Anda di halaman 1dari 32

MODUL

OKUPASI TERAPI PADA GERIATRI


“SINDROM GERIATRI”

KELOMPOK 3
Putra Alan N. R P27228019091
Rena Paramitha P27228019094
Sabrina Aribatin N P27228019099
Sunil Dwi Putri P27228019105

Program Studi Diploma III Jurusan Okupasi Terapi


Poltekkes Kemenkes Surakarta
2021
DAFTAR ISI

MODUL................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN............................................................................................................................iii
Kegiatan Belajar 1 Definisi Sindrom Geriatri ....................................................................1
Latihan Kegiatan Belajar 1.................................................................................................................3
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 1.....................................................................................................4
Kegiatan Belajar 2 Macam – Macam Problem Sindrom Geriatri ................................5
Latihan Kegiatan Belajar 2.................................................................................................................9
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 2...................................................................................................10
Kegiatan Belajar 3 Pencegahan Sindrom Geriatri ..........................................................11
Latihan Kegiatan Belajar 3...............................................................................................................16
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3...................................................................................................17
Kegiatan Belajar 4 Penatalaksanaan OT Pada Kondisi Sindrom Geriatri ............18
Latihan Kegiatan Belajar 4...............................................................................................................21
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 4...................................................................................................22
RANGKUMAN...............................................................................................................................23
TES FORMATIF 1........................................................................................................................24
TES FORMATIF 2........................................................................................................................26
KUNCI JAWABAN...........................................................................................................................28
DAFTAR PUTAKA...........................................................................................................................29
PENDAHULUAN

Siapapun pasti ingin hidup lebih sehat dan panjang umur. Namun tak dipungkuri, seiring
bertambahnya usia, kita menjadi lebih mungkin untuk mengalami berbagai jenis masalah kesehatan.
Kita akan merasakan penurunan pada fungsi tubuh dari waktu ke waktu, dari kekuatan fisik hingga
mental yang terjadi karena bertambahnya usia. Pada masa muda jika terjadi gangguan pada satu
organ maka akan menimbulkan berbagai gejala, tetapi berbeda dengan para lansia yang akan
menimbulkan hubungan yang rumit, karena gangguan pada lebih dari satu organ, bisa saja hanya
menimbulkan satu gejala. Kondisi ini dapat mengakibatkan para lansia merasa stres bahkan depresi
karena perasaan lemah dan tidak berdaya melakukan aktifitas sehari-hari seperti sedia kala. Selain
menjadi tugas dari mata kuliah OT pada Geriatri, kami berharap dengan mempelajari “Sindrom
Geriatri” ini kita dapat menyiapkan diri, orang tua, keluarga bahkan orang disekitar kita untuk
menyiapkan fisik dan mental agar menjadi lansia yang sehat di masa tua.

Pada Bab ini menyajikan pembahasan tentang “Sindrome Geriatri”. Bab ini terdiri atas 4
(empat) sub bab:
1. Definisi Sindrom Geriatri
2. Macam-macam problem Sindrom Geriatri
3. Pencegahan Sindrom Geriatri
4. Penatalaksanaan OT pada kondisi Sindrom Geriatri

Setelah mempelajari bab ini diharapkan Anda dapat:


1. Menjelaskan definisi Sindrom Geriatri
2. Menjelaskan macam-macam problem Sindrom Geriatri
3. Menjelaskan pencegahan Sindrom Geriatri
4. Menjelaskan penatalaksanaan OT pada kondisi Sindrom Geriatri

Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang optimum, ikutilah semua petunjuk dalam bab ini
dengan cermat. Baca semua uraian materi ini secara berulang, aplikasikan contoh yang ada ke dalam
situasi lain, kerjakan latihan dengan sungguh-sungguh, dan baca rangkuman sebelum mengerjakan
tes formatif! Jika Anda melakukan disiplin yang tinggi dalam belajar, Anda pasti berhasil dan secara
berangsur-angsur akan menjadi mahasiswa yang mampu mandiri dalam belajar.

Selamat Belajar, Sukses Bagi Anda!


Kegiatan Belajar 1

Definisi Sindrom Geriatri


Apakah yang anda ketahui tentang Sindrom Geriatri? Sebelum kita
membahas tentang Sindrom Geriatri, mari kita ketahui tentang lansia, geriatri
dan pasien geriatri.

A. Lanjut Usia (Lansia)


Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya
mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru,
2009). Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun
wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya
untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk
menghidupi dirinya (Tamher, 2009). Jadi dapat disimpulkan, lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

B. Geriatri
Istilah geriatri (berasal dari bahasa Yunani, geron,  yang berarti orang tua,
dan iatreia yang berarti penanganan terhadap penyakit), pertama kali digunakan oleh
Ignas Leo Vascher pada tahun 1909. Namun ilmu geriatri sendiri, baru berkembang
pada tahun 1935. Pada saat itulah diterapkan penatalaksanaan terpadu terhadap
penderita-penderita lansia dilengkapi dengan latihan jasmani dan rohani (Darmojo,
2010 dalam Martono dan Pranarka, 2010). Sedangkan menurut permenkes RI No 79
Tahun 2014, geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan
kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi,
pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.

C. Pasien Geriatri
Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan
yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.

1
D. Sindrom Geriatri
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tampilan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. ( Vina,2015).
Menurut permenkes RI No 67 Tahun 2015, Sindrom geriatri adalah kumpulan
gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatri.
Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan istilah 14 i yaitu: immobilisasi
(berkurangnya kemampuan gerak), instabilitas postural (jatuh dan patah tulang),
inkontinensia urin (mengompol), infection (infeksi), impairment of senses (gangguan
fungsi panca indera), inanition (gangguan gizi), iatrogenik (masalah akibat tindakan
medis), insomnia (gangguan tidur), intelectual impairment (gangguan fungsi
kognitif), isolation (isolasi/menarik diri), impecunity (berkurangnya kemampuan
keuangan), impaction (konstipasi), immune deficiency (gangguan sistem imun),
impotence (gangguan fungsi seksual). Sindrom geriatri ini sangat penting untuk
diketahui oleh tenaga kesehatan di Puskesmas karena sering menjadi gejala atau tanda
awal dari penyakit yang mendasarinya.

2
Latihan Kegiatan Belajar 1

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai definisi sindrom geriatric.


Kerjakanlah Latihan Berikut!
Petunjuk Jawaban Latihan
Baca dan kuasai pembahasan Definisi Sindrom Geriatric.

1. Istilah geriatric berasal dari bahasa…


A. Yunani
B. Latin
C. Belanda
D. Arab
E. Inggris

2. Gangguan fungsi seksual dalam istilah 14i adalah…


A. Iatrogenic
B. Impaction
C. Instabilitas Postural
D. Immobilisasi
E. Impotence

3. Apa yang dimaksud dengan sindrom geriatric menurut permenker RI No 67 Tahun


2015 ?

4. Sebutkan 14i dalam istilah sindrom geriatric!

3
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 1

1. A. Yunani
2. E. Impotence
3. Sindrom geriatri menurut permenker RI No 67 Tahun 2015 adalah kumpulan gejala
atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatri.
4. Immobilisasi, instabilitas postural, inkontinensia urin, infection, impairment of senses,
inanition, iatrogenic, insomnia, intelectual impairment, isolation, impecunity,
impaction, immune deficiency, impotence.

4
Kegiatan Belajar 2

Macam – Macam Problem Sindrom Geriatri


Setelah mengetahui apa itu Sindrom Geriatri, yuk sekarang kita pahami
Macam-Macam Problem Sindrom Geriatri.

Masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom geriatri. Sindrom
geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah Kesehatan yang sering dialami oleh pasien
geriatri. Yang meliputi :

A. Immobilisasi
Berkurangnya kemampuan gerak yang dikenal dengan istilah imobilisasi
digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom penurunan fungsi fisik sebagai akibat
dari penurunan aktivitas dan adanya penyakit penyerta. Tidak mampu bergerak selama
minimal 3 kali 24 jam sesuai definisi imobilisasi. Luka atau ulkus dekubitus merupakan
salah satu masalah yang ditimbulkan oleh imobilisasi yang seringkali mempersulit
perawatan dan bahkan dapat menimbulkan pemanjangan lama perawatan, tingginya
biaya perawatan dan kematian. Tidak jarang pasien yang mengalami fraktur femur,
penurunan kesadaran dan sakit berat lainnya harus mengalami imobilisasi lama yang
pada gilirannya menimbulkan berbagai komplikasi.

B. Instabilitas
Gangguan keseimbangan akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan dapat
mengalami patah tulang. Perubahan cara jalan (gait) dan keseimbangan seringkali
menyertai proses menua. Seiring dengan penuaan, terjadi penurunan kecepatan cara
berjalan sekitar 0,2 % pertahun sampai dengan usia 63 tahun dan penurunan kecepatan
tersebut meningkat sampai dengan 1,6% per tahun setelah usia 63 tahun. Instabilitas
postural dapat meningkatkan risiko jatuh, yang selanjutnya mengakibatkan trauma fisik
maupun psikososial. Hilangnya rasa percaya diri, cemas, depresi, rasa takut jatuh
sehingga pasien terpaksa mengisolasi diri dan mengurangi aktivitas fisik sampai
immobilisasi. Gangguan keseimbangan merupakan masalah kesehatan yang dapat
disebabkan oleh salah satu atau lebih dari gangguan visual, gangguan organ
keseimbangan (vestibuler) dan atau gangguan sensori motor.

5
C. Inkontinensia Urin
Didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak
dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan
masalah sosial dan higienis. Masalah ini sering kali tidak dilaporkan oleh pasien atau
keluarganya karena malu/tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan menganggap sebagai
sesuatu yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Prevalensi
inkontinensia urin di Indonesia pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 28,3%.
Masalah ini umumnya dapat diatasi dengan baik jika dipahami pendekatan klinis dan
pengelolaannya.

D. Insomnia
Gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya mereka
mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit mempertahankan kondisi tidur.
Sekitar 57% orang usia lanjut di komunitas mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia
lanjut mengeluh tetap terjaha sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan
19% mengalami kesulitan untuk tidur.

E. Isolation (Isolasi/Gangguan Depresi)


Pada usia lanjut kurang dipahai sehingga banyak kasus yang tidak dikenali.
Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua.
Prevalensi depresi pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 17,5%. Deteksi dini
depresi dan penanganan segera sangat penting untuk mencegah disabilitas yang dapat
menyebabkan komplikasi lain yang lebih berat.

F. Infection (Infeksi)
Masalah ini sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi system imun pada
geriatri. Infeksi sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan
meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan factor lingkungan
membuat usia lanjut mudah terkena infeksi.

G. Impairment Of Senses (Gangguan pada panca indra)


Masalah ini juga sering dianggap sebagai hal yang biasa karena proses penuaan.
Pravelensi gangguan penglihatan pada pasien geriatri yang dirawat di Indonesia
mencapai 24,8%. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunan kegiatan waktu

6
senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan mobilitas. Gangguan penglihatan dan
pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik,
ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan mortalitas.

H. Iatrogenik (Penyakit Kronis Degeneratif)


Masalah yang muncul sering tumpeng tindih dengan gejala yang sudah lama
diderita sehingga tampilan gejala menjadi tidak jelas. Penyakit degenerative yang banyak
dijumpai pada pasien geriatri adalah hipertensi, diabetes melits, dislipidemia,
osteoarthritis, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian multisenter di Indonesia terhadap
544 pasien geriatri yang dirawat inap mendapatkan prevalensi hipertensi dan diabetes
melitus sebesar 50,2% dan 27,2%.
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan berbagai
jenis obat dalam jumlah yang banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi pilihan
untuk mengatasi masalah pada usia lanjut, namun obat tetap menjadi pilihan utama
sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari. Prinsip penggunaan obat yang benar dan
tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian multi/interdisiplin yang mengedepankan
pendekatan secara holistik.

I. Intelectual Impairment (Gangguan Fugsi Kognitif)


Gangguan fungsi kognitif yang dikenal dengan istilah Intellectual Impairment
adalah kapasitas intelektual yang berada dibawah rata-rata normal untuk usia dan tingkat
pendidikan seseorang tersebut. Gangguan fungsi kognitif ini dapat disebabkan oleh
sindrom delirium dan demensia. Penanganan yang tidak adekuat dari sindrom delirium
akan mengakibatkan berbagai penyulit sesuai penyebab. Penanganan yang tidak adekuat
dari demensia akan mengakibatkan perburukan intelektual yang cepat, serta potensial
menimbulkan beban terhadap keluarga dan masyarakat.

J. Impecunity (Berkurangnya Kemampuan Keuangan)


Impecunity mencakup pengertian ketidakberdayaan finansial. Walaupun dapat
terjadi pada kelompok usia lain namun, khususnya pada Lanjut Usia menjadi sangat
penting karena meningkatkan risiko keterbatasan akses terhadap berbagai layanan
kesehatan, pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan asuhan psikososial.

K. Impaction (Konstipasi)

7
Kesulitan buang air besar sering terjadi pada lanjut usia karena berkurangnya
gerakan peristaltic usus.

L. Immune Deficiency (Gangguan Sistem Imun)


Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh perubahan sistem imunitas pada
Lanjut Usia. Sistem imunitas yang tersering mengalami gangguan adalah sistem
immunitas seluler. Berkaitan dengan hal tersebut, kejadian infeksi tuberkulosis
meningkat pada populasi Lanjut Usia ini sehingga memerlukan kewaspadaan.

M. Impotence (Gangguan Fungsi Seksual)


Gangguan fungsi ereksi pada laki-laki Lanjut Usia dapat berupa ketidakmampuan
ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan mempertahankan ereksi.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat antihipertensi, diabates melitus dengan
kadar gula darah yang tidak terkendali, merokok, dan hipertensi lama.

N. Inanition (Gangguan Gizi)


Gangguan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang
bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,
kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru
kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik,
mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.

8
Latihan Kegiatan Belajar 2

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai macam-macam problem sindrom


geriatric. Kerjakanlah Latihan Berikut!
Petunjuk Jawaban Latihan
Baca dan kuasai pembahasan Macam-Macam Sindrom Geriatric.

1. Kesulitan buang air besar karena berkurangnya gerakan peristaltic usus, merupakan
definisi dari…
A. Impotence
B. Imobilisasi
C. Instabilisasi
D. Konstipasi
E. Isolation

2. Keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlah merupakan definisi dari….
A. Inkontinensia Urin
B. Infeksi
C. Inanition
D. Isolasi
E. Impecunity

3. Sebutkan problem apa saja yang sering dialami sindrom geriatric !

4. Jelaskan secara singkat, mengapa orang usia lanjut mengalami gangguan pada fungsi
seksual !

9
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 2

1. D. Konstipasi
2. A. Inkontinensia Urin
3. Immobilisasi (Berkurangnya kemampuan gerak), Instabilisasi (Gangguan
keseimbangan), Inkontinensia urin (urin tak terkendali/mengompol), Insomnia
(Gangguan tidur), Isolation (isolasi/menarik diri/ gangguan depresi), Impaction
(Konstipasi), Immune Deficiency (Gangguan system imun), Impotence (Gangguan
fungsi seksual), Inanition (Gangguan Gizi), Infection (Infeksi), Impairment Of Senses
(Gangguan panca indra), Iatrogenik (Penyakit kronis degenerative), Intelectual
Impairment (Gangguan fungsi kognitif) dan Impecunity (Berkurangnya kemampuan
keuangan).
4. Karena Gangguan fungsi ereksi pada laki-laki Lanjut Usia dapat berupa
ketidakmampuan ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan
mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat antihipertensi,
diabates melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkendali, merokok, dan
hipertensi lama.

10
Kegiatan Belajar 3

Pencegahan Sindrom Geriatri


Setelah mengetahui definisi dan macam-macam problem Sindrom
Geriatri, mari kita pahami cara pencegahan sindrom geriatri.
Pencegahan Sindrom Geriatri dengan beberapa cara tergantung dari masalahnya. Beberapa
pencegahannya sebagai berikut:
a. Immobilisasi (berkurangnya kemampuan gerak)
Imobilisasi didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3
hari atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri,
lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Beberapa
informasi penting meliputi lamanya menderita disabilitas yang menyebabkan
imobilisasi, penyakit yang mempengaruhi kemampuan mobilisasi, dan pemakaian
obat-obatan untuk mengeliminasi masalah iatrogenesis yang menyebabkan
imobilisasi.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan latihan
jasmani secara teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan
posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur. Selain itu, mobilisasi dini berupa
turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional
dapat dilakukan secara bertahap untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang
dilakukan adalah menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada
kulit. Penggunaan kasur anti dekubitus, atau menggunakan bantal berongga. Pada
pasien dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap jam atau diistirahatkan dari
duduk. (Permenkes Nomor 67,2015)

b. Instabilitas postural (jatuh dan patah tulang)


Terjadi instabilitas dan mudah jatuh. Ketidakstabilan saat berjalan dan
kejadian jatuh pada lansia meupakan permasalah seirus karena hal tersebut tidak
hanya menyebabkan cedera, melainkan juga dapat menyebabkan penurunan aktivitas,
peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan, dan bahkan kematian.Seperti sindrom
geriatri lainnya, kejadian jatuh pada usia lanjut terjadi akibat perubahan fungsi
organ, .penyakit dan lingkungan.

11
Penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu
atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin (Kane et al., 2008; Cigolle
et al., 2007).
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2009), ada 3 usaha pokok
untuk pencegahan jatuh yaitu:
a) Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assesment keadaan
sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering
menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat
menyebabkan jatuh harus dihilangkaa. Faktor instrinsik meliputi gender,
status psikologi (seperti ketakutan akan jatuh, ansietas, dan depresi),
keseimbangan, mobilitas, penurunan kekuatan otot, fungsi fisik, dan kognitif.
Didalam kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada
dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk
dan diberi pegangan di dinding.
Status psikologi seperti ketakutan akan jatuh memiliki hubungan yang
bermakna jika dikaitkan dengan penurunan aktifitas pada usia lanjut yang
pernah jatuh dan menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain.
Ketakutan mengalami jatuh dialami 25-40% orang berusia lanjut yang
kebanyakan dari mereka belum mengalami jatuh. Rasa takut jatuh merupakan
faktor risiko terjadinya hendaya fungsional serta sering juga dikaitkan dengan
depresi dan isolasi sosial.

b) Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)


Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya
dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila goyangan badan
pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh
rehabilitasi medis. Penilaian gaya berjalan juga harus dilakukan dengan
cermat, apakah kakinya menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah
penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan
otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan.
Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

12
c) Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia
dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan
perbaikan lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat
dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak
boleh melampaui batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil
pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan
aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya
jatuh.

c. Inkontinensia urin (mengompol)


Risiko terhadap kekurangan cairan atau dehidrasi adalah terjadi gagal ginjal,
ulkus dekubitus, konstipasi, infeksi saluran kemih (ISK), keracunan obat, infeksi
pernafasan, penurunan kekuatan otot dan risiko jatuh. Di Indonesia sendiri melalui
penelitian The Indonesian Regional Hydration Study (THIRST) diperoleh data
sebanyak 46,1% dari 1200 penduduk di wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan berada dalam kondisi dehidrasi tingkat sedang. Maka warna urin
terbaik adalah kuning jernih, ketika urin berubah warna menjadi kuning pekat atau
keruh seseorang harus minum lebih banyak.
Gelas yang digunakan untuk minum tentunya tidak semuanya terdapat takaran
yang jelas berapa banyak air dalam setiap gelasnya atau berapa banyak tepatnya
pasien minum dari sebuah gelas apabila tidak dihabiskan. Terkadang anggota yang
terlibat hanya mengira konsumsi cairan dalam setiap minum. Mempertahankan
kecukupan cairan sangat penting termasuk bagi lansia. Banyak manfaat dari
kecukupan konsumsi cairan bagi lansia seperti mengurangi risiko jatuh, mengurangi
kejadian konstipasi, dan menurunkan jumlah penggunaan laksatif. (Annas semeru et
al., 2016)
Latihan Kegel atau latihan pergerakan pada panggul dianjurkan untuk mereka
yang mengalami inkontinensia. Otot-otot yang terlibat dapat diidentifikasi dengan
cara memberitahukan pasien untuk menghentikan aliran urin pada pertengahan
pancaran. Latihan Kegel dilakukan dengan cara mengontraksikan dan merelaksasikan

13
otot-otot sfingter ini 4-5 kali perhari dan lakukan pengulangan sebanyak 15 kali
latihan, pada waktu makan dan waktu tidur merupakan jadwal yang mudah diingat.
Peningkatan dapat dilihat dalam waktu 4-6 minggu, dengan peningkatan maksimal
selama 3 bulan (Stanley & Beare, 2006).

d. Infection (infeksi)
Budaya hidup bersih dan sehat dapat mencegah infeksi pada tubuh. Pemberian
vaksinasi yang sesuai dan meningkatkan status nutrisi Lanjut Usia juga penting
dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakitinfeksi. (Permenkes Nomor
67,2015)

e. Inanition (gangguan gizi)


Pemberian nutrisi yang adekuat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya
malnutrisi. (Permenkes Nomor 67,2015)

f. Insomnia (gangguan tidur)


Insomnia adalah suatu keluhan subjektif terhadap kesulitan untuk memulai
tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur, atau terbangun dini hari yang terjadi
minimal 3 malam dalam seminggu, selama 3 bulan, dan mempengaruhi keadaan siang
hari secara signifikan. Sebagai contoh akibatnya di siang hari termasuk kesulitan
untuk berkonsentrasi, gangguan mood, lemah, dan cemas mengenai tidur. Prevalensi
insomnia lebih besar pada orang lanjut usia daripada usia dewasa muda, dengan
prevalensi 40%-50% untuk insomnia gangguan mempertahankan tidur, dan insidens
sekitar 5%. Dilaporkan lebih banyak terjadi pada perempuan dibanding dengan laki-
laki.
Tidur pada pasien lanjut usia yang tinggal di Panti Jompo biasanya mengalami
gangguan, terutama pada mereka yang mengalami kelainan neurodegeneratif seperti
penyakit Alzheimer, Parkinson, Huntington, dan bentuk lain dari demensia. Pasien
dengan demensia lebih rentan mengalami kerusakan permanen pada daerah otak yang
mengatur tidur. Penyebab tersering gangguan tidur pada pasien lanjut usia di Panti
Jompo adalah sering terbangun di malam hari. (Sri Sunarti et al., 2014)
Melihat akibat dari gangguan tidur pada lansia diatas diperlukan penanganan
atau sikap yang tepat untuk mengatasinya dengan tindakan non farmakologis seperti
hindari dan meminimalkan penggunaan minum kopi, teh, soda dan alkohol, serta

14
merokok sebelum tidur dapat mengganggu kualitas tidur lansia, hindari tidur siang
terutama setelah pukul 14.00 WIB dan batasi tidur siang, batas untuk satu kali tidur
kurang dari 30 menit, pergi ke tempat tidur hanya bila mengantuk, mempertahankan
suhu yang nyaman di kamar tidur, suara gaduh, cahaya, dan temperatur dapat
mengganggu tidur (Hardiwinoto, 2010).

g. Impaction (konstipasi)
Monitor asupan cairan dan makanan yang mengandung serat perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya konstipasi. (Permenkes Nomor 67,2015)

15
Latihan Kegiatan Belajar 3

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai pencegahan sindrom geriatric.


Kerjakanlah Latihan Berikut!
Petunjuk Jawaban Latihan
Baca dan kuasai pembahasan Pencegahan Sindrom Geriatric.

1. Latihan kegel merupakan pencegahan sindrom geriatri pada masalah


A. Infection
B. Inanition
C. Inkontinensia urin
D. Impaction
E. Immobilisasi

2. Perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur merupakan pencegahan
A. Infection
B. Inanition
C. Inkontinensia urin
D. Impaction
E. Immobilisasi

3. Hal apa saja yang perlu diperhatian untuk mencegah Instabilitas postural pada lansia?

4. Bagaimana cara latihan kegel untuk mengatasi Inkontinensia urin?

16
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3

1. C. Inkontinensia Urin
2. E. Immobilisasi
3. Mengidentifikasi faktor resiko, Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait),dan
Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
4. Latihan Kegel dilakukan dengan cara mengontraksikan dan merelaksasikan otot-otot
sfingter ini 4-5 kali perhari dan lakukan pengulangan sebanyak 15 kali latihan, pada
waktu makan dan waktu tidur merupakan jadwal yang mudah diingat. Peningkatan
dapat dilihat dalam waktu 4-6 minggu, dengan peningkatan maksimal selama 3
bulan

17
Kegiatan Belajar 4

Penatalaksanaan OT Pada Kondisi Sindrom Geriatri


Setelah mengetahui definisi, macam-macam problem, dan pencegahan
Sindrom Geriatri, mari kita pahami penatalaksanaan OT pada kondisi sindrom
geriatri.
Okupasi Terapi berfungsi meningkatkan kemampuan dan mencegah kecacatan dalam
aktivitas perawatan diri, produktifitas, dan pemanfaatan waktu luang untuk mencapai
kemandirian maksimum dan kualitas hidup. Okupasi Terapi memberi tugas untuk setiap
aktivitas dalam mempromosikan rehabilitasi seseorang, yang dimulai dengan mengatasi AKS
yang paling dasar yang mencakup perawatan, mandi, toilet, berpakaian, makan,
bersosialisasi, komunikasi, mobilitas, dan aktivitas seksual. Okupasi Terapi juga
menggunakan aktivitas dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sebagai pasien yang
produktif. Okupasi Terapi berperan dalam beberapa hal, sebagai berikut : Meningkatkan dan
Mengembangkan Fungsi Kemandirian. Fungsi kemandirian menggambarkan kemampuan
pasien untuk melakukan tugas dengan sedikit bantuan dari orang lain. Untuk pasien dengan
kecacatan fisik, meningkatkan fungsi kemandirian dilakukan dengan melibatkan latihan
penguatan, dan teknik yang dimodifikasi. Okupasi Terapi dalam meningkatkan dan
mengembangkan terdapat pada kasus dimana pasien dengan gangguan fungsi difokuskan
dengan mempromosikan fungsi gerak dan/atau komunikasi.

Penatalaksanaan intervensi pada pasien sindrom geriatri adalah sebagai berikut :


1) Pada lansia dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah mengobati
berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik
dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu
atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, serta lantai yang tidak licin.
2) Pada inkontinensia urin untuk menghindari sering mengompol, pasien diedukasi
untuk sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
3) Pada lansia dengan gangguan tidur, agar bisa tidur dapat melakukan aktivitas
berikut: hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai mendekati waktu tidur,
hindari rokok waktu tidur, hindari minum minuman berkafein saat sore hari, batasi
asupan cairan setelah jam makan malam, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan, dan
membaca.

18
4) Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara
memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea. Sedangkan penatalaksanaan untuk gangguan penglihatan dengan memakai
alat bantu kacamata atau dengan operasi katarak.

Sedangkan intervensi okupasi terapi yang dapat diberikan untuk pasien sindrom
geriatri meliputi:
1) Latihan perawatan diri (Self Care Training)
2) Pembuatan alat bantu (Assistive Devices)
3) Mempertahankan kemampuan kognitif
4) Mencegah dari cedera akibat jatuh (Fall Prevention)
5) Modifikasi lingkungan
6) Edukasi pola hidup sehat

Pemeriksaan yang terstruktur dan terstandar yang dilakukan okupasi terapi meliputi:
a. Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk memperhatikan derajat
penurunan. Okupasi terapi juga melakukan Pemeriksaan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada posisi berbaring atau duduk.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ini sangat diperlukan untuk melihat kondisi pasien untuk
melakukan pemeriksaan system neurologi.
c. Pemeriksaan Status Fungsional
Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan seseorang
melakukan aktivitas hidup seharihari secara mandiri(ADL). Penentuan status
fungsional ini harus dilakukan dengan cermat,dengan mengikut sertakan keluarga
dan diamati sendiri. Penentuannya perlu dilakukan beberapa kali untuk
mengevaluasi kemajuan maupun kemunduran yang mungkin terjadi.status
fungsional ini sendiri dapat diperiksa dengan instrument barthel index.
d. Pemeriksaan Status Kognitif
Pemeriksaan status kognistif merupakan penapisan untuk demensia (pikun);
modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
e. Pemeriksaan Status Sosial

19
Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang yang ada di
sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia, dan
menelantarkan lanjut usia. Di samping itu penilaian status sosial dapat menemukan
potensi keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pemulihan pasien.
f. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya depresi.
Bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS dan bila ada indikasi
demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.

20
Latihan Kegiatan Belajar 4

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai penatalaksanaan OT pada kondisi


sindrom geriatric. Kerjakanlah Latihan Berikut!
Petunjuk Jawaban Latihan
Baca dan kuasai pembahasan Penatalaksanaan OT Pada Kondisi Sindrom Geriatric.

1. Pemeriksaan status fungsional pada pemeriksaan geriarti bertujuan untuk


A. Untuk mengetahui ada tidaknya depresi
B. Untuk mengetahui kemampuan ADL
C. Untuk mengetahui derajat penurunan
D. Untuk mengindetifikasi masalah
E. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan

2. Untuk mengetahui diagnosis pasien geriatric bagi seorang okupasi terapi adalah
A. Melakukan pemeriksaan
B. Memberi obat
C. Melihat raut wajah pasien
D. Membaca buku
E. Melihat gangguan yang dialami pasien

3. Bagaimana intervensi yang diberikan untuk pasien sindrom geriatric oleh okupasi
terapi?

4. Jelaskan kembali mengenai pemeriksaan fisik?

21
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 4

1. B. Untuk mengetahui kemampuan ADL


2. A. Melakukan pemeriksaan
3. Dengan memberikan latihan perawatan diri (self care training), Pembuatan alat bantu
(assistive devices), Mempertahankan kemampuan kognitif, Mencegah dari cedera
akibat jatuh (fall prevention), Modifikasi lingkungan pola hidup, dan Edukasi sehat.
4. Pemeriksaan fisik ini sangat diperlukan untuk melihat kondisi pasien untuk
melakukan pemeriksaan system neurologi.

22
RANGKUMAN

Pada usia lanjut ditandai dengan sejumlah masalah kesehatan, mulai dari gangguan
fungsi kognitif, gangguan ADL, infeksi, kekurangan gizi dan gangguan lainnya. Serangkaian
kondisi klinis atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatric yang
dapat mempengaruhi kualitas hidupnya yang berkaitan dengan kecacatan ini disebut dengan
Sindrom Geriatri. Sindrome geriatric dikenal dengan 14i.

Pencegahan sindrom geriatric pada pasien lanjut usia dapat dilakukan dengan
beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur, budaya hidup bersih dan sehat dapat
mencegah infeksi pada tubuh dan pemberian nutrisi yang cukup dan sehat untuk mencegah
terjadinya malnutrisi. Kemudian dalam penatalaksanaan, okupasi terapi berperan dalam
meningkatkan dan mengembangkan fungsi kemandirian Okupasi Terapi berperan dalam
meningkatkan dan mengembangkan fungsi kemandirian, dengan intervensi yang dapat
diberikan untuk pasien sindrom geriatri meliputi ; Latihan perawatan diri (Self care training),
Pembuatan alat bantu (assistive devices), Mempertahankan kemampuan kognitif, Mencegah
dari cedera akibat jatuh (fall prevention), Modifikasi lingkungan, dan Edukasi pola hidup
sehat.

23
TES FORMATIF 1

Pilih jawaban yang benar!

1. Pengertian Sindrom geriatri menurut Vina tahun 2015 adalah...


A. Serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat mempengaruhi
kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tampilan klinis yang
tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis.
B. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya
C. Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan seseorang mengalami
perubahan fisik dan mental, spiritual, ekonomi dan sosial.
D. Lanjut usia adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan pembinaan
kesehatan pada kelompok pra lanjut usia dan lanjut usia, bahkan sejak usia
dini.

2. Gangguan fungsi ereksi pada laki-laki Lanjut Usia dapat berupa


ketidakmampuan ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan
mempertahankan ereksi. Hal ini sering isebut dengan...
A. Impecunity

B. Impaction

C. Immune Defficiency

D. Impotence

E. Inanition

3. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait) merupakan salah satu


pencegahan dari
A. Infection
B. Inanition
C. Inkontinensia urin
D. Instabilitas postural
E. Immobilisasi

24
4. Instrument MMSE dapat digunakan untuk pasien geriatric untuk pemeriksaan?
A. LGS & KO
B. Depresi
C. Demensia
D. Fungsional kemandirian
E. Status fungsional

5. Pemeriksaan status mental diperlukan oleh okupasi terapis karena dari hasil
pemeriksaan ini okupasi terapis dapat mengetahui?
A. Kondisi kesehatan fisik dan mental lanjut usia
B. Mengetahui ada tidaknya depresi
C. Mengetahui keberadaan pasien di lingkungan sekitar
D. Mengetahui seberapa tinggi/rendah pemikiran pasien
E. Jawaban a-d salah semua

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.

Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Tes Formatif 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi, terutama
bagian yang belum dikuasai.

25
TES FORMATIF 2

Pilih jawaban yang benar!

1. Penyebab sindrom geriatri sering tidak terdiagnosis adalah


A. Tidak terdapat tanda-tanda tulang patah
B. Tidak dapat mendeteksi virus
C. Kurangnya asumsi obat
D. Pasien sudah kritis
E. Tampilan klinis yang tidak terlihat dan tidak khas

2. Apa yang dimaksud dengan Sindrom geriatri?


A. Serangkaian kondisi klinis yang dapat mempengaruhi yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan
B. Serangkaian penyakit yang tidak dapat sembuh
C. Penyakit yang terjadi dikalangan anak muda
D. Penyakit yang tidak dapat terobati
E. Gangguan pada mental

3. Apa akibat yang terjadi pada lansia yang mengalami syndrom geriatri?
A. Megakibatkan cidera yang parah
B. Mengakibatkan cepat pikun
C. mengakibatkan para lansia merasa stres bahkan depresi karena perasaan
lemah dan tidak berdaya
D. Meningkatkan kehidupan yang lebih baik
E. Mengakibatkan patah tulang

4. Bagaimana okupasi terapis melakukan pemeriksaan kognitif?


A. Melakukan pemeriksaan kardiovaskuler,musculoskeletal
B. Melakukan pemeriksaan FIM
C. Dengan melihat pasien saja
D. Melakukan pemeriksaan dengan isnstrument MMSE
E. Melakukan pemeriksaan dengan instrument AMT

26
5. Pemeriksaan yang terstruktur dan terstandar dilakuakn dengan cara, kecuali
A. Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan kognitif
C. Pemeriksaan status fungsional
D. Pemeriksaan darah
E. Pemeriksaan status kognitif

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.

Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi, terutama bagian yang belum dikuasai.

27
KUNCI JAWABAN

Tes Formatif 1
1. A
2. D
3. D
4. B
5. B

Tes Formatif 2
1. E
2. A
3. C
4. E
5. D

28
DAFTAR PUTAKA

Admin. (2016, March 19). 14 Masalah Kesehatan Utama Pada Lansia. Retrieved from
https://www.kanopiinsansejahtera.co.id/14-masalah-kesehatan-utama-lansia/

Annas Sumeru, Dian Mustikasari (2020). The Use of Self-Monitoring Urine Chart (PURI) in
Older Adults to Prevent Dehydration: A Literature Review. VOL. 2, NO. 1, 1–8

Dini AA, Sindrom Geriatri (Imobilitas, Instabilitas, Gangguan Intelektual, Inkontinensia,


Infeksi, Malnutrisi, Gangguan Pendengaran)

Iswati, I. (2020). Balance Exercise Untuk Mencegah Kejadian Jatuh Pada Lansia. KOSALA :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 1-10. doi:10.37831/jik.v8i1.182

Peraturan Menteri Kesehtana Republic Indonesia Nomor 67/Permenkes/2015 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat

Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 67 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan


Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2016

Setiati, S. (2014). Geriatric medicine, sarkopenia, frailty, dan kualitas hidup pasien usia
lanjut: tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di
Indonesia. eJournal Kedokteran Indonesia.

Sri Sunarti, Helena. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia : Journal of Clinical Gerontology
& Geriatrics. 2014

29

Anda mungkin juga menyukai