Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka

1. Mikroalga

Mikroalga adalah spesies uniseluler atau multiseluler sederhana yang

tumbuh secara cepat, dapat bertahan hidup pada kondisi dan lingkungan

dengan tekanan eksrem seperti panas, dingin, anaerob, salinitas, foto oksidasi,

tekanan osmotik, dan paparan radiasi ultraviolet (Oktarina et al.,2017).

Mikroalga merupakan organisme eukariotik fotoautorof. Meskipun

berfotosintesis mikroalga berbeda dari tanaman karena alga tidak memiliki

jaringan tanaman (akar, batang dan daun). Selain itu spesies alga ada yang

bersifat uniseluler dan ada pula bersifat multiseluler, identifikasi mikroalga

uniseluler dan filamenus dapat dilakukan pengamatan dengan menggunakan

mikroskop ( Anggraini, 2011).

Mikroalga atau ganggang adalah organisme perairan yang dapat

melakukan fotosintesis dan hidup dari nutrien anorganik dan menghasilkan

zat-zat organik melalui proses fotosintesis. Mikroalga memiliki berbagai

potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pakan, pangan dan telah

dimanfaatkan dalam berbagai macam keperluan dibidang perikanan sebagai

makanan larva ikan, organisme penyaring, industri farmasi, dan makanan

1
2

suplemen dengan kandungan protein, lipid serta berbagai macam

mineral(Imelda et al., 2018).

Mikroalga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai

jenis alga yang hidup di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat

bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton. Mikroalga juga dapat

digunakan sebagai bioindikator (Harmoko et al.,2018).

Menurut Nur (2014) mikroalga juga dapat digunakan sebagai sumber

vitamin yang baik digunakan sebagai asupan tambahan yang diperlukan oleh

tubuh. Salah satu mikroalga yang dapat mensintesis senyawa alami menjadi

sumber vitamin adalah jenis Spirulina, Nanochloropsis, Chlorella, dan

beberapa jenis mikroalga lainnya.

2. Jenis- jenis mikroalga

Dari tujuh devisi alga, yang umum ditemukan adalah Chlorophyta,

Chrysophyta, Cyanophyta dan Euglenophyta (Hasanuddin &Mulyadi, 2015)

a. Divisi Chlorophyta

Divisi Chlorophyta (Alga hijau) merupakan kelompok terbesar dari

vegetasi alga, Chlorophyta sebagian besar hidup di air tawar. Chlorophyta

mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan

karotin dan xantofil, bersifat kosmopolit, terutama hidup di perairan yang

cahayanya cukup seperti di kolam, danau, genangan air hujan, pada air
3

mengalir (sungai dan selokan). Chlorophyta ditemukan pula pada

lingkungan semi aquatik yaitu pada batuan, tanah lembab, dan kulit batang

pohon yang lembab (Fauziah dkk 2015).

Klasifikasi Chlorophyta menurut (Harmoko et al., 2018) adalah sebagai


berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Zygnematales
Familia : Desmidiaceae
Genus : Closterium
Species : Closterium sp.

Gambar 1. Closterium sp
(sumber : Ambarwati et al., 2014)

Closterium sp. terlihat seperti bulan sabit. Menurut (Fauziah

dkk 2015), Bentuknya mirip bulan sabit memanjang, melengkung dan

meruncing di bagian ujungnya, penampangnya bundar, dinding sel halus

atau dengan garis bujur, band-band di dinding sel beberapa spesies lamina

kloroplasnya bergerigi dan radial, yang membuat penampang berbentuk


4

bintang, pirenoid sejajar atau tersebar, memiliki kloroplas sehingga dapat

berfotosintesis, dan memiliki banyak vakuola di bagian ujung.

b. Divisi Chrysophyta

Klasifikasi Chlorophyta menurut Kasrina (2012) adalah sebagai berikut:

Regnum : Plantae
Divisio : Chrysophyta
Classis : Crisophyceae
Ordo : Pennales
Familia : Naviculaceae
Genus : Navicula
Species : Navicula sp.

Gambar 2. Navicula sp.

Spesies yang ditemukan yaitu Navicula sp. dengan pergerakan yang

lambat. Ciri khas Navicula sp. bagian pinggirnya bergerigi pada bagian

dalam yaitu dinding sel terdiri atas dua belahan atau katup yang saling

menutup. Pigmen dominan karoten berupa xantofil yang memberikan

warna keemasan. Pigmen lainnya adalah fukoxantin, klorofil a dan klorofil

c. Memiliki dinding sel yang mengandung Selulosa, silika, kalsium

karbonat, dan beberapa kitin (Kasrina, 2012).


5

c. Divisi Cyanophyta

Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan kelompok alga

prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai produsen dan

penghasil senyawa nitrogen di perairan. Cyanobacteria ada yang hidup

sebagai plankton dan ada pula yang hidup sebagai bentos. Spesies spesies

yang bersifat planktonic umumnya merupakan spesies-spesies yang

menyebabkan terjadinya ledakan populasi (Blooming)

(Prihantini, 2010).

Klasifikasi Cyanophyta menurut Kasrina (2012) adalah sebagai berikut :

Regnum : Plantae
Divisio : Cyanophyta
Classis : Cyanophyceae
Ordo : Oscillatoriales
Familia : Oscillatoriaceae
Genus : Oscillatoria
Species : Oscillatoria sp.

Gambar 3. Oscillatoria sp.


(sumber : widodo, 2014)

Divisi Cyanophyta merupakan sel eukariotik, memiliki membran inti

dan nukleus, memiliki dinding sel yang tebal (peptidoglikan), lentur, dan
6

sel-selnya tidak memiliki flagel. Spesies yang ditemukan yaitu Oscillatoria

sp. Ciri khas Oscillatoria sp. yaitu berwarna hijau kebiru-biruan,

membentuk filamen panjang lurus, dan halus. Pigmen fotosintesis yaitu

klorofil a, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin dan

fikoeritin (Kasrina, 2012).

d. Divisi Euglenophyta

Divisi Euglenophyta merupakan mikroalga unisesuler, bergerak aktif,

reproduksinya dengan pembelahan biner, memiliki sista dorman dan

memiliki bintik mata yang jelas. Mikroalga divisi Euglenophyta banyak

ditemukan dan melimpah, sesekali mewarnai air kolam berwarna hijau tua,

atau membentuk filamen hijau di permukaan. Euglena berenang bebas di

berbagai habitat, dapat ditemukan di hampir semua lokasi di mana ada air

tawar atau payau, berkembang dengan baik di lingkungan yang tercemar

atau diperkaya, terutama bila ada banyak limbah organik (Triyanti, 2018)

Klasifikasi Euglenophyta menurut Jalaluddin et al., (2014) adalah

sebagai berikut :

Regnum : Plantae
Divisio : Euglenophyta
Classis : Euglenophyceae
Ordo : Euglenales
Familia : Euglenaceae
Genus : Euglena
Spesies : Euglena sp.
7

Gambar 4 : foto mikroskop Euglena sp.

3. Mikroalga sebagai Biomonitoring

Perubahan kualitas perairan dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik biomonitoring. Biomonitoring merupakan teknik evaluasi lingkungan

berdasarkan analisis pada jaringan dan molekul organisme yang terpapar

logam berat. Selanjutnya biomonitoring sebagai spesies-spesies yang dapat

memberikan informasi terkait dengan status pencemaran lingkungan oleh

polutan tertentu. Biomonitoring adalah suatu rangkaian proses evaluasi

kualitas perairan dengan cara mengukur keberadan polutan tertentu pada

matriks lingkungan maupun di dalam kompartemen tubuh organisme tertentu

yang dapat memberikan informasi tentang status/kualitas suatu lingkungan

(Kumaji, 2019).

Biomonitoring kualitas air sungai dapat dilakukan dengan

menggunakan parameter fisik atau kimia, tetapi pemantauan dengan biota air

lebih banyak dilakukan. Kondisi biota air lebih jelas dalam merepresentasikan

perubahan kualitas air sungai, termasuk adanya pencemaran perairan, karena

biota air tersebut berada di dalam lingkungan air sungai dalam kurun waktu
8

yang lama, sedangkan nilai kondisi fisik dan kimia air cenderung

menggambarkan keadaan air sungai pada waktu pengukuran saja. Di samping

itu, pengamatan biota air lebih murah dalam pembiayaan, cepat, mudah

diinterpretasikan dan cukup sahih untuk menunjukkan kualitas lingkungan

perairan (Harmoko, 2017).

4. Parameter fisika kimia lingkungan

Adapun parameter fisika kimia lingkungan yang perlu dilakukan

menurut Hamuna et al.,(2018) yaitu sebagai berikut :

a. Suhu (Temperatur)

Suhu merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan

organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang

paling mudah untuk diteliti dan ditentukan. Aktivitas metabolisme serta

penyebaran organisme air banyak dipengaruhi oleh suhu air. Suhu juga

sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air, suhu

pada badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu dalam hari,

sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman air (Hamuna et

al., 2018).

b. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi

ion-ion hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator

baik buruknya suatu perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu


9

parameter kimia yang cukup penting dalam memantau kestabilan

perairan(In et al, 2009).

Menurut Megawati et al., (2014) bahwa variasi nilai pH perairan

sangat mempengaruhi biota di suatu perairan. Selain itu, tingginya nilai pH

sangat menentukan dominasi fitoplankton yang mempengaruhi tingkat

produktivitas primer suatu perairan dimana keberadaan fitoplankton

didukung oleh ketersediaanya nutrien di perairan laut.

c. Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan yang dapat diamati

secara visual menggunakan secchi disk. Dengan mengetahui kecerahan

suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada

kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan mana yang

tidak keruh, dan yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan

rendah pada waktu cuaca yang normal dapat memberikan suatu petunjuk

atau indikasi banyaknya partikel-partikel tersuspensi dalam perairan

tersebut(Hamuna et al.,2018).

d. Kecepatan Arus

Kecepatan arus sungai berperan sangat penting pada transport

material erosi, polutan, bahan organik, nutrien, dan iktioplankton serta

biota air lainnya. Kecepatan arus yang terlalu tinggi menyebabkan substrak

yang sudah mengendap didasar berupa lumpur akan teraduk kembali

sehingga kekeruhan air meningkat. Pada musim hujan sumber air


10

melimpah sehingga debit dan kecepatan arus air sungai relatif tinggi.

Sebaliknya, debit air yang tinggi akan mempercepat penyebaran dan

penurunan kadar bahan polutan, sehingga tingkat pencemran segera

berkurang (Djumato et al.,2013).

5. Ekosistem sungai sebagai habitat mikroalga

Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem aquatik yang mempunyai

peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan

air (catchment area) bagi daerah sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai

sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan

sekitarnya. Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan

biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara. Bila

interaksi keduanya terganggu maka akan terjadi perubahan yang

menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang (Istianah et

al.,2015).

Sungai merupakan ekosistem yang memiliki peran penting bagi semua

makhluk hidup. Keberadaan ekosistem sungai dapat memberikan manfaat

bagi makhluk hidup, baik yang hidup di dalam sungai maupun yang ada di

sekitarnya. Menurut Soewarno (1991), sungai merupakan torehan di

permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyaluran alamiah aliran

air dan material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah
11

pengaliran ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya bermuara ke laut

(Kumaji, 2019)

B. Kerangka Pemikiran

Jenis-jenis Mikroalga yang ada di perairan


Input sungai Umala Ogena Kota Baubau yang belum
teridentifikasi

1. Observasi lokasi penelitian


Proses 2. Penentuan titik stasiun
3. Pengambilan sampel
4. Mengidentifikasi jenis-jenis mikroalga

Output Mengetahui jenis-jenis mikroalga pada perairan


sungai Umala Ogena Kota Baubau

Gambar I : Bagan Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai