Anda di halaman 1dari 147

SKRIPSI

COVER

ANALISIS KINERJA LORA PADA WIRELESS


SENSOR NETWORK UNTUK MONITORING
KELEMBABAN TANAH DAN UDARA PADA
PERKEBUNAN JERUK BERBASIS IOT

Oleh :

I Gede Wahyu Wiranata


NIM. 1715344011

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK OTOMASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BALI
2021
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS KINERJA LORA PADA WIRELESS SENSOR


NETWORK UNTUK MONITORING KELEMBABAN
TANAH DAN UDARA PADA PERKEBUNAN JERUK
BERBASIS IOT

Oleh :

I Gede Wahyu Wiranata


NIM. 1715344011

Skripsi ini telah melalui Bimbingan dan Pengujian Hasil, disetujui untuk
diujikan pada Ujian Skripsi
di
Program Studi D4 Teknik Otomasi
Jurusan Teknik Elektro - Politeknik Negeri Bali

Bukit Jimbaran, …………..2021

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing 1: Dosen Pembimbing 2:

Ida Bagus Irawan Purnama, ST., M.Sc., Ph.D. I Made Sumerta Yasa, ST., MT.
NIP. 197602142002121001 NIP. 196112271988111001

i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

ANALISIS KINERJA LORA PADA WIRELESS SENSOR


NETWORK UNTUK MONITORING KELEMBABAN
TANAH DAN UDARA PADA PERKEBUNAN JERUK
BERBASIS IOT

Oleh :

I Gede Wahyu Wiranata


NIM. 1715344011

Skripsi ini sudah melalui Ujian Skripsi pada tanggal ………………,


dan sudah dilakukan Perbaikan untuk kemudian disahkan sebagai Skripsi
di
Program Studi D4 Teknik Otomasi
Jurusan Teknik Elektro - Politeknik Negeri Bali

Bukit Jimbaran, …………..2021


Disetujui Oleh :

Tim Penguji : Dosen Pembimbing :

1. ................. 1. I.B. Irawan Purnama, ST., M.Sc., Ph.D.


NIP. NIP. 197602142002121001

2. ................. 2. I Made Sumerta Yasa, ST., MT.


NIP. NIP. 196112271988111001

Diketahui Oleh:
Ketua Program Studi Teknik Otomasi

Ida Bagus Irawan Purnama, ST., M.Sc., Ph.D.


NIP. 197602142002121001

ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Skripsi dengan
judul:

ANALISIS KINERJA LORA PADA WIRELESS SENSOR NETWORK UNTUK


MONITORING KELEMBABAN TANAH DAN UDARA PADA PERKEBUNAN
JERUK BERBASIS IOT

adalah asli hasil karya saya sendiri.

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat
karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di suatu perguruan
tinggi, dan atau sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah Skripsi ini, dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, dengan ini saya menyatakan
menarik Skripsi yang saya ajukan sebagai hasil karya saya.

Bukit Jimbaran, …………..………


Yang menyatakan

Materai
10 ribu

I Gede Wahyu Wiranata


NIM. 1715344011

iii
ABSTRAK
Salah satu inovasi teknologi untuk bercocok tanam di lahan pertanian adalah
pemanfaatan Internet of Things (IoT). Penerapan teknologi smart farming berbasis IoT
ini perlu dikolaborasikan dengan teknologi LoRa untuk dapat menjangkau wilayah yang
lebih luas dalam hal pengiriman data parameter yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Namun pada penerapannya, perubahan parameter LoRa sangat berpengaruh
dalam hal pengiriman data. Penelitian ini melakukan pengujian pengaruh perubahan
perameter jarak terhadap nilai Received Signal Strength Indication (RSSI), daya sinyal,
dan daya yang dikonsumsi oleh perangkat LoRa pada lingkungan outdoor. Perangkat
LoRa yang diuji dan dibandingkan yaitu TTGO ESP32 LoRa dan Heltec Cube Cell.
Pengujian dilakukan pada perkebunan jeruk menggunakan 2 skenario yaitu Line of
Sight (LOS) dan Non Line of Sight (NLOS) dengan perubahan parameter jarak antara
transmitter dan receiver yang bervariasi, serta mencari karakteristik lingkungan dengan
menghitung nilai Path Loss Exponent (PLE). Perubahan parameter jarak sangat
berpengaruh terhadap nilai RSSI, daya sinyal, dan daya yang dikonsumsi oleh sistem.
Semakin jauh jarak antara transmitter dan receiver maka semakin kecil nilai RSSI dan
daya sinyal. Sebaliknya, semakin jauh jarak antara transmitter dan receiver maka
semakin besar daya yang dikonsumsi oleh perangkat LoRa. Sementara itu dari hasil
perbandingan 2 jenis perangkat LoRa, TTGO ESP32 LoRa memiliki nilai RSSI yang
lebih baik daripada Heltec Cube Cell, sedangkan dalam hal konsumsi daya Heltec Cube
Cell lebih sedikit menghabiskan daya daripada TTGO ESP32 LoRa.

Kata Kunci: Smart farming, LoRa, internet of things, ESP32, Heltec

iv
ABSTRACT
One of the technological innovations for farming is the application of the
Internet of Things (IoT). The application of IoT-based smart farming technology needs
to be collaborated with LoRa technology to be able to reach larger area in terms of
sending data parameters which is affect the growth of crops. However on its
implementation, the change of LoRa parameters are very influential in terms of data
transmission. This study performed the testing of distance changes on the value of
Received Signal Strength Indication (RSSI), signal power, and power consumption in
an outdoor. The LoRa devices that were tested and compared namely TTGO ESP32
LoRa and Heltec Cube Cell. The tests implemented on citrus farm using 2 scenarios
namely Line of Sight (LOS) and Non Line of Sight (NLOS) with the variation of
distances between transmitter and receiver, and determined for environmental
characteristics by calculating the value of Path Loss Exponent (PLE). The distance
changes were affect the RSSI value, signal power, and power consumption. The RSSI
value and signal power were decreased as the distance gets further. Otherwise, the
power consumption were increased as the distance gets further. Meanwhile from result
of a comparison 2 types of LoRa devices, TTGO ESP32 LoRa has better RSSI value
than Heltec Cube Cell, but Heltec Cube Cell is more efficient because it consumes less
power than TTGO ESP32 LoRa.

Keywords: Smart farming, LoRa, internet of things, ESP32, Heltec

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS KINERJA LORA PADA WIRELESS SENSOR NETWORK UNTUK
MONITORING KELEMBABAN TANAH DAN UDARA PADA PERKEBUNAN
JERUK BERBASIS IOT” dengan tepat pada waktunya.
Penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan program pendidikan Sarjana Terapan Pada Program Studi Teknik Otomasi
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,
dukungan, dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak I Nyoman Abdi, S.E., M.eCom. selaku Direktur Politeknik Negeri Bali.
2. Bapak Ir. I Wayan Raka Ardana, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro,
Politeknik Negeri Bali.
3. Bapak Ida Bagus Irawan Purnama, ST., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program
Studi DIV Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali
sekaligus Dosen Pembimbing I dalam penyusunan Skripsi ini.
4. Bapak I Made Sumerta Yasa, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II dalam
penyusunan Skripsi ini.
5. Bapak Dr. Anak Agung Ngurah Gde Sapteka, CIRR sebagai peneliti P3M PNB
yang telah menyertakan penulis dalam Penelitian Unggulan Strategis 2021 dan
membiayai penelitian ini.
6. Bapak I Ketut Mantel, selaku Pemilik Kebun Jeruk Siam yang telah membantu
dan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di kebun pemilik dalam
penyusunan Skripsi ini.
7. Bapak / Ibu Dosen, dan Instruktur Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Bali yang telah memberikan pengarahan dan dukungan dalam penyusunan
Skripsi ini.
8. Seluruh keluarga yang penulis cintai yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan kepada penulis selama proses penyusunan Skripsi ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Politeknik Negeri Bali dan semua pihak yang telah
membantu serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
Skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap laporan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis,
mahasiswa Politeknik Negeri Bali khusunya dan pembaca pada umumnya.

Bukit Jimbaran,……………………

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER................................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI.....................................................................ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI.....................................iii

ABSTRAK.......................................................................................................................iv

ABSTRACT........................................................................................................................v

KATA PENGANTAR......................................................................................................vi

DAFTAR ISI..................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL............................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah............................................................................................3

1.3. Batasan Masalah.................................................................................................3

1.4. Tujuan Penelitian................................................................................................4

1.5. Manfaat Penelitian..............................................................................................4

1.6. Sistematika Penulisan.........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6

2.1. Penelitian Sebelumnya........................................................................................6

2.2. Landasan Teori...................................................................................................6

2.2.1. Internet of Things............................................................................................6

2.2.2. LoRaWAN......................................................................................................7

2.2.3. Wireless Sensor Network................................................................................7

viii
2.2.4. TTGO ESP32 LoRa V2.1.6............................................................................8

2.2.5. Heltec Cube Cell HTCC-AB01.......................................................................8

2.2.6. Sensor INA219................................................................................................9

2.2.7. Sensor SHT31...............................................................................................10

2.2.8. Sensor Kelembaban Tanah............................................................................10

2.2.9. Modul TP4056..............................................................................................11

2.2.10. Panel Surya.................................................................................................12

2.2.11. Baterai Lithium 18650..................................................................................12

2.2.12. MySQL – phpMyAdmin..............................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................11

3.1. Gambaran Umum..............................................................................................11

3.1.1. Perancangan Sistem......................................................................................11

3.1.2. Parameter Dominan.......................................................................................13

3.2. Pembuatan Alat.................................................................................................14

3.2.1. Langkah Pembuatan Alat..............................................................................14

3.2.2. Alat dan Bahan..............................................................................................15

3.2.3. Perancangan Hardware.................................................................................15

3.2.4. Perancangan Software...................................................................................22

3.2.5. Perancangan Prototype..................................................................................35

3.3. Pengujian Sistem...............................................................................................37

3.3.1. Pengujian Jarak Maksimum dan Daya Sinyal dari 2 Jenis Modul LoRa......37

3.3.2. Pengujian Perbandingan Konsumsi Daya Berdasarkan Jarak.......................37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................50

4.1. Pengujian Halaman Web untuk Monitoring Sistem.........................................50

4.2. Pengujian Jarak dan Daya Sinyal pada Kondisi LOS.......................................54

4.2.1. Peralatan yang Digunakan.........................................................................54

4.2.2. Cara Pengujian...........................................................................................54

ix
4.2.3. Hasil Pengujian..........................................................................................54

4.2.4. Analisis Data.............................................................................................58

4.3. Pengujian Jarak dan Daya Sinyal pada Kondisi NLOS....................................60

4.3.1. Peralatan yang Digunakan.....................................................................60

4.3.2. Cara Pengujian.......................................................................................60

4.3.3. Hasil Pengujian......................................................................................60

4.3.4. Analisis Data..........................................................................................64

4.4. Pengujian Perbandingan Konsumsi Daya Berdasarkan Jarak..........................67

4.4.1. Peralatan yang Digunakan.....................................................................67

4.4.2. Cara Pengujian.......................................................................................67

4.4.3. Hasil Pengujian......................................................................................67

4.4.4. Analisis Data..........................................................................................70

BAB V PENUTUP..........................................................................................................72

5.1. Kesimpulan.......................................................................................................72

5.2. Saran.................................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................1

LAMPIRAN......................................................................................................................3

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Media Transmisi Nirkabel..........................................................1

Tabel 3.1. Nilai parameter (n) pada kondisi lingkungan yang berbeda...........................13

Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata RSSI dan Daya Sinyal LOS dari Sensor Node ke Data
Gateway...........................................................................................................................56

Tabel 4.2. Hasil rata-rata RSSI percobaan LOS Sensor Node 1 pada jarak 10m............58

Tabel 4.3. Hasil perhitungan PLE kondisi LOS..............................................................58

Tabel 4.4. Nilai RSSI dan Daya Sinyal NLOS dari Sensor Node ke Data Gateway......62

Tabel 4.5. Hasil rata-rata RSSI percobaan NLOS Sensor Node 2 pada jarak 10 m........64

Tabel 4.6. Hasil perhitungan PLE kondisi NLOS...........................................................65

Tabel 4.7. Pengukuran Daya Berdasarkan Jarak.............................................................68

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

YGambar 2.1. Sistem Hierarki LoRaWAN

Gambar 2.2. Konfigurasi pin TTGO ESP32 LoRa V2.1.6................................................8

Gambar 2.3. Konfigurasi pin Heltec Cube Cell HTCC-AB01..........................................9

Gambar 2.4. Konfigurasi pin Sensor INA219...................................................................9

Gambar 2.5. Sensor SHT31.............................................................................................10

Gambar.2.6. Sensor Kelembaban Tanah.........................................................................11

Gambar 2.7. Modul TP4056............................................................................................11

Gambar 2.8. Panel surya mini.........................................................................................12

Gambar 2.9. Baterai Lithium 18650................................................................................13

Gambar 3.1. Kondisi kebun jeruk untuk penempatan sistem..........................................11

Gambar 3.2. (a) Diagram Blok Sensor Node, (b) Diagram Blok Data Gateway, (c)
Diagram Blok Sistem Keseluruhan.................................................................................12

Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Sistem................................................................14

Gambar 3.4. Rangkaian skematik sensor node 1 pada software Fritzing........................15

Gambar 3.5. Rangkaian sensor SHT31 dengan TTGO ESP32 LoRa pada software
Fritzing............................................................................................................................16

Gambar 3.6. Rangkaian sensor kelembaban tanah dengan TTGO ESp32 LoRa pada
software Fritzing..............................................................................................................16

Gambar 3.7. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan TTGO ESP32 LoRA pada
software Fritzing..............................................................................................................17

Gambar 3.7. Rangkaian sensor INA219 dengan panel surya dan TTGO ESP32 LoRA
pada software Fritzing.....................................................................................................18

Gambar 3.8. Rangkaian komponen sensor node 2 pada software Fritzing.....................19

Gambar 3.9. Rangkaian sensor SHT31 dengan Heltec Cube Cell pada software Fritzing
.........................................................................................................................................19

xii
Gambar 3.10. Rangkaian sensor kelembaban tanah dengan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing..............................................................................................................20

Gambar 3.11. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing..............................................................................................................20

Gambar 3.12. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing..............................................................................................................21

Gambar 3.13. Rangkaian skematik data gateway pada software Fritzing.......................22

Gambar 3.14. Flowchart keseluruhan sensor node..........................................................23

Gambar 3.15. Flowchart keseluruhan data gateway........................................................23

Gambar 3.16. Tampak dalam desain Data Gateway.......................................................35

Gambar 3.17. Tampak luar desain Data Gateway...........................................................35

Gambar 3.18. Tampak dalam desain Node 1..................................................................36

Gambar 3.19. Tampak luar desain Node 1......................................................................36

Gambar 3.20. Tampak dalam desain Node 2..................................................................36

Gambar 3.21. Tampak luar desain Node 2......................................................................37

Gambar 4.1. Hasil uji pengiriman data ke database MySQL..........................................50

Gambar 4.2. Tampilan halaman login pada sistem monitoring melalui PC....................51

Gambar 4.3 (a) Tampilan utama web monitoring, (b) Tampilan tabel data sensor node 1,
(c) Tampilan tabel data sensor node 2.............................................................................52

Gambar 4.4. Tampilan utama grafik pada web monitoring.............................................53

Gambar 4.5 (a) Tampilan halaman login pada web monitoring melalui smartphone, (b)
Tampilan utama web monitoring pada smartphone, (c) Tampilan utama grafik pada web
monitoring melalui smartphone.......................................................................................53

Gambar 4.6. Denah Pengujian Kondisi LOS...................................................................54

Gambar 4.7. Posisi Transmitter.......................................................................................55

Gambar 4.8 Posisi Receiver............................................................................................55

Gambar 4.9. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai RSSI (dBm)
kondisi LOS.....................................................................................................................56

xiii
Gambar 4.10. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi LOS pada Node 1................................................................................................57

Gambar 4.11. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal
(mW) kondisi LOS pada Node 2.....................................................................................57

Gambar 4.12. Grafik perubahan PLE kondisi LOS pada Node 1..................................59

Gambar 4.13. Grafik perubahan PLE kondisi LOS pada Node 2..................................59

Gambar 4.14. Denah Pengujian Kondisi NLOS..............................................................61

Gambar 4.15. Posisi Transmitter.....................................................................................61

Gambar 4.16. Posisi Receiver.........................................................................................62

Gambar 4.17. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai RSSI (dBm)
kondisi NLOS..................................................................................................................63

Gambar 4.18. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi NLOS pada Node 1.............................................................................................64

Gambar 4.19. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi NLOS pada Node 2.............................................................................................64

Gambar 4.20. Grafik perubahan PLE kondisi NLOS pada Node 1................................66

Gambar 4.21. Grafik perubahan PLE kondisi NLOS pada Node 2................................66

Gambar 4.22. Denah Pengujian Konsumsi Daya Terhadap Jarak...................................67

Gambar 4.23. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap daya beban (mW)
kondisi LOS pada Node 1................................................................................................68

Gambar 4.24 Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap daya beban (mW)
kondisi LOS pada Node 2................................................................................................69

Gambar 4.25. Grafik regresi linier nilai konsumsi daya terhadap jarak pada sensor node
1.......................................................................................................................................70

Gambar 4.26. Grafik regresi linier nilai konsumsi daya terhadap jarak pada sensor node
2.......................................................................................................................................70

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 10 m

Lampiran 2. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 20 m

Lampiran 3. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 30 m

Lampiran 4. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 40 m

Lampiran 5. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 50 m

Lampiran 6. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 60 m

Lampiran 7. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 70 m

Lampiran 8. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 80 m

Lampiran 9. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 90 m

Lampiran 10. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 100 m

Lampiran 11. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 110 m

Lampiran 12. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 120 m

Lampiran 13. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 130 m

Lampiran 14. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 140 m
xv
Lampiran 15. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 10 m

Lampiran 16. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 20 m

Lampiran 17. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 30 m

Lampiran 18. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 40 m

Lampiran 19. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 50 m

Lampiran 20. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 60 m

Lampiran 21. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 70 m

Lampiran 22. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 80 m

Lampiran 23. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 90 m

Lampiran 24. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 100 m

Lampiran 25. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 110 m

Lampiran 26. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 120 m

Lampiran 27. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 130 m

Lampiran 28. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 10 m

Lampiran 29. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 20 m

Lampiran 30. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 30 m

Lampiran 31. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 40 m

xvi
Lampiran 32. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 50 m

Lampiran 33. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 60 m

Lampiran 34. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 70 m

Lampiran 35. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 80 m

Lampiran 36. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 90 m

Lampiran 37. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 100 m

Lampiran 38. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 110 m

Lampiran 39. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 120 m

Lampiran 40. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 130 m

Lampiran 41. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 140 m

Lampiran 42. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 10 m

Lampiran 43. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 20 m

Lampiran 44. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 30 m

Lampiran 45. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 40 m

Lampiran 46. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 50 m

Lampiran 47. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 60 m

Lampiran 48. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 70 m

Lampiran 49. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 80 m

Lampiran 50. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 90 m

Lampiran 51. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 100 m

Lampiran 52. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 110 m

Lampiran 53. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 120 m

Lampiran 54. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 130 m

Lampiran 55. Dokumentasi Penelitian

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini banyak teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk menyokong
aktivitas bercocok tanam di lahan perkebunan. Smart Agriculture merupakan suatu
sistem yang memakai teknologi tinggi untuk membudidayakan serta mengelola
tumbuhan pangan secara berkepanjangan untuk banyak pihak. Pertanian berbasis
Internet of Things (IoT) membuat para petani mendapatkan real-time data yang berguna
untuk memantau kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman. Proses ini
akan memangkas segala aktivitas yang memerlukan periode waktu tertentu serta jumlah
tenaga kerja yang cukup besar pada skala industri pertanian. Oleh sebab itu, industri
pertanian pada masa ini harus sadar akan potensi pasar IoT untuk aplikasi di dunia
pertanian.
Namun, kebanyakan sistem pertanian berbasis IoT yang sudah diterapkan di
Indonesia masih hanya mencakup wilayah lahan kebun yang tidak terlalu luas. Perlu
adanya teknologi yang dapat menghubungkan beberapa sensor yang tersebar di
beberapa titik lahan kebun secara nirkabel. Teknologi yang dibuat pada penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan beberapa data parameter yang berpengaruh dalam
kelangsungan pertumbuhan tanaman seperti temperatur udara, kelembaban udara, dan
kelembaban tanah.
Bersumber pada kasus tersebut, maka diperlukan media transmisi nirkabel yang
mempunyai jarak yang cukup jauh untuk dapat menghubungkan beberapa Sensor Node
yang akan disebarkan dalam beberapa titik pada lahan kebun. Berikut ini terdapat
beberapa contoh media transmisi nirkabel [1] yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbandingan Media Transmisi Nirkabel
Energy
Range Frequency Data Rate Cost
Consumption
Bluetooth 30 – 300 ft 2.4 GHz 1 Mbps Medium Low
Blee Up to 10 ft 2.4 GHz 1 Mbps Low Low
ZigBee 30 – 1.6 km 2.4 GHz 250 kbps Low Low
WiFi 100 – 150 ft 2.4 GHz 11 – 54 Mbps High High
LoRa 2 – 15 km ISM Band 868, 0.3 – 50 kbps Low Low
915 MHz

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 1
Dapat dilihat pada Tabel 1.1 bahwa media transmisi nirkabel yang bisa
menjangkau jarak yang paling jauh yaitu Long Range Radio (LoRa), dimana LoRa
sanggup mengirimkan informasi dengan jarak mencapai 2 – 15 km. Tidak hanya itu,
LoRa mempunyai kelebihan dalam hal konsumsi energi yang hemat dan anggaran yang
lumayan terjangkau dibandingkan dengan media transmisi nirkabel yang lain, misalnya
Bluetooth dan WiFi.
LoRa sering diaplikasikan untuk Machine-to-Machine (M2M) serta jaringan
IoT. LoRa bisa dioperasikan di Industrial, Scientific and Medical (ISM) pada pita
frekuensi 433 MHz, 868 MHz, dan 915 MHz. LoRa digunakan untuk piranti portable
yang beroperasi sampai 10 tahun dengan energi baterai saja di penyebaran regional,
nasional, ataupun global [2]. Ini membuatnya sangat cocok untuk penyebaran IoT
karena memakai sangat sedikit energi dan bisa dijalankan tahunan tanpa perawatan.
Beberapa riset taraf internasional mengenai LoRa menyimpulkan bahwa
jangkauan LoRa sangat dipengaruhi oleh kondisi zona. Zona perkotaan, pinggiran kota,
serta pedesaan mempunyai jangkauan LoRa yang berbeda, sehingga hal ini
mempengaruhi Received Signal Strength Indication (RSSI) [3]. Salah satu penelitian
mengenai studi performansi jarak jangkauan LoRa dalam mendukung infrastruktur
konektivitas nirkabel IoT berhasil melakukan pengukuran jangkauan LoRa hingga
radius 400 m. Namun jarak jangkauan ini masih belum sesuai dengan spesifikasi yang
diharapkan, yaitu sampai dengan radius 15 km [4]. Beberapa aspek menjanjikan dari
teknologi LoRa ini mendorong dilakukannya penelitian ini untuk pengujian performansi
jarak jangkauan LoRa di kawasan perkebunan di Bali. Analisis dilakukan untuk
mengetahui pengaruh jarak transmisi terhadap nilai RSSI yang berperan sebagai
indikator kekuatan sinyal terima untuk wilayah pedesaan khususnya daerah perkebunan.
Selain masalah tentang jangkauan performansi LoRa, konsumsi daya pada
perangkat ini juga perlu diperhatikan. Modul LoRa berfungsi untuk melakukan
pengukuran yang dilakukan secara tanpa henti (continuous). Hal ini menyebabkan
diperlukannya manajemen penggunaan daya pada modul LoRa, agar dapat
menghasilkan sebuah sistem yang hemat akan penggunaan energi.
Dalam menciptakan sebuah sistem yang hemat energi dapat diciptakan dengan
cara mengatur mode manajemen daya pada modul LoRa. Agar sistem manajemen daya
efektif, diperlukan pengukuran penggunaan daya yang dikonsumsi oleh modul LoRa
secara akurat [5]. Dalam implementasi baterai sebagai supply pada modul LoRa,

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 2
diperlukan sebuah pengujian penggunaan daya untuk mengetahui konsumsi daya
berdasarkan mode manajemen daya pada modul LoRa. Simulasi ini bertujuan untuk
mengetahui dan memberikan edukasi mengenai penggunaan energi yang dibutuhkan
sistem.
Penelitian ini mengkolaborasikan 2 modul LoRa populer yang tersedia di
pasaran, yaitu TTGO ESP32 LoRa V2.1.6 dan Heltec Cube Cell HTCC-AB01 dengan
pemilihan frekuensi 915 MHz untuk menguji kehandalan dan efisiensinya sebagai
media komunikasi data dalam hal monitoring parameter-parameter yang berpengaruh
pada tanaman jeruk seperti temperatur udara, kelembaban udara, dan kelembaban tanah.
Sistem ini diaplikasikan pada tanaman jeruk karena tanaman jeruk merupakan salah satu
tanaman yang membutuhkan kondisi khusus untuk dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik. Temperatur optimal yang dibutuhkan antara 25-30 C dengan kelembaban
optimum sekitar 70-80% [6]. Maka dari itu diperlukan beberapa sensor yang dapat
memantau nilai dari parameter tersebut agar para petani jeruk dapat mengetahui kondisi
lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman mereka secara
real-time.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Bagaimanakah implementasi sistem IoT untuk memonitoring temperatur udara,
kelembaban udara, dan kelembaban tanah pada kebun jeruk secara nirkabel?
b. Bagaimanakah perbandingan jarak transfer data dan daya yang dipancarkan
antara TTGO ESP32 LoRa V2.1.6 dengan Heltec Cube Cell HTCC-AB01?
c. Bagaimanakah pengaruh jarak terhadap konsumsi daya antara TTGO ESP32
LoRa V2.1.6 dengan Heltec Cube Cell HTCC-AB01?

1.3. Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian hanya akan dibatasi pada:
a. Transmisi LoRa menggunakan topologi star.
b. Kondisi LOS (Line of Sight) dan NLOS (Non Line of Sight) pada lingkungan
outdoor.
c. LoRa yang digunakan menggunakan frekuensi 915 MHz.
d. Parameter yang dimonitoring ialah temperatur udara, kelembaban udara, dan
kelembaban tanah.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 3
e. Pada pengujian jarak, penelitian hanya berfokus pada pengaruh jarak dan
halangan terhadap nilai RSSI.

1.4. Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini yaitu:
a. Dapat membuat sistem monitoring temperatur udara, kelembaban udara, dan
kelembaban tanah pada kebun jeruk secara nirkabel.
b. Dapat mengetahui perbandingan jarak maksimum transfer data dan daya yang
dipancarkan antara TTGO ESP32 LoRa V2.1.6 dengan Heltec Cube Cell
HTCC-AB01.
c. Dapat mengetahui pengaruh jarak terhadap konsumsi daya antara TTGO ESP32
LoRa V2.1.6 dengan Heltec Cube Cell HTCC-AB01.

1.5. Manfaat Penelitian


Berikut manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini adalah:
a. Meningkatkan efisiensi penanaman tanaman jeruk.
b. Membantu petani dalam meningkatkan peluang bisnis budidaya tanaman jeruk.
c. Mengetahui karakteristik lokasi yang digunakan untuk lokalisasi node pada
jaringan sensor nirkabel.
d. Membantu mewujudkan Smart Agriculture 4.0.

1.6. Sistematika Penulisan


Penelitian skripsi ini terdiri dari 5 bab, antara lain :
a. Bab I Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
b. Bab II Tinjauan Pustaka
Menguraikan tentang penelitian sebelumnya dan landasan teori yang berisi
definisi Internet of Things, LoRaWAN, Wireless Sensor Network, serta
komponen-komponen yang akan digunakan pada sistem yang dibangun.
c. Bab III Metodologi
Menguraikan tentang perancangan sistem, parameter yang dominan, pembuatan
sistem, prosedur pengujian sistem, dan hasil yang diharapkan.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 4
d. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Menguraikan dan menganalisis data-data yang didapatkan dari pengujian sistem.
e. Bab V Penutup
Menjelaskan tentang kesimpulan akhir penelitian serta saran-saran yang
direkomendasikan berdasarkan pengalaman di lapangan guna perbaikan proses
penelitian selanjutnya.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya


Penelitian sebelumnya [7] melakukan pengujian pengaruh perubahan parameter
LoRa pada lingkungan indoor dengan menggunakan 2 skenario yaitu LOS (Line of
Sight) dan NLOS (Non Line of Sight). Pengujian tersebut menggunakan komponen
Arduino Nano serta modul LoRa sebagai perangkat transmitter dan receiver. Namun
penelitian tersebut menguji performansi LoRa pada lingkungan indoor saja, perlu juga
dilakukan pengujian pada lingkungan outdoor sehingga hasilnya dapat diaplikasikan
untuk memudahkan aktivitas masyarakat luas terutama untuk sektor pertanian lahan
terbuka.
Penelitian sebelumnya [8] juga mengevaluasi beberapa modul LoRa berbiaya
rendah yang tersedia di pasar dan kesesuaiannya, efisiensi energi dan kinerja selama
operasi. Dua transceiver LoRa murah dari Semtech Industries, SX1272 dan SX1278
diuji untuk konsumsi daya dan jangkauan transmisi maksimum. Perlu adanya pengujian
modul LoRa lain yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda untuk mendapatkan
perbandingan yang lebih bervariasi untuk menentukan modul LoRa yang cocok untuk
diterapkan di sektor pertanian.
Penelitian ini diharapkan agar sistem yang dibuat memiliki cakupan lahan
pertanian yang lebih luas, dan dapat mengoptimalkan kinerja LoRa dalam sektor
pertanian. Penelitian ini mengambil beberapa bagian sistem yang telah ada pada
penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini terletak pada sistem komunikasi, modul
yang digunakan, dan sistem antarmuka. Sistem komunikasi pada penelitian ini
menggunakan modul Wi-Fi pada data gateway dan menggunakan komunikasi LoRa
pada sensor node. Modul LoRa yang diuji dalam penelitian ini adalah TTGO ESP32
LoRa dan Heltec Cube Cell. Sistem antarmuka dirancang menggunakan Visual Studio
Code dan dimonitoring melalui halaman web.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Internet of Things
Internet of Things (IoT) adalah sebuah istilah yang muncul dengan pengertian
sebuah akses perangkat elektronik melalui media internet. Akses perangkat tersebut
terjadi akibat hubungan manusia dengan perangkat atau perangkat dengan perangkat

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 6
dengan memanfaatkan jaringan internet. Akses perangkat tersebut terjadi karena
keinginan untuk berbagi data, berbagi akses dan juga mempertimbangkan keamanan
dalam aksesnya [9]. Dengan kata lain IoT merupakan sebuah sistem yang
menghubungkan suatau perangkat dengan perangkat lain dengan memanfaatkan
internet.

2.2.2. LoRaWAN
LoRaWAN adalah protokol jaringan area luas berdaya rendah berdasarkan
Teknologi LoRa. Dirancang untuk komunikasi IoT, perangkat LoRa dan protokol
LoRaWAN memungkinkan koneksi antara perangkat penggunaan jarak jauh (LPWAN)
untuk pengiriman ke aplikasi [10].

Gambar 2.1. Sistem Hierarki LoRaWAN


(Sumber: )

2.2.3. Wireless Sensor Network


Wireless Sensor Network (WSN) adalah suatu jaringan nirkabel yang terdiri dari
kumpulan node sensor dengan kemampuan sensing, komputasi, dan komunikasi yang

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 7
tersebar pada suatu tempat. Setiap sensor akan mengumpulkan data dari area yang
dideteksi seperti suhu, suara, getaran, tekanan, gerakan, kelembaban udara, dan deteksi
lainnya tergantung kemampuan sensor tersebut. Data yang diterima ini kemudian akan
diteruskan ke base station untuk diolah sehingga memberikan suatu informasi [11].

2.2.4. TTGO ESP32 LoRa V2.1.6


TTGO adalah modul jarak jauh LoRa yang menggunakan chip LoRa SX1276
dengan tambahan modul WiFi ESP32. Memiliki frekuensi 868/915MHz, keandalan
tinggi, flash 128 MBit onboard, antena Wi-Fi, sirkuit dan antarmuka pengisian baterai
lithium, CP2102 USB ke chip serial, dukungan sempurna untuk pengembangan Arduino
[12].

Gambar 2.2. Konfigurasi pin TTGO ESP32 LoRa V2.1.6


(Sumber: )

Spesifikasi TTGO LoRa V1 antara lain :


a. Tegangan operasi : 3.3V hingga 7V.
b. Kisaran suhu pengoperasian : -40 °C hingga + 90 °C.
c. Mendukung mode Sniffer, Station, softAP dan Wi-Fi Direct.
d. Sensitivitas penerima hingga - 140 dBm.
e. UDP continues mencapai kecepatan 135 Mbps.

2.2.5. Heltec Cube Cell HTCC-AB01

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 8
Seri Cube Cell ini sudah terintegrasi dengan mikrokontroler PSoC 4000
(Prosesor ARM Cortex M0 + Core) dan chip LoRa SX1262 dengan frekuensi
868/915MHz. Modul ini sudah dapat terhubung dengan Arduino IDE dan dapat dengan
mudah menghubungkan baterai lithium dan panel surya [13].

Gambar 2.3. Konfigurasi pin Heltec Cube Cell HTCC-AB01


(Sumber: )

Spesifikasi Heltec Cube Cell HTCC-01 antara lain :


a. Konsumsi daya sangat rendah, 3,5uA dalam deep sleep mode.
b. Sistem manajemen energi surya on board, dapat langsung terhubung dengan
panel surya 5,5 ~ 7V.
c. Antarmuka baterai SH1.25-2 on board, sistem manajemen baterai lithium
terintegrasi.
d. Sensitivitas penerima hingga - 148 dBm.
e. CP2102 USB terintegrasi ke chip port serial.

2.2.6. Sensor INA219


Sensor INA219 merupakan modul sensor yang dapat membaca nilai arus dan
tegangan pada suatu rangkaian elektronika. Sensor INA219 didukung dengan interface
I2C atau SMBUS-COMPATIBLE yang dapat membaca nilai tegangan shunt dan suplai
tegangan bus, dengan konversi program times dan filtering.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 9
Gambar 2.4. Konfigurasi pin Sensor INA219 [14]

Pin IN+ dan IN– merupakan pin positif dan negatif input dari tegangan shunt
dimana pin positif dihubungkan dengan hambatan shunt, sedangkan pin negatif
dihubungkan dengan ground. Pin SCL dan SDA merupakan pin serial bus clock line
dan serial bus data line, sedangkan pin A0 dan A1 merupakan alamat dari pin analog
input. Spesifikasi Sensor INA219 antara lain :
a. Amplifier input maksimum ±320mV, sehingga dapat mengukur nilai arus
mencapai ±3,2A.
b. Internal data 12 bit ADC, resolusi pada kisaran 3.2A adalah 0,8 mA.
c. Dapat mengidentifikasi tegangan shunt pada bus 0–26V [14].

2.2.7. Sensor SHT31


Sensor SHT31 adalah suatu sensor dari keluarga Sensirion yang digunakan
untuk melakukan pengukuran suhu dan kelembaban. Sensor SHT31 juga merupakan
sebuah single chip sensor suhu dan kelembaban relatif dengan multi-modul sensor yang
keluarannya telah dikalibrasi secara digital. Dibagian dalam sensor terdapat kapasitas
polimer sebagai elemen untuk sensor kelembaban relatif dan sebuah pita regangan yang
digunakan untuk sensor temperatur [15].

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 10
Gambar 2.5. Sensor SHT31
(Sumber: )

2.2.8. Sensor Kelembaban Tanah


Sensor kelembaban tanah yang digunakan adalah Soil Moisture sensor FC-28
tipe YL-100. Sensor ini memiliki spesifikasi tegangan input sebesar 3.3V-5V, tegangan
output sebesar 0V-4.2V, arus sebesar 35mA, dan rentang nilai ADC sebesar 1024 bit
yaitu antara 0-1023 bit.

Gambar.2.6. Sensor Kelembaban Tanah


(Sumber: )

Sensor ini terdapat dua probe yang digunakan untuk mengalirkan arus ke tanah
kemudian menghitung resistansinya agar mendapatkan nilai kelembaban tanah [16].

2.2.9. Modul TP4056


TP4056 merupakan modul untuk pengisian ulang baterai Lithium (Li-Ion
rechargeable battery). Modul ini terdapat 2 lampu indikator, yaitu LED merah

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 11
menunjukkan status sedang mengisi ulang dan LED biru menunjukkan status baterai
sudah terisi penuh. Modul ini menggunakan IC TP4056 yang merupakan IC pengisi
ulang linear untuk baterai Li-Ion sel tunggal dengan tegangan dan arus yang konstan
serta dilengkapi dengan thermal regulation.

Gambar 2.7. Modul TP4056


(Sumber: )

Tegangan pada saat pengisian adalah konstan di 4,2V (akurasi 1,5%), ideal
untuk pengisian ulang baterai yang bertegangan 3V-3,7V. IC ini juga memiliki fitur
pemantau arus, pengunci tegangan kurang (under-voltage lockout), pengisi ulang
otomatis dan 2 status pin yang terhubung dengan LED indikator. Modul ini juga dapat
mengisi ulang beberapa baterai Li-Ion yang disusun secara paralel [17].

2.2.10. Panel Surya


Sel surya merupakan elemen semikonduktor yang dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik dengan prinsip photovoltaic. Modul surya adalah
kumpulan dari beberapa sel surya, dan panel surya adalah kumpulan beberapa modul
surya.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 12
Gambar 2.8. Panel surya mini
(Sumber: )

Arus dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh sel surya dipengaruhi oleh 2
variabel fisis, yaitu intensitas cahaya matahari dan temperatur lingkungan. Intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh sel surya sebanding dengan arus dan tegangan
listrik yang dihasilkan oleh sel surya, sedangkan dengan intensitas radiasi cahaya
matahari yang tetap, namun apabila suhu lingkungan semakin tinggi maka tegangan sel
surya akan berkurang dan arus listrik yang dihasilkan akan bertambah [18].

2.2.11. Baterai Lithium 18650


Baterai Lithium 18650 adalah tipe baterai yang dapat dilakukan pengisian ulang
(rechargeable). Nama 18650 merujuk pada ukuran dimensinya yang berbentuk tabung.
Angka 18 berasal dari diameter baterai yang berukuran 18 milimeter dan angka 650
untuk ukuran tinggi baterai yaitu 65,0 milimeter. Angka “0” dibelakang koma merujuk
pada toleransi tinggi total baterai berdasarkan jenis produk baterai 18650 tersebut. [19].

Gambar 2.9. Baterai Lithium 18650


(Sumber: )

Tegangan nominal baterai lithium 18650 yaitu 3.6V-3.7V dengan tegangan


maksimal ketika full adalah 4,2 V Baterai yang digunakan pada sistem ini adalah baterai
lithium 18650 KDEST dengan kapasitas 2400mAh untuk satu baterai kemudian baterai
disusun secara paralel sebanyak 4 buah.

2.2.12. MySQL – phpMyAdmin

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 13
MySQL merupakan suatu aplikasi sistem manajemen basis data SQL atau
DBMS (Data Base Management System) yang multi-thread serta multi-user. MySQL
merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL
(Structured Query Language). SQL merupakan suatu konsep pengoperasian database,
terutama untuk pemilihan/seleksi dan input data, yang memungkinkan pengoperasian
data dikerjakan dengan mudah secara otomatis.
PhpMyAdmin merupakan suatu aplikasi bebas (opensource) yang ditulis dalam
bahasa pemrograman PHP yang digunakan untuk mengatasi administrasi database
MySQL lewat jaringan lokal ataupun internet. phpMyAdmin menunjang berbagai
operasi MySQL, antara lain (mengelola basis data, tabel- tabel, bidang (fields), relasi
(relations), indeks, pengguna (users), perijinan (permissions), dan lain-lain. Perbedaan
phpMyAdmin dengan MySQL terletak pada fungsinya, phpMyAdmin merupakan alat
untuk mempermudah dalam mengoperasikan database MySQL, sedangkan MySQL
merupakan database tempat penyimpanan data. PhpMyAdmin sendiri digunakan
sebagai alat untuk mengolah atau mengatur data pada MySQL [20].

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 14
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum


Penelitian ini dilakukan di sebuah kebun jeruk jenis Jeruk Siam (Citrus nobilis)
seluas 4.229 m2 di Banjar Pilan, Desa Margatengah, Payangan, Gianyar, Bali. Pada
penelitian ini terdapat satu buah data gateway dan 2 buah sensor node, sehingga data
sensor yang masuk akan dikirim ke database oleh data gateway menggunakan koneksi
internet. Kondisi kebun dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kondisi kebun jeruk untuk penempatan sistem

3.1.1. Perancangan Sistem

(a)

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 11
(b)

(c)

Gambar 3.2. (a) Diagram Blok Sensor Node, (b) Diagram Blok Data Gateway, (c) Diagram
Blok Sistem Keseluruhan

Gambar 3.2 (c) menampilkan blok diagram sistem monitoring kelembaban tanah
dan udara yang terhubung secara wireless (Wireless Sensor Network) berbasis LoRa dan
IoT. Pada sistem WSN tersebut terdapat dua bagian penting yaitu sensor node dan juga
data gateway yang terhubung dengan menggunakan topologi star. Kedua sensor node
memiliki 3 sensor yang sama yaitu yaitu sensor kelembaban tanah, sensor SHT31,
sensor INA219.
Sensor kelembaban tanah berfungsi untuk membaca nilai kelembaban tanah
pada tanaman jeruk, sedangkan sensor SHT31 berfungsi untuk membaca nilai
temperatur dan kelembaban udara di wilayah sekitar sensor. Masing-masing sensor
node juga terdapat sensor INA219 untuk mendapatkan nilai konsumsi daya baterai yang
menjadi sumber daya utama dari sensor node tersebut. Kemudian data yang diperoleh
dari masing-masing sensor node tersebut akan dikirim ke data gateway.
Pada data gateway terdapat TTGO ESP32 LoRa yang digunakan untuk
menerima data dari sensor node sekaligus melakukan upload data ke database MySQL.
Data yang disimpan dalam database kemudian ditampilkan pada halaman web berupa

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 12
dashboard. Data yang sudah diupload dapat dilihat oleh user via internet dengan
menggunakan web browser lewat laptop maupun smartphone.
Kedua sensor node terdapat panel surya untuk keperluan pengisian daya baterai.
Baterai yang digunakan adalah jenis Li-ion 18650 dengan kapasitas 9600 mAh,
sedangkan kapasitas panel surya yang digunakan adalah 2 WP. Spesifikasi tersebut
digunakan dengan perkiraan baterai masih dapat memberikan daya meskipun kondisi
tidak ada matahari selama 3 hari.

3.1.2. Parameter Dominan


Parameter yang dominan pada rancangan sistem ini ada tiga, antara lain RSSI
(dBm), PLE (n), daya sinyal (Pout), dan konsumsi daya baterai (W) dari masing-masing
sensor node. RSSI (Received Signal Strength Indication) merupakan indikator penanda
kekuatan sinyal yang dapat diterima oleh receiver. Baik tidaknya suatu RSSI dinilai dari
seberapa jauh RSSI yang diterima dari nilai 0. Apabila semakin mendekati 0 maka RSSI
dapat dikatakan baik. Nilai RSSI yang baik berkisar -1 dBm hingga -99 dBm,
sedangkan nilai RSSI yang buruk berada di bawah -100 dBm [8]. Rata-rata RSSI dapat
ditentukan melalui:

Jumlah RSSI
Rata−Rata RSSI = (3.1)
Paket Diterima

Dari nilai RSSI yang didapatkan, maka dapat diperoleh nilai daya sinyal. Daya
sinyal merupakan daya pancar pada Tx (transmitter) dan Rx (receiver) yang dapat
dihitung dengan rumus :
RSSI
Pout ( mW )=1000 x 10 10 (3.2)

Karakteristik lingkungan juga mempengaruhi keadaan transmisi khususnya di


area outdoor. Karakteristik lingkungan dapat dilihat dari nilai PLE (Path Loss
Exponent). Contoh PLE di berbagai kondisi ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Nilai parameter (n) pada kondisi lingkungan yang berbeda

Free Space 2
Urban Area 2,7 – 3,5
Shadowed urban Area 3–5
In-building LOS 1,6 – 1,8
Obstructed in-building 4-6

PLE dapat diukur dari nilai RSSI dengan menggunakan rumus :

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 13
Po− RSSIij

n=10 10 log10
dij
(3.3)

Keterangan:
P0 : Nilai RSSI terkuat
RSSIij : Kekuatan sinyal yang diterima
dij : Jarak pengukuran

3.2. Pembuatan Alat


3.2.1. Langkah Pembuatan Alat

Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Sistem

Pembuatan sistem dimulai dari pembelian alat dan bahan yang diperlukan untuk
pembuatan sistem. Setelah disiapkan, kemudian komponen dirangkai sesuai dengan
blok diagram pada Gambar 3.2 (a). dan 3.2 (b). masing-masing pada sensor node
maupun data gateway. Selanjutnya yakni melakukan pemograman pada masing-masing
modul untuk mengintegrasikan sensor-sensor yang terhubung sekaligus
menghubungkan antara sensor node maupun data gateway agar dapat berkomunikasi
dengan baik. Saat program sudah dapat berjalan dengan baik, maka dilanjutkan dengan

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 14
pembuatan dashboard web untuk keperluan monitoring dengan menggunakan aplikasi
Visual Studio Code.

3.2.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yaitu:
a. Perangkat keras (hardware) : TTGO ESP32 LoRa V2.1.6, Heltec Cube Cell
HTCC-AB01, Sensor SHT30, Sensor Kelembaban Tanah, Sensor INA219,
Baterai Li-Ion 9600mAh, Panel Surya 2W, dan Kabel Penghubung.
b. Perangkat lunak (software) : Arduino IDE, Visual Studio Code, database
MySQL, dan phpMyAdmin.

3.2.3. Perancangan Hardware


Pada tahap ini akan diuraikan bagaimana cara merancang perangkat keras sistem
dan diuraikan komponen apa saja yang bertugas sebagai perangkat masukan (input),
perangkar pengolah data (process), dan perangkat keluaran (output) yang digunakan dan
cara kerja alatnya.
a. Rangkaian Skematik pada Sensor Node 1

Gambar 3.4. Rangkaian skematik sensor node 1 pada software Fritzing

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 15
Pada Gambar 3.4 merupakan rangkaian sensor node 1 yang berisi sensor
SHT31, sensor kelembaban tanah, dan 2 buah sensor INA219. Sensor SHT31
digunakan untuk membaca nilai temperatur dan kelembaban udara, sedangkan
sensor kelembaban tanah digunakan untuk mambaca nilai kelembaban tanah.
Sensor INA219 digunakan 2 buah untuk membaca nilai arus dan tegangan yang
dihasilkan oleh sistem, serta membaca nilai arus dan tegangan yang dihasilkan
oleh panel surya. Semua data yang dihasilkan oleh sensor dikirim ke data
gateway oleh board TTGO ESP32 LoRa V2.1.6 yang memiliki chip LoRa.

Gambar 3.5. Rangkaian sensor SHT31 dengan TTGO ESP32 LoRa pada software
Fritzing

Keterangan port pada Gambar 3.5:


1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada TTGO ESP32 LoRa
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 5V pada TTGO ESP32 LoRa
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin 21 pada TTGO ESP32 LoRa
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin 22 pada TTGO ESP32 LoRa

Gambar 3.6. Rangkaian sensor kelembaban tanah dengan TTGO ESp32 LoRa pada
software Fritzing

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 16
Keterangan port pada Gambar 3.6.:
1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada TTGO ESP32 LoRa
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada TTGO ESP32 LoRa
3. Pin A0 pada sensor terhubung dengan pin 02 pada TTGO ESP32 LoRa

Gambar 3.7. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan TTGO ESP32 LoRA pada
software Fritzing

Keterangan port pada Gambar 3.7:


1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada TTGO ESP32 LoRa
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 5V pada TTGO ESP32 LoRa
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin 21 pada TTGO ESP32 LoRa
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin 22 pada TTGO ESP32 LoRa
5. Terminal Vin+ pada sensor terhubung dengan pin GND pada TTGO ESP32
LoRa
6. Terminal Vin- pada sensor terhubung dengan kutub - baterai

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 17
Gambar 3.7. Rangkaian sensor INA219 dengan panel surya dan TTGO ESP32 LoRA
pada software Fritzing

Keterangan port pada Gambar 3.7:


1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada TTGO ESP32 LoRa
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 5V pada TTGO ESP32 LoRa
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin 21 pada TTGO ESP32 LoRa
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin 22 pada TTGO ESP32 LoRa
5. Terminal Vin+ pada sensor terhubung dengan terminal + pada TTGO ESP32
LoRa
6. Terminal Vin- pada sensor terhubung dengan terminal + pada soket baterai pada
TTGO ESP32 LoRa

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 18
b. Rangkaian Skematik pada Sensor Node 2

Gambar 3.8. Rangkaian komponen sensor node 2 pada software Fritzing

Pada Gambar 3.8 merupakan rangkaian sensor node 2 yang berisi sensor
SHT31, sensor kelembaban tanah, dan 2 buah sensor INA219. Sensor SHT31
digunakan untuk membaca nilai temperatur dan kelembaban udara, sedangkan
sensor kelembaban tanah digunakan untuk mambaca nilai kelembaban tanah.
Sensor INA219 digunakan 2 buah untuk membaca nilai arus dan tegangan yang
dihasilkan oleh sistem, serta membaca nilai arus dan tegangan yang dihasilkan
oleh panel surya. Semua data yang dihasilkan oleh sensor dikirim ke data
gateway oleh board Heltec Cube Cell HTCC-AB01 yang memiliki chip LoRa.

Gambar 3.9. Rangkaian sensor SHT31 dengan Heltec Cube Cell pada software Fritzing

Keterangan port pada Gambar 3.9:


1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube Cell
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada Heltec Cube Cell

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 19
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin SDA pada Heltec Cube Cell
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin SCL pada Heltec Cube Cell

Gambar 3.10. Rangkaian sensor kelembaban tanah dengan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing

Keterangan port pada Gambar 3.10.:


1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube Cell
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada Heltec Cube Cell
3. Pin A0 pada sensor terhubung dengan pin ADC pada Heltec Cube Cell

Gambar 3.11. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan Heltec Cube Cell pada
software Fritzing

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 20
Keterangan port pada Gambar 3.11:
1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube Cell
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada Heltec Cube Cell
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin SDA pada Heltec Cube Cell
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin SCL pada Heltec Cube Cell
5. Terminal Vin+ pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube
Cell
6. Terminal Vin- pada sensor terhubung dengan kutub - baterai

Gambar 3.12. Rangkaian sensor INA219 dengan baterai dan Heltec Cube Cell pada software
Fritzing

Keterangan port pada Gambar 3.12:


1. Pin GND pada sensor terhubung dengan pin GND pada Heltec Cube Cell
2. Pin VCC pada sensor terhubung dengan pin 3V3 pada Heltec Cube Cell
3. Pin SDA pada sensor terhubung dengan pin SDA pada Heltec Cube Cell
4. Pin SCL pada sensor terhubung dengan pin SCL pada Heltec Cube Cell
5. Terminal Vin+ pada sensor terhubung dengan terminal + pada Heltec Cube
Cell
6. Terminal Vin- pada sensor terhubung dengan pin VS pada Heltec Cube Cell

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 21
c. Rangkaian Skematik pada Data Gateway

Gambar 3.13. Rangkaian skematik data gateway pada software Fritzing

3.2.4. Perancangan Software


a. Algoritma Sistem pada Sensor Node
Pada Gambar 3.14. dapat dijelaskan bagaimana sistem sensor node
bekerja. Sensor SHT31 membaca nilai temperatur dan kelembaban udara, sensor
kelembaban tanah membaca nilai kelembaban tanah, dan sensor INA219
membaca nilai arus dan tegangan yang ada pada sistem. Data-data tersebut akan
diolah di board Heltec Cube Cell untuk kemudian dikirim ke data gateway
menggunakan chip LoRa. Pengiriman data menggunakan konektivitas LoRa
dengan frekuensi 915 MHz.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 22
Gambar 3.14. Flowchart keseluruhan sensor node

b. Algoritma Sistem pada Data Gateway

Gambar 3.15. Flowchart keseluruhan data gateway

Pada algoritma ini program data gateway berjalan melalui deklarasi


variable data yang akan diterima. LED pada data gateway akan menyala sebagai

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 23
tanda terima data dari sensor node serta menampilkan data dan RSSI pada serial
monitor dan OLED display. Data yang diterima selanjutnya akan dikirim ke
database melalui koneksi internet. Data yang sudah tersimpan pada database
akan dipanggil dan ditampilkan pada halaman web sehingga dapat dilihat oleh
pengguna.

c. Pemrograman Arduino IDE pada Sensor Node 1


1. LoRa (Long Range)
Untuk mendeklarasikan chip komponen LoRa pada board TTGO ESP32
LoRa V1.2.6 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include <LoRa.h>
#include <Wire.h>
#include <SPI.h>
#define SCK 5 // GPIO5 -- SX1278's SCK
#define MISO 19 // GPIO19 -- SX1278's MISnO
#define MOSI 27 // GPIO27 -- SX1278's MOSI
#define SS 18 // GPIO18 -- SX1278's CS
#define RST 14 // GPIO14 -- SX1278's RESET
#define DI0 26 // GPIO26 -- SX1278's IRQ(Interrupt
Request)
Setelah pendeklarasian LoRa, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan frekuensi dari LoRa yang akan digunakan.
#define BAND 915E6
Setelah menentukan frekuensi LoRa, maka langkah selanjutnya adalah
mendeklarasikan parameter dari LoRa yang akan digunakan.
String rssi = "";
String packSize = "--";
String packet ;
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void setup() untuk
mengaktifkan chip LoRa dan menampilkan status kerjanya pada serial
monitor.
uint32_t currentFrequency;
while (!Serial);
Serial.println();
Serial.println("LoRa Sender Test");

SPI.begin(SCK,MISO,MOSI,SS);
LoRa.setPins(SS,RST,DI0);

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 24
if (!LoRa.begin(915E6)) {
Serial.println("Starting LoRa failed!");
while (1);
}
Langkah terakhir yaitu membuat script pada void loop() untuk
menentukan data-data apa saja yang akan dikirim dalam sebuah packet
menggunakan konektivitas LoRa.
// send packet
LoRa.beginPacket();
LoRa.print(t);
LoRa.print("-");
LoRa.print(h);
LoRa.print("-");
LoRa.print(value);
LoRa.print("-");
LoRa.print(loadvoltage);
LoRa.print("-");
LoRa.print(loadvoltage2);
LoRa.print("-");
LoRa.print(current_mA);
LoRa.print("-");
LoRa.print(current_mA2);
LoRa.print("-");
LoRa.print(counter);
LoRa.endPacket();
counter++;

2. Sensor Adafruit SHT31


Untuk mendeklarasikan sensor Adafruit SHT31 pada board TTGO
ESP32 LoRa V1.2.6 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include "Adafruit_SHT31.h"
Adafruit_SHT31 sht31 = Adafruit_SHT31();
Setelah pendeklarasian sensor, maka langkah selanjutnya adalah
membuat script pada void loop() untuk memastikan alamat I2C keberadaan
sensor dan mendeklarasikan parameter temperatur dan kelembaban.
if (!sht31.begin(0x44)) {
Serial.println("Couldn't find SHT31");
delay(1000);
}
float t = sht31.readTemperature();

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 25
float h = sht31.readHumidity();

3. Sensor Adafruit INA219


Untuk mendeklarasikan sensor Adafruit SHT31 pada board TTGO
ESP32 LoRa V1.2.6 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include "Adafruit_INA219.h"
Adafruit_INA219 ina219 = Adafruit_INA219();
Adafruit_INA219 ina219b = Adafruit_INA219(0x41);
Setelah pendeklarasian sensor, maka langkah selanjutnya adalah
membuat script pada void setup() untuk memastikan alamat I2C keberadaan
sensor..
if (!ina219.begin()) {
Serial.println("Failed to find INA219 chip");
while (1) { delay(10); }
}
if (!ina219b.begin()) {
Serial.println("Failed to find INA219 chip");
while (1) { delay(10); }
}
Langkah terakhir yaitu membuat script pada void loop() untuk
mendeklarasikan parameter arus, tegangan, dan daya.
float solarshuntvoltage = 0;
float solarbusvoltage = 0;
float solarcurrent_mA = 0;
float solarloadvoltage = 0;
float solarpower_mW = 0;

float batteryshuntvoltage = 0;
float batterybusvoltage = 0;
float batterycurrent_mA = 0;
float batteryloadvoltage = 0;
float batterypower_mW = 0;

solarshuntvoltage = ina219.getShuntVoltage_mV();
solarbusvoltage = ina219.getBusVoltage_V();
solarcurrent_mA = ina219.getCurrent_mA();
solarpower_mW = ina219.getPower_mW();
solarloadvoltage = solarbusvoltage + (solarshuntvoltage /
1000);

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 26
batteryshuntvoltage = ina219b.getShuntVoltage_mV();
batterybusvoltage = ina219b.getBusVoltage_V();
batterycurrent_mA = ina219b.getCurrent_mA();
batterypower_mW = ina219b.getPower_mW();
batteryloadvoltage = batterybusvoltage + (batteryshuntvoltage
/ 1000);

4. Sensor Kelembaban Tanah


Untuk mendeklarasikan pin sensor kelembaban tanah pada board TTGO
ESP32 LoRa V1.2.6 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
int sensor_pin = 15;
int value ;
Setelah pendeklarasian sensor, maka langkah selanjutnya adalah
membuat script pada void loop() untuk mendeklarasikan parameter
kelembaban tanah.
value = analogRead(sensor_pin);
value = map(value,4095,0,0,100);

5. LED (Light Emitting Diode) Indikator


Untuk mendeklarasikan pin LED pada board TTGO ESP32 LoRa V1.2.6
maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
pinMode(16,OUTPUT);
pinMode(25,OUTPUT);
Setelah pendeklarasian pin, maka langkah selanjutnya adalah membuat
script pada void loop() untuk mengatur LED menyala di setiap board TTGO
ESP32 LoRa V1.2.6 mengirim packet .
digitalWrite(25, HIGH);
delay(10);
digitalWrite(25, LOW);
delay(1000);

d. Pemrograman Arduino IDE pada Sensor Node 2


1. LoRa (Long Range)
Untuk mendeklarasikan chip komponen LoRa pada board Heltec Cube
Cell HTCC-AB01 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include "LoRaWan_APP.h"
#include <SPI.h>
#include <Wire.h>

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 27
Setelah menentukan frekuensi LoRa, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan frekuensi dan mendeklarasikan parameter dari LoRa yang akan
digunakan.
#define RF_FREQUENCY 915000000 // Hz
#define TX_OUTPUT_POWER 14 // dBm
#define LORA_BANDWIDTH 0 // [0: 125 kHz,
// 1: 250 kHz,
// 2: 500 kHz,
// 3: Reserved]
#define LORA_SPREADING_FACTOR 7 // [SF7..SF12]
#define LORA_CODINGRATE 1 // [1: 4/5,
// 2: 4/6,
// 3: 4/7,
// 4: 4/8]
#define LORA_PREAMBLE_LENGTH 8 // Same for Tx and Rx
#define LORA_SYMBOL_TIMEOUT 0 // Symbols
#define LORA_FIX_LENGTH_PAYLOAD_ON false
#define LORA_IQ_INVERSION_ON false

#define RX_TIMEOUT_VALUE 1000


#define BUFFER_SIZE 300 // Define the
payload size here

char txpacket[BUFFER_SIZE];
char rxpacket[BUFFER_SIZE];
static RadioEvents_t RadioEvents;

txNumber = 0;
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void setup() untuk
mengaktifkan chip LoRa.
boardInitMcu( );
RadioEvents.TxDone = OnTxDone;
RadioEvents.TxTimeout = OnTxTimeout;
RadioEvents.RxDone = OnRxDone;

Radio.Init( &RadioEvents );
Radio.SetChannel( RF_FREQUENCY );
Radio.SetTxConfig( MODEM_LORA, TX_OUTPUT_POWER, 0,
LORA_BANDWIDTH, LORA_SPREADING_FACTOR, LORA_CODINGRATE,

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 28
LORA_PREAMBLE_LENGTH, LORA_FIX_LENGTH_PAYLOAD_ON, true, 0, 0,
LORA_IQ_INVERSION_ON, 3000 );
Radio.SetRxConfig( MODEM_LORA, LORA_BANDWIDTH,
LORA_SPREADING_FACTOR, LORA_CODINGRATE, 0,
LORA_PREAMBLE_LENGTH, LORA_SYMBOL_TIMEOUT,
LORA_FIX_LENGTH_PAYLOAD_ON, 0, true, 0, 0,
LORA_IQ_INVERSION_ON, true );
state=TX;
Langkah terakhir yaitu membuat script pada void loop() untuk
menentukan data-data apa saja yang akan dikirim dalam sebuah packet
menggunakan konektivitas LoRa.
String data = String(t);
sprintf(txpacket, "%s", f2s(t,2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", f2s(h, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", f2s(value, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s",
f2s(solarloadvoltage, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
Sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s",
f2s(batteryloadvoltage, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", f2s(solarcurrent_mA,
2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s",
f2s(batterycurrent_mA, 2));
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%s", ";");
sprintf(txpacket+strlen(txpacket), "%d", txNumber);
txNumber++;
Radio.Send( (uint8_t *)txpacket, strlen(txpacket) );

2. Sensor Adafruit SHT31


Untuk mendeklarasikan sensor Adafruit SHT31 pada board Heltec Cube
Cell HTCC-AB01 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include "Adafruit_SHT31.h"
Adafruit_SHT31 sht31 = Adafruit_SHT31();

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 29
Setelah pendeklarasian sensor, maka langkah selanjutnya adalah
membuat script pada void loop() untuk memastikan alamat I2C keberadaan
sensor dan mendeklarasikan parameter temperatur dan kelembaban.
if (!sht31.begin(0x44)) {
Serial.println("Couldn't find SHT31");
delay(1000);
}
float t = sht31.readTemperature();
float h = sht31.readHumidity();

3. Sensor Adafruit INA219


Untuk mendeklarasikan sensor Adafruit SHT31 pada board Heltec Cube
Cell HTCC-AB01 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include "Adafruit_INA219.h"
Adafruit_INA219 ina219 = Adafruit_INA219();
Adafruit_INA219 ina219b = Adafruit_INA219(0x41);
Setelah pendeklarasian sensor, maka langkah selanjutnya adalah
membuat script pada void setup() untuk memastikan alamat I2C keberadaan
sensor..
if (!ina219.begin()) {
Serial.println("Failed to find INA219 chip");
while (1) { delay(10); }
}
if (!ina219b.begin()) {
Serial.println("Failed to find INA219 chip");
while (1) { delay(10); }
}
Langkah terakhir yaitu membuat script pada void loop() untuk
mendeklarasikan parameter arus, tegangan, dan daya.
float solarshuntvoltage = 0;
float solarbusvoltage = 0;
float solarcurrent_mA = 0;
float solarloadvoltage = 0;
float solarpower_mW = 0;

float batteryshuntvoltage = 0;
float batterybusvoltage = 0;
float batterycurrent_mA = 0;
float batteryloadvoltage = 0;

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 30
float batterypower_mW = 0;

solarshuntvoltage = ina219.getShuntVoltage_mV();
solarbusvoltage = ina219.getBusVoltage_V();
solarcurrent_mA = ina219.getCurrent_mA();
solarpower_mW = ina219.getPower_mW();
solarloadvoltage = solarbusvoltage + (solarshuntvoltage /
1000);

batteryshuntvoltage = ina219b.getShuntVoltage_mV();
batterybusvoltage = ina219b.getBusVoltage_V();
batterycurrent_mA = ina219b.getCurrent_mA();
batterypower_mW = ina219b.getPower_mW();
batteryloadvoltage = batterybusvoltage + (batteryshuntvoltage
/ 1000);

4. Sensor Kelembaban Tanah


Untuk mendeklarasikan pin sensor kelembaban tanah pada board Heltec
Cube Cell HTCC-AB01 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
int sensor_pin = 15;
int value;
long map(long x, long in_min, long in_max, long out_min, long
out_max) {
return (x - in_min) * (out_max - out_min) / (in_max -
in_min) + out_min;
}
Setelah pendeklarasian sensor, maka langkah selanjutnya adalah
membuat script pada void loop() untuk mendeklarasikan parameter
kelembaban tanah.
value = analogRead(sensor_pin);
value = map(value,4095,0,0,100);

5. LED (Light Emitting Diode) Indikator


Untuk mendeklarasikan pin LED pada board Heltec Cube Cell HTCC-
AB01 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
/*
* set LoraWan_RGB to 1,the RGB active
* RGB red means sending;
* RGB green means received done;
*/

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 31
#ifndef LoraWan_RGB
#define LoraWan_RGB 0
#endif
pinMode(Vext, OUTPUT);
digitalWrite(Vext, LOW);
Setelah pendeklarasian pin, maka langkah selanjutnya adalah membuat
script pada void loop() untuk mengatur LED menyala di setiap board Heltec
Cube Cell HTCC-AB01 mengirim packet .
digitalWrite(Vext, LOW);
delay(50);
digitalWrite(Vext, HIGH);
turnOnRGB(0x100000,0);

e. Pemrograman Arduino IDE pada Data Gateway


1. LoRa (Long Range)
Untuk mendeklarasikan chip komponen LoRa pada board TTGO ESP32
LoRa V1.2.6 maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include <SPI.h>
#include <LoRa.h>
#include <Wire.h>
#include "SSD1306.h"
#define SCK 5 // GPIO5 -- SX1278's SCK
#define MISO 19 // GPIO19 -- SX1278's MISnO
#define MOSI 27 // GPIO27 -- SX1278's MOSI
#define SS 18 // GPIO18 -- SX1278's CS
#define RST 14 // GPIO14 -- SX1278's RESET
#define DI0 26 // GPIO26 -- SX1278's IRQ(Interrupt
Request)
Setelah pendeklarasian LoRa, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan frekuensi dari LoRa yang akan digunakan.
#define BAND 915E6
Setelah menentukan frekuensi LoRa, maka langkah selanjutnya adalah
mendeklarasikan parameter dari LoRa yang akan digunakan.
String rssi = "";
String packSize = "--";
String packet ;
String readingID;

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 32
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void setup() untuk
mengaktifkan chip LoRa dan menampilkan status kerjanya pada serial
monitor.
while (!Serial);
Serial.println();
Serial.println("LoRa Receiver Callback");
SPI.begin(SCK,MISO,MOSI,SS);
LoRa.setPins(SS,RST,DI0);
if (!LoRa.begin(915E6)) {
Serial.println("Starting LoRa failed!");
while (1);
}
LoRa.receive();
Serial.println("init ok");
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void loop() untuk
menjalankan fungsi untuk menerima data dari sensor node menggunakan
konektivitas LoRa dan mengirim data ke database MySQL.
kirim_data();
delay(60000);
Langkah terakhir yaitu membagi paket data yang telah diterima serta
mendeklarasikannya dalam beberapa parameter yang akan dikirim ke
database.
int id = 0;
id++;
int packetSize = LoRa.parsePacket();
if (packetSize) {
cbk(packetSize);
Serial.println(packet);
digitalWrite(25, HIGH);
}
else {digitalWrite(25, LOW);}
float temperature1 = getValue(packet,45,0).toFloat();
float humidity1 = getValue(packet,45,1).toFloat();
float soil1 = getValue(packet, 59,2).toFloat();
float solarvoltage1 = getValue(packet,45,3).toFloat();
float loadvoltage1 = getValue(packet,45,4).toFloat();
float solarcurrent1 = getValue(packet,45,5).toFloat();
float loadcurrent1 = getValue(packet,45,6).toFloat();

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 33
float temperature2 = getValue(packet,59,0).toFloat();
float humidity2 = getValue(packet, 59,1).toFloat();
float soil2 = getValue(packet, 59,2).toFloat();
float solarvoltage2 = getValue(packet, 59,3).toFloat();
float loadvoltage2 = getValue(packet, 59,4).toFloat();
float solarcurrent2 = getValue(packet, 59,5).toFloat();
float loadcurrent2 = getValue(packet, 59,6).toFloat();
2. HTTP Request
Untuk mendeklarasikan library dan konektivitas internet yang akan
digunakan maka digunakan syntax seperti di bawah ini:
#include <HTTPClient.h>
const char *ssid = "BALI SMART ISLAND"; //Nama Wifi
const char *password = ""; // pass wifi
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void setup() untuk
mengaktifkan fungsi WiFi dan HTTP Client dan menampilkan status
kerjanya pada serial monitor.
WiFi.mode(WIFI_OFF);
delay(1000);
WiFi.mode(WIFI_STA);

WiFi.begin(ssid, password);
Serial.println("");

Serial.print("Connecting");
// Wait for connection
while (WiFi.status() != WL_CONNECTED) {
delay(500);
Serial.print(".");
}

Serial.println("");
Serial.print("Connected to ");
Serial.println(ssid);
Serial.print("IP address: ");
Serial.println(WiFi.localIP());
Langkah selanjutnya yaitu membuat script pada void kirimdata() untuk
dapat mengirim data ke database MySQL menggunakan koneksi WiFi
String postData = (String)"id=" + id + "&temperature1="+
temperature1 + "&humidity1=" + humidity1 + "&soil1=" + soil1

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 34
+ "&solarcurrent1=" + solarcurrent1 + "&solarvoltage1=" +
solarvoltage1 + "&loadcurrent1=" + loadcurrent1 +
"&loadvoltage1=" + loadvoltage1 + "&temperature2=" +
temperature2 + "&humidity2=" + humidity2 + "&soil2=" + soil2
+ "&solarcurrent2=" + solarcurrent2 + "&solarvoltage2=" +
solarvoltage2 + "&loadcurrent2=" + loadcurrent2 +
"&loadvoltage2=" + loadvoltage2 + "&rssi=" + rssi;

HTTPClient http;
http.begin("http://sapteka.net/project02/api.php");
http.addHeader("Content-Type", "application/x-www-form-
urlencoded");

auto httpCode = http.POST(postData);


String payload = http.getString();

Serial.println(postData);
Serial.println(payload);

http.end();

3.2.5. Perancangan Prototype


Rangkaian yang telah dibuat ditempatkan pada sebuah duradus junction box
yang telah dibuatkan 3 lubang untuk peletakan kabel dari panel surya, sensor
kelembaban tanah, dan antena LoRa. Desain dari prototype yang akan digunakan untuk
tiap node dapat dilihat pada Gambar 3.16. sampai Gambar 3.21.

Gambar 3.16. Tampak dalam desain Data Gateway

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 35
Gambar 3.17. Tampak luar desain Data Gateway

Gambar 3.18. Tampak dalam desain Node 1

Gambar 3.19. Tampak luar desain Node 1

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 36
Gambar 3.20. Tampak dalam desain Node 2

Gambar 3.21. Tampak luar desain Node 2

3.3. Pengujian Sistem


3.3.1. Pengujian Jarak Maksimum dan Daya Sinyal dari 2 Jenis Modul LoRa
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan dan mengetahui pengaruh
perubahan parameter jarak terhadap nilai RSSI oleh modul TTGO ESP32 LoRa dan
Heltec Cube Cell. Pengujian ini berfokus pada pengambilan data berupa nilai RSSI
yang dilakukan dengan beberapa skenario percobaan yang dilakukan yaitu:
a. Kondisi LOS (Line of Sight)
Pada skenario ini dilakukan pengukuran pada kondisi area yang benar-
benar tanpa halangan (obstacle) dengan tinggi antena 1 meter. Diukur pada saat
sensor node terhubung dengan data gateway dengan jarak pengukuran bervariasi
hingga mencapai batas panjang kebun jeruk (140m). Data yang diambil
sejumlah 10 data di masing-masing jarak pengukuran.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 37
b. Kondisi NLOS (Non Line of Sight)
Pada skenario ini dilakukan pengukuran pada kondisi area yang memiliki
beberapa halangan (obstacle) dengan tinggi antena 1 meter. Diukur pada saat
sensor node terhubung dengan data gateway dengan jarak pengukuran hingga
mencapai batas panjang kebun jeruk (140m). Data yang diambil sejumlah 10
data di masing-masing jarak pengukuran.

3.3.2. Pengujian Perbandingan Konsumsi Daya Berdasarkan Jarak


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan konsumsi daya modul
LoRa berdasarkan perubahan nilai parameter jarak. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan dua unit sensor node. Pengujian ini berfokus pada pengambilan data
berupa nilai arus dan tegangan yang dibaca oleh sensor INA219 pada masing-masing
sensor node yang dilakukan dengan skenario pengukuran dengan jarak pengukuran
yang bervariasi. Data yang diambil sejumlah 10 data di masing-masing jarak
pengukuran.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis akan dijelaskan pada bab ini.
Tujuan dari bab ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan terhadap perancangan
sistem yang telah diajukan dan dikerjakan. Tahapan pengujian yang dilakukan meliputi
pengujian halaman web untuk monitoring sistem, pengujian jarak dan daya sinyal dari 2
jenis modul LoRa, serta pengujian perbandingan konsumsi daya berdasarkan parameter
jarak.

4.1. Pengujian Halaman Web untuk Monitoring Sistem


Dalam pengujian ini dapat dilihat bahwa board TTGO ESP32 LoRa yang
terdapat pada data gateway sudah berhasil menerima data dari kedua sensor node dan
dikirim ke database MySQL seperti gambar di bawah ini :

Gambar 4.1. Hasil uji pengiriman data ke database MySQL

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa data yang dikirim oleh data gateway
sudah tersimpan di MySQL yaitu di dalam tabel “datagateway” pada database
sapteka_research. Data-data ini terkirim dan disimpan dalam database setiap 1 menit
yang diatur dalam pemrograman Arduino pada board TTGO ESP32 LoRa.
Data-data yang sudah tersimpan pada database kemudian dipanggil
menggunakan bahasa pemrograman PHP dan ditampilkan melalui halaman web dengan
alamat http://sapteka.net/project02/index.php. Halaman web dapat diakses oleh
pengguna melalui PC maupun smartphone. Namun sebelum masuk ke alamat tersebut,
sistem akan otomatis mengarahkan pengguna ke halaman login terlebih dahulu.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 50
Gambar 4.2. Tampilan halaman login pada sistem monitoring melalui PC

Pengguna dapat login menggunakan username dan password yang telah


terdaftar di database sebelumnya. Setelah login, maka sistem otomatis mengarahkan
pengguna ke halaman monitoring berupa tabel yang berisi data-data yang diterima oleh
sensor seperti pada Gambar 4.3 (a), (b), dan (c).

(a)

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 51
(b)

(c)

Gambar 4.3 (a) Tampilan utama web monitoring, (b) Tampilan tabel data sensor node 1, (c)
Tampilan tabel data sensor node 2

Data yang ditampilkan pada tabel merupakan 10 data terbaru pada masing-
masing sensor node. Data tersebut akan otomatis diperbarui setiap 1 menit. Pengguna
juga dapat melihat tampilan grafik dari data-data tersebut dengan cara memilih tombol
“LIHAT GRAFIK” pada pojok kiri atas tabel data sensor node 1.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 52
Gambar 4.4. Tampilan utama grafik pada web monitoring

Halaman web tersebut juga dapat diakses oleh pengguna melalui smartphone
dengan prosedur yang sama. Tampilan halaman web pada smartphone dapat dilihat
pada Gambar 4.5 (a), (b), dan (c).

(a) (b) (c)

Gambar 4.5 (a) Tampilan halaman login pada web monitoring melalui smartphone, (b)
Tampilan utama web monitoring pada smartphone, (c) Tampilan utama grafik pada web
monitoring melalui smartphone

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 53
Pengguna dapat keluar dari halaman web monitoring dengan cara memilih
tombol “LOGOUT” yang berada pada pojok kiri atas tabel data sensor node 1. Setelah
memilih tombol “LOGOUT”, maka sistem langsung mengarahkan pengguna ke
halaman login kembali.

4.2. Pengujian Jarak dan Daya Sinyal pada Kondisi LOS


4.2.1. Peralatan yang Digunakan
1. Dua buah sensor node berisi rangkaian sensor dan modul LoRa.
2. Data gateway berisi rangkaian modul LoRa.
3. Laptop berisi software Tera Term.

4.2.2. Cara Pengujian


1. Menyambungkan laptop dengan data gateway yang berfungsi sebagai receiver.
2. Menyalakan dua buah sensor node yang berfungsi sebagai transmitter.
3. Merekam data yang diterima berupa data RSSI oleh receiver menggunakan
software Tera Term pada laptop.
4. Mengatur perubahan parameter jarak antara transmitter dan receiver.

4.2.3. Hasil Pengujian


Skenario pengujian pada kondisi LOS (Line of Sight) menggunakan panjang
jalan di pinggir kebun jeruk di wilayah Kebun Raya Gianyar sesuai pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Denah Pengujian Kondisi LOS

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 54
Gambar 4.7. Posisi Transmitter

Gambar 4.8 Posisi Receiver

Pengujian dilakukan dengan menempatkan antara transmitter dan receiver


seperti pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8, selanjutnya transmitter dipindahkan menjauh
dari receiver untuk mengatur parameter jarak sesuai dengan skenario pengujian.
Pengujian dilakukan dengan cara bergantian antara sensor node 1 dan sensor node 2
dengan perubahan parameter yang sama agar data yang terekap akurat. Maka dapat
dilihat data tabel Nilai Rata-Rata RSSI dan Daya Sinyal pada Kondisi LOS pada Tabel
4.1 dan data lengkap perhitungan rata-rata RSSI dan daya sinyal pada kondisi LOS
dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 14.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 55
Tabel 4.1. Nilai Rata-Rata RSSI dan Daya Sinyal LOS dari Sensor Node ke Data
Gateway
Rata-rata RSSI (dBm) Daya Sinyal (mW)
Jarak
(m) TTGO ESP32 Heltec Cube TTGO ESP32 Heltec Cube
LoRa Cell LoRa Cell
-6
10 -69,3 -82,7 117.490 x 10 5.370 x 10-6
20 -75,1 -87,1 30.903 x 10-6 1.950 x 10-6
30 -73,5 -93,3 44.668 x 10-6 0.468 x 10-6
40 -69,8 -90,9 104.713 x 10-6 0.813 x 10-6
50 -78,0 -100,7 15.849 x 10-6 0.085 x 10-6
60 -77,5 -98,6 17.783 x 10-6 0.138 x 10-6
70 -84,6 -101,3 3.467 x 10-6 0.074 x 10-6
80 -85,8 -104,1 2.630 x 10-6 0.039 x 10-6
90 -91,2 -108,3 0.759 x 10-6 0.015 x 10-6
100 -91,3 -106,9 0.741 x 10-6 0.020 x 10-6
110 -90,5 -106,9 0.891 x 10-6 0.020 x 10-6
120 -90,4 -110,8 0.912 x 10-6 0.008 x 10-6
130 -89,3 -111,0 1.175 x 10-6 0.008 x 10-6
140 -86,6 -107,9 2.188 x 10-6 0.016 x 10-6

Nilai Rata-Rata RSSI kondisi LOS


Node 1 Node 2
-65
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
-69.3
-70 -69.8
-73.5
-75 -75.1
-78 -77.5
-80
-82.7
RSSI (dBm)

-85 -84.6 -85.8


-87.1 -86.6
-90 -90.5 -90.4 -89.3
-90.9 -91.2 -91.3
-93.3
-95
-98.6
-100 -100.7 -101.3
-105 -104.1
-106.9-106.9 -107.9
-108.3
-110 -110.8 -111

Jarak (m)

Gambar 4.9. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai RSSI (dBm) kondisi LOS

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.9, hasil pengukuran RSSI terhadap
perubahan parameter jarak sangat berpengaruh pada penurunan nilai RSSI. Dimana

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 56
pada sensor node 1 nilai berkisar -69,3 dBm hingga -91,3 dBm, sedangkan pada sensor
node 2 nilai berkisar -82,7 dBm hingga -111 dBm.

Daya Sinyal (x 10-6 mW)


Node 1
117.490

104.713
100.700

80.700

60.700

44.668
40.700
30.903
20.700
15.84917.783

0.700 3.467 2.630 0.759 0.741 0.891 0.912 1.175 2.188


10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m

Gambar 4.10. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi LOS pada Node 1

Daya Sinyal (x 10-6 mW)


Node 2
5.370
5.000

4.000

3.000

2.000 1.950

1.000
0.813
0.468

0.000 0.085 0.138 0.074 0.039 0.015 0.020 0.020 0.008 0.008 0.016
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m

Gambar 4.11. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi LOS pada Node 2

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 57
4.2.4. Analisis Data
Tabel 4.2. Hasil rata-rata RSSI percobaan LOS Sensor Node 1 pada jarak 10m

Data 1 -70
Data 2 -69
Data 3 -70
Data 4 -70
Data 5 -68
Data 6 -68
Data 7 -68
Data 8 -68
Data 9 -68 P0
Data 10 -74
Rata-rata -69.3 RSSIij
Pada Tabel 4.2 ditemukan bahwa P 0 = -68 dBm karena nilai maksimal dari RSSI
pada percobaan jarak 10 meter. Kemudian -68 dBm digunakan sebagai P0 dan RSSIij =
-69,3 dBm dengan dij = 10 m. Maka didapatkan:
−68−(−69,3 )
10
10 log10
n=10
1,3
n=10 100

n=1,030

Hasil perhitungan PLE kondisi LOS dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data
lengkap perhitungan PLE pada kondisi LOS dapat dilihat pada Lampiran 28 sampai
Lampiran 41.
Tabel 4.3. Hasil perhitungan PLE kondisi LOS

Jarak PLE (n) Sensor Node 1 PLE (n) Sensor Node 2


(m)
10 1.030 1.040
20 1.060 1.001
30 1.059 1.058
40 1.005 1.011
50 1.042 1.031
60 1.006 1.006
70 1.022 1.011
80 1.002 1.006
90 1.019 1.019
100 1.003 1.004
110 1.012 1.010
120 1.003 1.003

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 58
130 1.002 1.002
140 1.001 1.001

PLE kondisi LOS


Node 1
1.060 1.060 1.059
1.055
1.050
1.045
1.042
1.040
1.035
PLE (n)

1.030
1.030
1.025
1.020 1.022
1.019
1.015
1.010 1.012
1.005 1.005 1.006
1.002 1.003 1.003 1.002 1.001
1.000
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)

Gambar 4.12. Grafik perubahan PLE kondisi LOS pada Node 1

PLE kondisi LOS


Node 2
1.060
1.058
1.055
1.050
1.045
1.040
1.040
1.035
PLE (n)

1.030 1.031
1.025
1.020 1.019
1.015
1.010 1.011 1.011 1.010
1.005 1.006 1.006 1.004 1.003 1.002 1.001
1.000 1.001
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)

Gambar 4.13. Grafik perubahan PLE kondisi LOS pada Node 2

Hasil pengujian nilai PLE (n) kondisi LOS pada sensor node 1 adalah sebesar
1,019, sedangkan untuk kondisi LOS pada sensor node 2 adalah sebesar 1,015.
Pengujian nilai PLE dilihat dari pengukuran nilai RSSI terhadap perubahan parameter
jarak antara transmitter dengan receiver. Pengujian ini perlu dilakukan berulang kali
untuk mendapatkan nilai linier RSSI terhadap parameter jarak, yaitu semakin jauh jarak

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 59
maka semakin rendah nilai RSSI. Sehingga hasil perhitungan PLE ditentukan oleh hasil
pengukuran RSSI dimana perubahan RSSI yang didapatkan tergantung dari lingkungan
pada saat pengukuran.

4.3. Pengujian Jarak dan Daya Sinyal pada Kondisi NLOS

4.3.1. Peralatan yang Digunakan


1. Dua buah sensor node berisi rangkaian sensor dan modul LoRa.
2. Data gateway berisi rangkaian modul LoRa.
3. Laptop berisi software Tera Term.

4.3.2. Cara Pengujian


1. Menyambungkan laptop dengan data gateway yang berfungsi sebagai receiver.
2. Menyalakan dua buah sensor node yang berfungsi sebagai transmitter.
3. Merekam data yang diterima berupa data RSSI (Received Signal Strength
Indicator) oleh receiver menggunakan software Tera Term pada laptop.
4. Mengatur perubahan parameter jarak antara transmitter dan receiver.

4.3.3. Hasil Pengujian


Skenario pengujian pada kondisi NLOS (Non Line of Sight) menggunakan
wilayah kebun jeruk di wilayah Kebun Raya Gianyar sesuai pada Gambar 4.14.

Gambar 4.14. Denah Pengujian Kondisi NLOS

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 60
Gambar 4.15. Posisi Transmitter

Gambar 4.16. Posisi Receiver

Pengujian dilakukan dengan menempatkan antara transmitter dan receiver


seperti pada Gambar 4.15 dan Gambar 4.16 Pengujian kondisi NLOS menggunakan
beberapa pohon jeruk dengan tinggi rata-rata 3 meter yang tumbuh di kebun sebagai
halangan (obstacle), selanjutnya transmitter dipindahkan menjauh dari receiver untuk
mengatur parameter jarak sesuai dengan skenario pengujian. Pengujian dilakukan
dengan cara bergantian antara sensor node 1 dan sensor node 2 dengan perubahan
parameter yang sama agar data yang terekap akurat. Maka dapat dilihat data tabel Nilai
Rata-Rata RSSI dan Daya Sinyal pada Kondisi NLOS pada Tabel 4.4 dan data lengkap
perhitungan rata-rata RSSI dan daya sinyal pada kondisi NLOS dapat dilihat pada
Lampiran 15 sampai Lampiran 27.
Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 61
Tabel 4.4. Nilai RSSI dan Daya Sinyal NLOS dari Sensor Node ke Data Gateway
RSSI (dBm) Daya Sinyal (mW)
Jarak
(m) TTGO ESP32 Heltec Cube TTGO ESP32 Heltec Cube
LoRa Cell LoRa Cell
10 -70,6 -103,7 87.096 x 10-6 0.043 x 10-6
20 -69,2 -95,0 120.226 x 10-6 0.316 x 10-6
30 -71,1 -94,2 77.625 x 10-6 0.380 x 10-6
40 -78,7 -102,3 13.490 x 10-6 0.059 x 10-6
50 -89,4 -104,4 1.148 x 10-6 0.036 x 10-6
60 -108,8 -109,7 0.013 x 10-6 0.011 x 10-6
70 - -114,0 - 0.004 x 10-6
80 - -115,4 - 0.003 x 10-6
90 - -114,7 - 0.003 x 10-6
100 - -116,0 - 0.003 x 10-6
110 - -116,0 - 0.003 x 10-6
120 - -117,7 - 0.002 x 10-6
130 - -116,7 - 0.002 x 10-6

Nilai RSSI kondisi NLOS


Node 1 Node 2
-65
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m
-70 -69.2
-70.6 -71.1
-75
-78.7
-80
-85
RSSI (dBm)

-90 -89.4

-95 -95 -94.2

-100
-102.3
-103.7 -104.4
-105
-110 -108.8
-109.7
-114
-115 -115.4 -114.7 -116 -116
-117.7 -116.7
Jarak (m)

Gambar 4.17. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai RSSI (dBm) kondisi
NLOS

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.17, hasil pengukuran RSSI terhadap
perubahan parameter jarak sangat berpengaruh pada penurunan nilai RSSI. Dimana

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 62
pada sensor node 1 nilai berkisar -70,6 dBm hingga -108,8 dBm, sedangkan pada
sensor node 2 nilai berkisar -94,2 dBm hingga -117,7 dBm.

Daya Sinyal (x 10-6 mW)


Node 1
120.000 120.226

100.000
87.096
80.000 77.625

60.000

40.000

20.000
13.490
0.000 1.148 0.013
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m

Gambar 4.18. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi NLOS pada Node 1

Daya Sinyal (x 10-6 mW)


Node 2

0.380
0.351
0.316
0.301

0.251

0.201

0.151

0.101

0.051 0.059
0.043 0.036
0.001 0.011 0.004 0.003 0.003 0.003 0.003 0.002 0.002
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Gambar 4.19. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap nilai daya sinyal (mW)
kondisi NLOS pada Node 2

4.3.4. Analisis Data

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 63
Tabel 4.5. Hasil rata-rata RSSI percobaan NLOS Sensor Node 2 pada jarak 10 m
Data 1 -99 P0
Data 2 -102
Data 3 -104
Data 4 -105
Data 5 -110
Data 6 -112
Data 7 -106
Data 8 -100
Data 9 -100
Data 10 -99
Rata-rata -103.7 RSSIij
Pada Tabel 4.5 ditemukan bahwa P 0 = -99 dBm karena nilai maksimal dari RSSI
pada percobaan jarak 10 meter. Kemudian -99 dBm digunakan sebagai P0 dan RSSIij =
-103,7 dBm dengan dij = 10 m. Maka didapatkan:
−99−(−103,7)
10
10 log 10
n=10
4,7
n=10 100

n=1,114

Hasil perhitungan PLE kondisi NLOS dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan data
lengkap perhitungan PLE pada kondisi NLOS dapat dilihat pada Lampiran 42 sampai
Lampiran 54.
Tabel 4.6. Hasil perhitungan PLE kondisi NLOS
Jarak PLE (n) Sensor Node 1 PLE (n) Sensor Node 2
(m)
10 1.038 1.114
20 1.038 1.047
30 1.016 1.049
40 1.027 1.008
50 1.083 1.011
60 1.113 1.007
70  - 1.010
80  - 1.001
90  - 1.004
100  - 1.002
110  - 1.006
120  - 1.001
130  - 1.001

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 64
PLE kondisi NLOS
Node 1
1.110 1.113
1.100
1.090
1.080 1.083
1.070
1.060
PLE (n)

1.050
1.040
1.038 1.038
1.030 1.027
1.020 1.016
1.010
1.000
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m
Jarak (m)

Gambar 4.20. Grafik perubahan PLE kondisi NLOS pada Node 1

PLE kondisi NLOS


Node 2
1.114
1.110
1.100
1.090
1.080
1.070
1.060
PLE (n)

1.050 1.047 1.049


1.040
1.030
1.020
1.010 1.008 1.011 1.007 1.010 1.006
1.000 1.001 1.004 1.002 1.001 1.001
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m
Jarak (m)

Gambar 4.21. Grafik perubahan PLE kondisi NLOS pada Node 2

Hasil perhitungan nilai PLE (n) kondisi NLOS pada sensor node 1 adalah
sebesar 1,052, sedangkan untuk kondisi NLOS pada sensor node 2 adalah sebesar
1,020. Pengujian nilai PLE dilihat dari pengukuran nilai RSSI terhadap perubahan
parameter jarak antara transmitter dengan receiver. Pengujian ini perlu dilakukan
berulang kali untuk mendapatkan nilai linier RSSI terhadap parameter jarak, yaitu
semakin jauh jarak maka semakin rendah nilai RSSI. Sehingga hasil perhitungan PLE
ditentukan oleh hasil pengukuran RSSI dimana perubahan RSSI yang didapatkan
tergantung dari lingkungan pada saat pengukuran.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 65
4.4. Pengujian Perbandingan Konsumsi Daya Berdasarkan Jarak
4.4.1. Peralatan yang Digunakan
1. Dua buah sensor node berisi rangkaian sensor dan modul LoRa.
2. Data gateway berisi rangkaian modul LoRa.
3. Laptop berisi software Tera Term.

4.4.2. Cara Pengujian


1. Menyambungkan laptop dengan data gateway yang berfungsi sebagai receiver.
2. Menyalakan dua buah sensor node yang berfungsi sebagai transmitter.
3. Merekam data yang diterima berupa nilai arus dan tegangan oleh receiver
menggunakan software Tera Term pada laptop.
4. Mengatur perubahan parameter jarak antara transmitter dan receiver.

4.4.3. Hasil Pengujian


Skenario pengujian pada mode normal menggunakan wilayah kebun jeruk di
wilayah Kebun Raya Gianyar sesuai pada Gambar 4.22.

Gambar 4.22. Denah Pengujian Konsumsi Daya Terhadap Jarak

Pengujian dilakukan dengan mensejajarkan antara transmitter dan receiver


seperti pada Gambar 4.22 selanjutnya transmitter dipindahkan menjauh dari receiver
untuk mengatur parameter jarak sesuai dengan skenario pengujian. Pengujian dilakukan
dengan cara bergantian antara sensor node 1 dan sensor node 2 dengan perubahan
parameter yang sama agar data yang terekap akurat.

Tabel 4.7. Pengukuran Daya Berdasarkan Jarak

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 66
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Jarak (m) Arus Tegangan Daya Arus Tegangan Daya
(mA) (V) (mW)  (mA) (V) (mW) 
10 70.85 3.80 269.23 5.47 3.73 20.40
20 73.20 3.81 278.67 8.42 3.75 31.53
30 74.12 3.80 281.43 8.32 3.74 31.15
40 71.68 3.81 273.10 11.83 3.76 44.50
50 74.04 3.80 281.20 9.10 3.75 34.11
60 74.00 3.83 283.05 13.07 3.77 49.25
70 73.83 3.81 281.44 11.67 3.76 43.88
80 73.51 3.86 283.75 13.19 3.77 49.73
90 73.51 3.83 281.54 11.13 3.76 41.80
100 74.26 3.85 285.53 22.31 3.81 85.07
110 73.74 3.82 281.47 22.65 3.81 86.39
120 74.87 3.83 286.38 24.23 3.82 92.58
130 73.97 3.83 283.23 26.00 3.83 99.58
140 74.68 3.81 284.83 22.08 3.81 84.12

Daya Beban (mW)


Node 1

286.00 286.38
285.53
284.83
284.00 283.75
283.05 283.23
282.00 281.54
281.43 281.20 281.44 281.47
280.00
Daya (mW)

278.67
278.00
276.00
274.00
273.10
272.00
270.00
269.23
268.00
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)

Gambar 4.23. Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap daya beban (mW) kondisi
LOS pada Node 1

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 67
Daya Beban (mW)
Node 2
100.00 99.58
92.58
90.00
85.07 86.39 84.12
80.00

70.00
Daya (mW)

60.00

50.00 49.25 49.73


44.50 43.88
40.00 41.80
34.11
30.00 31.53 31.15

20.40
20.00
10m 20m 30m 40m 50m 60m 70m 80m 90m 100m 110m 120m 130m 140m
Jarak (m)

Gambar 4.24 Pengaruh perubahan parameter jarak (m) terhadap daya beban (mW) kondisi
LOS pada Node 2

Berdasarkan Tabel 4.7, Gambar 4.23 ,dan Gambar 4.24 hasil pengukuran
konsumsi daya terhadap perubahan parameter jarak sangat berpengaruh pada kenaikan
nilai konsumsi daya. Dimana pada sensor node 1 nilai berkisar 269,3 mW hingga
286,38 mW, sedangkan pada sensor node 2 nilai berkisar 20,40 mW hingga 99,58 mW.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 68
4.4.4. Analisis Data

Regresi Linier Nilai Konsumsi Daya Terhadap Jarak pada Node


1
Node 1 Linear (Node 1)
290.00

285.00 f(x) = 0.08 x + 274.87


R² = 0.54
Nilai Konsumsi Daya (mW)

280.00

275.00

270.00

265.00

260.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jarak (m)

Gambar 4.25. Grafik regresi linier nilai konsumsi daya terhadap jarak pada sensor node 1

Regresi Linier Nilai Konsumsi Daya Terhadap Jarak pada Node


2
Node 2 Linear (Node 2)
120.00

100.00
Nilai Konsumsi Daya (mW)

f(x) = 0.58 x + 12.85


80.00 R² = 0.84

60.00

40.00

20.00

0.00
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Jarak (m)

Gambar 4.26. Grafik regresi linier nilai konsumsi daya terhadap jarak pada sensor node 2

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 69
Hasil regresi linier antara nilai konsumsi daya (mW) dengan parameter jarak (m)
pada sensor node 1 yaitu y = 0.0825x + 274.87 sedangkan pada sensor node 2 yaitu y =
0.5849x + 12.854. Nilai x merupakan nilai parameter jarak dan y adalah nilai konsumsi
daya, sedangkan angka 274.87 menyatakan nilai konsumsi daya awal node 1 saat nilai
parameter jarak mendekati nol, dan angka 12.854 menyatakan nilai konsumsi daya awal
sensor node 2 saat nilai parameter jarak mendekati nol. Tanda positif (+) menyatakan
bahwa nilai konsumsi daya mengalami kenaikan dengan peningkatan nilai parameter
jarak. Hasil derajat kolerasi linear grafik pada sensor node 1 diperoleh sebesar R² =
0.5376 sedangkan derajat kolerasi linear grafik pada sensor node 1 diperoleh sebesar R²
= 0.8353. Nilai ini sudah menunjukkan bahwa hubungan antara parameter jarak dengan
nilai konsumsi daya pada sistem adalah linier.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisa yang sudah dilakukan, maka hasil dari
penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem kerja pada alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu memanfaatkan
konektivitas LoRa, dimana sensor node 1 dan sensor node 2 mengirim data sensor
ke data gateway secara nirkabel dengan LoRa pada frekuensi 915Mhz. Dari data
gateway, data diproses lalu dikirim ke database MySQL setiap satu menit yang
kemudian ditampilkan ke halaman web sebagai halaman monitoring. Data disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik serta dapat diakses oleh pengguna melalui PC
maupun smartphone.
2. Kekuatan sinyal yang diterima (RSSI) dengan LoRa pada sistem Wireless Sensor
Network ini dipengaruhi oleh parameter jarak komunikasi antara sensor node dan
data gateway. Semakin jauh jarak antara sensor node dengan data gateway maka
semakin kecil nilai RSSI dan daya sinyal yang diterima. Selain itu kondisi
lingkungan juga sangat mempengaruhi performansi LoRa dalam pengiriman data,
dimana pada kondisi LOS nilai RSSI dan daya sinyal yang diterima lebih baik dari
pada kondisi NLOS. Bahkan pada jarak pengukuran 70 m, sensor node 1 sudah
tidak dapat lagi mengirim data kepada data gateway (packet loss). Hal ini
membuktikan bahwa adanya halangan antar node sangat berpengaruh terhadap nilai
kekuatan sinyal yang diterima (RSSI). Pemilihan device LoRa yang digunakan juga
Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 70
mempengaruhi performansi LoRa dalam pengiriman data, dimana board TTGO
ESP32 LoRa (sensor node 1) memiliki nilai RSSI yang lebih baik dibandingkan
board Heltec Cube Cell (sensor node 2).
3. Hasil dari penelitian diketahui bahwa perubahan nilai parameter jarak berpengaruh
pada nilai konsumsi daya dari masing-masing sensor node. Semakin jauh jarak
antara sensor node dengan data gateway maka semakin besar daya yang
dikeluarkan oleh sensor node. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan regresi linier
dari masing-masing sensor node yang diuji. Selain itu pemilihan device LoRa yang
digunakan juga mempengaruhi nilai konsumsi daya yang dikeluarkan, dimana
board TTGO ESP32 LoRa (sensor node 1) memiliki nilai konsumsi daya yang jauh
lebih tinggi dibandingkan board Heltec Cube Cell (sensor node 2). Hal ini
membuktikan bahwa board Heltec Cube Cell lebih baik dalam hal penghematan
daya baterai.

5.2. Saran
Dalam pengembangan penelitian selanjutnya, penulis menyampaikan beberapa
saran, antara lain:
1. Sistem monitoring perlu diintegrasikan dengan smartphone dalam bentuk aplikasi
mobile sehingga lebih portable dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
2. Pengujian dapat dilakukan tambahan parameter seperti jenis antena, variasi tinggi
antena, dan jenis device yang bervariasi sehingga dapat dikembangkan agar dapat
diimplementasikan di kebun yang lebih luas lagi.
3. Melakukan maintenance komponen-komponen yang digunakan secara rutin agar
sistem bekerja lebih lama secara optimal.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021 71
DAFTAR PUSTAKA

[1] O. Dieng, B. Diop, O. Thiare, and C. Pham, “A study on IoT solutions for
preventing cattle rustling in African context,” ACM Int. Conf. Proceeding Ser., no.
January 2019, 2017, doi: 10.1145/3018896.3036396.
[2] A. Rahman and M. Suryanegara, "The development of IoT LoRa: A performance
evaluation on LoS and Non-LoS environment at 915 MHz ISM frequency," in 2017
International Conference on Signals and Systems (ICSigSys), 2017, pp. 163-167.
[3] T. Petrić, M. Goessens, L. Nuaymi, L. Toutain, and A. Pelov, “Measurements,
performance and analysis of LoRa FABIAN, a real-world implementation of
LPWAN,” IEEE Int. Symp. Pers. Indoor Mob. Radio Commun. PIMRC, 2016, doi:
10.1109/PIMRC.2016.7794569.Tan, Z. A., M. T. A. Rahman, A. Rahman, A. F. A.
Hamid, N. A. M. Amin, H. A. Munir, and M. M. M. Zabidi. "Analysis on LoRa
RSSI in Urban, Suburban, and Rural Area for Handover Signal Strength-Based
Algorithm." In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, vol.
705, no. 1, p. 012012. IOP Publishing, 2019.
[4] E. Murdyantoro, I. Rosyadi, and H. Septian, “Studi Performansi Jarak Jangkauan
Lora-Dragino Sebagai Infrastruktur Konektifitas Nirkabel Pada WP-LAN,” Din.
Rekayasa, vol. 15, no. 1, p. 47, 2019, doi: 10.20884/1.dr.2019.15.1.239.
[5] D. Hackenberg, “Power measurement techniques on standard compute nodes:A
quantitative comparison”. International Symposium on Performance Analysis of
Systems and Software (ISPASS) (2013).
[6] Ir.Sri Puji Rahayu, MM. 2019. Pengaruh Iklim pada Kualitas Jeruk. Kementerian
Pertanian, Cybetext. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/.[29 Maret 2021].
[7] Ivan Perdana Setiawan, “Analisis Parameter LoRa pada Lingkungan Outdoor,”
Repos. Univ. Din., pp. 1–52, 2020, [Online]. Available: repository.dinamika.ac.id.
[8] S. Daud, T. S. Yang, M. A. Romli, Z. A. Ahmad, N. Mahrom, and R. A. A. Raof,
“Performance Evaluation of Low Cost LoRa Modules in IoT Applications,” IOP
Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 318, no. 1, 2018, doi: 10.1088/1757-
899X/318/1/012053.
[9] Wasista, Sigit, Delima Ayu Saraswati Setiawardhana, and Eko Susanto. "Aplikasi
Internet Of Things (Iot) dengan Arduino dan Android." Penerbit Deepublish.
Diakses Tanggal 12 (2019).
[10] “What is LoRa? | Semtech LoRa Technology | Semtech,” What is LoRa? 2020,
[Online]. Available: https://www.semtech.com/lora/what-is-lora
%0Ahttp://files/112/what-is-lora.html.
[11] Jonathan Alva, “Development of Data Transfer Application in WSN”. Universitas
Katolik Parahyangan. 2019.
[12] LILYGO Factory. TTGO LoRa Series. Available: http://www.lilygo.cn/
[13] Heltec Automation. Cubecell-Dev-Board. Available: https://heltec.org/project/htcc-
ab01/
[14] H. T. Monda, F. Feriyonika, and P. S. Rudati, “Sistem Pengukuran Daya pada
Sensor Node Wireless Sensor Network,” Pros. Ind. Res. Work. Natl. Semin., vol. 9,
pp. 28–31, 2018.
[15] L. . F. A. Caesar Pats Yahwe, Isnawaty, “Rancang Bangun Prototype System
Monitoring Kelembaban Tanah Melalui Sms Berdasarkan Hasil Penyiraman
Tanaman System Monitoring Kelembaban Tanah Melalui Sms Berdasarkan Hasil

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Penyiraman Tanaman,” semanTIK, vol. 2, no. 1, pp. 97–110, 2016, doi: doi:
10.1016/j.ccr.2005.01.030.
[16] R. Pi, M. Dona, A. C. Louk, and J. L. Tanesib, “Otomatisasi Sistem Buka-Tutup
Atap Rumah Teleskop,” J. Fis., vol. 3, no. 3, 2018.
[17] Romadhon, I., “LKP: Rancang Bangun Penambahan Fungsi Indikator Baterai pada
Alat Pengukur Suhu Ruangan Laboratorium di Balai Riset dan Standardisasi
Industri Surabaya,” 2021. (Doctoral dissertation, Universitas Dinamika).
[18] D. Suryana, “Pengaruh Temperatur/Suhu Terhadap Tegangan Yang Dihasilkan
Panel Surya Jenis Monokristalin (Studi Kasus: Baristand Industri Surabaya),” J.
Teknol. Proses dan Inov. Ind., vol. 1, no. 2, pp. 5–8, 2016, doi:
10.36048/jtpii.v1i2.1791.
[19] Irawan, E.S., Aswarni, P. and Amelia, A, “Prototype Sistem Pendeteksi Jalan
Berlubang dan Deselerasi Kecepatan Otomatis Berbasis Arduino Mega,” Jurnal
Ilmiah Tenaga Listrik, vol. 01, no. 1, pp. 18–24, 2020.
[20] R. E. Standsyah and I. S. Restu, “Implementasi Phpmyadmin Pada Rancangan
Sistem Pengadministrasian,” J. UJMC, Vol. 3, Nomor 2, Hal. 38 - 44, vol. 3, pp.
38–44, 2017, [Online]. Available: http://e-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/ujmc/article/download/467/251/.

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
LAMPIRAN

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 1. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 10 m

Tabel L.1. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 10 m

Jarak 10 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -70 -81
2 -69 -83
3 -70 -84
4 -70 -83
5 -68 -83
6 -68 -83
7 -68 -83
8 -68 -83
9 -68 -82
10 -74 -82
Jumlah -693 -827

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−693
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−69,3
−827
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−82,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−69,3
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−6,93


Pout ( mW ) Node 1=117,490 x 10−6
−82,7
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−8,27


Pout ( mW ) Node 2=5,370 ×10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 2. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 20 m

Tabel L.2. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 20 m

Jarak 20 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -70 -87
2 -70 -87
3 -77 -87
4 -76 -87
5 -77 -87
6 -75 -87
7 -75 -87
8 -77 -87
9 -78 -87
10 -76 -88
Jumlah -751 -871

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−751
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−75,1
−871
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−87,1
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−75,1
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,51


Pout ( mW ) Node 1=30,903 ×10−6
−87,1
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−8,71

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Pout ( mW ) Node 2=1,950 ×10−6

Lampiran 3. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 30 m

Tabel L.3. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 30 m

Jarak 30 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -77 -87
2 -75 -86
3 -78 -89
4 -76 -90
5 -79 -95
6 -81 -94
7 -66 -96
8 -68 -100
9 -67 -105
10 -68 -91
Jumlah -735 -933

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−735
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−73,5
−933
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−93,3
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−73,5
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,35


Pout ( mW ) Node 1=44,668 ×10−6
−93,3
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−9,33
Pout ( mW ) Node 2=0,468× 10−6

Lampiran 4. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 40 m

Tabel L.4. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 40 m

Jarak 40 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -69 -89
2 -70 -89
3 -70 -90
4 -70 -90
5 -70 -91
6 -70 -91
7 -70 -89
8 -70 -91
9 -70 -93
10 -69 -96
Jumlah -698 -909

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−698
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−69,8
−909
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−90,9
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−69,8
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−6,98


Pout ( mW ) Node 1=104,713 ×10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−90,9
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−9,09


Pout ( mW ) Node 2=0,813× 10−6

Lampiran 5. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 50 m

Tabel L.5. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 50 m

Jarak 50 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -70 -101
2 -70 -104
3 -69 -109
4 -75 -105
5 -86 -104
6 -82 -105
7 -81 -95
8 -83 -95
9 -81 -94
10 -83 -95
Jumlah -780 -1007

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−780
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−78
−1007
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−100,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−78
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,8

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Pout ( mW ) Node 1=15,849 ×10−6
−100,7
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10.07


Pout ( mW ) Node 2=0,085× 10−6

Lampiran 6. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 60 m

Tabel L.6. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 60 m

Jarak 60 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -76 -99
2 -78 -101
3 -77 -99
4 -78 -98
5 -78 -97
6 -79 -97
7 -78 -99
8 -77 -99
9 -77 -99
10 -77 -98
Jumlah -775 -986

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−775
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−77,5
−986
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−98,6
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−77,5
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,75
Pout ( mW ) Node 1=17,783 ×10−6
−98,6
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−9,86


Pout ( mW ) Node 2=0,138× 10−6

Lampiran 7. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 70 m

Tabel L.7. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 70 m

Jarak 70 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -78 -98
2 -78 -99
3 -84 -99
4 -81 -98
5 -88 -99
6 -85 -98
7 -87 -99
8 -87 -102
9 -89 -108
10 -89 -113
Jumlah -846 -1013

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−846
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−84,6
−1013
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−101,3
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−84,6
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−8,46


Pout ( mW ) Node 1=3,467 × 10−6
−101,3
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,13


Pout ( mW ) Node 2=0,074 ×10−6

Lampiran 8. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 80 m

Tabel L.8. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 80 m

Jarak 80 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -86 -104
2 -87 -104
3 -86 -106
4 -86 -104
5 -86 -105
6 -86 -104
7 -85 -104
8 -85 -105
9 -85 -103
10 -86 -102
Jumlah -858 -1041

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−858
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−85,8
−1041
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−104,1

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−85,8
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−8,58


Pout ( mW ) Node 1=2,630 ×10−6
−104,1
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10.41


Pout ( mW ) Node 2=0,039× 10−6

Lampiran 9. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan Daya
Sinyal yang Diterima pada Jarak 90 m

Tabel L.9. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 90 m

Jarak 90 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -95 -105
2 -93 -104
3 -95 -105
4 -93 -101
5 -96 -111
6 -99 -111
7 -84 -110
8 -85 -112
9 -86 -111
10 -86 -113
Jumlah -912 -1083

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−912
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−91,2
−1083
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Rata−Rata RSSI Node 2=−108,3
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−91,2
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−9,12


Pout ( mW ) Node 1=0,759× 10−6
−108,3
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,83


Pout ( mW ) Node 2=0,015× 10−6

Lampiran 10. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 100 m

Tabel L.10. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 100 m

Jarak 100 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -90 -107
2 -91 -107
3 -92 -107
4 -92 -106
5 -92 -107
6 -91 -107
7 -91 -108
8 -92 -109
9 -91 -106
10 -91 -105
Jumlah -913 -1069

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−913
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−91,3

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−1069
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−106,9
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−91,3
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−9,13


Pout ( mW ) Node 1=0,741×10−6
−106,9
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,69


Pout ( mW ) Node 2=0,020× 10−6

Lampiran 11. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 110 m

Tabel L.11. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 110 m

Jarak 110 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -87 -102
2 -86 -108
3 -87 -106
4 -88 -107
5 -88 -108
6 -85 -109
7 -85 -109
8 -98 -105
9 -101 -107
10 -100 -108
Jumlah -905 -1069

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−905
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Rata−Rata RSSI Node 1=−90,5
−1069
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−106,9
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−90,5
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−9,05


Pout ( mW ) Node 1=0,891×10−6
−106,9
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,69


−6
Pout ( mW ) Node 2=0,020× 10

Lampiran 12. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 120 m

Tabel L.12. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 120 m

Jarak 120 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -91 -109
2 -92 -114
3 -91 -111
4 -91 -110
5 -92 -111
6 -90 -111
7 -89 -111
8 -89 -110
9 -89 -111
10 -90 -110
Jumlah -904 -1108

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−904
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−90,4
−1108
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−110,8
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−90,4
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−9,04


Pout ( mW ) Node 1=0,912×10−6
−110,8
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,08


Pout ( mW ) Node 2=0,008× 10−6

Lampiran 13. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 130 m

Tabel L.13. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 130 m

Jarak 130 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -91 -111
2 -91 -111
3 -89 -110
4 -89 -110
5 -89 -111
6 -89 -110
7 -88 -110
8 -89 -112
9 -89 -113
10 -89 -112
Jumlah -893 -1110

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−893
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−89,3
−1110
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−111
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−89,3
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−8,93


−6
Pout ( mW ) Node 1=1,175 ×10
−111
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,1


Pout ( mW ) Node 2=0,008× 10−6

Lampiran 14. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi LOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 140 m

Tabel L.14. Nilai RSSI LOS dari sensor node ke data gateway jarak 140 m

Jarak 140 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -88 -109
2 -87 -107
3 -86 -109
4 -86 -107
5 -86 -107
6 -86 -108
7 -87 -109
8 -87 -109
9 -87 -107
10 -86 -107
Jumlah -866 -1079

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−866
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−86,6
−1079
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−107,9
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−86,6
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−8,66


Pout ( mW ) Node 1=2,188 ×10−6
−107,9
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,79


Pout ( mW ) Node 2=0,016× 10−6

Lampiran 15. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 10 m

Tabel L.15. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 10 m

Jarak 10 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -69 -99
2 -70 -102
3 -71 -104
4 -70 -105
5 -69 -110
6 -72 -112
7 -71 -106
8 -71 -100
9 -72 -100
10 -71 -99

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Jumlah -706 -1037

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−706
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−70,6
−1037
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−103,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−70,6
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,06


Pout ( mW ) Node 1=87,096× 10−6
−103,7
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,37


Pout ( mW ) Node 2=0,043× 10−6

Lampiran 16. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 20 m

Tabel L.16. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 20 m

Jarak 20 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -72 -98
2 -71 -99
3 -66 -98
4 -68 -98
5 -69 -96
6 -69 -91
7 -69 -91
8 -71 -93
9 -67 -93

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
10 -70 -93
Jumlah -692 -950

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−692
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−69,2
−950
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−95
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−69,2
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−6,92


Pout ( mW ) Node 1=120,226 ×10−6
−95
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−9,5


Pout ( mW ) Node 2=0,316× 10−6

Lampiran 17. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 30 m

Tabel L.17. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 30 m

Jarak 30 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -71 -92
2 -72 -92
3 -71 -92
4 -72 -92
5 -71 -92
6 -71 -88
7 -69 -89
8 -71 -97

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
9 -72 -104
10 -71 -104
Jumlah -711 -942

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−711
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−71,1
−942
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−94,2
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−71,1
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,11


Pout ( mW ) Node 1=77,625 ×10−6
−94,2
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−9,42


Pout ( mW ) Node 2=0,380× 10−6

Lampiran 18. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 40 m

Tabel L.18. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 40 m

Jarak 40 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -74 -101
2 -74 -101
3 -77 -103
4 -82 -102
5 -84 -103
6 -80 -103
7 -80 -102

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
8 -79 -103
9 -79 -103
10 -78 -102
Jumlah 787 -1023

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−787
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−78,7
−1023
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−102,3
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−78,7
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−7,87


Pout ( mW ) Node 1=13,490 ×10−6
−102,3
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,23


Pout ( mW ) Node 2=0,059× 10−6

Lampiran 19. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 50 m

Tabel L.19. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 50 m

Jarak 50 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -76 -104
2 -72 -104
3 -94 -103
4 -94 -104
5 -93 -107
6 -85 -106

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
7 -93 -107
8 -93 -104
9 -98 -103
10 -96 -102
Jumlah -894 -1044

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−894
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−89,4
−1044
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−104,4
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−89,4
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−8,94


Pout ( mW ) Node 1=1,148 ×10−6
−104,4
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,44


Pout ( mW ) Node 2=0,036× 10−6

Lampiran 20. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 60 m

Tabel L.20. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 60 m

Jarak 60 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 -81 -108
2 -108 -109
3 -107 -109
4 -114 -109
5 -112 -109

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
6 -114 -109
7 -112 -110
8 -112 -112
9 -114 -111
10 -114 -111
Jumlah -1088 -1097

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1088
a. Rata−Rata RSSI Node 1=
10
Rata−Rata RSSI Node 1=−108,8
−1097
b. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−109,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−108,8
a. Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 1=1000 ×10−10,88


Pout ( mW ) Node 1=0,013× 10−6
−109,7
b. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−10,97


Pout ( mW ) Node 2=0,011× 10−6

Lampiran 21. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 70 m

Tabel L.21. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 70 m

Jarak 70 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -111
2 - -112
3 - -114
4 - -113

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
5 - -111
6 - -116
7 - -118
8 - -117
9 - -117
10 - -111
Jumlah - -1140

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1140
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−114
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−114
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,4


Pout ( mW ) Node 2=0,004 ×10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 22. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 80 m

Tabel L.22. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 80 m

Jarak 80 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -116
2 - -116
3 - -115
4 - -116
5 - -115
6 - -115
7 - -115
8 - -116
9 - -115
10 - -115
Jumlah - -1154

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1154
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−115,4
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−115,4
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,54


Pout ( mW ) Node 2=0,003× 10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 23. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 90 m

Tabel L.23. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 90 m

Jarak 90 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -114
2 - -115
3 - -115
4 - -113
5 - -116
6 - -116
7 - -114
8 - -114
9 - -115
10 - -115
Jumlah - -1147

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1147
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−114,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−114,7
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,47


Pout ( mW ) Node 2=0,003× 10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 24. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 100 m

Tabel L.24. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 100 m

Jarak 100 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -115
2 - -115
3 - -116
4 - -116
5 - -116
6 - -117
7 - -116
8 - -116
9 - -117
10 - -116
Jumlah - -1160

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1160
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−116
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−116
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,6


Pout ( mW ) Node 2=0,003× 10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 25. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 110 m

Tabel L.25. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 110 m

Jarak 110 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -116
2 - -116
3 - -116
4 - -116
5 - -113
6 - -117
7 - -119
8 - -115
9 - -115
10 - -117
Jumlah - -1160

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1160
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−116
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−116
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,6


Pout ( mW ) Node 2=0,003× 10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 26. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 120 m

Tabel L.26. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 120 m

Jarak 120 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -117
2 - -117
3 - -118
4 - -117
5 - -119
6 - -118
7 - -118
8 - -117
9 - -118
10 - -118
Jumlah - -1177

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1177
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−117,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−117,7
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,77


Pout ( mW ) Node 2=0,002×10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 27. Data Pengukuran Nilai RSSI Kondisi NLOS beserta Perhitungan
Daya Sinyal yang Diterima pada Jarak 130 m

Tabel L.27. Nilai RSSI NLOS dari sensor node ke data gateway jarak 130 m

Jarak 130 m
Nilai RSSI (dBm)
Data ke-
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
1 - -117
2 - -116
3 - -116
4 - -117
5 - -116
6 - -116
7 - -117
8 - -117
9 - -117
10 - -118
Jumlah - -1167

Dengan menggunakan rumus (3.1) maka dapat dihitung nilai rata-rata RSSI sebagai
berikut :
−1167
a. Rata−Rata RSSI Node 2=
10
Rata−Rata RSSI Node 2=−116,7
Dengan menggunakan rumus (3.2) maka dapat dihitung nilai daya sinyal yang diterima
oleh data gateway sebagai berikut :
−116,7
a. Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10 10

Pout ( mW ) Node 2=1000 ×10−11,67


Pout ( mW ) Node 2=0,002×10−6

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 28. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 10 m

Tabel L.28. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 10 m

Jarak 10 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -70 -81 P0
2 -69 -83
3 -70 -84
4 -70 -83
5 -68 P0 -83
6 -68 -83
7 -68 -83
8 -68 -83
9 -68 -82
10 -74 -82
Rata-rata -69,3 RSSIij -82,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−68−(−69,3)
a. n 10 log10
10

node1=10
1,3
100
n node1=10
n node1=1,030

−81−(−82,7 )
b. n 10 log10
10

node2 =10
1,7
n node2 =10 100
n node2 =1,040

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 29. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 20 m

Tabel L.29. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 20 m

Jarak 20 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -70 P0 -87 P0
2 -70 -87
3 -77 -87
4 -76 -87
5 -77 -87
6 -75 -87
7 -75 -87
8 -77 -87
9 -78 -87
10 -76 -88
Rata-rata -75,1 RSSIij -87,1 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−70−(−75,1)
a. n 10 log 10
20

node1=10
5,1
200
n node1=10
n node1=1,060

−87−(−87,1 )
b. n 10 log10
20

node2 =10
0,1
n node2 =10 200
n node2 =1,001

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 30. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 30 m

Tabel L.30. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 30 m

Jarak 30 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -77 -87
2 -75 -86 P0
3 -78 -89
4 -76 -90
5 -79 -95
6 -81 -94
7 -66 P0 -96
8 -68 -100
9 -67 -105
10 -68 -91
Rata-rata -73,5 RSSIij -93,3 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−66−(−73,5)
a. n 10 log10
30

node1=10
7,5
300
n node1=10
n node1=1,059

−86−(−93,3)
b. n 10 log10
30

node2 =10
7,3
n node2 =10 300
n node2 =1,058

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 31. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 40 m

Tabel L.31. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 40 m

Jarak 40 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -69 P0 -89 P0
2 -70 -89
3 -70 -90
4 -70 -90
5 -70 -91
6 -70 -91
7 -70 -89
8 -70 -91
9 -70 -93
10 -69 -96
Rata-rata -69,8 RSSIij -90,9 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−69−(−69,8)
a. n 10log 10
40

node1=10
0,8
400
n node1=10
n node1=1,005

−89−(−90,9 )
b. n 10 log10
40

node2 =10
1,9
n node2 =10 400
n node2 =1,011

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 32. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 50 m

Tabel L.32. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 50 m

Jarak 50 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -70 -101
2 -70 -104
3 -69 P0 -109
4 -75 -105
5 -86 -104
6 -82 -105
7 -81 -95
8 -83 -95
9 -81 -94 P0
10 -83 -95
Rata-rata -78 RSSIij -100,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−69−(−73)
a. n 10 log10
50

node1=10
9
500
n node1=10
n node1=1,042

−94−(−100,7)
b. n 10 log 10
50

node2 =10
6,7
n node2 =10 500
n node2 =1,031

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 33. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 60 m

Tabel L.33. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 60 m

Jarak 60 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -76 P0 -99
2 -78 -101
3 -77 -99
4 -78 -98
5 -78 -97 P0
6 -79 -97
7 -78 -99
8 -77 -99
9 -77 -99
10 -77 -98
Rata-rata -77,5 RSSIij -98,6 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−76−(−77,5)
a. n 10log 10
60

node1=10
1,5
600
n node1=10
n node1=1,006

−97−(−98,6)
b. n 10 log10
60

node2 =10
1,6
n node2 =10 600
n node2 =1,006

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 34. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 70 m

Tabel L.34. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 70 m

Jarak 70 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -78 P0 -98 P0
2 -78 -99
3 -84 -99
4 -81 -98
5 -88 -99
6 -85 -98
7 -87 -99
8 -87 -102
9 -89 -108
10 -89 -113
Rata-rata -84,6 RSSIij -101,3 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−78−(−84,6 )
a. n 10 log10
70

node1=10
6,6
700
n node1=10
n node1=1,022

−98−(−101,3)
b. n 10 log10
70

node2 =10
3,3
n node2 =10 700
n node2 =1,011

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 35. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 80 m

Tabel L.35. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 80 m

Jarak 80 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -86 -104
2 -87 -104
3 -86 -106
4 -86 -104
5 -86 -105
6 -86 -104
7 -85 P0 -104
8 -85 -105
9 -85 -103
10 -86 -102 P0
Rata-rata -85,8 RSSIij -104,1 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−85−(−85,8 )
a. n 10 log10
80

node1=10
0,8
800
n node1=10
n node1=1,002

−102−(−104,1)
b. n 10 log 10
80

node2 =10
2,1
n node2 =10 800
n node2 =1,006

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 36. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 90 m

Tabel L.36. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 90 m

Jarak 90 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -95 -105
2 -93 -104
3 -95 -105
4 -93 -101 P0
5 -96 -111
6 -99 -111
7 -84 P0 -110
8 -85 -112
9 -86 -111
10 -86 -113
Rata-rata -91,2 RSSIij -108,3 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−84−(−91,2)
a. n 10 log10
90

node1=10
7,2
900
n node1=10
n node1=1,019

−101−(−108,3)
b. n 10 log 10
90

node2 =10
7,3
n node2 =10 900
n node2 =1,019

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 37. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 100 m

Tabel L.37. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 100 m

Jarak 100 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -90 P0 -107
2 -91 -107
3 -92 -107
4 -92 -106
5 -92 -107
6 -91 -107
7 -91 -108
8 -92 -109
9 -91 -106
10 -91 -105 P0
Rata-rata -91,3 RSSIij -106,9 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−90−(−91,3 )
a. n 10 log 10
100

node1=10
1,3
n node1=10 1000
n node1=1,003

−105−(−106,9)
b. n 10 log10
100

node2 =10
1,9
n node2 =10 1000
n node2 =1,004

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 38. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 110 m

Tabel L.38. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 110 m

Jarak 110 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -87 -102 P0
2 -86 -108
3 -87 -106
4 -88 -107
5 -88 -108
6 -85 P0 -109
7 -85 -109
8 -98 -105
9 -101 -107
10 -100 -108
Rata-rata -90,5 RSSIij -106,9 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−85−(−90,5 )
a. n 10 log 10
110

node1=10
5,5
n node1=10 1100
n node1=1,012

−102−(−106,9)
b. n 10 log10
110

node2 =10
4,9
n node2 =10 1100
n node2 =1,010

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 39. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 120 m

Tabel L.39. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 120 m

Jarak 120 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -91 -109 P0
2 -92 -114
3 -91 -111
4 -91 -110
5 -92 -111
6 -90 -111
7 -89 P0 -111
8 -89 -110
9 -89 -111
10 -90 -110
Rata-rata -90,4 RSSIij -110,8 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−89−(−90,4 )
a. n 10 log 10
120

node1=10
1,4
n node1=10 1200
n node1=1,003

−109−(−110,8)
b. n 10 log10
120

node2 =10
1,8
n node2 =10 1200
n node2 =1,003

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 40. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 130 m

Tabel L.40. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 130 m

Jarak 130 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -91 -111
2 -91 -111
3 -89 -110 P0
4 -89 -110
5 -89 -111
6 -89 -110
7 -88 P0 -110
8 -89 -112
9 -89 -113
10 -89 -112
Rata-rata -89,3 RSSIij -111 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−88−(−89,3 )
a. n 10 log 10
130

node1=10
1,3
n node1=10 1300
n node1=1,002

−110−(−111)
b. n 10 log10
130

node2 =10
1
1300
n node2 =10
n node2 =1,002

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 41. Data Perhitungan PLE Kondisi LOS pada Jarak 140 m

Tabel L.41. Hasil rata-rata RSSI kondosi LOS pada jarak 140 m

Jarak 140 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -88 -109
2 -87 -107 P0
3 -86 P0 -109
4 -86 -107
5 -86 -107
6 -86 -108
7 -87 -109
8 -87 -109
9 -87 -107
10 -86 -107
Rata-rata -86,6 RSSIij -107,9 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−86−(−86,6 )
a. n 10 log 10
140

node1=10
0,6
1400
n node1=10
n node1=1,001

−107−(−107,9)
b. n 10 log10
140

node2 =10
0,9
1400
n node2 =10
n node2 =1,001

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 42. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 10 m

Tabel L.42. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 10 m

Jarak 10 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -69 P0 -99 P0
2 -70 -102
3 -71 -104
4 -70 -105
5 -69 -110
6 -72 -112
7 -71 -106
8 -71 -100
9 -72 -100
10 -71 -99
Rata-rata -70,6 RSSIij -103,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−69−(−70,6)
a. n 10 log10
10

node1=10
1,6
100
n node1=10
n node1=1,038

−99−(−103,7)
b. n 10 log10
10

node2 =10
4,7
n node2 =10 100
n node2 =1,114

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 43. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 20 m

Tabel L.43. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 20 m

Jarak 20 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -72 -98
2 -71 -99
3 -66 P0 -98
4 -68 -98
5 -69 -96
6 -69 -91 P0
7 -69 -91
8 -71 -93
9 -67 -93
10 -70 -93
Rata-rata -69,2 RSSIij -95 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−66−(−69,2)
a. n 10log 10
20

node1=10
3,2
n node1=10 200
n node1=1,038

−91−(−95)
b. n 10 log10
20

node2 =10
4
n node2 =10 200
n node2 =1,047

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 44. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 30 m

Tabel L.44. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 30 m

Jarak 30 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -71 -92
2 -72 -92
3 -71 -92
4 -72 -92
5 -71 -92
6 -71 -88 P0
7 -69 P0 -89
8 -71 -97
9 -72 -104
10 -71 -104
Rata-rata -71,1 RSSIij -94,2 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−69−(−71,1)
a. n 10 log 10
30

node1=10
2,1
n node1=10 300
n node1=1,016

−88−(−94,2 )
b. n 10 log10
30

node2 =10
6,2
n node2 =10 300
n node2 =1,049

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 45. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 40 m

Tabel L.45. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 40 m

Jarak 40 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -74 P0 -101 P0
2 -74 -101
3 -77 -103
4 -82 -102
5 -84 -103
6 -80 -103
7 -80 -102
8 -79 -103
9 -79 -103
10 -78 -102
Rata-rata 78,7 RSSIij -102,3 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−74−(−78,7 )
a. n 10 log10
40

node1=10
4,7
n node1=10 400
n node1=1,027

−101−(−102,3)
b. n 10 log 10
40

node2 =10
1,3
400
n node2 =10
n node2 =1,008

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 46. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 50 m

Tabel L.46. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 50 m

Jarak 50 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -76 -104
2 -72 P0 -104
3 -94 -103
4 -94 -104
5 -93 -107
6 -85 -106
7 -93 -107
8 -93 -104
9 -98 -103
10 -96 -102 P0
Rata-rata -89,4 RSSIij -104,4 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−72−(−89,4 )
a. n 10 log10
50

node1=10
17,4
n node1=10 500
n node1=1,083

−102−(−104,4)
b. n 10 log 10
50

node2 =10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
2,4
n node2 =10 500
n node2 =1,011

Lampiran 47. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 60 m

Tabel L.47. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 60 m

Jarak 60 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 -81 P0 -108 P0
2 -108 -109
3 -107 -109
4 -114 -109
5 -112 -109
6 -114 -109
7 -112 -110
8 -112 -112
9 -114 -111
10 -114 -111
Rata-rata -108,8 RSSIij -109,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−81−(−108,8)
a. n 10 log10
60

node1=10
27,8
600
n node1=10
n node1=1,113

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−108−(−109,7)
b. n 10 log 10
60

node2 =10
1,7
n node2 =10 600
n node2 =1,007

Lampiran 48. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 70 m

Tabel L.48. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 70 m

Jarak 70 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -111 P0
2 - -112
3 - -114
4 - -113
5 - -111
6 - -116
7 - -118
8 - -117
9 - -117
10 - -111
Rata-rata - -114 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−111−(−114 )
a. n 10 log 10
70

node2 =10
3
700
n node2 =10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
n node2 =1,010

Lampiran 49. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 80 m

Tabel L.49. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 80 m

Jarak 80 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -116
2 - -116
3 - -115 P0
4 - -116
5 - -115
6 - -115
7 - -115
8 - -116
9 - -115
10 - -115
Rata-rata - -115,4 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−115−(−115,4)
a. n 10 log10
80

node2 =10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
0,4
n node2 =10 800
n node2 =1,001

Lampiran 50. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 90 m

Tabel L.50. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 90 m

Jarak 90 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -114
2 - -115
3 - -115
4 - -113 P0
5 - -116
6 - -116
7 - -114
8 - -114
9 - -115
10 - -115
Rata-rata - -114,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−113−(−114,7)
a. n 10 log10
90

node2 =10
1,7
n node2 =10 900
n node2 =1,004

Lampiran 51. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 100 m

Tabel L.51. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 100 m

Jarak 100 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -115 P0
2 - -115
3 - -116
4 - -116
5 - -116
6 - -117
7 - -116
8 - -116
9 - -117
10 - -116
Rata-rata - -116 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
−115−(−116)
a. n 10 log10
100

node2 =10
1
n node2 =10 1000
n node2 =1,002

Lampiran 52. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 110 m

Tabel L.52. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 110 m

Jarak 110 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -116
2 - -116
3 - -116
4 - -116
5 - -113 P0
6 - -117
7 - -119
8 - -115
9 - -115
10 - -117
Rata-rata - -116 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−113−(−116)
a. n 10 log 10
110

node2 =10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
3
n node2 =10 1100
n node2 =1,006

Lampiran 53. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 120 m

Tabel L.53. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 120 m

Jarak 120 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -117 P0
2 - -117
3 - -118
4 - -117
5 - -119
6 - -118
7 - -118
8 - -117
9 - -118
10 - -118
Rata-rata - -117,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−117−(−117,7)
a. n 10 log10
120

node2 =10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
0,7
n node2 =10 1200
n node2 =1,001

Lampiran 54. Data Perhitungan PLE Kondisi NLOS pada Jarak 130 m

Tabel L.54. Hasil rata-rata RSSI kondosi NLOS pada jarak 130 m

Jarak 130 m
TTGO ESP32 LoRa Heltec Cube Cell
Data ke-
Nilai RSSI (dBm) Keterangan Nilai RSSI (dBm) Keterangan
1 - -117
2 - -116 P0
3 - -116
4 - -117
5 - -116
6 - -116
7 - -117
8 - -117
9 - -117
10 - -118
Rata-rata - -116,7 RSSIij

Dengan menggunakan rumus (3.3) maka dapat dihitung nilai PLE sebagai berikut :
−116−(−116,7)
a. n 10 log10
130

node2 =10

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
0,7
n node2 =10 1300
n node2 =1,001

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Lampiran 55. Dokumentasi Penelitian

Gambar L.1. Proses pemasangan sistem

Gambar L.2. Proses pengambilan data dengan mengubah parameter jarak antara
transmitter dengan receiver

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Gambar L.3. Proses pembuatan video

Gambar L.4. Penulis bersama pemilik kebun

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021
Gambar L.5. Penulis bersama pemilik kebun beserta tim peneliti Penelitian Unggulan
Strategis P3M PNB 2021

Skripsi dan Naskah Skripsi – PS Teknik Otomasi – Teknik Elektro – PNB – 2021

Anda mungkin juga menyukai