Anda di halaman 1dari 16

Risiko dan Tingkat Pengembalian Investasi

Sebelum melakukan suatu investasi, investor sangat perlu dan harus dapat
melihat peluang dalam hal mendapatkan return, karena keputusan investasi
menyangkut dana yang akan digunakan nantinya, pengembalian investasi, jenis
investasi yang akan dilakukan dan risiko investasi yang kemungkinan akan
timbul dimasa yang akan datang. Keputusan yang diambil ketika melakukan
investasi pasti akan mempunyai jangka atau jarak waktu panjang, sehingga
keputusan yang diambil harus direncanakan, dapat terarah dan dipertimbangkan
dengan matang dan baik karena akan mempunyai konsekuensi jangka panjang
pula untuk pengembalian nilai dari investasi itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut untuk dapat melakukan keputusan investasi, maka


sangat penting diperlukan perhitungan tingkat retum yang diharapkan, tingkat
risiko dan hubungan antara retum dan risiko. Karen return merupakan alasan
utama orang-orang melakukan keputusan untuk investasi adalah untuk
memperoleh keuntungan (retum). Dengan mengharapkan return dengan tingkat
tertentu sangat wajar investor yang menginvestasikan dananya, karena return
merupakan kompensasi yang diharapkan oleh investor atas biaya kesempatan
(opportunity cost)yang didapatkannya dan risiko penurunan daya beli akibat
adanya terjadi pengaruh inflasi. Return yang diharapkan (expected return) dan
return yang terjadi (realized return) memiliki perbedaan yang sangat mendasar
yaitu :

 Return yang terjadi atau yang disebut dengan realized return atau bisa
pula dikatakan sebagai return aktual yaitu tingkat return yang telah
diperoleh investor pada masa yang telah berlalu.
 Return yang diharapkan atau yang biasa disebut dengan expected return
merupakan tingkat return yang diantisipasi, estimasi, dan diprediksi oleh
di investor di masa yang akan datang.
Untuk melakukan keputusan dari berinvestasi selain itu adalah pertimbangan
atas tingkat risiko yang akan dihadapi nantinya oleh investor. Risiko bisa
dimaknakan sebagai kemungkinan retum aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan. Akan tetapi secara merinci adalah mengacu kepada
kemungkinan realisasi atau penerapan return aktual yang lebih rendah dari
return minimum yang diharapkan oleh investor. Retum minimum yang
diharapkan bisa juga disebut dengan return yang disyaratkan (required rate of
return).

Pengertian Risiko

Pada dasarnya hampir semua yang namanya investasi pasti mengandung


unsur ketidakpastian atau yang disebut dengan risiko. Dalam hal ini dikatakan
bahwa investor tersebut menghadapi risiko dalam investasi yang akan
dilakukannya. Investor hanya bisa mampu untuk memperkirakan berapa
keuntungan yang dapat diharapkan dari investasinya tersebut dan seberapa
besar nantinya hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang
telah diharapkan sebelumnya

Ada beberapa jenis risiko yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan
dalam membuat keputusan investasi, yaitu : Halim (2015: 39)

1) risiko bisnis (business risk)


2) risiko pasar (market risk).
3) risiko suku bunga (interest rate risk), dan
4) risiko daya beli (purchasing power risk).

Untuk dapat engukuran risiko (risk) dari aset tunggal yaitu menggunakan
metode standar deviasi (standard deviation) yaitu digunakan sebagai
pengukuran atas penyimpangan dari nilai-niai yang sudah terjadi dengan nilai
ekspektasinya (Jogiyanto, 2007: 131).

Dengan :

σ : standar deviasi,

Xi : nilai pada periode ke-i,

E(X) : nilai ekspektasi,

N : jumlah dari observasi.

Umumnya investor akan selalu memperhitungkan besarnya risiko yang


terjadi dalam sahamnya. Maka perhatian sangat lah diperlukan, yaitu yang
diperhatikan adalah risiko dari saham yang tidak dapat dieliminasi dengan
diversifikasi oleh investor itu sendiri yaitu risiko sistematis sebagai variabel
penentu tingkat pengembalian saham yang diharapkannya. Hal ini disebabkan
karena dengan risiko saham yang tinggi akan dapat memberikan tingkat
pengembalian saham yang tinggi pula. Namun sebenarnya bukan hanya itu saja,
tetapi ada beberapa variabel penentu lain juga akan mempengaruhi tingkat
pengembalian saham yaitu tingkat likuiditas yang dapat dihitung berdasarkan
bid-ask spread.

Hubungan positif terjadi antara risiko dan tingkat pengembalian (Return).


Semakin tinggi risiko yang ada maka semakin tinggi pula return yang akan
didapatkan nantinya oleh investor, begitupula sebaliknya semakin kecil risiko
yang dihadapi maka return yang didapatkan pun semakin kecil juga.

Pengertian Pengembalian

Return sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang telah
dilakukan oleh investor. Berdasarkan pengertian tersebutlah, bahwa return
adalah tingkat pengembalian atau hasil keuntungan yang diperoleh, didapat, dan
diterima dari investasi yang dilakukan oleh investor.

Return adalah laba atas suatu investasi yang dinyatakan sebagai tarif atas
persentasi tahunan. Besarnya keuntungan yang nantinya akan diperoleh
investor yang menanamkan dananya atau modalnya di pasar modal merupakan
return itu sendiri. Return saham ini dapat diperlihatkan sebagai indikator atas
kegiatan perdagangan di pasar modal. Menurut Jogiyanto (2015:263) return
adalah hasil yang nantinya akan diperoleh oleh investor dari investasi return,
yang dapat berupa return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan
akan terjadi di masa mendatang ataupun return realisasi yang sudah terjadi.

Pengertian Investasi

Secara sederhana pengertian dari investasi itu sendiri adalah suatu


penundaan (yang tertunda) dari proses konsumsi (penggunaan) yang telah
terjadi, yang mana nantinya dipergunakan untuk produksi yang efisien (tepat
waktu) selama periode waktu tertentu.

Ada 2 tipe investasi yaitu:


1) Investasi yang dilakukan secara langsung yaitu membeli aktiva
keuangan yang di jual-belikan, dan
2) Inestasi yang dilakukan secara tidak langsung dilakukan dengan
membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio
aktiva keuangan yang berasal perusahaan yang lain. (Jogiyanto, 2007:5)

Investor dalam mempertimbangkan penanaman modalnya adalah :

1) tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return),


2) ketersediaan dana yang akan diinvestasikan, dan
3) tingkat risiko (rate of risk),

Tipe-tipe investor dalam berinvestasi terbagi tiga menurut Halim (2003: 38),
yaitu :

1) investor menyukai risiko (risk seeker),


2) investor yang tidak suka risiko (risk averter), dan
3) investor netral (risk neutrality).

Dari uraian atas pengertian di tersebut dapat diketahui jika yang minim
resiko adalah deposito dan emas memiliki kesamaan yaitu investasi yang minim
akan risiko atau di sebut dengan low risk yang lebih disukai oleh investor
masyarakat Indonesia. Dimana ketika memiliki emas dan deposito tingkat
pengembalian (return) yang berbeda dimana tingkat pengembalian (return) dari
deposito sudah ditentukan di awal (saat akan melakukan deposito) dan nilainya
tetap atau tidak berubah-ubah sehingga tidak ada fluktuasi, sedangkan tingkat
pengembalian (return) dari emas belum pasti dan berfluktuasi setiap saat dan
setiap waktu.

Dasar Keputusan Investasi


Dasar dalam pengambilan keputusan atas investasi terdiri dari :

1. Return

Alasan nomor satu dan paling utama orang-orang melakukan investasi


adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam makna menejemen
investasi, tingkat keuntungan dari investasi disebut dengan sebutan
return. Sehingga akan menjadi sesuatu yang sangat-sangat wajar jika
nanti investor akan menuntut tingkat return atas dana atau modal yang
telah di investasikan sebelumnya. Dari investasi yang telah
dilakukannya investor akan mementingkan return, yang mana
merupakan konpensasi (yang ia dapat atau yang diperolehnya) atas
biaya kesempatan (oportunity cost) dan risiko atas terjadinya suatu
penurunan daya beli saham yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari
keadaan inflasi.

2. Risiko

Pengertian dari risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan dari retrun


aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan. Investor khususnya
memiliki asumsi bahwa investor merupakan makhluk yang rasional.
Artinya adalah investor tidak akan menyukai yang namanya
ketidakpastian atau risiko. Sehingga memiliki hubungan tingkat resiko
dan return yang diharapkan nantinya oleh investor.

Pada umumnya terdapat instrumen-instrumen yang diperdagangkan di dalam


pasar modal. Setiap instrumen-instrumen itu memberikan return dan risiko yang
berbeda-beda pula. Instrumen yang tersebut adalah :

a. Saham
Saham adalah suatu surat yang berharga (memiliki nilai) atas bukti
kepemilikan (memiliki) atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan
saham tersebut, dengan memiliki saham dari suatu perusahaan artinya
investor akan memiliki hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan semua kewajiban perusahaan yang
sudah di bayarkan.

b. Obligasi

Obligasi merupakan sekuritas yang dapat memberikan pendapatan tetap


kepada pemilik obligasi tersebut. Ketika membeli obligasi seorang
investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran yang
akan dilakukan atas bunga yang akan diperolehnya secara periodik
(dalam selang waktu yang tetap dan tidak berubah) dan berapa
pembayaran kembali nilai yang sudah diketahui yaitu nilai nominal (par
value) pada saat jatuh tempo pembayaran ketika membeli obligasi.
Sebenarnya obligasi bukanlah instrumen investasi tanpa risiko karena
bisa saja obligasi tersebut tidak dapat terbayar kembali dikarenakan
kegagalan oleh penerbitnya dalam memenuhi kewajiban. Dalam
memilih obligasi, investor tidak sembarangan untuk memeilih obligasi
nya hal ini karena tingkat risiko dan kualitas dari obligasi dapat dilihat
dari kinerja perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut.

c. Reksa Dana

Reksa dana dapat diartikan sebagai sertifikat yang dapat menjelaskan


bahwa pemiliknya dapat menitipkan sejumlah dana kepada manajer
Investasi yang akan digunakan untuk modal berinvestasi oleh investor
baik itu berinvestasi di pasar modal maupun untuk berinvestasi di pasar
uang, manajer Investasi nantinya akan menghimpun dana dari investor
untuk kemudian nantinya diinvestasikan dalam bentuk portofolio. Atas
dasar hal tersebut lah investor nantinya dapat membentuk portofolio
secara tidak langsung melalui manajer Investasi.

d. Instrumen Derivatif

Instrumen derivatif adalah sekuritas yang nilainya dari turunan dari


suatu sekuritas lain sehingga nilai instrumen derivatif tersebut sangat
bergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan
atau acuan. Instrumen derivatif diantaranya terdiri atas

1) right issue,
2) warrant,
3) option, dan
4) futures.

Capital Asset Pricing Model

Untuk dapat memperhitungkan tingkat keuntungan dari portofolio yang


dimiliki, seorang investor membutuhkan alat untuk dapat menganalisis hal
tersebut. Atas dasar tersebutlah model perhitungan adalah Capital Asset Pricing
Model (CAPM).
CAPM merupakan model perhitungan yang dapat menghubungkan antara
tingkat return yang di harapan dari suatu aset yang memiliki risiko dengan
risiko dari aset tersebut pada saat kondisi keadaan pasar yang seimbang. CAPM
memiliki tujuan untuk membantu investor dalam melakukan seleksi, pemilihan
dan analisis saham dan meminimalisir terjadi investasi yang berisiko dan
meminimalisir terjadinya salah pilih. Penggunaan dari CAPM nantinya
diharapkan dapat membantu para investor untuk dapat menggambarkan kondisi
pasar yang memiliki sifat kompleks, serta memperkecil terjadinya risiko
investasi dan untuk dapat mengestimasi besarnya return yang akan diperoleh
nantinya di kemudian hari.

Menurut (Fahmi,2014:264) untuk dapat mencapai terjadinya suatu efektifitas


dan terjadinya efisiensi dalam pengambilan keputusan diperlukan ketegasan
akan tujuan yang ingin dicapai. Tujuannya adalah :

1) Dapat terciptanya kemakmuran (khususnya finansial) bagi para


pemegang saham.
2) Dapat teriptanya (continuity) keberlanjutan dalam investasi tersebut dan
menambah modal.
3) Dapat terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan (profit actual).
4) Menjadi bagian dari salah satu aspek unytuk dapat membangun bangsa .

Return dan Risk Saat Pandemi Covid-19

Cornavirus Disease 2019 atau Covid-19 pertama kali dilaporkan di kota


Wuhan, provinsi Hubei, China. Pertengahan februari 2020 lalu, Indonesia
belum menemukan adanya pasien Covid-19 padahal saat itu setidaknya sudah
ada 50 negara yang mengkonfirmasi kasus Covid-19, namun Indonesia belum
menemukan adanya kasus positif Covid-19. Akan tetapi pada pada 2 Maret
2020 kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dikonfirmasi.

Tabel jumlah kasus Covid-19 di Indonesia

Pertanggal 12 agustus 2021

No. Keterangan Jumlah


1. Terkonfirmasi 3.774.155 (+24.709)

2. Dalam perawatan 412.776 (-13.394)

3. Sembuh 3.247.715 (+36.637)

4. Meninggal 113.664 (+1.466*)

5. Jumlah spesimen tes 28.740.077 (+193.717)

6. Jumlah orang di tes 19.449.602 (+136.252)

sumber : covid19.go.id

Sebelum terjadi pandemi Covid-19 kondisi perekonomian menunjukkan


pertumbuhan yang positif. Akan tetap saat awal terjadinya pandemi Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi menurun. Adanya COVID-19 ini juga
mengakibatkan pergerakan yang negatif terjadi pada IHSG sehingga berimbas
dan berdampak kepada perkenomian di indonesia. Maka jika investor tersebut
adalah investor seorang investor yang menghindari risiko, maka investor
tersebut akan memilih untuk menarik dananya (menjual sahamnya) dari pasar
modal dan kemudian memilih untuk mengimvestasi dana pada instrumen-
instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko rendah misalnya adalah emas.
Sebaliknya jika investor tersebut adalah seorang investor yang risk taker (berani
mengambil risiko) maka kemungkinan besar investor tersebut akan tetap
mempertahankan investasinya. Semua orang, ketika berinvestasi tentu akan
menginginkan pengembalian (Return) pada setiap investasi yang dilakukannya.
Investor mengharapkan expected return (return yang diharapkan) dengan
tingkat keuntungan yang sangat tinggi dari nilai yang telah diinvestasinya dan
di dalam pasar modal return yang diinginkan atau return yang diharapkan
tentunya akan berbanding lurus dengan risiko (Probabilitas) yang akan
dihadapinya.

Menuru Ikriyah et al. (2017) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga


saham adalah :
1) Tingkat resiko usaha
2) Kebijakan dividen
3) Penggunaan utang
4) Laba per lembar saham yang diproyeksikan.
5) Waktu penerimaan laba
6) Faktor eksternal lain yang kemungkinan bisa terjadi.

Menurut Nurul Ikriyah et al. (2017) menjelaskan pula jika terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan harga dari saham-saham dapat berfluktuasi, yaitu :

1) Kondisi mikro dan makro ekonomi.

2) Kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal : memutuskan


untuk ekspansi (perluasan usaha),

 seperti membuka kantor cabang (brand office), dan


 kantor cabang yang sifatnya pembantu (sub brand office), baik
itu kantor cabang yang dibuka di domestik maupun yang
dibukakan di luar negeri.

3) terjadinya pergantian direksi yang mendadak atau tiba-tiba.

4) Terjadinya direksi atau pihak komisaris dari perusahaan yang terlibat


pada tindakan pidana dan yang kasusnya sudah masuk di ranah
pengadilan (hukum).

5) Risiko sistematis dapat diartikan sebagai suatu bentuk dari risiko yang
terjadi secara keseluruhan dan dapat menyebabkan perusahaan ikut
terlibat (ikut terkena risiko) pula.

Adanya pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak kepada sektor kesehatan


saja, akan tetapi sektor ekonomi juga berdampak karena adanya Covid-19
bahkan hampir seluruh sektor juga terdampak. Salah satu yang berpengaruh
adalah di sektor keuangan yaitu di sektor pasar modal. Pasar modal sendiri
memberikan pengaruh yang sangat penting terhadap sektor keuangan. Pasar
modal juga merupakan suatu hal yang terpenting dan tidak bisa lepas dari suatu
negara, hal ini dikarenakan pasar modal berfungsi sebagai bagian dari
pendanaan dan pengumpul modal-modal yang dapat menunjang suatu negara.
Baik modal dalam negeri sendiri maupun dari modal dari asing (luar negeri).
Tidak hanya itu saja, pasar modal menjadi tempat masyarakat di suatu nega
untuk berinvestasi (yang sudah berbadan hukum) dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan dari pembelian perusahaan di pasar modal.

Kesimpulan :

Jika investor investor terbagi atas dua yaitu tipe menghindari risiko dan tipe
berani mengambil risiko. Investor tipe menghindari risiko adalah investor
seorang investor yang menghindari risiko, maka investor tersebut akan
memilih untuk menarik dananya (menjual sahamnya) dari pasar modal dan
kemudian memilih untuk mengimvestasi dana pada instrumen-instrumen
investasi yang memiliki tingkat risiko rendah misalnya adalah emas. Sebaliknya
jika investor tersebut adalah seorang investor yang risk taker (berani
mengambil risiko) maka kemungkinan besar investor tersebut akan tetap
mempertahankan investasinya.

Untuk dapat mencapai terjadinya suatu efektifitas dan terjadinya efisiensi


dalam pengambilan keputusan diperlukan ketegasan akan tujuan yang ingin
dicapai. Tujuannya adalah :
1) Dapat terciptanya kemakmuran (khususnya finansial) bagi para
pemegang saham.
2) Dapat teriptanya (continuity) keberlanjutan dalam investasi tersebut
dan menambah modal.
3) Dapat terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan (profit actual).
4) Menjadi bagian dari salah satu aspek unytuk dapat membangun bangsa
.

Soal.

1. Risiko apakah yang mungkin timbul dan perlu dipertimbangkan dalam


membuat keputusan investasi?

Jawaban :

1) risiko bisnis (business risk)


2) risiko pasar (market risk).
3) risiko suku bunga (interest rate risk), dan
4) risiko daya beli (purchasing power risk).

2. Apa yang dilakukan olah investor yang berani mengammbil resiko (risk
taker) dengan investor yang tidak berani mengambil resiko saat
menghadapi keadaan pasar yang tidak stabil?

Jawaban :
Jika investor tersebut adalah investor seorang investor yang
menghindari risiko, maka investor tersebut akan memilih untuk menarik
dananya (menjual sahamnya) dari pasar modal dan kemudian memilih
untuk mengimvestasi dana pada instrumen-instrumen investasi yang
memiliki tingkat risiko rendah misalnya adalah emas. Sebaliknya jika
investor tersebut adalah seorang investor yang risk taker (berani
mengambil risiko) maka kemungkinan besar investor tersebut akan tetap
mempertahankan investasinya.

Daftar Pustaka :

Salimah, Adilatus. (2018). Jurnal Manajemen Bisnis. Analisis Perbandingan


Risiko (RISK) Dan Tingkat Pengembalian (RETURN) Antara Deposito
Dengan Emas, 8 (2), 85-93.

Sumani., dan Christine Suhari. (2013). Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas
Ekonomi Unpar. Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Dan Likuiditas
Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Dalam Perusahaan Non-
Keuangan LQ-45 Periode 2007-2009, 17 (2), 88-101.

Nurmala. (2017). Balance Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Analisis Pengembalian


Keputusan Investasi Saham Dengan Pendekatan Capital Asset Pricing
Model (CAPM) pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, 2 (2), 215-226.
Hasan, Nurain., Frendy A O Pelleng., dan Joanne V Mangindaan. (2019). Jurnal
Administrasi Bisnis. Analisis Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Berinvestasi Saham (Studi
pada Indeks Bisnis-27 di Bursa Efek Indonesia), 8 (1), 36-43.

Farida, Ana Bintan., Erma Yuliaty. (2018). Jumal Hasil Penelitian LPPM Untag
Surabaya. Analisis Tingkat Pengembalian Investasi Saham Lq-45
Tahun 2015, 3 (1), 13-21.

Bandawaty, Euis. (2020). Kinerja : Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Analisis Capital
Asset Pricing Model (CAPM) Dalam Memprediksi Tingkat Return
Saham Kompas 100 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2013-2017, 2 (2), 68-76.

Mz, Achmad Fadhoil., Budi Wahono., dan Eris Dianawati. (2021). E-Jurnal
Riset Manajemen. Analisa Penerapan Metode Capital Asset Pricing
Modeling (CAPM) Untuk Menentukan Pilihan Investasi Saham Efisien
Dan Tidak Efisien Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi pada Sub Sektor
Perbankan di Bursa Efek Indonesia), 10 (3), 86-98.

Darmayanti, Novi. (2020). Ekuitas : Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Dampak


Covid-19 Terhadap Perubahan Harga Dan Return Saham, 4 (4), 462-
480.

Fadillah, Randi., Muhammad Mansur., dan Budi Wahono. (2021). E-Jurnal


Riset Manajemen. Perbandingan Abnormal Return Saham Sebelum
Dan Sesudah Perubahan Waktu Perdagangan Selama Pandemi Covid-
19, 10 (3), 139-145.

Fauziyyah, Nurul., dan Ilham Ramadhan Ersyafdi. (2021). Jurnal Ekonomi


Manajemen dan Akuntansi. Dampak covid-19 Pada Pasar Saham di
Berbagai Negara, 23 (1), 56-66.
Emawati, Dais Nur. (2016). Analisis Risiko Dan Tingkat Pengembalian Reksa
Dana Pendapatan Tetap Dengan Metode Sharpe, Erov Dan Sortino.
Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai