Anda di halaman 1dari 7

Sirosis hepatis merupakan fase lanjut dari penyakit hepar dimana seluruh kerangka hepar

menjadi rusak disertai dengan bentukan-bentukan regenerasi nodul (Heidelbaugh & Bruderly,
2006). Sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat (Yoon et al.,
2002; Minino et al., 2002). Pada tahun 2000, sirosis hepatis merupakan penyebab kematian ke-
12, 1,1 % dari seluruh kematian, dengan angka kematian yang disesuaikan dengan umur sekitar
9,6 per 100.000 penduduk. Angka kematian akibat sirosis hepatis berbeda diantara beberapa
kelompok umur; rendah pada umur muda, meningkat pada usia dewasa dan mencapai puncak
sekitar 31,1 per 100.000 pada umur 75–84 tahun (WHO, 2000).
Diagnosis sirosis hepatis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium maupun radiologi. USG abdomen merupakan jenis pemeriksaan radiologi yang
memiliki spesifisitas, reliabilitas, berifat non-invasif dan membutuhkan biaya relatif murah
sehingga digunakan sebagai pemeriksaan radiografi lini pertama dalam diagnosis sirosis hepar
(Heidelbaugh & Bruderly, 2006). Pemeriksaan USG abdomen diketahui memiliki nilai
diagnostik dalam membedakan berbagai gradasi restrukturisasi hepar, meliputi hepatitis kronis,
sirosis hepatis maupun nodul displasia, dan karsinoma hepatoseluler (Badea et al., 2006). Pada
tabel x.x. ditunjukkan algoritma diagnosis sirosis hepatis yang melibatkan pemeriksaan fisik,
laboratorium dan radiologi.
Tabe
l x.x Algoritma diagnosis sirosis hepatis (Heidelbaugh & Bruderly, 2006)

USG real-time penggunaan tunggal maupun kombinasi dengan Doppler merupakan


modalitas pencitraan diagnostik yang terbanyak digunakan dalam evaluasi pasien sirosis hepatis
di seluruh dunia. USG real-time mampu menunjukkan karakteristik tampilan morfologi sirosis
hepatis meliputi kontur hepar, tekstur hepar maupun kolateral sistem porta. Sedangkan USG
Doppler memberikan informasi bermakna tentang hemodinamik sistem porta (Taylor, 2009).
Melalui pemeriksaan USG abdomen dapat terlihat gambaran spesifik sirosis hepatis yang
dievaluasi melalui hepar, lien dan traktus biliaris sebagai berikut:

a. Gambaran USG pada hepar


Terdapat gambaran iregularitas, penebalan permukaan hepar, membesarnya lobus kaudatus,
rekanalisasi vena umbilikus dan asites. Ekhoparenkim sangat kasar menjadi hiperekhoik
karena fibrosis dan pembentukan mikronodul menjadikan permukaan hati sangat iregular,
hepatomegali; kedua lobus hati mengecil atau mengerut atau normal. Terlihat pula tanda-
tanda sekunder berupa asites, splenomegali, adanya pelebaran dan kelokan-kelokan vena
hepatika, vena lienalis dan vena porta (hipertensi porta). Duktus biliaris intrahepatik dilatasi,
iregular, dan berkelok-kelok (Suyono et al., 2006).

b. Gambaran USG pada lien


Tampak peningkatan ekhostruktur limpa karena adanya jaringan fibrosis, pelebaran diameter
vena lienalis serta tampak lesi sonolusen multipel pada daerah hilus lienalis akibat adanya
kolateral (Suyono et al., 2006).

c. Gambaran USG pada traktus biliaris


Lumpur empedu (sludge) terlihat sebagai material hiperekhoik yang menempati bagian
terendah kandung empedu dan sering bergerak perlahan-lahan sesuai dengan posisi penderita
sehingga selalu membentuk lapisan permukaan dan tidak memberikan bayangan akustik di
bawahnya. Lumpur empedu tersebut terdiri atas granula kalsium bilirubinat dan kristal-kristal
kolesterol sehingga mempunyai viskositas yang lebih tinggi daripada cairan empedu sendiri.
Dinding kandung empedu terlihat menebal. Duktus biliaris ekstrahepatik seringkali
didapatkan normal. (Suyono et al., 2006).

Gambar x.x Ekhoparenkim hepar tampak kasar disertai pembesaran lobus sinistra (Taylor, 2009)
Gambar x.x Iregularitas kontur eksternal lobus sinistra (Taylor, 2009)

Gambar x.x Nodul ekhogenik hepar (bandingkan dengan parenkim ginjal 'R') disertai asites (Taylor, 2009)
Gambar x.x Splenomegali dengan dimensi longitudinal 12,95 cm (Taylor, 2009)

Gambar x.x Splenomegali shunt pada USG Doppler (Taylor, 2009)


Gambar x.x Kolateral regio perisplenic (tanda panah) menunjukkan terjadinya splenorenal shunt (Taylor, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Heidelbaugh JJ, Bruderly M. Cirrhosis and chronic liver failure: part I. Diagnosis and evaluation.
Am Fam Physician. 2006; 74(5):756–62.

Yoon YH, Yi H, Grant BF. Surveillance Report #60: Liver Cirrhosis Mortality in the United
States, 1970–99. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism: Washington DC. 2002.

Minino A, Arias E, Kochanek KD. Deaths: final Data for 2000 on National Vital Statistics
Reports. Centers for Disease Control and Prevention: Atlanta. 2002.

World Health Organization. The Global Status Report on Alcohol. Department of Substance
Abuse, World Health Organization: Geneva. 2000.

Badea R, Monica L. Ultrasonography contribution to the detection and characterization of


hepatic restructuring: is the "virtual biopsy" taken into consideration? J Gastrointestin Liver Dis.
2006; 15(2):189–94.

Taylor CR. Cirrhosis: Imaging. Medscape, [online], accessed 4 August 2018, Available at:
http://www.emedicine.medscape.com/article/366426-overview

Suryono dkk., Sonografi Sirosis Hepatis di RSUD dr. Moewardi. Cermin Dunia Kedokteraan.
2006; 150(1).

Anda mungkin juga menyukai