Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI BISNIS DAN RAPAT BISNIS

TEKNIK LOBBYING DAN NEGOSIASI

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. ELPA ALPATAH (181010550747)
2. ELSA NURANI MAULIDA (181010502623)
3. FANDI AHMAD (181010550847)
4. FANI ANDRIANI BR GINTING (181010550251)
5. FIRMAN YULIANTO (181010504771)
6. GENUSCA GEMA SYAUMA (181010551804)
7. GHANDI SATRIAZI (181010551164)
8. IKRAM FADHILAH (181010550951)

REG A :RUANG A 504

DOSEN : TUTRIINDRASWARI S.E ., M. M

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2021

1
A. PRESENTASI BISNIS DAN RAPAT BISNIS
1. PresentasiBisnis
Presentasi bisnis bagi para staf manajer pada semua level/tingkatan dalam
suatu perusahaan berskala menengah dan besar merupakan hal yang
biasa.Baik dalam kaitannya dengan masalah pemasaran, keuangan, personalia,
produksi, dan teknologi informasi.Secara umum tujuan dari suatu presentasi
bisnis, yaitu a) menginformasikan pesan-pesan bisnis kepada audiens, b)
menghibur audiens, c) menyentuh emosi audiens, dan d) memotivasi audiens
untuk bertindak sesuatu.
Presentasi yang baik haruslah didahului dengan persiapan yang matang
yang meliputi penguasaan terhadap topik atau materi yang akan
dipresentasikan, penguasaan berbagai alat bantu presentasi dengan baik,
menganalisis siapa audiens, menganalisis berbagai lingkungan lokasi atau
tempat untuk presentasi. Selanjutnya, presentasi yang dilakukan secara lisan
haruslah disampaikan secara sistematis. Kepiawaian pembicara dalam
menyampaikan presentasinya terlihat pada kriteria yang dimilik oleh
pembicara tersebut, yaitu:
a) Mempunyai wawasankekurangan dan kelebihan diri sendiri dan audiens
b)Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kebutuhan informasi di pihak
audiens dan bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
c) Menganggap penyajian suatu presentasi sebagai sebuah prestasi
d)Menerima kritik
Ada berbagai seni dalam penyampain presentasi bisnis, antara lain
penggunaan visual aid, handout, dan papan tulis atauwhiteboard. Disamping
persiapan dalam hal materi dan media, pembicara perlu memperhatikan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan presentasi, yaitu cara
berpakaian, pandangan mata, sikap tubuh berdiri, suara, dan bahasa.

2. Rapat Bisnis
Salah satu faktor yang membedakan rapat bisnis dan nonbisnis adalah
tujuan atauorientasi penyelenggaraan sebuah pertemuan. Rapat bisnis tentunya
berorientasi bisnis. Di samping itu, rapat bisnis umumnya bersifat resmi atau
2
formal dan cenderung protokoler seremonial. Sementara itu, rapat nonbisnis
orientasi atau tujuan penyelenggaraannya bukan berorientasi pada bisnis,
mislanya untuk tujuan sosial kemasyarakatan, peningkatan pelayanan
kesehatan, dan pendidikan.
Locker dalam bukunya Bussiness Communication: Building Critical Skills
menyatakan bahwa sebuah rapat pada umumnya mempunyai enam tujuan,
antara lain berbagi informasi, penjajakan ide atau gagasan, evaluasi ide atau
gagasan, pengambilan keputusan, membuat dokumen, dan memotivasi
peserta.Selanjutnya, Oliver Serrat dalam Conducting Effective Meetings
mengelompokkan rapat ke dalam lima jenis, antara lain, a) pengarahan, b)
rapat konsultasi, c) rapat komite, d) rapat dewan, e) negosiasi, f) rapat
informasi, g) rapat motivasional, dan h) rapat partisipatif.
Untuk menghasilkan sebuah keputusan danpelaksanaannya yang berjalan
dengan baik,ada beberapa ciri tentang bagaimana mendesain sebuah agenda
rapat bisnis yang baik, seperti mencantumkan tanggal, tempat, waktu mulai dan
waktu selesai, rumusan tujuan atau maksud rapat, siapa saja yang hadir, daftar
topik yang akan dibahas, alokasi waktu untuk setiap topik yang dibahas.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan dengan baik,
khususnya bagi Anda yang bertugas sebagai panitia penyelenggara bisnis,
yaitu a) undangan, b) waktu dan tempat, c) berapa lama waktu rapat bisnis, d)
pembawa acara, e) ketua panitia penyelenggara, f) jumlah peserta, g) peserta
yang diundang, h) orang yang membuka dan menutup rapat bisnis, i)
narasumber, j) alokasi waktu untuk narasumber, k) waktu istirahat, l)
presentasi peserta, m) akomodasi, n) sound system, o) komputer portabel,
LCD projector, dan flip camera, dan fasilitas pendukung lainnya.
Setelah mempersiapkan hal yang diperlukan saat rapat, ada beberapa
pengaturan tempat duduk yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan rapat
bisnis. Menurut Dobson, yaitu gaya persegi empat (Boardroom style), bentuk
huruf “U” (U shape style), gaya ruang kelas (Classroom style), gaya
melingkar (Circular style), gaya Chevron (Chevron style), gaya modifikasi
(modified style), gaya setengah melingkar (semi-circular style), dan gaya
kelompok (Cluster style).
3
3. Studi Kasus
Studi kasus yang berjudul “Kemampuan Presentasi dalam Memasarkan
Produk Usaha” ini disusun oleh Yusuf Hamdan dan Anne Ratnasari, mahasiswa
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung.
Salah satu aspek pendukung dalam kemajuan bisnis antara lain kemampuan
pengusaha mempresentasikan produk atau jasa yang ditawarkan, sebagai calon
konsumenmerasa yakin membeli atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis persiapan presentasi, penyajian pesan
presentasi, dan unsur pendukungpresentasi untuk memasarkan produk usaha.
Metode penelitian kualitatif digunakan dalampenelitian ini dengan teknik analisis
data berupa studi kasus. Informan penelitian adalah wanitapengusaha pengurus
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Jawa Barat. Penelitian
inimenemukan presenter mempresentasikan produk usaha melalui persiapan,
penyajian pesan,dan unsur pendukung presentasi. Persiapan presentasi di
dalamnya ditemukan presentermenyiapkan materi presentasi secara tertulis atau
spontan, membuat headline. Pada penyajianpesan presentasi terdiri dari pengantar,
isi, dan simpulan. Presenter memelihara kontak visualdengan audiens,
menggunakan gerakan tubuh (wajah dan tangan), selain itu pada prosespenyajian
pesan presentasi menggunakan artikulasi kata yang teratur dan jelas.
Sedangkanpada penutupan presentasi, presenter menyimpulkan ikhtisar presentasi
dan mendorongaudiens untuk membeli atau menggunakan produk usaha yang
ditawarkan. Pada unsurpendukung presentasi, peneliti menemukan presenter
menggunakan demonstrasi produk ataujasa, melibatkan kesaksian pelanggan dan
penggunaan video serta foto dalam presentasi.
Wanita pengusaha memiliki kemampuan presentasi dalam memasarkan
produk usaha. Presentasi tersebut terdiri dari: menyiapkan materi presentasi
tertulis, spontan, dan membuat headline. Penyajian pesan presentasi terdiri dari:
pengantar, isi, dan simpulan. Presenter juga harus memiliki kemampuan dalam
menyampaikan presentasi dengan artikulasikata yang teratur serta jelas.
Unsur pendukung presentasi, presenter menggunakan demonstrasi produk atau
jasa yang melibatkan kesaksian pelanggan dan penggunaan video serta foto.
4
Wanita pengusaha mengelola bahasa tubuh yang digunakan untuk melengkapi
presentasi antara lain dengan kontak visual, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh
(wajah dan tangan).

5
A. TEKNIK LOBBYING DAN NEGOSIASI
1. Teknik Lobbying
Menurut kamus Webster,lobby atau lobbying berarti ‘melakukan aktivitasyang
bertujuan mempengaruhi pegawai umum dan khususnya anggota legislatif dalam
pembuatan peraturan’.Dalam tulisan ini istilah lobby atau lobbying di-Indonesia-
kanmenjadi lobi, sedangkan istilah lobbyist di-Indonesia-kan menjadi pelobi, yaitu
orangyang melakukan Lobi.Melobi ialah melakukan pendekatan secara tidak
resmi, sedangkanpelobian adalah bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha
individu ataukelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau
pimpinan politik dengantujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat
menguntungkansejumlah orang.
Fungsi lobi adalah untuk melindungi kepentingan organisasi/lembaga bisnis
dengan membuka komunikasi pada pihak pengambil keputusan, di antaranya
membangunkoalisi dengan organisasi-organisasi lain, mengumpulkan informasi
dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili posisi organisasi
dalam isu-isu kunci.
Sasaran lobi, antara lain, a) golongan masyarakat yang biasa disebut dengan
kalangan kosmopolit, b) anggota organisasi yang memiliki kontak paling penting
dengan pihak-pihak legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, c) tokoh masyarakat
yang sudah dikenal kredibilitasnya, integritas maupun reputasinya, tokoh LSM,
dan individu-individu berpengaruh lainnya, d) kalangan jurnalis (wartawan dan
redaktur) yang memiliki networking dan jaringan informasi cukup luas, serta
memiliki power untuk membentuk opini, e) pejabat tinggi negara seperti anggota
legislatif (DPR/D), eksekutif (pejabat pemerintah, seperti menteri, dirjen,
gubernur, walikota, dan sebagainya) dan yudikatif (MA, Departemen Kehakiman
dan HAM).
Ada tiga jenis lobi, yakni:
a) Lobi tradisional, pelobi mendekati pengambil keputusan.
b) Lobi akar rumput, menggunakan masyarakat untuk mempengaruhi
pengambilkeputusan.
c) Lobi political action committee, komite-komite yang dibentuk perusahaan-
perusahaan besar agar wakilnya dapat duduk di parlemen/pemerintah.
6
Langkah-langkah lobi dilakukan dengan:
a) Mengetahui motif-motif orang yang terlibat dalam lobi.
b) Mewaspadai jebakan.
c) Menetralisir sikap lawan.
d) Memperbesar situasi media dan menyusun rancangan pendekatan media.
Lobi memiliki beberapa karakteristik, yaitu bersifat informal dalam berbagai
bentuk,pelakunya juga beragam, dapat melibatkan pihak ketiga sebagai perantara,
dan tempat serta waktu fleksibel dengan pendekatan satu arah oleh pelobi. Ada
beberapa carauntuk melakukan lobi, baik yang legal maupun ilegal, secara terbuka
maupun tertutup/rahasia, secara langsung ataupun tidak langsung. Sebagai contoh,
upayapenyuapan dapat dikategorikan sebagai lobi secara langsung, tertutup dan
ilegal.Lobi semacam ini jelas melanggar hukum, tetapi karena bersifat
tertutup/rahasia,agak sulit untuk membuktikannya (contoh: kasus-kasus lobi
pemenangan tenderdengan pendekatan gula-gula/wanita, seperti yang sering
diberitakan diberbagaimedia massa).

2. Negosiasi
Negosiasi (Negotiation) dalam arti harfiah adalah negosiasi atau
perundingan.Negosiasi adalah komunikasi timbal balik yang dirancang untuk
mencapai tujuan
bersama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, negosiasi memiliki dua arti,
yaitu 1) proses tawarmenawar dengan jalan berunding untuk memberi
ataumenerima guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok
atauorganisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain, dan 2)
penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak-pihakyang
bersangkutan.
Menurut Stephen Robbins dalam bukunya Organizational
Behavior( 2001),negosiasi adalah proses pertukaran barang atau jasa antara 2
pihak atau lebih danmasing-masing pihak berupaya untuk menyepakati tingkat
harga yang sesuai untukproses pertukaran tersebut. Sedangkan dalam komunikasi
bisnis, negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang

7
mempunyai kepentingan yang samaatau bertentangan, bertemu dan berbicara
untuk mencapai suatu kesepakatan.
Untuk membangun kerangka dasar tersebut di atas, ada tiga konsep penting
yangharus dipahami oleh seorang negosiator, yaitu:
a) BATNA (Best Alternative to a Negotiated Agreement), yaitu langkah-
langkahatau alternatif-alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator
bilanegosiasi tidak mencapai kesepakatan.
b) Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat
diterimasebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi.
c) ZOPA (Zone of Possible Agreement), yaitu suatu zona atau area
yangmemungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi.
Selain itu, karakteristik utama negosiasi, yaitu:
a) Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan
organisasiatau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
b) Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar-
menawar(bargain) mapun tukar-menukar (barter).
c) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu
yangbelum terjadi dan kita inginkan terjadi.
d) Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh
keduabelah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak
sepakatuntuk tidak sepakat.
e) Hampir selalu berbentuk tatap muka yang menggunakan bahasa lisan,
geraktubuh maupun ekspresi wajah.
f) Memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik
yangterjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
g) Lobi atau negosiasi sejatinya merupakan cara yang paling efektif
untukmengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Dengan mengembangkan kemampuan lobi dan negosiasi, setiap pihak
bisamendapatkan apa yang dibutuhkannya tanpa harus melakukan cara-cara
ekstrim,seperti perang, pemaksaan, atau perebutan.
Kata kunci negosiasi adalah seperti di bawah ini:
a) Negosiasi diplomatik
8
b) Negosiasi perdagangan internasional (bilateral maupun multilateral)
c) Negosiasi global (seperti negosiasi sengketa utara & selatan)
d) Negosiasi antara buruh dan majikan
e) Negosiasi antara penjual dan pembeli
f) Negosiasi antara dua korporasi yang ingin melakukan merger atau aliansi
strategik.
g) Negosiasi pembentukan joint venture
h) Negosiasi mengenai investasi langsung (direct investment)
i) Negosiasi pilkada
j) Negosiasi pemenangan tender, dan sebagainya.

3. Studi Kasus
Studi kasus yang berjudul “Strategi Lobi dan Negosiasi Serikat Pekerja
dalamManajemen Krisis Perusahaan(Studi Kasus Strategi Lobi Dan Negosiasi
FederasiSerikat Pekerja Pertamina Bersatu (Fsppb) dalamProses Alih Kelola Blok
Mahakam)” disusun oleh Dewi Nur Cahyaningsih, mahasiswa Departemen Ilmu
KomunikasiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Diponegoro.
Pertamina merupakan BUMN yang sering menjadi sorotan karena berbagai
krisis besar yangdialaminya. Kasus krisis paling menarik adalah proses alih kelola
Blok Mahakam yang telah bergulir selama delapan tahun terakhir walaupun kini
Pertamina sudah mendapat payung hukum dari pemerintah. Proses alih kelola
Blok Mahakam menimbulkan berbagai reaksi, ada yang bersikap mendukung dan
meragukan jika pengelolaan Blok Mahakam yang semula dilakukan oleh Total
dan Inpex diambil alih oleh Pertamina. Manajemen krisis umumnya dilakukan
oleh public relation (PR), namun di Pertamina yang berperan adalah serikat
pekerja. Peneliti ingin mengetahui peranan Federasi Serikat Pekerja Pertamina
Bersatu (FSPPB) dalam manajemen krisis perusahaan melalui strategi lobi dan
negosiasi pada kasus alih kelola Blok Mahakam. Metode penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Peneliti menggunakan
teknik penjodohan pola (pattern matching) untuk menghubungkandata-data
kualitatif yang didapatkan dengan konsep yang sudah dibangun pada kerangka
pemikiran. Subjek yang diteliti adalah serikat pekerja yang tergabung dalam
9
FSPPB dan stakeholder krisis Blok Mahakam. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah FSPPB dalam kasus Blok Mahakam melakukan peranan manajemen krisis
dengan strategi lobi dan negosiasi ke berbagai stakeholder. Strategi lobi yang
dilakukan terdiri dari pendekatan brainstorming, pengondisian, networking,
institution building, cognitive problem, five breaking, manipulasi kekuatan, cost
and benefit, dan futuristik atau antisipatif. Strategi negosiasi yang dilakukan ialah
win-lose, di mana pihak FSPPB sebagai pihak yang menang sedangkan
Kementerian ESDM sebagai pihak yang kalah. Adapun teknik-teknik yang
digunakan adalah membuat agenda berupa forum-forum resmi, membuat tenggat
waktu dengan intimidasi, good guy bad guy dengan bertukar peran tertentu
(wiseman, sniper, pengamat), dan meminta konsesi kepada Kementerian ESDM
dan Direksi Pertamina. FSPPB melakukan lobi dan negosiasi kepada para
stakeholder karena mempunyai peranan dalam manajemen krisis perusahaan.
Penelitian ini menambahkan konsep bahwa serikat pekerja dapat mempunyai
peranan dalam manajemen krisis perusahaan. Peranan tersebut akan semakin
besar dengan adanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang memuat peran-peran
istimewa serikat pekerja, sehingga dapat memperkuat bargaining position serikat
pekerja dalam melakukan manajemen krisis perusahaan. Di Pertamina, FSPPB
mempunyai peran istimewa untukmenjaga kelangsungan bisnis perusahaan dan
mengupayakan kedaulatan energi Indonesia. Adapun strategi lobi yang paling
dominan dan efektif dilakukan oleh FSPPB dalam kasus ini adalah pendekatan
manipulasi kekuatan, sedangkan untuk strategi negosiasinya adalah winlose
dengan teknik good guy bad guy.

10
SIMPULAN
Presentasi bisnis bagi para staf manajer pada semua level/tingkatan dalam
suatu perusahaan berskala menengah dan besar merupakan hal yang biasa.Baik
dalam kaitannya dengan masalah pemasaran, keuangan, personalia, produksi, dan
teknologi informasi.Presentasi bisnis tersebut kemudian dituang dalam kegiatan
rapat bisnis. Rapat bisnis adalah kegiatan dengan cara berdiskusi demi mencapai
tujuan bisnis.Berdasarkan studi kasus yang berjudul “Kemampuan Presentasi
dalam Memasarkan Produk Usaha” ini disusun oleh Yusuf Hamdan dan Anne
Ratnasari, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung,
menyatakan bahwa wanita pengusaha memiliki kemampuan presentasi dalam
memasarkan produk usaha. Mereka juga mengelola bahasa tubuh yang digunakan
untuk melengkapi presentasi, antara lain dengan kontak visual, ekspresi wajah,
dan gerakan tubuh (wajah dan tangan).
Selain presentasi dan rapat bisnis, ada juga teknik lobbying dan negosiasi.
Istilah lobby atau lobbying di-Indonesia-kan menjadi lobi, sedangkan istilah
lobbyist di-Indonesia-kan menjadi pelobi, yaitu orang yang melakukan Lobi.
Selanjutnya, negosiasi adalah komunikasi timbal balik yang dirancang untuk
mencapai tujuan bersama. Berdasarkan studi kasus yang berjudul “Strategi Lobi
dan Negosiasi Serikat Pekerja dalamManajemen Krisis Perusahaan(Studi Kasus
Strategi Lobi Dan Negosiasi FederasiSerikat Pekerja Pertamina Bersatu (Fsppb)
dalamProses Alih Kelola Blok Mahakam)” disusun oleh Dewi Nur Cahyaningsih,
menyatakan bahwa FSPPB dalam kasus Blok Mahakam melakukan peranan
manajemen krisis dengan strategi lobi dan negosiasi ke berbagai stakeholder.
Strategi lobi yang dilakukan terdiri dari pendekatan brainstorming, pengondisian,
networking, institution building, cognitive problem, five breaking, manipulasi
kekuatan, cost and benefit, dan futuristik atau antisipatif. Strategi negosiasi yang
dilakukan ialah win-lose, di mana pihak FSPPB sebagai pihak yang menang
sedangkan Kementerian ESDM sebagai pihak yang kalah. Adapun strategi lobi
yang paling dominan dan efektif dilakukan oleh FSPPB dalam kasus ini adalah
pendekatan manipulasi kekuatan, sedangkan untuk strategi negosiasinya adalah
winlose dengan teknik good guy bad guy.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, Dewi Nur. 2017. Strategi Lobi dan Negosiasi Serikat Pekerja
dalam Manajemen Krisis Perusahaan (Studi Kasus Strategi Lobi dan
Negosiasi Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (Fsppb) dalam
Proses Alih Kelola Blok Mahakam). Semarang: Universitas Diponegoro,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Hamdan, Yusuf dan Anne Ratnasari. 2016. Kemampuan Presentasi dalam
Memasarkan Produk Usaha. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung.
Pandjaitan, Dorothy Rouly. 2016. Komunikasi Bisnis. Lampung: Universitas
Lampung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen.
Zainal, Anna Agustina. 2017. Teknik Lobi dan Negosiasi. Lampung.

12

Anda mungkin juga menyukai