SEJARAH MANAJEMEN
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
(200502065)
2021
SEJARAH MANAJEMEN
Contoh lain manajemen di masa lampau dapat dijumpai pada era 1400-an di Kota
Venesia, Italia, yang pada masa itu merupakan sebuah pusat perdagangan dan perkonomian
di benua Eropa. Orang-orang Venesia telah mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis
dan menjalankan berbagai kegiatan yang umum dijumpai di dalam organisasi masa kini.
Selain itu, orang-orang Vanesia juga nenggunakan gudang-gudang penyimpanan dan sistem
persediaan untuk memantau penggunaan bahan baku, menjalankan fungsi-fungsi manajemen
SDM untuk mengelola tenaga kerja, dan menerapkan sistem akuntansi untuk mencatat dan
memperhitungkan pendapatan dan biaya.
Pada tahun 1776, Adam Smith menerbitkan karyanya yang berjudul The Wealth of
Nations. Dalam tulisan itu, ia menggagas keunggulan yang dapat diperoleh organisasi dan
masyarakat dari penerapan pembagian kerja atau spesialisasi kerja, yaitu pemisah-misahan
tugas dan tanggung jawab ke dalam bidang-bidang yang sempit dan khusus, serta dilakukan
secara berulang-ulang. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat memacu
produktivitas karena meningkatkan keterampilan dan kecekatan para pekerja, menghemat
waktu yang biasanya diperlukan untuk berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya, dan
mendorong penciptaan mesin-mesin yang dapat menggantikan tugas para pekerja.
Kejadian penting yang kedua adalah revolusi industri. Dimulai pada akhir abad
kedelapan belas, ketika tenaga mesin telah banyak menggeser peran tenaga manusia,
perusahaan mendapati bahwa lebih ekonomis untuk memproduksi barang di pabrik
ketimbang di rumah. Pabrik-pabrik besar yang beroperasi secara efisien ini membutuhkan
orang-orang untuk meramalkan permintaan barang, memastikan tersedianya bahan baku yang
memadai, memberikan penugasan kepada para pekerja, mengelola kegiatan harian, dan lain
lain. “Orang-orang” ini adalah para manajer, dan mereka membutuhkan adanya teori-teori
formal yang dapat dijadikan panduan dalam menjalankan organisasi. Namun, baru pada awal
1900-an mulai dirintis langkah mengembangkan teori-teori semacam itu.
Pendekatan Klasik
Kajian awal manajemen yang dikenal sebagai pendekatan klasik, berfokus pada
rasionalitas dan berusaha menjadikan organisasi dan para pekerja berfungsi seefisien
mungkin. Dua teori utama pendekatan klasik adalah manajemen ilmiah (scientific
management) dan administrasi umum (general admistrative).
1. Manajemen Ilmiah
Pada tahun ini karya Frederick Winslow Taylor yang berjudul Principles of Scientific
(Prinsip-Prinsip Manajemen Ilmiah) pertama kali diterbitkan. Buku ini diterima dan dipakai
oleh banyak sekali manajer di seluruh dunia. Buku ini menjabarkan teori manajemen ilmiah,
yaitu penggunaan metode-metode ilmiah (scientific methods) guna mendefinisikan “satu cara
terbaik” dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Taylor bekerja di Midvale dan Bethlehem Steel Company di Pennsylvania, AS,
sebagai seorang insinyur teknik mesin dengan latar belakang Quaker dan Puritan. Ia
tercengang menyaksikan betapa tidak efisennya para pekerja. Taylor kemudian bergerak
untuk memperbaiki situasi ini dengan menerapkan metode ilmiah pada berbagai pekerjaan di
level pabrik. Ia menghabiskan waktu lebih dari dua dasawarsa dalam mencari “satu cara
terbaik” untuk menjalankan tiap-tiap pekerjaan tersebut.
Pengalama Taylor di Midvale mendorongnya untuk menyusun aturan-aturan kerja
baku guna memperbaiki efisiensi produksi. Ia berkeyakinan bahwa empat prinsip manajemen
yang digagasnya dapat membawa kesejahteraan, baik bagi para pekerja maupun manajer.
Berikut prinsip-prinsip manajemen ilmiah Taylor :
Mengembangkan sebuah pendekatan ilmiah untuk tiap-tiap unsur dalam sebuah
pekerjaan untuk menggantikan metode lama yang didasarkan pada kebiasaan.
Secara ilmiah memilih pekerja yang paling tepat dan kemudian melatih, mendidik dan
membina pekerja tersebut.
Bekerja sama secara sungguh-sungguh dengan para pekerja demi memastikan bahwa
mereka menjalankan semua tugas sesuai dengan aturan-aturan kerja yang telah
dikembangkan secara ilmiah.
Membagi beban kerja dan tanggung jawab secara hampir merata di manajemen dan
para pekerja. Para manajer harus mengerjakan tugas-tugas yang memang lebih cocok
untuk dikerjakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Salah satu yang paling dikenal di antara berbagai terobosan manajemen ilmiah Taylor
adalah eksperimen bijih besi (pig iron). Para pekerja harus bekerja memuat bijih besi
(masing-masing seberat 92 pon) ke dalam kereta tambang. Output kerja harian rata-rata
mereka adalah 12,5 ton. Namun, Taylor percaya bahwa dengan menganalisis secara ilmiah
pekerjaan ini guna menemukan “satu cara terbaik” memuat bijih-bijih besi ke dalam kereta
tambang, output itu dapat ditingkatkan menjadi 47 atau 48 ton per hari. Ia menempatkan
orang-orang yang tepat pada tiap-tiap pekerjaan, memerintahkan dan memotivasi mereka.
Secara keseluruhan, Taylor berhasil mencapai peningkatan produktivitas secara konsistes
pada kisaran 200 persen atau bahkan lebih. Berkat studi terobosannya mengenai penerapan
prinsip-prinsip ilmiah pada pekerjaan manual ini, Taylor selanjutnya dikenal sebagai “bapak”
manajemen ilmiah. Di antara para pengikut pemikiran Taylor yang paling terkemuka adalah
Frank dan Lilian Gilbreth.
Max Weber adalah seorang sosiolog berkebangsaan Jerman yang mendalami bidang
organisasi. Ia menulis gagasan-gagasannya pada awal periode 1900-an dan mengembangkan
teori mengenai struktur otoritas dan hubungan-hubungan berdasarkan sebuah model
organisasi ideal, yang dinamakan birokrasi, yaitu suatu bentuk organisasi yang dicirikan oleh
adanya pembagian kerja yang jelas, hierarki kepemimpinan yang tegas, arahan-arahan dan
aturan-aturan yang lugas, serta hubungan antarindividu yang tidak bersifat pribadi (alias
profesional). Birokrasi ala Weber merupakan sebuah birokrasi yang harus bercirikan sebagai
berikut :
Birokrasi, sesuai penjabaran Weber, sangat mirip dengan manajemen ilmiah dalam
ideologinya. Kedua model ini menekankan rasionalitas, prediktabilitas (keterukuran dan
kepastian hingga taraf tertentu), impersonalitas (hubungan berdasarkan azas profesionalisme
alih-alih kedekatan pribadi), kecakapan teknis, dan otoriterianisme (kewenangan mutlak).
Kenyataan bahwa “bentuk ideal” yang dirumuskan Weber masih dijadikan acuan oleh banyak
organisasi masa kini menjadi bukti betapa pentingnya ide-ide tersebut di dalam ranah
manajemen.
Pendekatan Kuantitatif
Revolusi mutu telah melanda sektor bisnis dan publik dari periode 1980-an hingga
1990-an. Gerakan ini dimotori oleh beberapa pakar dari kalangan praktisi kendali mutu; dua
nama paling terkemuka di antara mereka adalah W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran.
Gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang mereka usung pada era 1950-an tidak mendapat
banyak dukungan di Amerika Serikat, tetapi diterima dengan sangat antusian oleh organisasi-
organisasi Jepang. Namun, stelah banyak produsen Jepang mampu menghantam para
produsen Amerika dalam hal perbandingan mutu, para manajer Barat mulai memandang lebih
serius gagasan-gagasan Deming dan Juran. Gagasan-gagasan inilah yang kemudian menjadi
basis bagi program-program pengelolaan mutu di masa kini.
Manajemen mutu total (total quality management atau TQM) adalah sebuah falsafalah
manajemen yang sepenuhnya berfokus pada upaya-upaya perbaikan secara terus-menerus dan
kemampuan menjawab dengan cepat berbagai kebutuhan dan harapan pelanggan. Pelanggan
meliputi para karyawan organisasi itu sendiri, para mitra pemasok organisasi, dan orang
orang yang membeli produk dan layanan organisasi. Perbaikan berkesinambungan
(continuous improvement) tidak mungkin diwujudkan tanpa adanya metode pengukuran yang
akurat, yang mensyaratkan penggunaan teknik-teknik statistik untuk mengukur variable-
variabel kritis di dalam berbagai proses kerja organisasi.
Pendekatan Perilaku
Robert Owen (Akhir 1700-an) : Merasa prihatin atas kondisi kerja manusia yang
sangat buruk; Menggagas sebuah tempat kerja yang ideal; Berpendapat bahwa uang
yang dikeluarkan untuk memperbaiki kondisi buruh merupakan investasi yang cerdas.
Hugo Münstrerberg (Awal 1900-an) : Seorang perintis di bidang psikologi industri;
Menggagas penggunaan uji-uji psikologi sebagai sarana pemilihan karyawan, konsep-
konsep teori pembelajaran untuk pelatihan karyawan, dan studi perilaku manusia
untuk memotivasi karyawan.
Mary Parker Follett (Awal 1900-an) : Salah satu orang yang menyadari bahwa
organisasi dapat dipandang dari perspektif perilaku individu dan kelompok;
Mengemukakan ide-ide yang yang lebih berorientasi pada manusia dibandingkan
dengan gagasan para pendukung manajemen ilmiah; Berpendapat bahwa organisasi
harus didasarkan pada etika kelompok.
Chester Barnard (1930-an) : Seorang manajer sesungguhnya yang berpendapat
bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem sosial yang memerlukan kerja sama di
antara mereka; Berkeyakinan bahwa tugas seorang manajer adalah berkomunikasi
dengan para karyawan dan mendorong mereka untuk mengerahkan usaha terbaik
mereka; Pertama kalinya menggagas bahwa organisasi merupakan sebuah sistem
terbuka.
Pada 1927, para insinyur Western Electric meminta seorang professor dari Harvard
University, Elton Mayo, dan para rekannya untuk bergabung di dalam proyek Kajian
Hawthorne sebagai konsultan. Maka, dimulailah sebuah koloborasi yang berlangsung hingga
tahun 1932 dan membuahkan banyak sekali hasil eksperimen berkenaan dengan
pendefinisian-ulang desain pekerjaan (job redesign), perubahan-perubahan panjang hari kerja
(workday) dan minggu kerja (workweek), penetapan waktu istirahat kerja dan perancangan
skema individu upah individu versus upah kelompok kerja. Hasil-hasil yang diperoleh
memperlihatkan bahwa skema insentif ini tidak begitu berpengaruh pada output pekerja
dibandingkan dengan faktor-faktor semisal tekanan kelompok, penerimaan oleh kelompok
dan rasa aman di dalam kelompok. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa norma-
norma sosial atau aturan-aturan kelompok adalah faktor penentu (determinan) terpenting bagi
perilaku kerja seseorang.