Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR, KREATIVITAS, DAN


DAYA INGAT GENERASI MILENIAL

MINI PAPER

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Hj. Riche Cynthia Johan, S.Pd., M.Si.

oleh:
Fitria Nursaqinah
NIM. 1902806

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
A. Pendahuluan
Permasalahan yang masih menjadi kendala dalam dunia pendidikan saat ini
adalah rendahnya kualitas pembelajaran di sekolah. Salah satu indikator
rendahnya kualitas pembelajaran antara lain dapat dilihat dari kurangnya
penyiapan perangkat pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran dan
rendahnya kemampuan memecahkan masalah bagi peserta didik dalam
menghadapi masalah atau situasi yang tidak rutin. Pendidik dalam hal ini guru
atau dosen hendaknya menggunakan metode atau model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan. Perkembangan kognitif setiap siswa memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sehingga pendekatan atau model pembelajaran yang
digunakan guru juga harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak,
begitu juga dengan topik pembelajaran yang memiliki karakternya masing-masing
sehingga diperlukan Metode Pembelajaran yang sesuai.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang
menarik, berpusat pada siswa, dan dapat membentuk karakter dalam diri siswa.
Pendidik harus menyadari bahwa pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Pendidik juga harus memungkinkan
siswa untuk berkreasi, berdiskusi dalam kelompok, mampu mengemukakan
pendapat, mampu menjawab pertanyaan, saling menghargai, dan dapat bekerja
sama untuk mencapai tujuan.
Memori adalah kemampuan untuk memanggil kembali data yang telah
disimpan di dalam memori. Memori juga memiliki peran penting dalam
perkembangan kognitif. Masih sering dijumpai siswa yang lupa materi yang
dipelajari pada minggu sebelumnya. Terutama materi yang memiliki banyak
istilah. Oleh karena itu, perlu diterapkan model pembelajaran yang dapat
membantu siswa dalam meningkatkan daya ingat terhadap materi atau konsep
yang dipelajari. Daya ingat materi menjadi penting karena akan mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Pembelajaran juga harus meningkatkan kreativitas siswa. Untuk
meningkatkan kreativitas, siswa harus diberi kesempatan untuk terlibat langsung
dalam pengalaman. Kreativitas merupakan salah satu keterampilan berpikir yang
dapat dikembangkan dalam pembelajaran. Berpikir kreatif dibutuhkan siswa
untuk dapat menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang, memungkinkan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Saat ini, pengguna lulusan
perguruan tinggi membutuhkan tenaga kerja yang kreatif dan inovatif. Untuk
menjadi wirausahawan yang sukses juga membutuhkan kreativitas. Mahasiswa
yang kreatif akan mampu memecahkan berbagai masalah dalam hidupnya.
Mahasiswa kreatif juga mampu membuat strategi untuk mencari pekerjaan atau
menciptakan bisnis sendiri. Oleh karena itu kreativitas merupakan poin penting
dalam pembelajaran. Namun kreativitas masih kurang mendapat perhatian.
Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa, menyenangkan,
dan memacu siswa untuk menggunakan segala potensi yang dimiliki adalah model
pembelajaran kuantum. Alasannya adalah bahwa model pembelajaran kuantum
memiliki alasan yang kompleks. Model pembelajaran kuantum juga mengulas
gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Belajar melalui pengalaman dan
aktivitas permainan. Pembelajaran kuantum merupakan salah satu bentuk kegiatan
belajar yang berada di lingkungan yang menghasilkan kebahagiaan. Melalui
model pembelajaran kuantum siswa diajak untuk belajar dalam suasana yang lebih
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih leluasa mencari
pengalaman baru dalam belajar. Quantum Learning dikembangkan oleh Bobby
De Porter. Nilai akademik bukanlah satu-satunya hal yang penting dalam
pembelajaran, tetapi menikmati pembelajaran dan meningkatkan motivasi diri.
Meski demikian, menurut Bobby De Porter, model pembelajaran kuantum
merupakan kombinasi dari berbagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar
momen pembelajaran.
Berdasarkan uraian model pembelajaran kuantum, terdapat kecenderungan
bahwa model pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar,
kreativitas, dan daya ingat siswa. Kreativitas muncul melalui pembelajaran yang
mengoptimalkan otak kiri dan otak kanan. Daya ingat dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Kreativitas dan daya ingat dalam
penelitian ini dibatasi pada kegiatan pembelajaran di kelas.

B. Kajian Model Pembelajaran


1. Konsep Model Pembelajaran Quantum Learning
Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum learning adalah pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang
Bulgaria yang menekankan prinsip belajar nyaman dan menyenangkan serta
bertujuan untuk pemercepatan belajar. Metode pembelajaran Quantum
Learning di mulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa
Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum yaitu sebuah
perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan
keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (De Porter, 1992).
Menurut Hernowo (2005:17) mengatakan bahwa: Menyenangkan atau
membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan
suasana ribut dan hura-hura. Ini tidak ada hubungannya dengan kesenangan
yang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Kegembiraan disini berarti
bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna,
pemahaman (penguasaan materi yang dipelajari), dan nilai yang
membahagiakan pada diri sisi si pembelajar. Itu semua adalah kegembiraan
dalam melahirkan sesuatu yang baru. Dan penciptaan kegembiraan ini jauh
lebih penting daripada segala teknik atau metode atau medium yang mungkin
dipilih untuk digunakan.
Dari pernyataan di atas didapatkan beberapa komponen pembangun
suasana yang menyenangkan. Pertama, bangkitnya minat. Kedua, adanya
keterlibatan, Ketiga, terciptanya makna. Keempat, adanya pemahaman atau
penguasaan materi. Kelima munculnya nilai yang membahagiakan. Apabila
minat itu sudah ada, maka keseriusan dalam mempelajari materi-materi yang
disampaikan dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran menjadi sebuah
kebutuhan dan kewajiban bagi siswa. Pada akhirnya pemahaman siswa akan
materi dapat terkuasai dengan baik.
Jadi, Quantum Learning adalah pembelajaran dengan menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan suasana yang menyenangkan dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas. Quantum learning merupakan cara
pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di
dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini membangun
landasan dan kerangka untuk belajar yang dapat mengubah kemampuan dan
bakat siswa menjadi cahaya yang dapat bermanfaat bagi mereka sendiri dan
orang lain.
Quantum Learning juga menerapkan percepatan belajar dengan
menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah
dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun
bahan pengajaran yang sesuai, cara penyajian yang efektif dan keterlibatan
siswa secara aktif.
Quantum Learning merupakan metode yang bertumpu pada metode Freire
dan Lozanov. Quantum Learning mengutamakan percepatan belajar dengan
cara partisipatori peserta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi
penguasaan diri. Segala sesuatunya dapat berarti, setiap kata, pikiran,
tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan,
presentasi dan rancangan pengajaran maka sejauh itulah proses belajar
berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan
dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2000: 4).
Quantum Learning mengutamakan konteks dan isi. Konsep tersebut berisi
tentang: 1) Suasana yang memberdayakan, 2) Landasan yang kukuh, 3)
Lingkungan yang mendukung dan Rancangan belajar yang dinamis. Adapun
isi terdiri atas: 1) Penyajian yang prima, 2) Fasilitas yang luwes, 3)
Keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
Dalam buku Quantum Learning yang disusun oleh DePorter ada beberapa
karakteristik umum yang tampak membentuk Quantum Learning sebagai
berikut:
a. Quantum Learning berpangkal pada psikologi kognitif.
b. Quantum Learning lebih bersifat humanistis.
c. Quantum Learning lebih bersifat konstruktivis(tis).
d. Quantum Learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan
lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
e. Quantum Learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.
f. Quantum Learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran
dengan taraf keberhasilan tinggi.
g. Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi efektif.
h. Quantum Learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
i. Quantum Learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan
keseragaman dan ketertiban, sehingga menciptakan pembelajaran yang
optimal.
2. Teori Belajar pada Model Pembelajaran Quantum Learning
Berdasarkan karakteristik Quantum Learning di atas maka Quantum
Learning adalah pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Humanistik
dan Konstruktivisme.
1) Teori pendekatan Humanistik menekankan kepada apa yang berlaku
dalam diri seorang individu seperti perasaan atau emosinya. Teori ini
menyatakan bahwa individu termotivasi untuk melakukan sesuatu karena
mempunyai satu kemauan atau keperluan dan bertanggungjawab di atas
segala tindakannya. Pendekatan pembelajaran humanistik memandang
manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan arah
hidupnya. Pendekatan yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran
yang humanistik adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif.
Pendekatan dialogis mengajak peserta didik untuk berpikir bersama
secara kritis dan kreatif.
Pendidik tidak bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner
dialog; pendekatan reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog
dengan dirinya sendiri; sedangkan pendekatan ekspresif mengajak
peserta didik untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya
(realisasi dan aktulisasi diri).
2) Pendekatan Konstruktivisme juga merupakan pendekatan yang termasuk
dalam karakter Quantum Learning. Konstruksi berarti bersifat
membangun.
Dalam konteks Filsafat Pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Dalam proses
pembelajaran konsep ini menghendaki agar anak didik dapat
dibandingkan kemampuannya untuk secara konstruktif menyesuaikan
diri dengan tuntutan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Siswa harus
aktif mengembangkan pengetahuan, bukan hanya menunggu arahan dan
petunjuk dari guru atau sesama siswa.
3. Sintak Model Pembelajaran Quantum Learning
No
Rancangan Penerapan dalam PBM
.
1 Pengkondisian Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental
awal siswa mengenai model pembelajaran kuantum
yang menuntut keterlibatan aktif siswa. Melalui
pengkondisian awal akan memungkinkan
dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih
baik. Kegiatan yang dilakukan dalam
pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa
percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin
hubungan, dan ketrampilan belajar.
2 Penyusunan Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap
rancangan persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyiapan
alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan
selama proses belajar mengajar, dan penyusunan
evaluasi.
3 Pelaksanaan Tahap ini merupakan inti penerapan model
metode pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini
pembelajaran meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat,
kuantum (2) pemberian pengalaman umum, (3) penamaan
atau penyajian materi, (4) demonstrasi tentang
pemerolehan pengetahuan oleh siswa, (5)
pengulangan yang dilakukan oleh siswa, (6)
perayaan atas usaha siswa.
Tumbuhkan Tumbuhkan mengandung makna
bahwa pada awal kegiatan
pembelajaran pengajar harus
berusaha
menumbuhkan/mengembangkan
minat siswa untuk belajar. Dengan
tumbuhnya minat, siswa akan
sadar manfaatnya kegiatan
pembelajaran bagi dirinya dan
kehidupannya.
Alami Alami mengandung makna bahwa
proses pembelajaran akan lebih
bermakna jika siswa mengalami
secara langsung atau nyata materi
yang diajarkan. Demikian pula
pengalaman siswa sebelumnya,
akan bermakna bagi guru dalam
mengajarkan konsep-konsep yang
berkaitan.
Namai Namai mengandung makna bahwa
penamaan adalah saatnya untuk
mengajarkan konsep, keterampilan
berpikir, dan strategi belajar.
Penamaan mampu memuaskan
hasrat alami otak untuk memberi
identitas, mengurutkan, dan
mendefinisikan
Demonstrasi Demonstrasikan berarti bahwa
memberi peluang pada siswa untuk
menerjemahkan dan menerapkan
pengetahuan siswa ke dalam
pembelajaran lain atau ke dalam
kehidupan siswa. Kegiatan ini
akan dapat menigkatkan hasil
belajar siswa.
Ulangi Ulangi berarti bahwa proses
pengulangan dalam kegiatan
pembelajaran dapat memperkuat
koneksi saraf dan menumbuhkan
rasa tahu yakin terhadap
kemampuan siswa. Pengulangan
harus dilakukan secara
multimodalitas, dan
multikeceradasan.
Rayakan Rayakan mengandung makna
pemberian penghormatan kepada
siswa atas usaha, ketekunan, dan
kesuksesannya. Dengan kata lain
perayaan berarti pemberian umpan
balik yang positif kepada siswa
atas keberhasilannya, baik berupa
pujian, pemberian hadiah, atau
bentuk lainnya.
4 Evaluasi Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan
produk untuk melihat keefektifan model
pembelajaran yang digunakan. Langkah-langkah
pembelajaran metode pembelajaran ceramah
bermakna dan dilaksanakan dengan tahap-tahap:
1. Guru mengecek pengetahuan siswa tentang
materi yang akan diajarkan.
2. Guru menerangkan dan menyampaikan
materi pelajaran di depan kelas dengan
metode ceramah, di sini siswa mendengarkan
apa yang disampaikan guru dan mencatat
hal-hal yang penting di buku tulis.
3. Guru memberikan contoh soal dan
mengadakan tanya jawab pada siswa tentang
materi.
4. Guru memberikan latihan soal atau memberi
pekerjaan rumah.
5. Guru dan siswa secara bersama-sama
membahas hasil pekerjaan siswa dan
mengambil kesimpulan.
6. Guru mengadakan evaluasi.

C. Diskusi/Pembahasan
De Porter menyatakan bahwa Quantum Learning sangat baik dalam
multisensori, multi kecerdasan yang kompatibel dengan otak. Quantum Learning
akan meningkatkan kemampuan guru untuk menginspirasi siswa agar berprestasi.
Quantum Learning juga mudah diterapkan, segar, mengalir, dan pendekatan
pembelajaran praktis.
Quantum Learning yang diterapkan di Indonesia direduksi menjadi model
pembelajaran yang disingkat TANDUR dalam Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Menurut Fathurrohman, pembelajaran
kuantum dengan tahapan TANDUR merupakan model pembelajaran yang berasal
dari Quantum Learning dan memiliki prinsip membiasakan pembelajaran dengan
nyaman, menyenangkan, berusaha memberikan petunjuk dalam mengasah
pemahaman dan daya ingat. Karena siswa merasa nyaman dan senang dalam
belajar, harapannya akan meningkatkan keberhasilan pembelajaran salah satunya
dengan peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari.
Sesuai dengan gagasan di atas, model pembelajaran kuantum dapat
diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui
pembelajaran ini siswa dilatih untuk menggunakan segala potensi otak yang
dimiliki. Proses belajarnya juga lebih menantang dan menyenangkan. Melalui
pembelajaran yang mudah diingat maka informasi atau materi yang dipelajari
akan lebih lama tersimpan dalam memori.
Dalam model pembelajaran Quantum Learning dengan tahapan TANDUR,
Tumbuhkan berarti upaya guru untuk membuka ingatan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan topik yang dipelajari. Dalam model pembelajaran lain,
Tumbuhkan dapat diselaraskan dengan tahap apersepsi. Tahapan Tumbuhkan
dapat memotivasi siswa untuk belajar dan memahami tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan.
Langkah selanjutnya dalam pembelajaran kuantum dengan tahapan TANDUR
adalah Alami. Pada tahap Alami, materi atau topik yang akan dipelajari siswa
dikaitkan dengan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan
bahwa topik tersebut benar-benar ada dalam kehidupan siswa. Topik yang
dipelajari dekat dengan mahasiswa atau bukan materi asing. Pada tahap Alami,
guru dapat memberikan pertanyaan sederhana. Pertanyaan tersebut memiliki
keterkaitan antara materi dan kehidupan siswa.
Langkah selanjutnya adalah Namai. Setelah melalui pengalaman belajar pada
suatu kompetensi dasar tertentu, siswa diarahkan untuk menulis, menamai apapun
yang didapatnya, baik informasinya dalam bentuk gambar, maupun tulisan. Dalam
pelaksanaannya di kelas, guru dapat memberikan kata kunci kepada siswa.
Selanjutnya siswa dapat melakukan observasi atau investigasi dan dapat
menyimpulkan sendiri apa yang mereka dapatkan.
Saat diterapkan pada siswa, tahapan Namai akan lebih kompleks. Siswa dapat
berdiskusi dengan anggota kelompok dan juga melakukan studi referensi. Pada
tahap ini juga bertujuan untuk menghasilkan ide dan gagasan dari siswa. siswa
akan berpikir secara kompleks dengan menggunakan berbagai kecerdasan yang
dimilikinya.
Setelah tahap Namai dilanjutkan dengan Demonstrasi. Pada tahap ini, siswa
diberi kesempatan untuk terhubung dengan pengalaman mereka dan data yang
baru diperoleh. Dengan demikian, mereka bisa mengalami dan menjadikannya
pengalaman baru. Berdasarkan pengalaman penulis, tahap Demonstrasi dapat
membantu siswa untuk belajar mengemukakan pendapat di depan kelas. Siswa
juga dilatih untuk menjawab pertanyaan dan bertanya. Diskusi berlangsung dalam
sesi yang lebih luas dan dapat terjadi dalam argumen timbal balik. Guru berperan
sebagai fasilitator dan mengontrol proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Langkah Ulangi artinya kegiatan pengulangan apa yang telah dipelajari.
Pengulangan kegiatan dapat dilakukan melalui poster, tugas, atau ringkasan hasil
belajar. Melalui pengulangan, aktivitas diharapkan dapat menumbuhkan memori
jangka panjang. Jadi topik yang dipelajari tidak hanya dipahami dalam waktu
singkat.
Tahap Rayakan merupakan salah satu bentuk perayaan atas kesuksesan yang
telah diperoleh. Bentuk perayaan ini bisa bermacam-macam. guru dapat
memberikan pujian, hadiah, atau meminta kelas untuk memberi tepuk tangan.
Perayaan ini dapat menghadirkan rasa bahagia pada diri siswa dan memotivasi
siswa untuk semangat belajar.
Jika semua tahapan di TANDUR dapat dilakukan dengan baik, maka siswa
telah melakukan kegiatan pembelajaran yang bermakna. Hasilnya akan lebih baik
daripada pembelajaran konvensional. Untuk dapat menerapkan pembelajaran
kuantum diperlukan persiapan dari guru. Pembelajaran ini menuntut kreativitas
guru dan diajarkan kepada siswa. Tanpa persiapan yang matang dan pemahaman
materi yang baik dari guru, hasilnya tidak akan maksimal.
Kreativitas merupakan kegiatan yang membawa hasil yang memiliki
beberapa sifat kebaruan, kegunaan, dapat dipahami. Definisi kreativitas lainnya
adalah kesediaan untuk membuat pengaturan atau kombinasi baru berdasarkan
data. Kreativitas juga berarti kemampuan mendapatkan jawaban yang bervariasi
dari suatu masalah berdasarkan informasi yang diperoleh. Menurut Krulik &
Rudnick, kreativitas adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Hal-hal yang mencerminkan kreativitas antara lain (1) kefasihan, kemampuan
menyampaikan ide untuk memecahkan masalah, (2) fleksibilitas, kemampuan
menghasilkan banyak solusi dari suatu masalah, (3) Orisinalitas, kemampuan
merespon dari diri sendiri (4) elaborasi, kemampuan menyampaikan gagasan
secara detail dan mengaplikasikannya kepada orang lain secara tepat. Pada model
pembelajaran Quantum Learning dengan tahapan TANDUR, kreativitas dapat
dikembangkan pada tahapan Namai (N) dan Demonstrasi (D). Pada tahap Namai,
siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri dan mengembangkan ilmunya
sendiri. Pada tahap ini siswa juga menciptakan apa yang diketahui dengan
melibatkan seluruh potensi otak. Data yang dipelajari dapat berupa gambar atau
tulisan. Pada tahap Demonstrasi, mahasiswa kembali mengoptimalkan seluruh
potensinya. Siswa menunjukkan hasil karyanya kepada kelompok lain dengan
berbagai cara. Guru dapat secara kreatif merancang kegiatan peragaan yang akan
dilakukan oleh siswa.
Berpikir kreatif adalah kombinasi dari berpikir logis dengan pemikiran
divergen berdasarkan intuisi seseorang, namun tetap dalam kesadaran berdasarkan
data atau informasi yang tersedia yang dapat menghasilkan banyak kemungkinan
jawaban atas suatu masalah. Jawabannya ditekankan pada kuantitas, kegunaan,
dan keragaman jawaban, yang dapat diukur dengan beberapa indikator, antara lain
kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi.

D. Simpulan dan Rekomendasi


1. Simpulan
Berdasarkan hasil studi referensi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Quantum Learning dapat mengoptimalkan otak
siswa, pembelajaran berdasarkan pengalaman, pembelajaran dengan menarik
dan menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa untuk lebih kreatif.
Selain itu, model pembelajaran Quantum Learning melatih siswa untuk
menemukan sendiri konsep yang harus dipelajari dalam setiap cara agar daya
ingat siswa terhadap materi menjadi lebih baik.
2. Rekomendasi
Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan, penulis sangat
merekomendasikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Quantum Learning. Karena dengan adanya lingkungan belajar yang
menyenangkan dalam pembelajaran kuantum dapat membuat siswa menjadi
kreatif dan maksimal dalam menggali pengetahuan awal (lama) yang telah
dimiliki sebelumnya dan dipadukan dengan tambahan pengetahuan baru.
Integrasi pengetahuan lama yang dimiliki siswa dengan pengetahuan barunya
merupakan proses pelabelan pengetahuan ke dalam memori sesuai dengan
pemahaman masing-masing siswa. Proses tersebut dapat melatih kreativitas
siswa. Harapannya juga dapat meningkatkan daya ingat siswa karena proses
penamaan pengetahuan baru oleh siswa disesuaikan dengan pemahaman
masing-masing siswa.
SUMBER RUJUKAN

Annisa, I., & Gr, S. P. MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING.


Arunachalam, S., & de Wolf, R. (2017). Guest column: A survey of quantum
learning theory. ACM SIGACT News, 48(2), 41-67.
Fayanto, S., Musria, M., Erniwati, E., Sukariasih, L., & Hunaidah, H. (2019).
Implementation of quantum teaching model on improving physics learning
outcomes in the cognitive domain at junior high school. IJIS Edu:
Indonesian Journal of Integrated Science Education, 1(2), 131-138.
Kalev, A., Li, T., Lin, C. Y. Y., Svore, K. M., & Wu, X. (2019). Quantum sdp
solvers: Large speed-ups, optimality, and applications to quantum
learning. Leibniz international proceedings in informatics.
Kappen, H. J. (2020). Learning quantum models from quantum or classical
data. Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 53(21),
214001.
Lase, F. (2020). PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DENGAN METODE QUANTUM LEARNING. Warta
Dharmawangsa, 14(2).
NURFITRIANI, I. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT (Penelitian
Tindakan Kelas Membaca Peta di Kelas IV B SDN Cicadas Barat Kota
Bandung Tahun Akademik 2016/2017) (Doctoral dissertation, FKIP
UNPAS).
Quantum Learning, P. K. (2019). Pengaruh Model Quantum Learning Terhadap
Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X. Jurnal Kumparan
Fisika, 2(3).
Rizka, N. N., & Pratama, F. A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Quantum
Teaching melalui Strategi Tandur untuk Meningkatkan Kompetensi
Kognisi Siswa. Jurnal Edukasi (Ekonomi, Pendidikan dan
Akuntansi), 6(1), 183-192.
Samad, I. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Quantum Learning. Pedagogy: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1).
Sandiyanti, A. (2018). Pengembangan modul bilingual bergambar berbasis
quantum learning pada materi peluang. Desimal: Jurnal Matematika, 1(2),
157-164.
Saputro, T. (2017). EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUANTUM
LEARNINGTERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
PESERTA DIDIK KELAS X MA NURUL ISLAM GUNUNG SARI
ULUBELU TANGGAMUS (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan
Lampung).
Sujatmika, S., Hasanah, D., & Hakim, L. L. (2018, April). Effect of quantum
learning model in improving creativity and memory. In Journal of
Physics: Conference Series (Vol. 1006, No. 1, p. 012036). IOP Publishing.
Sulistyorini, I. K., Joyoatmojo, S., & Wardani, D. K. (2018). Implementasi model
pembelajaran quantum learning dengan menggunakan metode mind
mapping untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
peserta didik. Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi, 4(2).
Swandewi, N. L. P., Gita, I. N., & Suarsana, I. M. (2019). Pengaruh model
quantum learning berbasis masalah kontekstual terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa SMA. Jurnal Elemen, 5(1), 31-42.

Anda mungkin juga menyukai