Anda di halaman 1dari 9

BAB 3 PERENCANAAN TRASE JALAN

3.1 Perencanaan Trase Jalan

A. Pembentukan Tim

Untuk memperoleh perencanaan pemilihan trase jalan yang memenuhi


persyaratan teknis dan ekonomis perlu memanfaatkan tenaga yang mempunyai
keahlian yang mengusai bidangnya , seperti ahli topografi , ahli geologi, ahli
tentang kondisi sipat sipat tanah permukaan. maka perlu dibentuk Tim
perencanaan untuk melaksanakan koordinasi pada saat mereka melaksanakan
kegiatan dilapangan atau di kantor dalam menentukan lokasi yang tepat untuk
penentuan trase jalan . Tim trase jalan harus dibentuk melalui surat keputusan dari
penanggung jawab penyelenggara kegiatan trase jalan .

Beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian oleh tim penentuan


trase jalan selain memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis diatas sebelum
adalah aspek sosial , budaya penduduk setempat dan aspek lingkungan , sehingga
nantinya lokasi pemilihan trase jalan tersebut memberikan dampak positif bagi
penduduk sekitarnya. Dalam hal aspek lingkungan yang perlu diperhatikan juga
adalah dalam menentukan trase jalan tidak merusak ekosistem daerah , sehingga
dengan kata lain dalam perencanaan lokasi trase jalan dapat menggabungkan
aspek teknik ekonomi dan lingkungan.

B. Program Kerja Kerja Tim Survey

Untuk mengoptimalkan hasil kerja yang bisa dipertanggung jawabkan


perlu dibentuk tim survey lapangan dengan surat keputusan yang berwenang , tim
Indikator keberhasilan Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat
diharapkan mampu menjelaskan tahapan kegiatan perencanaan penentuan trase
jalan Penentuan Trase Jalan 7 yang dimaksud meliputi tim topografi, geofisik dan
lingkungan. Tim ini bertugas menyusun program kerjanya masing mulai dari
pengumpulan data survey lapangan, menentukan lokasi trase jalan sampai dengan
evaluasi dan pelaporan. Data yang diperlukan tim yang akan melaksanakan survey
adalah :
a) Peta jaringan jalan

b) Peta tofografi

c) Peta geologi regional

d) Peta bumi Indonesia

e) Foto udara f) Data curah hujan

g) Peta lingkungan

h) Dan sebagainya

Dari data data penunjang diatas nantinya akan dievaluasi dan disesuaikan
kembali dengan kondisi dilapangan oleh masing masing tim. Hasil survey
lapangan akan dibahas dalam rapat bersama untuk menentukan lokasi yang tepat
untuk trase jalan.

C. Persiapan Dan Pelaksanaan Survey

Persiapan dan Pelaksanaan survey penentuan trase jalan tujuannya adalah


mengecek kesiapan tim dalam membuat Rencana kerja, penyiapan peralatan
survey, penyiapan format isian survey dan sebagainya yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan yang akan disurvey. Kegiatan survey ini meliputi :

1. Survey Awal (Reconnaisance survey) Tujuan dari survey ini adalah


adalah nantinya membuat Peta Dasar dari suatu daerah dalam batas koridor
rencana jalan. Kegiatan survey meliputi pengumpulan data-data yang menyangkut
data topografi, geofisik, lingkungan dan sebagainya yang menggambarkan tentang
kondisi daerah yang bersangkutan yang akan dijadikan pemilihan lokasi trase
jalan. Pengumpulan data tesebut merupakan panduan dari tim untuk
melaksanakan peninjauan kelapangan secara langsung . Dari hasi survey ini tim
kemudian akan dibuat berupa peta dasar yang berisikan:

a) Penetapan titik stasiun awal dan akhir dari trase jalan


b) Pusat-pusat Traffic , Industri dan produksi

c) Daerah datar, pegunungan dan perbukitan

d) Daerah rawa dan lokasi tanah labil sering terjadi longsoran

e) Daerah situs bersejarah , cagar budaya dan hutan lindung

f) Persilangan dengan sungai dan kereta api

Penetapan titik stasiun untuk mengetahui panjang trase jalan dan titik-titik
stasiun lintasan dari suatu tempat ketempat stasiun lainnya . Titik-titik penting
yang terdapat di sepanjang jalan dinamakan titik stasiun. Jadi stasiun ( STA)
adalah jarak langsung yang diukur dari mulai titik awal (STA 0+000 ) sampai
dengan stasiun lainnya . Dalam memilih trase jalan yang akan di plot kedalam
peta dasar sebaiknya dibuat beberapa alternatif Trase jalan yang selanjutnya
dalam rapat akan disepakati altenatif mana trase jalan yang akan ditetapkan.
Penetapan trase jalan harus memmpertimbangkan dari syarat teknis dan biaya
yang paling ekonomis.

Gambar 1 Rencana trase jalan dan penentuan titik stasiun (STA)

2. Survey Pendahuluan (Preliminary Survey)

Survey ini menindak lanjuti terhadap survey sebelumnya yang


menghasilkan satu pemilihan trase jalan diantara beberapa alternatif trase jalan
yang Penentuan Trase Jalan 9 direncanakan didalam peta dasar. Kegiatan
pelaksanaan survey dilapangan adalah:
a) Membuat tempat Poligon Utama berjarak 2 – 5 km dan diikat dengan
titik trianggulasi berupa patok patok bench mark (BM).

b) Melaksanakan pengukuran situasi untuk mendapatkan data data


lapangan seperti garis tinggi bangunan, sungai, danau, jalan raya atau jalan
kereta api.

c) Melaksanakan pengukuran profil memanjang lokasi trase jalan yang


telah ditetapkan pada survey sebelumnya guna keperluan menghitung
besaran volume galian dan timbunan.

3. Survey lokasi (location Survey)

Setelah ditentukan lokasi trase jalan , selanjutnya dilakukan pengukuran


tehadap pembebasan tanah bagi penduduk yang tanahnya terkena untuk
pembangunan jalan. Urutan pengukuran lokasi pembebasan tanah adalah :

a) Melakukan pematokan sumbu jalan dan sudut jurusan dan


kelandaian yang telah ditentukan sebelumnya

b) Memberi tanda dan patok patok pada bagian bagian yang lurus

c) Mengukur dan menandai sudut sudut defleksi dari rute jalan

d) Memberi tanda untuk stasiun-stasiun dan profil melintang

e) Membuat patok-patok setiap tikungan jalan

f) Membuat patok-patok Rumija dan Rumaja pada lahan trase jalan


yang akan dibebaskan.

D. Evaluasi Dan Pelaporan

Setelah tim melaksanakan kegiatan dilapangan berupa survey awal untuk


membuat rencana trase jalan ke dalam peta dasar, selanjutnya peta dasar tersebut
dibawa kelapangan untuk dilaksanakan pengukuran. Peta dasar yang dibuat tim
tersebut menggambarkan jalur rute as jalan, poligon utama yang diikat 2-5 km
serta letak stasiun (STA) ke stasiun lainnya didalam ruang manfaat 10 Penentuan
Trase Jalan jalan (Rumaja), ruang milik jalan (Rumija) dan ruang pengawasan
jalan (Ruwasja).

Hasil pengukuran tersebut dibuat dalam bentuk dokumen hasil survey


yang akan dibahas dalam rapat tim guna penetapan penentuan rencana trase jalan.
Dokumen hasil survey tersebut berupa data ukur dan gambar rencana trase jalan
yang sudah ditetapkan. Dalam rapat penentuan route trase jalan sebaiknya tim
mempertimbangkan juga hasil Rencana penentuan trase jalan dari study kelayakan
sebelumnya (feasibility study), tujuannnya adalah agar hasil yang didapatkan
lebih akurat baik dari segi teknis, ekonomi sosial dan budaya.

Dokumen survey, berita acara rapat dikantor dan dilapangan, foto


dokumentasi survey seterusnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang untuk
bahan Detail Engineering Design (DED) perencanaan geometrik jalan secara
keseluruhan.
3.2 PERSYARATAN PERENCANAAN TRASE JALAN

Faktor Geofisik Penentuan Trase Jalan

A. Umum

Faktor geofisik adalah satu persyaratan dalam merencanakan trase jalan


adapun tujuannya untuk memetakan penyebaran tanah/ batuan dasar yang meliputi
kisaran tebal tanah pelapukan pada daerah sepanjang trase rencana, sehingga
dapat memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan
lapisan tanah dasar dan daya dukung tanah. Dalam perencanan trase jalan perlu
dihindari daerah patahan, kondisi karakteristik tanah yang lunak (exvansive soil),
kondisi permukaan air tanah yang tinggi, serta faktor iklim. Jika dalam penentuan
trase jalan ditemukan kondisi tersebut diatas sebaiknya lokasi trase jalan dialihkan
ketempat lain.

Faktor-faktor geofisik yang harus dihindari dalam membuat trase jalan


adalah sebagai berikut :

B. Daerah Patahan

Daerah patahan terjadi akibat oleh tenaga endogen yang berasal dari kulit
bumi yaitu berupa kenampakan permukaan bumi yang terlihat patah. Daerah
Patahan terbagi atas tanah naik (horst) dan tanah turun (graben). Permukaan bumi
dikenal sebagai permukaan yang kasar. Hal ini terjadi karena muka bumi memiliki
relief. Relief-relief ini memiliki bentuk berbeda dengan ukuran yang berbeda pula.
Salah satu penyebab permukaan bumi memiliki bentuk yang berbeda-beda adalah
disebabkan oleh tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi membuat permukaan bumi menjadi tidak rata. Selain itu, tenaga
endogen ini juga menjadi salah satu penyebab perbedaan tinggi dan rendah
permukaan bumi. Tenaga endogen terjadi di darat dan laut sehingga menyebabkan
keanekaragaman bentuk muka bumi. Salah satu dampak dari adanya tenaga
endogen ini adalah munculnya patahan.
Kedalaman patahan bisa hingga mencapai dasar samudera serta memiliki
panjang hingga lintas dunia. Akibat terjadinya patahan, mengakibatkan adanya
gempa bumi. Bila ditemui daerah patahan (fault zone) sebaiknya pembuatan trase
jalan dialihkan ketempat lain.

Gambar 6 Macam-macam bentuk daerah patahan

C. Karakteristik Tanah Dasar

Tanah dasar (sub grade) merupakan lapisan tanah yang paling bawah yang
berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan diatasnya. Tanah dasar dapat berupa tanah asli atau tanah urugan
yang didatangkan dari tempat lain atau tanah setempat yang distabilisasi dengan
semen, kapur dan bahan lainnya. Sehingga memenuhi spesifikasi teknis dan dapat
digunakan untuk pembentukan badan jalan. Ditinjau dari muka tanah asli maka
tanah dasar dibedakan menjadi :

1. Tanah dasar terbentuk dari galian

2. Tanah dasar terbentuk dari tanah urugan

3. Tanah asli
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung
dari sifat sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang
menyangkut tanah dasar mempunyai sifat karakteristik sebagai berikut :

1. Permeabilitas yaitu kemampuan tanah dilewati air melalui pori pori


butiran tanah

2. Pada tanah lunak (expansive soil) Sifat mengembang dan


menyusut tanah akibat perubahan kadar air. Bila ditemukan tanah
lunak seperti ini agar penentuan lokasi sumbu as jalan dialihkan
ketempat lain.

3. Konsolidasi yaitu adanya penurunan tanah akibat perubahan isi


pori tanah akibat beban (settlement)

4. Kuat geser tanah (shear strength) adalah untuk mengukur


kemampuan tanah menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan

5. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan


sifat sifat tanah pada lokasi berdekatan atau akibat kesalahan
dalam pelaksanaan pekerjaan pemadatan yang kurang baik.

D. IKLIM

Faktor iklim juga mempengaruhi penetuan trase jalan, misalnya pada


daerah sering hujan dengan Intensitas tinggi, memaksa perencana untuk
mengunakan lereng melintang perkerasan yang lebih besar dari pada normal dan
juga membuat alinyemen yang jauh lebih tinggi dari pada permukaan tanah asli.
Dalam menentukan trase jalan data curah hujan bermanfaat untuk melihat apakah
permukaan tanah yang akan dijadikan trase jalan tersebut kondisinya selalu basah
pengaruh tingginya muka air tanah. Selain itu juga pengaruh data curah hujan
dipakai untuk menghitung dimensi saluran disepanjang kiri dan kanan trase jalan
yang akan direncanakan.
E. MUKA AIR TANAH

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat dibawah permukaan


bumi yang salah satu sumber asalnya dari air hujan yang meresap kebawah
permukaan tanah lewat pori-pori tanah. Air tanah sangat berpengaruh terhadap :

1. Sifat sifat tanah khususnya pada tanah yang berbutir halus

2. Penurunan dan stabilitas badan jalan dan lereng akibat gerakan tanah
akibat air yang mengalir melalui pori tanah.

Perlu diketahui bahwa air yang mengalir kedalam tanah melalui 3 (tiga)
zone yaitu:

1. Zona jenuh air

2. Zona kapiler

3. Zona penuh sebagian

Air yang mengalir melalui zona tersebut umumnya berasal dari air hujan
sebagian meresap kedalam tanah sebagian lagi mengalir kepermukaan tanah.
Kesimpulannya adalah bila jumlah air pada suatu wilayah semakin banyak akan
mengakibatkan tanah tidak kuat menahan beban yang akan dipikulnya sehingga
terjadinya erosi pada tanah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai