MINI PAPER
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Hj. Riche Cynthia Johan, S.Pd., M.Si.
oleh:
Fitria Nursaqinah
NIM. 1902806
C. Diskusi/Pembahasan
De Porter menyatakan bahwa Quantum Learning sangat baik dalam
multisensori, multi kecerdasan yang kompatibel dengan otak. Quantum Learning
akan meningkatkan kemampuan guru untuk menginspirasi siswa agar berprestasi.
Quantum Learning juga mudah diterapkan, segar, mengalir, dan pendekatan
pembelajaran praktis.
Quantum Learning yang diterapkan di Indonesia direduksi menjadi model
pembelajaran yang disingkat TANDUR dalam Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Menurut Fathurrohman, pembelajaran
kuantum dengan tahapan TANDUR merupakan model pembelajaran yang berasal
dari Quantum Learning dan memiliki prinsip membiasakan pembelajaran dengan
nyaman, menyenangkan, berusaha memberikan petunjuk dalam mengasah
pemahaman dan daya ingat. Karena siswa merasa nyaman dan senang dalam
belajar, harapannya akan meningkatkan keberhasilan pembelajaran salah satunya
dengan peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari.
Sesuai dengan gagasan di atas, model pembelajaran kuantum dapat
diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui
pembelajaran ini siswa dilatih untuk menggunakan segala potensi otak yang
dimiliki. Proses belajarnya juga lebih menantang dan menyenangkan. Melalui
pembelajaran yang mudah diingat maka informasi atau materi yang dipelajari
akan lebih lama tersimpan dalam memori.
Dalam model pembelajaran Quantum Learning dengan tahapan TANDUR,
Tumbuhkan berarti upaya guru untuk membuka ingatan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan topik yang dipelajari. Dalam model pembelajaran lain,
Tumbuhkan dapat diselaraskan dengan tahap apersepsi. Tahapan Tumbuhkan
dapat memotivasi siswa untuk belajar dan memahami tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan.
Langkah selanjutnya dalam pembelajaran kuantum dengan tahapan TANDUR
adalah Alami. Pada tahap Alami, materi atau topik yang akan dipelajari siswa
dikaitkan dengan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan
bahwa topik tersebut benar-benar ada dalam kehidupan siswa. Topik yang
dipelajari dekat dengan mahasiswa atau bukan materi asing. Pada tahap Alami,
guru dapat memberikan pertanyaan sederhana. Pertanyaan tersebut memiliki
keterkaitan antara materi dan kehidupan siswa.
Langkah selanjutnya adalah Namai. Setelah melalui pengalaman belajar pada
suatu kompetensi dasar tertentu, siswa diarahkan untuk menulis, menamai apapun
yang didapatnya, baik informasinya dalam bentuk gambar, maupun tulisan. Dalam
pelaksanaannya di kelas, guru dapat memberikan kata kunci kepada siswa.
Selanjutnya siswa dapat melakukan observasi atau investigasi dan dapat
menyimpulkan sendiri apa yang mereka dapatkan.
Saat diterapkan pada siswa, tahapan Namai akan lebih kompleks. Siswa dapat
berdiskusi dengan anggota kelompok dan juga melakukan studi referensi. Pada
tahap ini juga bertujuan untuk menghasilkan ide dan gagasan dari siswa. siswa
akan berpikir secara kompleks dengan menggunakan berbagai kecerdasan yang
dimilikinya.
Setelah tahap Namai dilanjutkan dengan Demonstrasi. Pada tahap ini, siswa
diberi kesempatan untuk terhubung dengan pengalaman mereka dan data yang
baru diperoleh. Dengan demikian, mereka bisa mengalami dan menjadikannya
pengalaman baru. Berdasarkan pengalaman penulis, tahap Demonstrasi dapat
membantu siswa untuk belajar mengemukakan pendapat di depan kelas. Siswa
juga dilatih untuk menjawab pertanyaan dan bertanya. Diskusi berlangsung dalam
sesi yang lebih luas dan dapat terjadi dalam argumen timbal balik. Guru berperan
sebagai fasilitator dan mengontrol proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Langkah Ulangi artinya kegiatan pengulangan apa yang telah dipelajari.
Pengulangan kegiatan dapat dilakukan melalui poster, tugas, atau ringkasan hasil
belajar. Melalui pengulangan, aktivitas diharapkan dapat menumbuhkan memori
jangka panjang. Jadi topik yang dipelajari tidak hanya dipahami dalam waktu
singkat.
Tahap Rayakan merupakan salah satu bentuk perayaan atas kesuksesan yang
telah diperoleh. Bentuk perayaan ini bisa bermacam-macam. guru dapat
memberikan pujian, hadiah, atau meminta kelas untuk memberi tepuk tangan.
Perayaan ini dapat menghadirkan rasa bahagia pada diri siswa dan memotivasi
siswa untuk semangat belajar.
Jika semua tahapan di TANDUR dapat dilakukan dengan baik, maka siswa
telah melakukan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Hasilnya akan lebih baik
daripada pembelajaran konvensional. Untuk dapat menerapkan pembelajaran
kuantum diperlukan persiapan dari guru. Pembelajaran ini menuntut kreativitas
guru dan diajarkan kepada siswa. Tanpa persiapan yang matang dan pemahaman
materi yang baik dari guru, hasilnya tidak akan maksimal.
Kreativitas merupakan kegiatan yang membawa hasil yang memiliki
beberapa sifat kebaruan, kegunaan, dapat dipahami. Definisi kreativitas lainnya
adalah kesediaan untuk membuat pengaturan atau kombinasi baru berdasarkan
data. Kreativitas juga berarti kemampuan mendapatkan jawaban yang bervariasi
dari suatu masalah berdasarkan informasi yang diperoleh. Menurut Krulik &
Rudnick, kreativitas adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Hal-hal yang mencerminkan kreativitas antara lain (1) kefasihan, kemampuan
menyampaikan ide untuk memecahkan masalah, (2) fleksibilitas, kemampuan
menghasilkan banyak solusi dari suatu masalah, (3) Orisinalitas, kemampuan
merespon dari diri sendiri (4) elaborasi, kemampuan menyampaikan gagasan
secara detail dan mengaplikasikannya kepada orang lain secara tepat. Pada model
pembelajaran Quantum Learning dengan tahapan TANDUR, kreativitas dapat
dikembangkan pada tahapan Namai (N) dan Demonstrasi (D). Pada tahap Namai,
siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri dan mengembangkan ilmunya
sendiri. Pada tahap ini siswa juga menciptakan apa yang diketahui dengan
melibatkan seluruh potensi otak. Data yang dipelajari dapat berupa gambar atau
tulisan. Pada tahap Demonstrasi, mahasiswa kembali mengoptimalkan seluruh
potensinya. Siswa menunjukkan hasil karyanya kepada kelompok lain dengan
berbagai cara. Guru dapat secara kreatif merancang kegiatan peragaan yang akan
dilakukan oleh siswa.
Berpikir kreatif adalah kombinasi dari berpikir logis dengan pemikiran
divergen berdasarkan intuisi seseorang, namun tetap dalam kesadaran berdasarkan
data atau informasi yang tersedia yang dapat menghasilkan banyak kemungkinan
jawaban atas suatu masalah. Jawabannya ditekankan pada kuantitas, kegunaan,
dan keragaman jawaban, yang dapat diukur dengan beberapa indikator, antara lain
kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi.