Anda di halaman 1dari 6

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.

1,Januari, 2019

ANGKA KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI TRESNA


WERDHA WANA SERAYA DENPASAR, BALI TAHUN 2015
Dania Danirmala1, Putri Ariani2
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email : daniagunarsa@gmail.com

ABSTRAK

Insomnia merupakan penyakit yang sangat berisiko dapat terjadi pada orang usia
lanjut. Dimana prevalensi insomnia sendiri cenderung makin meningkat pada lansia, hal
ini juga berhubungan dengan bertambahnya usia dan adanya berbagai penyebab lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian insomnia pada lansia di Panti
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar, Bali Tahun 2015 yang dilihat berdasarkan usia,
jenis kelamin, gangguan kondisi medis dan status pernikahan. Penelitian ini dilakukan
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dan metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana sampel penelitian ini
berjumlah 40 orang. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan pengisian dari
kuesioner Insomnia Rating Scale. Hasil dari penelitian ini didapatkan 70% lansia
mengalami insomnia. Angka kejadian insomnia pada lansia tahun 2015 ditempat
dilaksanakannya penelitian ini termasuk cukup tinggi sehingga diperlukannya analisis
lebih lanjut dan mendalam mengenai hal yang menyebabkan tingginya angka kejadian
insomnia pada lansia, karena insomnia sendiri dapat mengganggu lansia dalam menikmati
hari tuanya.

Kata kunci : insomnia, lansia, panti sosial

ABSTRACT

Insomnia is one of the diseases that are particularly at high risk can occur in
elderly. Where the prevalence of insomnia itself tends to increase in the elderly, it is also
associated with age and the presence of various other causes. This study aimed to
determine the prevalence of insomnia in the elderly in social institution Tresna Werdha
Wana Seraya Denpasar, Bali in 2015 were seen based on age, sex, medical condition
disorders and marital status. The type of this research was descriptive study with cross
sectional design and the sampling method used was total sampling, sample of this study
were about 40 people. The research data was taken using a questionnaire Insomnia Rating
Scale. Results of this study found 70% of elderly experience insomnia. The incidence of
insomnia in the elderly in society, particularly in social institution Tresna Werdha Wana
Seraya Denpasar, Bali 2015 is quite high so we need a deeper analysis of the causes of
the high incidence of insomnia in the elderly because insomnia can distrub the elderly to
enjoy old age.

Keywords : insomnia, elderly, social institution

PENDAHULUAN Dimana kurang lebih 60% lansia di


Salah satu gangguan tidur yang Indonesia dilaporkan mengalami insomnia2.
sering terjadi dan paling dikenal oleh Saat ini usia harapan hidup penduduk di
masyarakat adalah insomnia. Dimana Indonesia semakin tinggi, dan dengan
insomnia merupakan kesulitan dalam semakin meningkatnya usia harapan hidup
memulai atau mempertahankan tidur1.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 27
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

maka lebih besar kemungkinan untuk bertambahnya usia dan adanya berbagai
terjadinya suatu penyakit pada lansia4. penyebab lainnya6.
Pada orang-orang dengan usia Berdasarkan perkiraan dari jumlah
lanjut, kondisi kualitas tidur di malam hari kasus gangguan tidur insomnia yang
akan terjadi pengurangan dibandingkan semakin meningkat terjadi di kalangan
dengan orang dewasa. Pada orang yang lansia, maka penelitian ini bertujuan untuk
berusia 70 tahun didapatkan 22% memiliki mengetahui angka kejadian dari insomnia
keluhan mengenai masalah tidur dan 30% pada lansia yang saat ini tinggal di Panti
dari usia tersebut juga mengalami terbangun Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar, Bali
pada malam hari5. Prevalensi insomnia pada tahun 2015.
sendiri cenderung makin meningkat pada
lansia, hal ini juga berhubungan dengan
Kelompok Studi Biologik Psikiatri Jakarta
BAHAN DAN METODE (KSBPJ). Kuesioner karakteristik responden
Penelitian ini menggunakan terdiri dari 8 pertanyaan untuk mengetahui
rancangan deskriptif cross sectional non- identitas dan faktor-faktor yang dapat
eksperimental terhadap penderita insomnia mempengaruhi insomnia pada lansia.
pada orang-orang lansia dengan Kuesioner Insomnia Rating Scale terdiri dari
pengambilan data secara langsung melalui 8 pertanyaan dengan jumlah skor maksimum
wawancara dengan menggunakan media adalah 24 dan dikatakan insomnia bila skor
berupa kuesioner yang dimulai pada bulan telah melebihi 10. Instrumen yang
April sampai Mei 2015. Subjek penelitian digunakan telah teruji realibilitas, sensitifitas
ini diambil secara total sampling sehingga dan spesifitasnya dengan hasil yang baik7.
seluruh lansia yang memenuhi kriteria Data yang didapat diolah
inklusi dapat menjadi responden, yaitu menggunakan software dengan program
berjumlah 40 orang. Kriteria inklusi SPSS 17.0, lalu dianalisa dengan cara
penelitian ini adalah lansia wanita dan laki- deskriptif dan ditampilkan berbentuk tabel
laki yang berusia 60 sampai lebih dari 90 distribusi frekuensi untuk memperlihatkan
tahun, masih memiliki kemampuan kognitif angka kejadian insomnia pada lansia dan
yang baik, merupakan penghuni dari Panti variabel-variabel yang mempengaruhinya,
Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar, Bali yaitu usia, jenis kelamin, gangguan kondisi
dan bersedia menjadi responden dalam medis yang mendasari dan status
penelitian ini dan mengikuti prosedur- pernikahan.
prosedur penelitian. Lansia yang telah
mengisi lembar persetujuan responden HASIL
selanjutnya akan diwawancara Jumlah Angka Kejadian Insomnia pada
menggunakan kuesioner. Lansia
Penelitian ini menggunakan Pada 40 orang responden, didapatkan 28
kuesioner karakteristik responden dan juga orang (70%) mengalami insomnia dan 12
kuesioner Insomnia Rating Scale yang orang (30%) tidak mengalami insomnia
sebelumnya sudah dikembangkan oleh (Gambar 1).

30%
Insomnia
Tidak Insomnia
70%

Gambar 1. Jumlah Angka Kejadian Insomnia dan Tidak Insomnia pada Lansia di tahun 2015

Karakteristik Subjek Penelitian dari jenis kelamin maka 75% responden


Berdasarkan kelompok usia dalam merupakan perempuan dan 25% laki-laki.
penelitian ini, didapatkan 47,5% responden Pada keseluruhan responden, sebesar 90%
berusia 75-90 tahun. Sedangkan, bila dilihat mengalami gangguan kondisi medis dan bila

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 28
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

dilihat pada variabel status pernikahan, 80% tidak mengalami insomnia dan 70%
responden berstatus janda atau duda. Total responden mengalami insomnia.
dari keseluruhan responden didapatkan 30%

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Demografi Responden

Angka Kejadian Insomnia Berdasarkan mengalami insomnia, yaitu sebesar 80%


Karakteristik Responden dibandingkan dengan jenis kelamin
Berdasarkan kelompok usia perempuan yang hanya sebesar 66,7%.
didapatkan lansia yang mengalami insomnia Sedangkan, pada lansia yang
di tempat dilakukannya penelitian adalah mengalami gangguan kondisi medis
semua lansia yang berumur lebih dari 90 cenderung mengalami insomnia, yaitu
tahun mengalami insomnia. Sedangkan, sebesar 75% daripada yang tidak memiliki
pada kelompok usia 60-74 tahun hanya gangguan kondisi medis yang hanya sebesar
sebesar 76,5% yang mengalami insomnia 25%.
dan kejadian insomnia lebih rendah pada Sesuai dengan penelitian terhadap
kelompok usia 75-90 tahun, yaitu hanya lansia yang berada di Panti ini berdasarkan
57,9%. status pernikahan, kejadian insomnia lebih
Pada penelitian terhadap lansia, di banyak terjadi pada lansia yang tidak
Panti Sosial ini pada tahun 2015 didapatkan menikah, yaitu sebesar 80%.
bahwa lansia laki-laki lebih banyak yang

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 29
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

Tabel 2. Angka Kejadian Status Insomnia Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Gangguan Kondisi
Medis dan Status Pernikahan

PEMBAHASAN 57,7% dibandingkan dengan jenis kelamin


Berdasarkan hasil penelitian ini, perempuan yang hanya sebesar 48,6%9. Taat
didapatkan karateristik usia pada orang- dkk5 juga mengatakan jika responden laki-
orang lanjut usia di Panti ini tahun 2015 laki lebih mudah mengalami terbangun di
adalah semua lansia pada kelompok usia malam hari. Dimana lansia mudah terbangun
lebih dari 90 tahun mengalami insomnia. dari tidur karena pengaruh stimulasi internal
Dimana dalam sebuah penelitian yang maupun eksternal dan hal ini kebanyakan
dilakukan pada 5886 orang tua berusia 65 terjadi pada laki-laki dibandingkan
tahun ke atas juga ditemukan bahwa lebih perempuan. Namun, Michael & Peter
dari 70% diantaranya mengalami insomnia6. mengatakan bahwa risiko insomnia
Menurut Sri Adiyati, juga menyatakan, ditemukan lebih tinggi terjadi pada
semakin bertambahnya usia seseorang maka perempuan daripada laki-laki10. Dalam hasil
akan menyebabkan berkurangnya efektifitas penelitiannya Leonardi juga mengatakan hal
dari tidur, yaitu 70% hingga 80%. yang sama, yaitu perempuan lebih banyak
Didapatkan juga bahwa kejadian insomnia mengalami insomnia11. Terdapat perbedaan
lebih tinggi dialami oleh usia yang lebih tua, dengan hasil penelitian ini, dimana laki-laki
dimana orang lebih tua juga akan lebih didapatkan lebih banyak mengalami
berisiko mengalami gangguan sulit tidur insomnia, hal ini dimungkinkan karena
yang serius3. Zainul juga menyatakan bahwa adanya perbedaan jumlah responden antara
40-50% dari populasi lansia menderita lansia laki-laki dan perempuan pada
gangguan tidur8. Hal ini juga sesuai dengan penelitian ini.
pernyataan Taat dkk5, yaitu faktor usia Berdasarkan gangguan kondisi
merupakan faktor yang sangat medis, pada penelitian ini ditemukan bahwa
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. lansia yang mengalami gangguan kondisi
Dimana, efektifitas saat tidur akan semakin medis cenderung akan mengalami insomnia
berkurang dengan bertambahnya usia. daripada yang tidak mengalami gangguan
Pada karateristik jenis kelamin kondisi medis, yaitu sebesar 75%. Made
lansia di tempat penelitian diketahui bahwa Gede Cahyadi juga mengatakan bahwa
seperti yang tercantum pada Tabel 2, jenis secara teori, status kesehatan seseorang
kelamin terbanyak yang mengalami memang telah diprediksi memiliki hubungan
insomnia merupakan laki-laki yang yang erat dengan insomnia. Gangguan
berjumlah 8 orang (80%) dan perempuan 20 kondisi medis seringkali menjadi komorbid
orang (66,7%). Pada hasil penelitian analisis dari gangguan tidur insomnia12. Hal ini juga
univariat yang dilakukan oleh Ida, sesuai dengan pernyataan Sharon dkk13
didapatkan juga bahwa prevalensi insomnia bahwa seseorang yang memiliki gangguan
pada responden laki-laki lebih besar yaitu kondisi medis dan psikiatri akan secara

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 30
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

khusus meningkatkan resiko dari terjadinya menikah cenderung lebih sedikit yang
insomnia, 50-70% orang yang memiliki mengeluh mengalami gangguan tidur
gangguan nyeri kronis juga mengalami insomnia dibandingkan orang yang tidak
insomnia. menikah12.
Apabila dilihat berdasarkan status
pernikahan, didapatkan bahwa lansia yang SIMPULAN
mengalami insomnia di tempat ini lebih Berdasarkan hasil penelitian dan
banyak terjadi pada lansia yang tidak pembahasan, angka kejadian insomnia pada
menikah, yaitu sebesar 80%. Dalam lansia di tempat penelitian ini tahun 2015
penelitian oleh Kim dkk14 mendapatkan adalah 28 orang (70%), dengan total lansia
bahwa responden yang tidak memiliki yang berada di panti tersebut adalah 40
pasangan hidup secara signifikan lebih orang. Didapatkan bahwa semua lansia yang
banyak dilaporkan mengalami insomnia. berusia lebih dari 90 tahun mengalami
Banyak juga penelitian yang telah insomnia. Jenis kelamin yang paling banyak
mengatakan terdapat hubungan yang erat ditemukan mengalami insomnia adalah laki-
antara tidak menikah, janda atau duda, laki, yaitu sebanyak 80%
maupun bercerai dengan gangguan tidur dan pada perempuan didapatkan 66,7%.
insomnia pada lansia. Dikatakan pada Pada lansia yang mengalami gangguan
populasi tersebut akan lebih berisiko untuk kondisi medis didapatkan lebih besar, yaitu
mengalami kebiasaan tidur yang buruk, 75% dibandingkan yang tidak mengalami
seperti jam tidur yang tidak teratur daripada gangguan kondisi medis yang hanya sebesar
lansia yang masih memiliki pasangan hidup. 25%. Lalu pada variabel status pernikahan
Ida juga mendapatkan pada penelitian yang dari lansia didapatkan bahwa lansia yang
telah Ia lakukan, bahwa orang yang tidak tidak menikah lebih banyak mengalami
menikah mengalami insomnia lebih tinggi, insomnia dibandingkan yang lainnya, yaitu
yaitu sebesar 63,6% dibandingkan hanya sebanyak 80%.
53,7% pada orang yang berstatus menikah9.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Made
Gede Cahyadi dimana orang yang telah
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan Harold I., Sadock Benjamin Terhadap Penurunan Skala
J., Grebb Jack A. Kaplan – Sadock, Insomnia Pada Lansia di Panti
Sinopsis Psikiatri – Ilmu Wredha Dewanata Cilacap. Jurnal
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Keperawatan Soedirman, 2010;5:1.
Klinis; alih bahasa, Kusuma 6. Ayu Winda Bestari. Penerimaan
Widjaja; editor, Wiguna I Made. Masa Lalu Terhadap Insomnia Pada
Edisi 7, Jilid 2, Jakarta: Binarupa Lansia. Jurnal Online Psikologi,
Aksara. 2010.h.200-205. 2013;1:2.
2. Tommy Kurniawan. Faktor-Faktor 7. Aditya Ericha Raharja. Hubungan
yang Mempengaruhi Gangguan Antara Tingkat Depresi Dengan
Tidur (Insomnia) Pada Lansia di Kejadian Insomnia Pada Lanjut
Panti Tresna Werdha Kabupaten Usia di Karang Werdha Semeru
Magetan. Fakultas Ilmu Kesehatan Jaya Kecamatan Sumbersari
Universitas Muhammadiyah Kabupaten Jember. Universitas
Ponorogo. 2012. Jember. 2013.
3. Sri Adiyati. Pengaruh Aroma 8. Zainul Anwar. Penanganan
Terapi Terhadap Insomnia Pada Gangguan Tidur Pada Lansia.
Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Fakultas Psikologi Universitas
Kasongan Bantul Yogyakarta. Muhammadiyah Malang. 2010.
Jurnal Kebidanan, 2010;2:2. 9. Ida Rosdiana. Analisis Faktor Yang
4. Marchira Carla R., Wirasto Ronny Berhubungan Dengan Kejadian
T., DW Sumarni. Pengaruh Faktor- Insomnia Pada Pasien Gagal Ginjal
Faktor Psikososial dan Insomnia Kronik Yang Menjalani
Terhadap Depresi Pada Lansia di Hemodialisis Di Rumah Sakit
Kota Yogyakarta. Berita Umum Daerah Kota Tasikmalaya
Kedokteran Masyarakat, 2007;23:1. Dan Garut. Universitas Indonesia
5. Taat Sumedi, Wahyudi, Ani Depok. 2011.
Kuswati. Pengaruh Senam Lansia

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 31
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.1,Januari, 2019

10. Sateia Michael J. & Nowell Peter 13. Sharon Schutte Rodin., Lauren
D. Insomnia. The Lancet,2004; 364 Broch., Daniel Buysse, dkk.
: 1959-73. Clinical Guideline for the
11. Leonardi A. Goenawan. Referat Evaluation and Management of
Ilmu Kesehatan Jiwa dan Perilaku: Chronic Insomnia in Adults.
Insomnia, Rumah Sakit Journal of Clinical Sleep Medicine,
Dharmasakti. Fakultas Kedokteran 2008;4:5.
Universitas Katolik Indonesia 14. Kim Won-Hyoung., Kim Byung-
Atmajaya. 2012. Soo., Kim Shyn-Kyum, dkk.
12. Made Gede Cahyadi Permana. Prevalence of Insomnia and
Insomnia Dan Hubungannya Associated Factors in a Community
Terhadap Faktor Psikososial Pada Sample of Elderly Individuals in
Pelayanan Kesehatan Primer. South Korea. International
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Psychogeriatric Association,2013;
Fakultas Kedokteran Universitas 25:10, 1729-1737.
Udayana/Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah. 2013.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 32

Anda mungkin juga menyukai