Anda di halaman 1dari 11

146

MEMBANGUN KUALITAS BANGSA DENGAN BUDAYA LITERASI

Ane Permatasari
Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Fisipol
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
anepermatasariyk@yahoo.com

ABSTRAK

Tingkat literasi masyarakat suatu bangsa memiliki hubungan yang vertikal


terhadap kualitas bangsa. Tingginya minat membaca buku seseorang berpengaruh
terhadap wawasan, mental, dan prilaku seseorang. Bangsa Indonesia adalah bangsa
dengan tingkat literasi yang masih rendah padahal sudah 70 tahun sejak Indonesia
menjadi negara merdeka. Ada banyak faktor kenapa literasi masyarakat Indonesia
memilki persentase yang rendah. Permasalahan ini harus segera mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah. Bagaimana wacana mengenai ‘melek bacaan’ menjadi perhatian
serius dalam semua kalangan masyarakat. Ketika keadaan melek bacaan menjadi sebuah
budaya di Indonesia maka bukanlah mustahil untuk menjadi bangsa yang tidak hanya
berhasil berkembang tetapi juga sebagai bangsa yang maju.

Keyword: literasi, budaya, membangun, kualitas bangsa

PENDAHULUAN besar dibanding anak-anak di Australia


Begitu gaduh tanah air ketika yang hanya 150 menit per hari dan di
media menampilkan dua anggota Dewan Amerika yang hanya 100 menit per hari,
kita yang terhormat hadir dalam acara apalagi di Kanada yang hanya 60 menit
kampanye salah seorang politisi debutan per hari (Republika, 12 September 2015)
baru di Amerika Serikat. Begitu besar Pemerintah Indonesia juga
kegelisahan yang ditimbulkan, ketika tampak adem ayem saja ketika UNESCO
media melangsir kurs rupiah terhadap mencatat indeks minat baca di Indonesia
dollar sudah menembus angka baru mencapai 0,001. Artinya, pada
empatbelas ribu. Atau, betapa panjang setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang
diskusi dan analisis yang merespon yang punya minat membaca. Masyarakat
keputusan PAN ganti haluan dengan di Indonesia rata-rata membaca nol
merapat ke kubu pemerintah. sampai satu buku per tahun. Kondisi ini
Herannya, tidak ada respon yang lebih rendah dibandingkan penduduk di
berlebihan -- bahkan mungkin malah negara-negara anggota ASEAN, selain
tidak ada – ketika media sempat Indonesia, yang membaca dua sampai
menampilkan data BPS, yang tiga buku dalam setahun. Angka tersebut
menyatakan bahwa jumlah rata-rata kian timpang saat disandingkan dengan
waktu yang digunakan anak Indonesia warga Amerika Serikat yang terbiasa
dalam menonton televisi adalah 300 membaca 10-20 buku per tahun. Saat
menit per hari. Jumlah ini jauh lebih bersamaan, warga Jepang membaca 10-

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


147

15 buku setahun (Republika, 12 Inggris sudah menggelisahkan elit-elit


September 2015). politik negeri itu.
Tingkat literasi kita juga hanya Kualitas suatu bangsa ditentukan
berada pada rangking 64 dari 65 negara oleh kecerdasan dan pengetahuannya,
yang disurvei. Satu fakta lagi yang miris sedangkan kecerdasan dan pengetahuan
tingkat membaca siswa Indoneisa hanya di hasilkan oleh seberapa ilmu
menempat urutan 57 dari 65 negara pengetahuan yang didapat, sedangkan
(Republika, 12 September 2015) ilmu pengetahuan di dapat dari informasi
Akan tetapi, tidak ada diskusi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan.
panjang di media mengkritisi fenomena Semakin banyak penduduk suatu wilayah
ini. Tidak ada dialog dengan yang semangat mencari ilmu
mengundang berbagai pakar untuk pengetahuan, maka akan semakin tinggi
membahasnya. Tidak ada. Data itu hanya peradabannya. Budaya suatu bangsa
dibaca sebagai berita setengah menit biasanya berjalan seiring dengan budaya
yang berlalu begitu saja. Para politisi kita literasi, faktor kebudayaan dan
juga kelihatannya tidak ada yang tertarik peradaban dipengaruhi oleh
untuk menunjukkan kepeduliannya. membacayang dihasilkan dari temuan-
Mungkinkah memang tidak ada yang temuan kaum cendekia yang diabadikan
peduli? Fenomena termarjinalkannya dalam tulisan yang menjadikan warisan
budaya literasi dari diskusi-diskusi publik literasi informasi yang sangat berguna
Mari berkaca kepada Amerika bagi proses kehidupan sosial yang
Serikat, pada dekade 90an sempat dinamis. Namun ironisnya jumlah
terjadi debat besar (great debate) di terbitan buku di Indonesia tergolong
parlemen lokal Texas. Debat rendah, tidaksampai 18.000 judul buku
diselenggarakan berkaitan dengan per tahun. Jumlah ini lebih rendah
pembudayaan literasi pada negara dibandingkan Jepang yang mencapai
bagian Texas. Pada masa Presiden 40.000 judul buku per tahun. (Sumber:
Clinton, diadakan program “America Majalah Oase Edisi April 2014). Sebagai
Read Challenge” setelah ditemukan fakta warga Indonesia, tentu hal ini sangat
bahwa anak-anak usia SD belum banyak menyedihkan bagi kita.
yang lancar membaca. Pemerintah Ketenangan pemerintah (dan
Clinton juga menemukan fakta bahwa masyarakat Indonesia?) dalam
sedikit warga dewasa AS yang menghadapi fenomena ini, menunjukkan
berkunjung ke perpustakaan dan toko budaya literasi masih terpinggirkan pada
buku setelah lulus sekolah menengah lanskap ekonomi dan politik kita. Di
dan perguruan tinggi. Lembaga National sinilah kegelisahan akademik penulis
Endowment Artsdibentuk untuk berawal. Budaya literasi sangat berperan
mengadakan riset budaya literasi di dalam menciptakan masyarakat yang
Amerika. cerdas, yang pada gilirannya nanti akan
Sementara itu Inggris membentuk bangsa yang berkualitas.
membentuk National Literacy Trust Oleh karena itu, adalah sebuah
untuk mempromosikan budaya literasi kesalahan besar, meminggirkan isu ini
kepada generasi muda dan dewasa. dari perbincangan publik, apalagi
Rendahnya minat baca generasi muda meninggalkannya dalam proses

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


148

perumusan kebijakan publik. pemelajaran di sekolah dan ketersediaan


Permasalahan yang ingin dibahas dalam bahan bacaan di perpustakaan. Tapi kita
makalah ini adalah bagaimana juga menyadari bahwa literasi tidak
meningkatkan budaya literasi di harus diperoleh dari bangku sekolah atau
Indonesia. pendidikan yang tinggi. Kemampuan
akademis yang tinggi tidak menjamin
BUDAYA LITERASI seseorang akan literat. Pada dasarnya
Secara sederhana, literasi dapat kepekaan dan daya kritis akan
diartikan sebagai sebuah kemampuan lingkungan sekitar lebih diutamakan
membaca dan menulis. Kita sebagai jembatan menuju generasi
mengenalnya dengan melek aksara atau literat, yakni generasi yang memiliki
keberaksaraan. Namun sekarang ini ketrampilan berpikir kritis terhadap
literasi memiliki arti luas, sehingga segala informasi untuk mencegah reaksi
keberaksaraan bukan lagi bermakna yang bersifat emosional.
tunggal melainkan mengandung Berbagai faktor ditengarai
beragam arti (multi literacies). Ada sebagai penyebab rendahnya budaya
bermacammacam keberaksaraan atau literasi, namun kebiasaan membaca
literasi , misalnya literasi komputer dianggap sebagai faktor utama dan
(computer literacy), literasi media mendasar. Padahal, salah satu upaya
(media literacy), literasi teknologi peningkatan mutu sumber daya manusia
(technology literacy), literasi ekonomi agar cepat menyesuaikan diri dengan
(economy literacy), literasi informasi perkembangan global yang meliputi
(information literacy), bahkan ada literasi berbagai aspek kehidupan manusia
moral (moral literacy). Jadi, adalah dengan menumbuhkan
keberaksaraan atau literasi dapat masyarakat yang gemar membaca
diartikan melekteknologi, melek (reading society). Kenyataannya
informasi, berpikir kritis, peka terhadap masyarakat masih menganggap aktifitas
lingkungan, bahkan juga peka terhadap membaca untuk menghabiskan waktu
politik. Seorang dikatakan literat jika ia (to kill time), bukan mengisi waktu (to
sudah bisa memahami sesuatu karena full time) dengan sengaja. Artinya
membaca informasi yang tepat dan aktifitas membaca belum menjadi
melakukan sesuatu berdasarkan kebiasaan (habit) tapi lebih kepada
pemahamannya terhadap isi bacaan kegiatan ’iseng’.
tersebut. Kepekaan atau literasi pada Menurut Kimbey (1975,662)
seseorang tentu tidak muncul begitu kebiasaan adalah perbuatan yang
saja. Tidak ada manusia yang sudah dilakukan secara berulang-ulang tanpa
literat sejak lahir. Menciptakan generasi adanya unsur paksaan. Kebiasaan
literat membutuhkan proses panjang dan bukanlah sesuatu yang alamiah dalam
sarana yang kondusif. Proses ini dimulai diri manusia tetapi merupakan hasil
dari kecil dan dari lingkungan keluarga, proses belajar dan pengaruh pengalaman
lalu didukung atau dikembangkan di dan keadaan lingkungan sekitar. Karena
sekolah, lingkungan pergaulan, dan itu kebiasaan dapat dibina dan
lingkungan pekerjaan. Budaya literasi ditumbuhkembangkan. Sedangkan
juga sangat terkait dengan pola membaca (Wijono 1981, 44 dan Nurhadi

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


149

1978, 24) merupakan suatu proses sampai konflik antar berbagai


komunikasi ide antara pengarang dengan kepentingan di negara kita tercinta ini.
pembaca, di mana dalam proses ini Bahkan celakannya lagi, diskusi akan
pembaca berusaha menginterpretasikan menjadi begitu panjang dan
makna dari lambanglambang atau bersemangat, bila itu menyangkut
bahasa pengarang untuk menangkap dan kepentingan mereka sendiri. Gedung
memahami ide pengarang. Maka baru, kenaikan tunjangan, dan
kebiasaan membaca adalah kegiatan penyediaan fasilitas-fasilitas yang
membaca yang dilakukan secara menunjang kenyamanan mereka dalam
berulangulang tanpa ada unsur paksaan. ‘memperjuangkan’ nasib rakyat.
Kebiasaan membaca mencakup waktu Budaya literasi sejatinya
untuk membaca, jenis bahan bacaan, membutuhkan dukungan politik dari
cara mendapatkan bahan bacaan, dan Pemerintah dan DPR. Budaya literasi
banyaknya buku/bahan bacaan yang berkaitan dengan masa depan bangsa,
dibaca. Kemampuan membaca karena itu perlu mendapat perhatian
merupakan dasar bagi terciptanya serius. Selama ini dukungan dari
kebiasaan membaca. Namun demikian pemerintah masih bersifat temporer.
kemampuan membaca pada diri Baru ada perhatian jika peringatan hari-
seseorang bukan jaminan bagi hari tertentu seperti perayaan Hari Buku
terciptanya kebiasaaan membaca karena Nasional beberapa bulan yang lalu, yang
kebiasaan membaca juga dipengaruhi pelaksanaannyapun hampir sama
oleh faktor lainnya (Winoto, 1994 : 151), seperti tahun-tahun sebelumnya,
seperti ketersediaan bahan bacaan. berlangsung sepi, baik secara seremonial
Perkembangan kebiasaan maupun subtansial. Tidak ada kegiatan
melakukan kegiatan merupakan proses yang benar-benar menghentak atau
belajar yang dipengaruhi oleh faktor menyulut kesadaran baru tentang buku,
internal dan eksternal. Gould (1991, 27) tentang budaya literasi.
menyatakan bahwa dalam setiap proses Tampak jelas, perhatian
belajar, kemampuan mendapatkan pemerintah terhadap peningkatan
ketrampilan-ketrampilan baru budaya literasi sangat tidak serius. Masih
tergantung dari dua faktor, yaitu faktor bersifat pencitraan semata. Walaupun
internal dalam hal ini kematangan UU No. 43 Tahun 2007 Tentang
individu dan ekternal seperti stimulasi Perpustakaan memberikan harapan
dari lingkungan. kepada kita akan berkembangnya
budaya literasi, namun implementasi UU
POLITIK DAN BUDAYA LITERASI DI tersebut masih jauh dari harapan.
INDONESIA Pemerintah pusat dan daerah
Politik dan budaya literasi kita pun tidak benar-benar menaruh
seolah-olah memang tidak berkaitan. perhatian serius terhadap
Sepertinya elit-elit politik kita tidak perkembangan budaya literasi. Budaya
pernah peduli terhadap budaya literasi. ini masih dinomorduakan. Dianggap
Diskusi-diskusi anggota Dewan lebih kurang penting dari pembangunan
banyak menyentuh persoalan ekonomi, infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi.
skandal politik, transportasi, korupsi, Presiden Jokowi bahkan membubarkan

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


150

Dewan Buku Nasional yang dibentuk krisis buku pada tahun 1973 di mana tak
pada masa Presiden SBY sehingga tidak satu pun buku terbit pada tahun itu.
ada lagi lembaga yang mengurusi Rezim Orde Baru juga tidak punya minat
perbukuan pada level nasional. Hal ini kepada intelektualisme. Banyak
menunjukkan budaya literasi masih intelektual yang dipenjara karena
terpinggirkan pada lanskap ekonomi dan menentang kebijakan Presiden Soeharto.
politik kita. Memang pada masa akhir jabatan
Sementara hanya sedikit Presiden Soeharto sempat diadakan
pemerintah daerah yang benar-benar Bulan Buku Nasional tapi hanya bersifat
peduli terhadap budaya literasi. Budaya hangat-hangat tahi ayam. Soeharto dan
ini masih dinomorduakan. Dianggap para menterinya tak pernah kelihatan
kurang penting dari pembangunan suka membaca buku. Ia lebih suka
infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. memberi petunjuk kepada aparatnya.
Hanya sedikit pemerintah daerah yang Rezim ini juga suka melarang buku-buku
benar-benar peduli terhadap budaya tertentu yang bisa menggoyangkan
literasi. Hal ini ditambah dengan kekuasaan pemerintah dan militer.
ketidakpedulian elit-elit politik, ekonomi, Harapan kembali muncul pada
dan budaya di daerah terhadap masa Reformasi. Peraturan yang
pengembangan budaya literasi. Sekali melarang buku-buku tertentu dihapus.
lagi, buku dianggap tidak lebih penting Dunia perbukuan kembali bergairah.
daripada nasi dan roti. Pemerintah Berbagai macam buku diterbitkan.
provinsi, kabupaten, dan kota hanya Namun itu juga bersifat temporer.
sedikit menganggarkan dana untuk Setelah sempat mengalami booming,
perpustakaan lokal. Sementara anggaran dunia perbukuan kembali mengalami
untuk fasilitas Dewan terus naik secara kelesuan. Mahalnya harga buku dan
signifikan dari waktu-waktu, tak peduli rendahnya minat baca masyarakat
kinerja mereka yang masih sangat sering dituding sebagai biang keladi lesunya
mengecewakan. perbukuan Indonesia.
Sebenarnya isu budaya literasi di Presiden Jokowi bahkan
Indonesia sejak berkembang sejak masa membubarkan Dewan Buku Nasional
Orde Lama. Pada masa itu sejumlah yang dibentuk pada masa Presiden SBY
anggota DPR-GR yang dibentuk Presiden sehingga tidak ada lagi lembaga yang
Soekarno menaruh perhatian serius mengurusi perbukuan pada level
terhadap budaya literasi. Akan tetapi nasional. Presiden Jokowi dan wakilnya,
hingar-bingar politik meminggirkan M. Jusuf Kalla, juga tidak pernah terlihat
budaya literasi perhatian publik.. membaca buku. Argumentasi Presiden
Walaupun Soekarno adalah seorang Jokowi ketika ditanya wartawan dalam
pembaca dan penulis buku, namun tidak konferensi Pers dan pernyataannya
tampak upayanya untuk menyebarkan dalam forum-forum nasional dan
budaya literasi. internasional tidak menyiratkan beliau
Pada masa Orde Baru, kondisinya adalah seorang yang suka membaca
nyaris tidak berubah. Rezim ini tidak buku.
punya perhatian banyak pada buku. Begitu juga anggota-anggota DPR
Indonesia bahkan pernah mengalami di Senayan. Mereka mungkin membaca

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


151

dan mengkoleksi buku, namun sebatas secara kuantitas itu perlu diimbangi
buku-buku politik dan undang-undang. dengan kualitas yang dimiliki. United
Tidak terlihat mereka memahami Nations Development Program pada
masalah kebudayaan dan pendidikan. tahun 2000melaporkan bahwa Human
Apalagi artis-artis yang menjadi anggota Development Index Indonesia berada
DPR yang terhormat itu, mereka juga pada peringkat 109 dari 174 negara1 dan
tidak tampak pandai dalam kondisi ini lebih parah lagi pada tahun
mengidentifikasi suatu masalah. 2003, Human Development Index
Argumen mereka sangat dangkal. Tak Indonesia berada pada peringkat 112
terlihat mereka punya intelektualitas dari 175 negara. Hal ini berarti kualitas
yang memadai untuk menjadi anggota sumber daya manusia masih rendah dan
Dewan. mengalami proses penurunan dari tahun
Budaya literasi Indonesia berada ke tahun. Salah satu faktor penyebab
dalam kondisi kritis. Mengapa Presiden rendahnya Indeks Pembangunan
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla tampak Manusia di Indonesia adalah rendahnya
tenang-tenang saja? Apa mereka tidak kualitas pendidikan, yang juga
pernah membaca berita dan data berpengaruh langsung pada sektor
statistik? Agaknya mereka juga tidak ekonomi dan kesehatan. Keadaan
terlalu peduli pada nasib budaya literasi tersebut lebih diperburuk dengan masih
di Indonesia. dominannya budaya tutur (lisan)
daripada budaya baca. Budaya ini
BUDAYA LITERASI DAN KUALITAS menjadi kendala utama dalam
BANGSA meningkatkan kualitas sumber daya
Sering kita bertanya dalam hati, masyarakat yang seharusnya mampu
mengapa negara kita susah bersaing mengembangkan diri dalam menambah
dengan negara-negara lain, apa ada yang ilmu pengetahuannya secara mandiri
salah dalam system perikehidupan rakyat melalui membaca (Tilaar, 2002).
kita. Seberapakah strata pendidikan, Pemerintah pada saat sekarang ini
kemampuan dan penguasaan ilmu memberikan perhatian yang besar
pengetahuan yang dimiliki, inovasi dan terhadap dunia pendidikan.
rekayasa teknologi yang sudah kita buat, Minat membaca berbanding lurus
apa yang telah dihasilkan karya-karya dengan tingkat kemajuan pendidikan
monumental putra-putri Bangsa suatu bangsa. Kegiatan membaca
Indonesia saat ini, semua itu menggelitik merupakan hal yang sangat penting bagi
di sanubari para kaum cerdik pandai kemajuan suatu bangsa. Parameter
yang merumuskan dari titik mana kita kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari
mau mulai membenahi bangsa kita. kondisi pendidikannya. Pendidikan selalu
Potensi bangsa Indonesia sangat berkaitan dengan kegiatan belajar
besar apabila ditinjau dari jumlah (Harjasujana, 1997). Belajar selalu
penduduknya yang terdiri dari berbagai identik dengan kegiatan membaca
suku, yang memiliki beraneka ragam karena dengan membaca akan
budaya yang perlu dikembangkan dan bertambahnya pengetahuan, sikap dan
dilestarikan keberadaannya. Namun keterampilan seseorang. Pendidikan
demikian, potensi yang begitu besar tanpa membaca bagaikan raga tanpa

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


152

ruh. Fenomena pengangguran yang menyedihkan bagi Negara


intelektual tidak akan terjadi apabila berkembang yang ingin maju. Indonesia
masyarakat memiliki semangat membaca temasuk salah satu Negara yang paling
yang membara. sedikit peminat membacanya.
Pada tahun 2011, UNESCO merilis Rendahnya minat baca
hasil survei budaya membaca terhadap masyarakat kita sangat mempengaruhi
penduduk di negara-negara ASEAN. kualitas bangsa Indonesia, sebab dengan
Faktanya sungguh membuat kita miris. rendahnya minat baca, tidak bisa
Budaya membaca Indonesia berada pada mengetahui dan mengikuti
peringkat paling rendah dengan nilai perkembangan ilmu pengetahuan dan
0,001. Artinya, dari sekitar seribu informasi di dunia, di mana pada ahirnya
penduduk Indonesia, hanya satu yang akan berdampak pada ketertinggalan
masih memiliki budaya membaca tinggi. bangsa Indonesia. Oleh karena itu, untuk
Indonesia masih terdapat fenomena dapat mengejar kemajuan yang telah
pengganguran intelektual karena minat dicapai oleh negara-negara tetangga,
membaca masyarakatnya masih perlu kita kaji apa yang menjadikan
dikatakan rendah. Berdasarkan survei mereka lebih maju. Ternyata meraka
yang dilakukan oleh International lebih unggul di sumber daya manusianya.
Education Achievement (IEA) pada awal Budaya membaca mereka telah
tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas mendarah daging dan sudah menjadi
membaca anak-anak Indonesia kebutuhan mutlak dalam kehidupan
menduduki urutan ke 29 dari 31 negara sehari harinya. Untuk mengikuti jejak
yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa dan mereka dalam menumbuhkan minat
Amerika.Dengan demikian tidaklah baca sejak dini perlu ditiru dan
mengherankan bila Indeks kualitas diterapkan pada masyarakat, terutama
sumber daya manusia (Human pada tunas-tunas bangsa yang kelak akan
Development Index/HDI) di Indonesia mewarisi negeri ini.
juga rendah. Hal ini sesuai dengan Kualitas suatu bangsa ditentukan
survei yang dilakukan oleh UNDP pada oleh kecerdasan dan pengetahuannya,
tahun 2005 bahwa HDI Indonesia sedangkan kecerdasan dan pengetahuan
menempati peringkat 117 dari 175 dihasilkan oleh seberapa ilmu
negara (Library Perbanas). pengetahuan yang di dapat, sedangkan
Indonesia sebagai negara ilmu pengetahuan didapat dari informasi
berkembang, belum memiliki budaya yang diperoleh dari lisan maupun tulisan.
membaca seperti halnya Jepang. Semakin banyak penduduk suatu wilayah
Menurut laporan dari Badan Pusat yang haus akan ilmu pengetahuan
Statistik berkenaan dengan perilaku semakin tinggi kualitasnya.
sosial budaya di dalam masyarakat Kualitas suatu bangsa biasanya
diketahui persentase penduduk berumur berjalan seiring dengan budaya literasi,
10 tahun ke atas yang membaca surat faktor kualitas dipengaruhi oleh
kabar atau majalah sebesar 18.94% pada membaca yang dihasilkan dari temuan-
tahun 2009 atau turun dari angka temuan para kaum cerdik pandai yang
sebelumnya sebesar 23.46% pada tahun terekam dalam tulisan yang menjadikan
2006. Tentu saja ini merupakan berita warisan literasi informasi yang sangat

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


153

berguna bagi proses kehidupan social MENINGKATKAN DAYA BACA


yang dinamis. Para penggiat pendidikan MASYARAKAT
sepakat bahwa pintu gerbang Bagaimana cara meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan adalah daya baca masyarakat Indonesia
dengan banyak membaca. Sebab dengan sehingga akan terbentuk budaya literasi?
membaca dapat membuka jendela Ada beberapa program yang layak
dunia. Ketika jendela dunia sudah dijalankan.
terbuka, masyarakat Indonesia akan Pertama, kita perlu memperbaiki
dapat melihat keluar, sisi-sisi apa yang kualitas dan pemerataan pendidikan agar
ada dibalik jendela tersebut. Sehingga bisa mendorong tingkat melek huruf
cara berpikir masyarakat kita akan maju yang lebih tinggi. Infrastruktur (fasilitas)
dan keluar dari zona kemiskinan menuju dan suprastruktur (sumber daya
kehidupan yang sejahtera. manusia) perlu dikembangkan hingga
Bila sebelumnya membaca menjangkau pelosok Tanah Air. Jangan
identik dengan buku atau media cetak sampai ada masyarakat di pedalaman
saja, maka di zaman sekarang yang Nusantara yang masih sulit belajar gara-
sudah serba digital, membaca tidak lagi gara tidak ada sekolah, kekurangan guru,
terpaku pada membaca kertas karna atau minim fasilitas lain. Negara
segala informasi terkini teleh tersedia di bertanggung jawab memenuhi fasilitas
dunia maya/ internet dan media pendidikan bagi warganya.
elektronik lainnya. Dengan semakin Kedua, kita bangun lebih banyak
mudahnya media untuk mendapatkan perpustakaan di semua daerah sebagai
informasi bacaan maka sudah tempat yang nyaman untuk membaca,
seharusnya kita tingkatkan minat baca jumlah koleksi buku yang banyak, dan
kita. menawarkan kegiatan yang menarik.
Penguasaan literasi dalam segala Ketiga, dibutuhkan program-
aspek kehidupan memang menjadi program berkelanjutan untuk lebih
tulang punggung kemajuan peradaban memperkenalkan buku dan mendorong
suatu bangsa. Tidak mungkin menjadi minat baca buku ke sekolah dan
bangsa yang besar, apabila hanya masyarakat umum. Jangan terpaku pada
mengandalkan budaya oral yang seremoni, tetapi fokus pada terobosan
mewarnai pembelajaran di lembaga yang lebih membumi dan memikat kaum
sekolah maupun perguruan tinggi. muda untuk membaca.
Namun disinyalir bahwa tingkat literasi Keempat, dari sisi penerbit, kita
khususnya di kalangan sekolah semakin dorong agar semakin banyak buku
tidak diminati, hal ini jangan sampai diterbitkan, terutama buku-buku yang
menunjukkan ketidakmampuan dalam berkualitas dari berbagai bidang. Kian
mengelola sistem pendidikan yang banyak tawaran buku menarik, kian
mencerdaskan kehidupan bangsa. banyak alternatif bacaan bagi
Karena itulah sudah saatnya, budaya masyarakat.
literasi harus lebih ditanamkan sejak usia Kelima, kita dukung kekuatan
dini agar anak bisa mengenal bahan masyarakat madani untuk bersama-sama
bacaan dan menguasai dunia tulis- pemerintah dan semua pihak
menulis. membangun peradaban membaca buku.

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


154

Bentuknya bisa berupa pendirian taman Pembelajaran berbasis budaya literasi


bacaan hingga ke pelosok Nusantara, dalam dunia pendidikan memiliki
program pendorong membaca, atau keunggulan karena model literasi bukan
langkah-langkah lain yang mungkin hanya dimaksudkan agar mereka memiliki
diambil untuk memprovokasi kaum kapasitas mengerti makna konseptual dari
muda agar mencintai buku. wacana melainkan kemampuan
Para aktivis media sosial, seperti berpartisipasi aktif secara penuh dalam
Twitter atau Facebook, juga perlu menerapkan pemahamansosial dan
dirangkul untuk lebih sering mengunggah intelektual (White, 1985:56).
rangsangan membaca buku. Kita Pembelajaran berbasis budaya
ingatkan bahwa bangsa Indonesia lahir literasi akan mengondisikan peserta didik
berkat perjuangan para pemimpin yang merupakan generasi muda untuk
setelah melihat realitas kehidupan menjadi seorang literat. Peningkatan
masyarakat terjajah serta terinspirasi kemampuan literasi dalam belajar
dari gagasan kemerdekaan bangsa yang sejalan dengan tujuan pendidikan, yaitu
dibaca dari buku-buku. berkembangnya potensi peserta didik
Dalam hal ini, buku dianggap agar menjadi manusia yang beriman dan
sebagai "jimat" yang membuat bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Mohammad Hatta kuat menjalani berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
tekanan pemerintah kolonial Hinda kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
Belanda saat itu. Bung Hatta pernah yang demokratis serta bertanggungjawab
berkata, "Aku rela dipenjara asalkan (Depdiknas, 2003). Pemerolehan tujuan
bersama buku karena, dengan buku, aku ini dapat dilakukan siswa jika mereka
bebas." telah menjadi sosok literat. Para siswa
Saat diasingkan di Boven Digoel, memiliki bekal literasi dalam dirinya
pedalaman Papua, tahun 1934, Bung sehingga mampu melengkapi diri dengan
Hatta bahkan menulis buku Alam Pikiran kemampuan yang diharapkan.
Yunani. Saat menikah, buku itu pula yang Proses pengembangan kemampuan
menjadi mas kawin Hatta untuk istrinya, berbahasa dan bersastra dilaksanakan dengan
Rachmi Rahim. cara mengembangkan kemampuan
Selain itu, menciptakan generasi kognitif, analisis, sintesis, evaluasi, dan
muda yang berbudaya literasi adalah kreasi melaluisuatu kajian langsung
kunci penting pembentukan bangsa terhadap kondisi sosial
Indonesia yang berkualitas. Oleh Karena dengan menggunakan kemampuan
itu, satu hal yang tidak kalah penting berpikir cermat dan kritis. Proses pemahaman
adalah revitalisasi metode pembelajaran generasi muda terhadap fenomena sosial
Bahasa Indonesia yang diarahkan pada dengan pengenalan secara langsung akan
upaya membangun budaya literasi terutama lebih memudahkan bagi mereka dalam
pembelajaran yang dapat meningkatkan mengembangkan kompetensinya.
aktivitas peserta didik – yang merupakan Generasi muda harus terbiasa dengan
generasi muda -- menggunakan bahan membaca berbagai informasi dan
ajar dalam berkehidupan. Mereka harus mengakses informasi dari media
belajar berbahasa atau bersastra untuk elektronis maupun media tertulis. Selain
dunia nyata, bukan dunia sekolah. itu, mereka perlu mengikuti

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


155

perkembangan peradaban yang sedang Indonesia sudah berada dalam kondisi


terjadi secara faktual.Oleh karena itu, dalam kritis. Kalau para pemimpin kita kelihatan
mengembangkan kompetensi berbahasa dan begitu tenang, bahkan tidak peduli,
bersastra berbasis literasi perlu didukung tampaknya sudah saatnya kelompok-
oleh ketersediaan fasilitas dalam kelompok masyarakat sipil
membangun insan literat. memperjuangkan budaya literasi dan
mengingatkan pemerintah dan elit politik
PENUTUP agar segera mengambil kebijakan yang
Buku adalah jendela dunia dan efektif. Jika tidak, Indonesia akan terus
membaca adalah kuncinya. Dengan terpuruk dan menjadi negara paria.
membaca buku, ilmu pengetahuan akan Budaya literasi adalah masalah serius.
didapatkan. Kegiatan membaca akan
menambah wawasan sekaligus DAFTAR PUSTAKA
mempengaruhi mental dan perilaku
seseorang, dan bahkan memiliki Gould, Toni S., 1991. Get Ready to Read :
pengaruh besar bagi masyarakat. Pada a Practical Guide for Teaching
gilirannya, kegemaran membaca ini akan Young Children at Home and in
membentuk budaya literasi yang School, New York : Walker
berperan penting dalam menciptakan Company.
bangsa yang berkualitas.
Rumusan ini mudah diucapkan, Kimbley, Gregory A., 1975. “Habit”.
tetapi perlu kerja keras untuk Encyclopedia Americana, (13)
diwujudkan, apalagi bila kita bicara
tentang Indonesia. Penyebabnya, meski Nurhadi, Mulyani Ahmad., 1978.
sudah 70 tahun merdeka, angka melek “Pembinaan Minat Baca dan
huruf kita masih rendah. UNDP merilis, Promosi Perpustakaan”. Berita
angka melek huruf orang dewasa Perpustakaan Sekolah, 1 (5)
Indonesia hanya 65,5 persen. Sebagai
perbandingan, angka melek huruf di Wijono, 1981. “Bimbingan Membaca”.
negeri jiran kita, Malaysia, mencapai Berita Perpustakaan Sekolah, (40)
86,4 persen. Hal ini terkait dengan
pendidikan kita yang masih belum maju. Winoto, Yunus. 1994. ”Bagaimana
Sebagai gambaran, berdasarkan data Caranya Mengetahui
UNESCO, Indonesia berada di urutan ke- Kemampuan Membaca Anda.”
69 dari total 127 negara dalam indeks Pembimbing Pembaca, (4)
pembangunan pendidikan UNESCO.
dan mengingatkan pemerintah Republika, 12 september 2015
dan elit politik agar segera mengambil
kebijakan yang efektif. Jika tidak,
Indonesia akan terus terpuruk dan
menjadi negara paria. Budaya literasi
adalah masalah serius.
Akhirnya, mari kita membangun
kesadaran bersama, budaya literasi

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015


156

Notulen Seminar
Moderator : Drs. Padi Utomo, M.Pd.
Notulis : Fitra Youpika

Tera Wanita Muara Bayau


Pertanyaan:
Bagaimana cara menyeimbangkan
kemampuan berbahasa Inggris dan
bahasa Indonesia di dalam kelas,
sementara kami (mahasiswa bahasa
Inggis) dituntut untuk berbahasa Inggris
ketika dalam kegiatan belajar mengajar?

Jawaban:
Berbahasa Inggris ketika dalam kegiatan
belajar mengajar (mahasiswa program
studi bahasa Inggris) itu boleh-boleh
saja, tidak ada larangan. Sebab, itu ,
merupakan salah satu cara atau
membiasakan agar mahasiswa mahir dan
terbiasa dalam berkomunikasi
menggunggunakan bahasa Inggris,
karena itu adalah bidangnya. Namun,
ketika dalam suasana tertentu
adakalanya berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa nasional kita yaitu
bahasa Indonesia. Jadi, walaupun bidang
kita bahasa Inggris, kita tetap
menjungjung tingg bahasa Indonesia.
Kita boleh pandai dalam berbahasa
Inggris, tetapi kita juga harus lebih
pandai berbahasa Indonesia.

Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015

Anda mungkin juga menyukai