Anda di halaman 1dari 1

Nama : Lusiana Nurhayati Siregar

NIM : 051001800125

1. Latar belakang filosofi Pendidikan Kewarganegaraan adalah karena terjadinya Global Injustice
(tantangan dari globalisasi akibat perkembangan masyarakat secara global), Global Paradox (negara-
negara kebangsaan yang tidak memiliki ketahanan nasional akan hancur akibat kekuatan
negara-negara yang mengembangkan sindikat ekonomi regional) dan juga karena melemahnya
orientasi bangsa Indonesia atau Krisis Identitas.
2. Cara efektif dalam membangun Integritas bangsa adalah sosialisasi nilai-nilai kebangsaan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, sebagai instrument pengetahuan (the body of
knowledge) diarahkan untuk membangun msyarakat demokratis berkeadaban.
3. Pelaksanan penegakkan dan perlindungan hak asasi manusia dijamin oleh konstitusi sebagai
penerapan dari Rule of Law dengan konsep sesuai dengan 5 sila Pancasila. Adapun instrumen dalam
penegakan HAM diantaranya adalah lembaga (Komnas HAM), dll.
4. Penyelesaian pelanggaran HAM Trisakti pemerintah membentuk KGPKR;
a. KGPKR singkatan dari Komite Gabungan Pengungkap Kebenaran dan Rekonsiliasi.
b. Penyelesaian disepakati dengan langkah nonyudisial, yaitu Rekonsiliasi. Hal ini dipilih karena
adanya kesulitan mencari barang bukti, saksi tersangka yang terjadi dalam kasus pelanggrana HAM
berat yang terjadi sudah sangat lama.
c. Alasan yuridisnya terdapat pada Pasal 47 (1) : Pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
terjadi sebelum berlakunya Undang-undang ini tidak menutup kemungkinan penyelesaiannya
dilakukan oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi.
5. Secara Yuridis, seseorang dapat dikatakan melakukan pelanggaran HAM, apabila telah diputuskan
oleh Pengadilan HAM sebagai pelanggar HAM beserta seluruh prosesnya yang meliputi
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, serta adanya keputusan dari Hakim pengadilan HAM.
Contoh kasus: Pelanggaran HAM Tanjungpriok.
6. Dalam pelaksanaannya prinsip Rule of Law dijabarkan dalambentuk jaminan perlindungan hak-hak
asasi manusia, peradilan yang merdeka, dan legalitas hukum dalam segala bentuk.
7. Konsep negara hukum di Indonesia pada hakikatnya memiliki elemen yang terkandung dalam konsep
rule of law maupun rechtsstaat yang saling melengkapi dan terintegrasi selain menerima prinsip
kepastian hukum sebagai sendi utama rechsstaat, juga sekaligus menerima prinsip rasa keadilan
dalam the rule of law.
8. Jika terdapat pasal tidak sesuai dengan norma-norma Pancasila, Undang-Undang tersebut
bertentangan dengan konsitutsi maka UU tersebut diajakan ke Mahkamah Konstitusi untuk dilakukan
Yudical Review.
9. Bagi bangsa Indonesia, geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi
Negara Indonesia untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia, serta memberi arahan merancang
strategi pembangunan dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu,
geostrategi bagi bangsa Indonesia bukan merupakan kepentingan politik dan perang, namun untuk
kepenting kesejahteraan dan keamanan.
10. Geostrategi Indonesia memiliki dua sifat pokok yaitu bersifat daya tangkal (ditujukan menangkal
segala bentuk ancaman, gangguan,hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, serta
eksistensi bangsa) dan bersifat develop mental / pengembangan (pengembangan potensi kekuatan
bangsa dalam ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam sehingga tercapai kesejahteraan).
11. Konsepsi dasar Geostrategi model Morgenthau menekankan pentingnya kekuatan nasional dibina
dalam kaitannya dengan negara-negara lain, sedangkan konsepsi model Lemhanas geostrategi
Indonesia ditegaskan wujudnya dalam bentuk rumusan ketahanan nasional sebagai kondisi, metode,
dan doktrin dalam pembangunan nasional.
12. Saya tidak setuju dengan pendapat Cline karena dengan luas wilayah besar, maka pengelolaan di
dalam suatu negara tersebut akan menjadi lebih sulit apabila tidak dilakukan dengan benar.
13. a. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan disebabkan karena adanya ketidakjelasan garis perbatasan
yang dibuat oleh Belanda dan Inggris yang merupakan negara pendahulu dari Indonesia dan Malaysia
di perairan timur Pulau Borneo sehingga terjadi konflik kepemilikan.
b. Mahkamah Internasional memutuskan bahwa kedaulatan atas Pulau Sipadan dan Ligitan
merupakan milik Malaysia atas dasar prinsip okupasi, dimana Malaysia dan Inggris sebagai negara
pendahulu lebih banyak melaksanakan efektifitas di Pulau Sipadan dan Ligitan.
c. Hikamhnya muncul kepedulian nasional perihal urgensi pengelolaan dan pengawasan
terhadap pulau-pulau terluar nusantara, terutama yang berbatasan dengan Negara-negara tetangga.
d. Antisipasi agar kasus seperti ini tidak terulang adalah dengan pembuatan peta yang
memadai untuk didepositkan ke Sekjen PBB, mengingat pentingnya kejelasan posisi
batas – batas wilayah negara terutama batas – batas lautnya.

Anda mungkin juga menyukai