
“ Kok bisa ?”
“ Kemaren pas kamu pingsan pas-pasan sama si om datang jadi keburu dikejar
begalnya, ngomong-ngomong kemaren aku sempet liat si om cekatan banget pas
ngejar kedua begal itu” cerita Piyan. Setelah 2 hari dirawat di rumah sakit aku
dibolehkan pulang oleh dokter. Dan ternyata Piyan luka tusuknya itu beruntung tidak
mengenai organ dalamnya sehingga penangananya tidak terlalu serius. Piyan
mengalami luka robek saja sehingga dokter memberikan 4 jahitan pada perut Piyan.
Perut yang membawa kami keluar mencari makanan pada saat itu. Mungkin itu
adalah pengalaman terburukku selama aku berkuliah di Bandung.
Kalau diceritakan mungkin sedikit konyol bila penyebab aku dan Piyan
dibegal pada saat itu karena sebuah urusan perut. Rasa lapar yang mengantarkan kami
kepada dua orang begal. Mungkin suatu perbuatan yang salah berkeliaran di kota ini.
Namun yang jelas pengalaman ini membuatku mengetahui sisi gelap kota ini. Ibarat
internet dengan deepweb nya. Masih ada banyak sisi gelap kota ini yang belum aku
ketahui sepenuhnya. Bila ada yang bertanya kapok atau tidak, aku dengan yakin akan
menjawab kapok. Menyesal perasanku pada saat itu karena aku belum mengenal kota
ini sepenuhnya. Oleh karena itu, sejak kejadian tersebut aku dan Piyan selalu
menyediakan makanan-makanan ringan bila sewaktu-waktu kami tidak sempat
membeli makan.
Kejadian ini merubah cara pandangku terhadap suatu hal. Satu hal yang
membuatku tersanjung tidak akan membuat aku yakin akan penilaianku sepenuhnya
bila melihat suatu hal dari satu sisi saja. Akan yakin sepenuhnya apabila aku telah
melihat suatu hal dari dua sisi yang berbeda. Lalu bagaimana penilaianku terhadap
kota Bandung ini ? Menurutku kota ini tetap kota yang nyaman. Karena semua hal
pasti mempunyai dua sisi yang berbeda. Kembali lagi tergantung bagaimana kamu
menyikapinya. Dan teruntuk begal malam itu, aku ingin mengucapkan selamat
menikmati rumah baru kalian. Persetan untuk sampah masyarakat seperti kalian.
Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen “Dua Sisi”
A. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema cerpen dua sisi adalah cerpen yang bertemakan penyesalan .
Novel tersebut menceritakan dua orang mahasiswa yang berkuliah di
suatu kota, mereka hanya tau bahwa kota itu kota yang nyaman untuk
di tinggali. Namun mereka tidak mengetahui bahwa dibalik penilaian
mereka masih banyak hal yang belum diketahui mereka tentang kota
tersebut. Berawal dari rasa lapar mereka di suatu malam, rasa lapar
tersebut mengantarkan mereka ke suatu kejadian yang mengantarkan
kedua tokoh dalam cerpen tersebut yaitu Rahman dan Piyan ke rumah
sakit. Mereka sempat menyesal karena baru mengetahui sisi lain kota
tersebut baru-baru itu.

2. Alur
Cerpen menggunakan alur konvensional atau alur progresif (maju),
karena cerita dalam cerpen tersebut di narasikan secara urut dari awal
sampai akhir. Adapun dalam cerpen ini menggunakan tahapan-tahapan
sebagai berikut.
a) Perkenalan
Pada tahap ini penulis memperkenalkan tokoh Rahman dan
Piyan sebagai mahasiswa di salah satu universitas di kota
Bandung.
b) Konflik
Pada tahap ini konflik muncul pada saat Rahman dan Piyan
harus keluar tengah malam untuk mencari makan.
c) Klimaks
Masalah memuncak ketika Rahman dan Piyan ketika di
perjalanan pulang dihadapkan dengan orang yang
memanfaatkan sepinya malam untuk berniat jahat kepada
Rahman dan Piyan.
d) Antiklimaks
Masalah menurun ketika paman Piyan mengatasi orang yang
berniat jahat itu.
e) Penyelesaian
Di akhir cerita kejadian tersebut mengubah cara pandang
Rahman dan Piyan terhadap sesuatu.
3. Latar
a) Latar tempat
1. Kota Bandung
Bukti :
Hujan sore ini membuat langit yang biasanya menunjukan
layung nya, membuat langit kota Bandung menjadi gelap lebih
cepat.
2. Tempat Indecos
Bukti:
Berhubung di tempat indecos kami tidak ada makanan satu pun
maka aku dan Piyan berinisiatif untuk mencari makanan ke
luar
3. Jalan Pasoepati
Bukti :
Sesampainya di jalan pasoepati benar saja, di perjalanan aku
merasa ada 2 motor yang sedang mengikuti kami dari belakang
4. Rumah sakit
Bukti :
Setelah 2 hari dirawat di rumah sakit aku dibolehkan pulang
oleh dokter.
b) Latar waktu
1. Sore hari
Bukti
Hujan sore ini membuat langit yang biasanya menunjukan
layung nya, membuat langit kota Bandung menjadi gelap lebih
cepat
2. Tengah malam
Bukti :
Di tengah malam aku terbangun, mungkin karena tadi sore aku
tidak makan sehingga sekarang aku meraasa lapar
c) Latar suasana
1. Sejuk
Bukti :
Udara sejuk karena di sepanjang jalan selalu ada pohon besar
yang rindang disisinya ditambah kota ini termasuk kota yang
berada di dataran tinggi
2. Dingin
Bukti :
Rasa lapar ini memperbudak kami untuk memberanikan diri
mencari makanan, walaupun dengan udara malam yang dingin
sehingga kami pun tetap berangkat menggunakan motor.
3. Tentram
Bukti :
Baru kali kami keluar tengah malam, hawa dingin dan
sunyinya Bandung ini aku pikir bisa dijadikan metode
refreshing dari padatnya tugas-tugasku di kampus
4. Tegang
Bukti :
“ aaaawwh.. “ teriak Piyan yang tertusuk pisau salah seorang
begal.
“ Astagfirulloh yan ! “ sebutku sambil menoleh ke arah Piyan.

4. Tokoh dan Penokohan


A. Tokoh
1. Rahman sebagai tokoh utama dan teman indekos Piyan
2. Piyan sebagai mahasiswa teman indekos Rahman
3. Pak Setyo sebagai Satpam di salah satu perumahan di kota
Bandung
4. Paman sebagai polisi sekaligus paman Piyan
B. Penokohan
1. Rahman : Gegabah, Penakut
Bukti bahwa Rahman gegabah :
Tapi karena yang kami hadapi adalah urusan perut, maka kami
memberanikan diri pergi keluar untuk mencari makan.
Bukti bahwa Rahman penakut :
Bagaimana aku tidak takut, jalan pasoepati itu jalan satu-satunya
untuk menuju tempat indekos kami
2. Piyan : Gegabah, Kritis
Bukti bahwa Piyan gegabah :
Tapi karena yang kami hadapi adalah urusan perut, maka kami
memberanikan diri pergi keluar untuk mencari makan.
Bukti bahwa Piyan kritis :
Melihat kondisi seperti itu Piyan langsung menghubungi
pamannya yang bekerja sebagai seorang polisi yang kebetulan
sedang dinas di Bandung.
3. Pak setyo : Baik
Bukti :
Lalu dari obrolan tersebut satpam itu memperingatkanku agar
berhati-hati ketika pulang dari sini, karena jalan pasoepati itu
adalah jalan yang rawan akan kejahatan. Setelah Piyan
mendapatkan makanan, aku langsung pamit dan berterima kasih
kepada satpam itu atas informasi yang ia berikan.
4. Paman : Cekatan
Bukti :
“ Kemaren pas kamu pingsan pas-pasan sama si om datang jadi
keburu dikejar begalnya, ngomong-ngomong kemaren aku sempet
liat si om cekatan banget pas ngejar kedua begal itu”

5. Gaya Bahasa
a) Bahasa daerah
Penggunaan bahasa daerah dalam cerpen ini terlihat dalam beberapa
percakapan “ duh parah.. sarua yan saya ge lapar.“ oleh tokoh
Rahman. Yang mana sarua artinya sama
b) Majas
1. Majas Sarkasme
Bukti :
Dan teruntuk begal malam itu, aku ingin mengucapkan selamat
menikmati rumah baru kalian.
2. Majas Metafora
Bukti :
Persetan untuk sampah masyarakat seperti kalian.
c) Kata populer
1. Kualifikasi :
Tingkatan atau pembatasan
2. Layung :
Warna kuning kemerah-merahan di langit pada saat matahari
akan terbenam
3. Argumen :
Diskusi yang melibatkan sudut pandang yang bertentangan.
4. Indekos :
Jasa yang menawarkan sebuah kamar atau tempat untuk ditinggali
dengan sejumlah pembayaran tertentu untuk setiap periode
tertentu.
5. Internet :
System jaringan computer yang saling terhubung secara global
untuk menghubungkan perangkat di seluruh dunia.
6. Deepweb
Dikenal dengan nama “Darkweb” merupakan bagian dari World
Wide Web, bila diibaratkan, internet merupakan sebagian kecil
bagian dari Darkweb. Darkweb sangat sulit di akses.
6. Sudut pandang
Sudut pandang dalam cerpen ini menggunakan sudut pandang orang
pertama sebagai pelaku utama dimana ditemukan kata ganti aku yang
digunakan untuk mengganti tokoh Rahman.

7. Amanat
Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh penulis cerpen
kepada pembaca adalah sebagai berikut.
1. Hendaklah menilai sesuatu dari beberapa sisi
2. Jangan bertindak gegabah
3. Jangan panik menghadapi suatu masalah
4. Berhati-hati karena kejahatan ada dimana-mana

B. Unsur Ekstrinsik
1. Latar belakang penulis
Muhammad Alif Fathurohman ( lahir di Bandung, Jawa Barat, 26 Desember
2001, umur 17 tahun) adalah seorang pelajar. Ia bersekolah di SMAN 1
Singaparna saat ini, awal sekolah ia mulai di TK Al-Muawanah, SDN Melong
Mandiri 2, SMPN 1 Singaparna. Ia merupakan anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Ibu Novi Puspitasari dan Bapak Jajang Ridwan.
2. Latar belakang keagamaan
Unsur keagamaan dalam cerpen itu ditunjukan pada saat dialog tokoh aku
(Rahman). ““ Astagfirulloh yan ! “ sebutku sambil menoleh ke arah
Piyan.” Ketika melihat Piyan ditusuk oleh begal.
3. Latar belakang sosial
Unsur sosial dalam cerpen ini ditunjukan oleh hubunga perteman antara
Rahman dan Piyan yang saling menjaga dan tidak saling menyalahkan setelah
terjadi kecelakaan yang mengantarkan mereka ke rumah sakit.
4. Latar belakang budaya
Unsur budaya dalam cerpen ini ditunjukan oleh penggunaan bahasa sunda
dalam salah satu dialog antara tokoh Rahman dan Piyan, “ duh parah.. sarua
yan saya ge lapar.“ oleh tokoh Rahman. dan tutur bahasa sopan dan lembut
saat menyapa orang lain yang merupakan ciri khas orang Sunda.
TUGAS BAHASA INDONESIA
Cerita Pendek Beserta Analisisnya

Disusun oleh :

Muhammad Alif Fathurohman (18)


Kelas XII MIPA 2

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH XII
SMA NEGERI 1 SINGAPARNA
Jln. Pahlawan KH.Z Musthafa, Singaparna, Kab. Tasikmalaya 46416
Website : http;//www.sman1spa.sch.id Email : Smanspang@yahoo.co.id
Singaparna Kabupaten Tasikmalaya kode pos 46416

Anda mungkin juga menyukai