KELOMPOK 3
Putra Alan N. R P27228019091
Rena Paramitha P27228019094
Sabrina Aribatin N P27228019099
Sunil Dwi Putri P27228019105
MODUL................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN............................................................................................................................iii
Kegiatan Belajar 1 Definisi Sindrom Geriatri ....................................................................1
Latihan Kegiatan Belajar 1.................................................................................................................3
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 1.....................................................................................................4
Kegiatan Belajar 2 Macam – Macam Problem Sindrom Geriatri ................................5
Latihan Kegiatan Belajar 2.................................................................................................................9
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 2...................................................................................................10
Kegiatan Belajar 3 Pencegahan Sindrom Geriatri ..........................................................11
Latihan Kegiatan Belajar 3...............................................................................................................16
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3...................................................................................................17
Kegiatan Belajar 4 Penatalaksanaan OT Pada Kondisi Sindrom Geriatri ............18
Latihan Kegiatan Belajar 4...............................................................................................................21
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 4...................................................................................................22
RANGKUMAN...............................................................................................................................23
TES FORMATIF 1........................................................................................................................24
TES FORMATIF 2........................................................................................................................26
KUNCI JAWABAN...........................................................................................................................28
DAFTAR PUTAKA...........................................................................................................................29
PENDAHULUAN
Siapapun pasti ingin hidup lebih sehat dan panjang umur. Namun tak dipungkuri, seiring
bertambahnya usia, kita menjadi lebih mungkin untuk mengalami berbagai jenis masalah kesehatan.
Kita akan merasakan penurunan pada fungsi tubuh dari waktu ke waktu, dari kekuatan fisik hingga
mental yang terjadi karena bertambahnya usia. Pada masa muda jika terjadi gangguan pada satu
organ maka akan menimbulkan berbagai gejala, tetapi berbeda dengan para lansia yang akan
menimbulkan hubungan yang rumit, karena gangguan pada lebih dari satu organ, bisa saja hanya
menimbulkan satu gejala. Kondisi ini dapat mengakibatkan para lansia merasa stres bahkan depresi
karena perasaan lemah dan tidak berdaya melakukan aktifitas sehari-hari seperti sedia kala. Selain
menjadi tugas dari mata kuliah OT pada Geriatri, kami berharap dengan mempelajari “Sindrom
Geriatri” ini kita dapat menyiapkan diri, orang tua, keluarga bahkan orang disekitar kita untuk
menyiapkan fisik dan mental agar menjadi lansia yang sehat di masa tua.
Pada Bab ini menyajikan pembahasan tentang “Sindrome Geriatri”. Bab ini terdiri atas 4
(empat) sub bab:
1. Definisi Sindrom Geriatri
2. Macam-macam problem Sindrom Geriatri
3. Pencegahan Sindrom Geriatri
4. Penatalaksanaan OT pada kondisi Sindrom Geriatri
Agar Anda dapat mencapai hasil belajar yang optimum, ikutilah semua petunjuk dalam bab ini
dengan cermat. Baca semua uraian materi ini secara berulang, aplikasikan contoh yang ada ke dalam
situasi lain, kerjakan latihan dengan sungguh-sungguh, dan baca rangkuman sebelum mengerjakan
tes formatif! Jika Anda melakukan disiplin yang tinggi dalam belajar, Anda pasti berhasil dan secara
berangsur-angsur akan menjadi mahasiswa yang mampu mandiri dalam belajar.
B. Geriatri
Istilah geriatri (berasal dari bahasa Yunani, geron, yang berarti orang tua,
dan iatreia yang berarti penanganan terhadap penyakit), pertama kali digunakan oleh
Ignas Leo Vascher pada tahun 1909. Namun ilmu geriatri sendiri, baru berkembang
pada tahun 1935. Pada saat itulah diterapkan penatalaksanaan terpadu terhadap
penderita-penderita lansia dilengkapi dengan latihan jasmani dan rohani (Darmojo,
2010 dalam Martono dan Pranarka, 2010). Sedangkan menurut permenkes RI No 79
Tahun 2014, geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia termasuk pelayanan kesehatan
kepada Lanjut Usia dengan mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi,
pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.
C. Pasien Geriatri
Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit dan/atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan
yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin.
1
D. Sindrom Geriatri
Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tampilan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. ( Vina,2015).
Menurut permenkes RI No 67 Tahun 2015, Sindrom geriatri adalah kumpulan
gejala atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatri.
Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan istilah 14 i yaitu: immobilisasi
(berkurangnya kemampuan gerak), instabilitas postural (jatuh dan patah tulang),
inkontinensia urin (mengompol), infection (infeksi), impairment of senses (gangguan
fungsi panca indera), inanition (gangguan gizi), iatrogenik (masalah akibat tindakan
medis), insomnia (gangguan tidur), intelectual impairment (gangguan fungsi
kognitif), isolation (isolasi/menarik diri), impecunity (berkurangnya kemampuan
keuangan), impaction (konstipasi), immune deficiency (gangguan sistem imun),
impotence (gangguan fungsi seksual). Sindrom geriatri ini sangat penting untuk
diketahui oleh tenaga kesehatan di Puskesmas karena sering menjadi gejala atau tanda
awal dari penyakit yang mendasarinya.
2
Latihan Kegiatan Belajar 1
3
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 1
1. A. Yunani
2. E. Impotence
3. Sindrom geriatri menurut permenker RI No 67 Tahun 2015 adalah kumpulan gejala
atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatri.
4. Immobilisasi, instabilitas postural, inkontinensia urin, infection, impairment of senses,
inanition, iatrogenic, insomnia, intelectual impairment, isolation, impecunity,
impaction, immune deficiency, impotence.
4
Kegiatan Belajar 2
Masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom geriatri. Sindrom
geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah Kesehatan yang sering dialami oleh pasien
geriatri. Yang meliputi :
A. Immobilisasi
Berkurangnya kemampuan gerak yang dikenal dengan istilah imobilisasi
digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom penurunan fungsi fisik sebagai akibat
dari penurunan aktivitas dan adanya penyakit penyerta. Tidak mampu bergerak selama
minimal 3 kali 24 jam sesuai definisi imobilisasi. Luka atau ulkus dekubitus merupakan
salah satu masalah yang ditimbulkan oleh imobilisasi yang seringkali mempersulit
perawatan dan bahkan dapat menimbulkan pemanjangan lama perawatan, tingginya
biaya perawatan dan kematian. Tidak jarang pasien yang mengalami fraktur femur,
penurunan kesadaran dan sakit berat lainnya harus mengalami imobilisasi lama yang
pada gilirannya menimbulkan berbagai komplikasi.
B. Instabilitas
Gangguan keseimbangan akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan dapat
mengalami patah tulang. Perubahan cara jalan (gait) dan keseimbangan seringkali
menyertai proses menua. Seiring dengan penuaan, terjadi penurunan kecepatan cara
berjalan sekitar 0,2 % pertahun sampai dengan usia 63 tahun dan penurunan kecepatan
tersebut meningkat sampai dengan 1,6% per tahun setelah usia 63 tahun. Instabilitas
postural dapat meningkatkan risiko jatuh, yang selanjutnya mengakibatkan trauma fisik
maupun psikososial. Hilangnya rasa percaya diri, cemas, depresi, rasa takut jatuh
sehingga pasien terpaksa mengisolasi diri dan mengurangi aktivitas fisik sampai
immobilisasi. Gangguan keseimbangan merupakan masalah kesehatan yang dapat
disebabkan oleh salah satu atau lebih dari gangguan visual, gangguan organ
keseimbangan (vestibuler) dan atau gangguan sensori motor.
5
C. Inkontinensia Urin
Didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak
dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan
masalah sosial dan higienis. Masalah ini sering kali tidak dilaporkan oleh pasien atau
keluarganya karena malu/tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan menganggap sebagai
sesuatu yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Prevalensi
inkontinensia urin di Indonesia pada pasien geriatri yang dirawat mencapai 28,3%.
Masalah ini umumnya dapat diatasi dengan baik jika dipahami pendekatan klinis dan
pengelolaannya.
D. Insomnia
Gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya mereka
mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit mempertahankan kondisi tidur.
Sekitar 57% orang usia lanjut di komunitas mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia
lanjut mengeluh tetap terjaha sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan
19% mengalami kesulitan untuk tidur.
F. Infection (Infeksi)
Masalah ini sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi system imun pada
geriatri. Infeksi sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan
meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan factor lingkungan
membuat usia lanjut mudah terkena infeksi.
6
senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan mobilitas. Gangguan penglihatan dan
pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik,
ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul, dan mortalitas.
K. Impaction (Konstipasi)
7
Kesulitan buang air besar sering terjadi pada lanjut usia karena berkurangnya
gerakan peristaltic usus.
8
Latihan Kegiatan Belajar 2
1. Kesulitan buang air besar karena berkurangnya gerakan peristaltic usus, merupakan
definisi dari…
A. Impotence
B. Imobilisasi
C. Instabilisasi
D. Konstipasi
E. Isolation
2. Keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlah merupakan definisi dari….
A. Inkontinensia Urin
B. Infeksi
C. Inanition
D. Isolasi
E. Impecunity
4. Jelaskan secara singkat, mengapa orang usia lanjut mengalami gangguan pada fungsi
seksual !
9
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 2
1. D. Konstipasi
2. A. Inkontinensia Urin
3. Immobilisasi (Berkurangnya kemampuan gerak), Instabilisasi (Gangguan
keseimbangan), Inkontinensia urin (urin tak terkendali/mengompol), Insomnia
(Gangguan tidur), Isolation (isolasi/menarik diri/ gangguan depresi), Impaction
(Konstipasi), Immune Deficiency (Gangguan system imun), Impotence (Gangguan
fungsi seksual), Inanition (Gangguan Gizi), Infection (Infeksi), Impairment Of Senses
(Gangguan panca indra), Iatrogenik (Penyakit kronis degenerative), Intelectual
Impairment (Gangguan fungsi kognitif) dan Impecunity (Berkurangnya kemampuan
keuangan).
4. Karena Gangguan fungsi ereksi pada laki-laki Lanjut Usia dapat berupa
ketidakmampuan ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan
mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat antihipertensi,
diabates melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkendali, merokok, dan
hipertensi lama.
10
Kegiatan Belajar 3
11
Penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu
atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin (Kane et al., 2008; Cigolle
et al., 2007).
Menurut Tinetti (1992), yang dikutip dari Darmojo (2009), ada 3 usaha pokok
untuk pencegahan jatuh yaitu:
a) Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari
adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assesment keadaan
sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering
menyebabkan jatuh. Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat
menyebabkan jatuh harus dihilangkaa. Faktor instrinsik meliputi gender,
status psikologi (seperti ketakutan akan jatuh, ansietas, dan depresi),
keseimbangan, mobilitas, penurunan kekuatan otot, fungsi fisik, dan kognitif.
Didalam kamar mandi dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada
dindingnya, pintu yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk
dan diberi pegangan di dinding.
Status psikologi seperti ketakutan akan jatuh memiliki hubungan yang
bermakna jika dikaitkan dengan penurunan aktifitas pada usia lanjut yang
pernah jatuh dan menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain.
Ketakutan mengalami jatuh dialami 25-40% orang berusia lanjut yang
kebanyakan dari mereka belum mengalami jatuh. Rasa takut jatuh merupakan
faktor risiko terjadinya hendaya fungsional serta sering juga dikaitkan dengan
depresi dan isolasi sosial.
12
c) Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut usia
dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara periodik.
Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan mengusahakan
perbaikan lingkungan , faktor situasional yang berupa aktifitas fisik dapat
dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak
boleh melampaui batasan yang diperbolehgkan baginya sesuai hasil
pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut usia tidak melakukan
aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko tinggi untuk terjadinya
jatuh.
13
otot-otot sfingter ini 4-5 kali perhari dan lakukan pengulangan sebanyak 15 kali
latihan, pada waktu makan dan waktu tidur merupakan jadwal yang mudah diingat.
Peningkatan dapat dilihat dalam waktu 4-6 minggu, dengan peningkatan maksimal
selama 3 bulan (Stanley & Beare, 2006).
d. Infection (infeksi)
Budaya hidup bersih dan sehat dapat mencegah infeksi pada tubuh. Pemberian
vaksinasi yang sesuai dan meningkatkan status nutrisi Lanjut Usia juga penting
dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap penyakitinfeksi. (Permenkes Nomor
67,2015)
14
merokok sebelum tidur dapat mengganggu kualitas tidur lansia, hindari tidur siang
terutama setelah pukul 14.00 WIB dan batasi tidur siang, batas untuk satu kali tidur
kurang dari 30 menit, pergi ke tempat tidur hanya bila mengantuk, mempertahankan
suhu yang nyaman di kamar tidur, suara gaduh, cahaya, dan temperatur dapat
mengganggu tidur (Hardiwinoto, 2010).
g. Impaction (konstipasi)
Monitor asupan cairan dan makanan yang mengandung serat perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya konstipasi. (Permenkes Nomor 67,2015)
15
Latihan Kegiatan Belajar 3
2. Perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur merupakan pencegahan
A. Infection
B. Inanition
C. Inkontinensia urin
D. Impaction
E. Immobilisasi
3. Hal apa saja yang perlu diperhatian untuk mencegah Instabilitas postural pada lansia?
16
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 3
1. C. Inkontinensia Urin
2. E. Immobilisasi
3. Mengidentifikasi faktor resiko, Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait),dan
Mengatur/ mengatasi faktor situasional.
4. Latihan Kegel dilakukan dengan cara mengontraksikan dan merelaksasikan otot-otot
sfingter ini 4-5 kali perhari dan lakukan pengulangan sebanyak 15 kali latihan, pada
waktu makan dan waktu tidur merupakan jadwal yang mudah diingat. Peningkatan
dapat dilihat dalam waktu 4-6 minggu, dengan peningkatan maksimal selama 3
bulan
17
Kegiatan Belajar 4
18
4) Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah dengan cara
memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa implantasi
koklea. Sedangkan penatalaksanaan untuk gangguan penglihatan dengan memakai
alat bantu kacamata atau dengan operasi katarak.
Sedangkan intervensi okupasi terapi yang dapat diberikan untuk pasien sindrom
geriatri meliputi:
1) Latihan perawatan diri (Self Care Training)
2) Pembuatan alat bantu (Assistive Devices)
3) Mempertahankan kemampuan kognitif
4) Mencegah dari cedera akibat jatuh (Fall Prevention)
5) Modifikasi lingkungan
6) Edukasi pola hidup sehat
Pemeriksaan yang terstruktur dan terstandar yang dilakukan okupasi terapi meliputi:
a. Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital sangat dianjurkan untuk memperhatikan derajat
penurunan. Okupasi terapi juga melakukan Pemeriksaan tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung harus dilakukan pada posisi berbaring atau duduk.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ini sangat diperlukan untuk melihat kondisi pasien untuk
melakukan pemeriksaan system neurologi.
c. Pemeriksaan Status Fungsional
Pemeriksaan status fungsional diartikan sebagai kemampuan seseorang
melakukan aktivitas hidup seharihari secara mandiri(ADL). Penentuan status
fungsional ini harus dilakukan dengan cermat,dengan mengikut sertakan keluarga
dan diamati sendiri. Penentuannya perlu dilakukan beberapa kali untuk
mengevaluasi kemajuan maupun kemunduran yang mungkin terjadi.status
fungsional ini sendiri dapat diperiksa dengan instrument barthel index.
d. Pemeriksaan Status Kognitif
Pemeriksaan status kognistif merupakan penapisan untuk demensia (pikun);
modalitas yang paling sederhana adalah Abbreviated Mental Test (AMT),
mengkategorikan menjadi gangguan kognitif ringan, sedang dan berat.
e. Pemeriksaan Status Sosial
19
Penilaian status sosial yaitu untuk menilai perlakuan orang-orang yang ada di
sekitar lanjut usia yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan
mental lanjut usia seperti perlakuan yang salah terhadap lanjut usia, dan
menelantarkan lanjut usia. Di samping itu penilaian status sosial dapat menemukan
potensi keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk membantu pemulihan pasien.
f. Pemeriksaan Status Mental
Pemeriksaan status mental dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya depresi.
Bila ada indikasi depresi dilakukan pemeriksaan GDS dan bila ada indikasi
demensia dilakukan pemeriksaan MMSE.
20
Latihan Kegiatan Belajar 4
2. Untuk mengetahui diagnosis pasien geriatric bagi seorang okupasi terapi adalah
A. Melakukan pemeriksaan
B. Memberi obat
C. Melihat raut wajah pasien
D. Membaca buku
E. Melihat gangguan yang dialami pasien
3. Bagaimana intervensi yang diberikan untuk pasien sindrom geriatric oleh okupasi
terapi?
21
Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 4
22
RANGKUMAN
Pada usia lanjut ditandai dengan sejumlah masalah kesehatan, mulai dari gangguan
fungsi kognitif, gangguan ADL, infeksi, kekurangan gizi dan gangguan lainnya. Serangkaian
kondisi klinis atau masalah kesehatan yang sering dialami oleh seorang pasien geriatric yang
dapat mempengaruhi kualitas hidupnya yang berkaitan dengan kecacatan ini disebut dengan
Sindrom Geriatri. Sindrome geriatric dikenal dengan 14i.
Pencegahan sindrom geriatric pada pasien lanjut usia dapat dilakukan dengan
beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur, budaya hidup bersih dan sehat dapat
mencegah infeksi pada tubuh dan pemberian nutrisi yang cukup dan sehat untuk mencegah
terjadinya malnutrisi. Kemudian dalam penatalaksanaan, okupasi terapi berperan dalam
meningkatkan dan mengembangkan fungsi kemandirian Okupasi Terapi berperan dalam
meningkatkan dan mengembangkan fungsi kemandirian, dengan intervensi yang dapat
diberikan untuk pasien sindrom geriatri meliputi ; Latihan perawatan diri (Self care training),
Pembuatan alat bantu (assistive devices), Mempertahankan kemampuan kognitif, Mencegah
dari cedera akibat jatuh (fall prevention), Modifikasi lingkungan, dan Edukasi pola hidup
sehat.
23
TES FORMATIF 1
B. Impaction
C. Immune Defficiency
D. Impotence
E. Inanition
24
4. Instrument MMSE dapat digunakan untuk pasien geriatric untuk pemeriksaan?
A. LGS & KO
B. Depresi
C. Demensia
D. Fungsional kemandirian
E. Status fungsional
5. Pemeriksaan status mental diperlukan oleh okupasi terapis karena dari hasil
pemeriksaan ini okupasi terapis dapat mengetahui?
A. Kondisi kesehatan fisik dan mental lanjut usia
B. Mengetahui ada tidaknya depresi
C. Mengetahui keberadaan pasien di lingkungan sekitar
D. Mengetahui seberapa tinggi/rendah pemikiran pasien
E. Jawaban a-d salah semua
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan
Tes Formatif 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi, terutama
bagian yang belum dikuasai.
25
TES FORMATIF 2
3. Apa akibat yang terjadi pada lansia yang mengalami syndrom geriatri?
A. Megakibatkan cidera yang parah
B. Mengakibatkan cepat pikun
C. mengakibatkan para lansia merasa stres bahkan depresi karena perasaan
lemah dan tidak berdaya
D. Meningkatkan kehidupan yang lebih baik
E. Mengakibatkan patah tulang
26
5. Pemeriksaan yang terstruktur dan terstandar dilakuakn dengan cara, kecuali
A. Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan kognitif
C. Pemeriksaan status fungsional
D. Pemeriksaan darah
E. Pemeriksaan status kognitif
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di
bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi.
Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi, terutama bagian yang belum dikuasai.
27
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif 1
1. A
2. D
3. D
4. B
5. B
Tes Formatif 2
1. E
2. A
3. C
4. E
5. D
28
DAFTAR PUTAKA
Admin. (2016, March 19). 14 Masalah Kesehatan Utama Pada Lansia. Retrieved from
https://www.kanopiinsansejahtera.co.id/14-masalah-kesehatan-utama-lansia/
Annas Sumeru, Dian Mustikasari (2020). The Use of Self-Monitoring Urine Chart (PURI) in
Older Adults to Prevent Dehydration: A Literature Review. VOL. 2, NO. 1, 1–8
Iswati, I. (2020). Balance Exercise Untuk Mencegah Kejadian Jatuh Pada Lansia. KOSALA :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 1-10. doi:10.37831/jik.v8i1.182
Setiati, S. (2014). Geriatric medicine, sarkopenia, frailty, dan kualitas hidup pasien usia
lanjut: tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di
Indonesia. eJournal Kedokteran Indonesia.
Sri Sunarti, Helena. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia : Journal of Clinical Gerontology
& Geriatrics. 2014
29