LP BPH Ed - Revisi
LP BPH Ed - Revisi
Disusun Oleh:
ANISA SETYAWATI
(C.14201.12.003)
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Kasus Benigna Hiperplasia Prostat (BPH).
Adapun tujuan Penulis membuat laporan praktek ini untuk meningkatkan
pengetahuan serta memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Perkemihan.
Pada kesempatan ini juga Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Bayu Brahmantia, S.Kep.,Ns. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Sistem Perkemihan.
2. Seluruh staff perawat ruang 3B RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya.
3. Pasien dan keluarga atas kerjasamanya terhadap tindakan keperawatan yang di
lakukan dan informasi yang di berikan dalam pembuatan laporan ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu Penulis memohon saran dan kritikan kepada pembaca
agar penulis bisa lebih baik lagi dalam menyusun laporan ini
Penulis
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
D. Sistematika Penulisan ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar ..................................................................................... 3
1. Definisi ........................................................................................ 3
2. Etiologi ........................................................................................ 4
3. Patofisiologi ................................................................................. 4
4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 6
5. Klasifikasi .................................................................................... 7
6. Farmakoterapi .............................................................................. 8
7. Komplikasi ................................................................................... 10
8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 10
9. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan .................. 11
10. Pencegahan .................................................................................. 21
B. Diet atau Nutrisi pada Pasien BPH .................................................... 22
C. Terapi Komplementer pada Pasien BPH ........................................... 22
D. Aspek Legal Etik Asuhan Keperawatan pada Pasien BPH ...............
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN pada PASIEN BPH
A. Pengkajian ..........................................................................................
B. Daftar Diagnosa ..................................................................................
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................
D. Implementasi Keperawatan ................................................................
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................
F. Catatan Perkembangan .......................................................................
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
A. Pembahassan Kasus Berdasarkan Hasil Penelitian ..............................
A. Latar Belakang
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehinggga darah bebas dari za-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh, zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). (Syaifuddin, 2006. Halaman: 235).
Terdapat bebagai macam gangguan pada sistem urinaria salah satunya yaitu Benigna
Hiperplasia Prostat.
Hiperplasia prostat atau BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran
progresif dari kelemjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau
semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Arif
Muttaqin, 2011 hal: 257).
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan suatu penyakit yang biasa terjadi. Di
dunia, diperkirakan jumlah penderita BPH sebesar 30 juta, jumlah ini hanya pada kaum
pria karena wanita tidak mempunyai kelenjar prostat (edmedicine, 2009). Di Amerika
serikat, terdapat lebih dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-70 tahun mengalami
gejala BPH dan antara usia 70-90 tahun sebanyak 90 % mengalami BPH (Suryahanto &
Abdul, 2009).
Di indonesia, BPH menjadi urutan kedua setela penyakit batu saluran kemih, dan secara
umum , diperkirakan hampir 50% pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun ditemukan
menderita BPH. Oleh karena itu, jika dilihat dari 200 juta lebih rakyat indonesia, maka
dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yang berusia 60 tahun dan keataas adalah kira-
kira sejumlah 5 juta, maka dapat dinyatakan kira-kira 2,5 juta pria Indonesia menderita
penyakit BPH. (Purnomo, 2009).
Oleh karenaitu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi
klinis, prosedur diagnostik dan asuhankeperawatan yang komprehensif pada klien Benigna
Prostat Hiperplasia (BPH) beserta keluarganya.
C. Manfaat Penulisan
Dengan tersusunnya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menjadi salah satu
manfaat bagi penulis agar dapat lebih memahami bagaimana patologis dari penyakit
benigna prostat hiperplasia.
Bagi instansi pendidikan keperawatan agar dapat memberikan gambaran terhadap
pengaplikasian asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan benigna
hiperplasia prostat (BPH). Dan untuk penelitian selanjutnya untuk menjadi referensi bagi
penelitian mengenai benigna hiperplasia prostat.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat dengan menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari; BAB I
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sitematika penulisan. Dalam BAB II berisi tentang
tinjauan teori menegenai benigna hiperplasia prostat (BPH). BAB III terdiri dari asuhan
keperawatan pada pasien BPH. BAB IV terdiri dari pembahasan kasus,. BAB V terdiri dari
kesimpulan dan saran.
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Prostat adalah kelenjar berukuran seperti buah prem yang terletak di depan anus dan tepat
di bawah kandung kemih anda,dimana urin di simpan.kelenjar prostat mengelilingi
uretra(saluran kencing dan sperma),yang merupakan kanal dimana urin keluar dari tubuh
anda.uretra juga mengeluerkan cairan yang membentuk bagian dari air mani (Reiza Parandika,
2014 hal: 124)
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior
buli-buli dan melingkari uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat
menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari buli-
buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal orang dewasa 20 gram. mcNeal
(1979) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral,
zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretra. Sebagian besar hiperplasia
prostat terdapat pada zona transisional; sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari
zona perifer. Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, yang
didalam sel kelenjar prostat, hormon ini akan diubah menjadi metabolik aktif
dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel kelenjar prostat
untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan dan ploriferasi sel kelenjar
prostat. Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini
dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80 % pria yang berusia 80
tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urine sehingga
menimbulkan gangguan miksi. (Basuki B. Purnomo, 2012, hal : 125).
Hiperplasia prostat atau BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran progresif
dari kelemjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau semua komponen
prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Arif Muttaqin, 2011 hal:
257).
Hiper plasia prostat benigna (benign prostatic hyperplasia, BPH) adalah pembesaran atau
hipertrofi, kelejar prostat. Kelenjar prostat membesar, meluas ke atas menuju kandung kemih
dan menghambat aliran keluar urine.berkemih yang tidak lampias dan retensi urine yang
2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan (Purnomo, 2005).
Selain faktor tersebut ada beberapa faktor hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat, yaitu sebagain berikut :
1) Dyhidrotestosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.
2) Ketidak seimbangan hormon estrogen-testosteron. Pada proses penuaan pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi
stroma.
3) Interaksi stroma –epitel. Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor
dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4) Berkurangnya sel yang mati. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama
hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5) Teori sel stem. Sel stem yang meningkat mengakibatkan poliferasi sel transit (Arif
Muttaqin, 2011 hal: 257).
3. Patofisiologi
Sejalan dengan pertumbuhan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia. Jika
prostat membesar, maka akan meluas ke atas (kandung kemih) sehingga pada bagian dalam
akan mempersempit saluran uretra prostatisca dan menyumbat aliran urine.
Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap
tahanan uretra prostatica, maka otot detrusor dan kandung kemih berkontraksi lebih kuat agar
dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatomi
dari kandung kemih berupa : hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula,
dan diventrikel kandung kemih.
Hiperplasia prostat
7. Komplikasi
Seiring dengan makin beratnya BPH, dapat terjadi obstruksi saluran kemih karena urine
tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan, apabila
tidak diobati, terjadi gagal ginjal (Elizabeth J. Corwin, 2002 hal: 789)
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan rektal dengan jari (digital rectal exmination,
DRE), dan riwayat kesehatan.
2) Urinalisis untuk mendeteksi hematuria dan UTI.
3) Kadar antigen spesifik prostat (prostate-spesific antigen, PSA) diperiksa jika pasien
memiliki minimal 10 tahun harapan hidup harapan hidup dan untuk mereka yang
diketahui mengidap kanker prostat yang akan mengubah penanganan.
7. Kolaborasi dalam
7. Tindakan endourologi
tindakan Trans
adalah tindakan invasif
Uretral Reseksi
minimal untuk reseksi
3. Awasi Tekanan
3. Menampilkan deteksi
darah, nadi dengan
dini atau intervensi
Post Operasi
1 Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji nyeri, 1. Nyeri tajam, intensitas
berhubungan Setelah dillakukan danperhatikan lokasi dengan dorongan
berhubungan jam klie dapat harapan masa depan. pasien dapat membuat
memahami tentang pilihan informasi.
dengan kurang
penyakitnya. 2. Tekanan perlunya 2. Meningkatkan daasar
informasi tentang
Kriteria hasil: nutrisi yang baik pengarahan dan
penyakitnya
- Klien mengatakan dorong konsumsi mencegah komplikasi,
pemahaman buah, meningkatkan menurunkan resiko
tentang proses diet tingi serat. perdarahan pasca
penyakit operasi.
- Klien dapat 3. Diskusikan 3. Meningkatkan tekanan
berhubungan - Tidak ada sputum bunyi napas, selidiki adanya retensi sekret.
- Tidak ada ronchi kegelisahan, dipsneu,
dengan prosedure
- Frekuensi nafas terjadinya cyanosis.
anestesi
normal 18-22 2. Tinggikan kepala 30- 2. Memudahkan drainase
x/menit. 40O (head up), atur sekret, kerja
posisi klien dehghan pernapasan dari
semi folwer. ekspansi paru.
3. Dorong medan, bila 3. Mobilisasi sekret untuk
pasien mampu membersihkan jalan
napas dan membantu
mencegah komplikasi
pernapasan.
4. Kolaborasi 4. Membantu
pemberian O2. menudahkan untuk
mendapatkan O2.
10. Pencegahan
Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran terkena pembesaran prostat jinak (BPH)
dapat dicegah melalui konsumsi makan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah
lemak, hindari juga konsumsi daging merah. Berikut ini juga contoh-contoh makanan
dengan kadar serat tinggi:
- Kacang hijau
- Beras merah
- Gandum
- Brokoli
- Kubis
- Lobak
- Bayam
- Apel
Berikut ini contoh-contoh makanan dengan kadar protein tinggi :
- Ikan
- Telur
- Kacang kedelai
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Usia : 81 Th
Jenis Kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Cerai mati
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri saat berkemih
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat pengkajian pada hari jum’at tanggal 8 mei 2015 jam 15.30 wib
P: Klien mengeluh sakit pada saat berkemih, dan sering berkemih namun sedikit-sedikit.
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyerimenjalar ke area pubis
S : Skala nyeri 3 dari 0-5
T : Nyeri dirasakan saat brekemih.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dari pernyataan klien, klien mengalami penyakit BPH sudah sejak 4 tahun yang lalu
namun gejalanya hilang timbul. Sebelumnya klien hanya mengatasi penyakitnya dengan
ramuan tradisional yaitu menggunakan air godokan daun sirkak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga klien tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang dialami klien.
b. BAK
± 3-4 kali sehari >10 kali sehari
Frekuensi
- -
Jumlah
Kuning Kuning
Warna
Tidak ada Nyeri saat kemih
Gangguan
Tidak ada Tidak ada
Alat bantu
3 Pola Istirahat dan Tidur
a. Tidur siang Tidak tentu ±1 jam
b. Tidur malam ±7-8 jam ±7-8 jam
c. Gangguan Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygiene
a. Mandi 4 x sehari Washlap
b. Gososk gigi 2 x sehari Belum
c. Keramas 2 x seminggu Belum
d. Gunting kuku Apabila dirasa Belum
panjang
5 Pola Aktivitas Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
B. Daftar Diagnosa
intervensi.doc
2 9 Mei 2 S : Klien mengatakan nyeri masih ada pada daerah perut bagian bawah. Anisa
2015 O : Skala nyeri 3 darai 0-5 Setyawati
A : Nyeri Miksi
P : Berikan terapi sesuai denga program
I : Memberi Cefotaxim Na
E : Nyeri berkurang
R: Kaji ulang faktor-faktor yang menyebabkan nyeri.
3 9 Mei 3 S :Kien mengatakan bingung akan tindakan operasi Anisa
2015 O : Klien tampak bertanya-tanya. Setyawati
TTV:
TD: 130/80 mmHg
N : 80x/menit
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. PENDAHULUAN
Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hiperplasia yang selanjutnya disingkat BPH
merupakan penyakit tersering kedua penyakit kelenjar prostat di klinik urologi di Indonesia.1,2
Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, tetapi sampai saat ini berhubungan dengan proses
penuaan yang mengakibatkan penurunan kadar hormon pria, terutama testosteron. Hormon
Testosteron dalam kelenjar prostat akan diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT). DHT inilah
yang kemudian secara kronis merangsang kelenjar prostat sehingga membesar.
Pada usia 60 tahun nodul pembesaran prostat tersebut terlihat pada sekitar 60 persen, tetapi
gejala baru dikeluhkan pada sekitar 30-40 persen, sedangkan pada usia 80 tahun nodul terlihat
pada 90 persen yang sekitar 50 persen di antaranya sudah mulai memberikan gejala-
gejalanya.4,5,6.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko terjadinya BPH yaitu usia, riwayat
keluarga, obesitas, meningkatnya kadar kolesterol darah, pola makan tinggi lemak hewani, olah
raga, merokok, minuman beralkohol, penyakit Diabetes Mellitus, aktifitas seksual.
Laki-laki yang memiliki umur _ 50 tahun memiliki risiko sebesar 6,24 dibanding dengan
laki-laki yang berumur < 50 tahun. Sesuai dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai
menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas.
Risiko BPH pada laki-laki dengan riwayat keluarga yang pernah menderita BPH sebesar 5,28
kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang pernah
menderita BPH. Dimana dalam riwayat keluarga ini terdapat mutasi dalam gen yang
menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan tumor mengalami gangguan sehingga sel akan
Berdasarkan simpulan tersebut maka disarankan bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai faktor risiko, tanda, gejala, pencegahan dan
pengobatan BPH. Melakukan kegiatan monitoring prevalensi BPH, dilaksanakan secara
berkesinambungan. Bagi masyarakat disarankan untuk melaksanakan pola hidup sehat, lebih
waspada terhadap adanya faktor risiko terhadap kejadian BPH terutama bagi laki-laki yang
berumur lebih dari 50 tahun, adanya keluhanyang mengarah ke penyakit BPH perlu
diwaspadai.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hiperplasia prostat atau BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) adalah pembesaran progresif
dari kelemjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasi beberapa atau semua
komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika. Terdapat tanda
dan gejala khusus pada pasien dengan BPH yaitu:
Keluahan pada saluran kemih bagian bawah
Gejala pada saluran kemih bagian atas
Gejala diluar saluran kemih
Dalam laporan kassus pada pasien BPH diruangan 3B RSUD DR.Soekardjo pada Tn. H
didapatkan 3 diagnosa preoperasi yaitu gangguan pemenuhan eliminasi urine berhubungan
dengan retensi urine, obstruksi urertra sekunder dari pembesaran prostat dan obstruksi uretra,
kemudian nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan ginjal, dan ansietas berhubungan
dengan pronogis pembedahan, tindakan invasif diagnostik.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan pada pasiendengan gangguan sistem perkemihan dengan kasus
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 12. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: salemba
Medika.
Wilkison, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: dignosis NANDA, intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Ed.9. Jakarta: EGC.