Anda di halaman 1dari 16

MENDALAMI POKOK PIKIRAN PADA PEMBUKAAN UUD 1945.

MENDALAMI POKOK PIKIRAN PADA PEMBUKAAN UUD 1945.

Oleh Prihandoyo .K

Amandemen pada UUD 1945 kira nya perlu di koreksi, sejauh mana amandemen itu sudah
mencerminkan pokok-pokok pikiran yang ada pada Pembukaan UUD 1945. Dalam kenyataan
nya amandemen yang dilakukan para reformis itu tidak nyambung dengan pokok-pokok pikiran
dan ini tentu nya akan membawa konsekuensi bahwa UUD hasi lamandemen telah menyeleweng
dari pokok-pokok Pikiran UUD 1945. Menjadi sebuah keanehan apabila pembukaan dan batang
tubuh tidak nyambung dan apalagi dengan diamputasi nya penjelasan semakinmengkaburkan
tujuan bernegara kita. Dalam pembukaan tidak hanya sekedar mengandung pokok-pokok pikiran
lebih jauh roh bangsa ini ada disana. Amandemen UUD 1945 telah telah mengesampingkan Roh
bangsa, sehingga antara batang tubuh dan preambule tidak padu menjadi satu kesatuan yang
utuh.

Pembukaan UUD1945 yang memuat dasar negara kita itu, keberadaannya sebaiknya tidak perlu
di persoalkan karena Pembukaan sudah mempunyai kedudukan yang kuat dan final setelah
melalui perenungan filosofis yang mendalam dan melewati proses perumusan yang sangat
demokratis. Mengubah Pembukaan UUD1945 hanya akan menjebak bangsa Indonesia ke dalam
pertikaian politik yang mungkinpenyelesaiannya jauh lebih rumit dibandingkan dengan situasi
pada saat bangsa dan negara ini dibangun dulu.

Dalam uraian dibawah akan dibentangkan juga betapa penting kedudukan fungsi UUD 1945 itu
dalamsistem hukum Indonesia. Sekalipun demikian, di antara semua bagian UUD 1945itu,
Pembukaan adalah bagian mendasar karena menjadi sumber norma hukum dalamsistem hukum
Indonesia. Posisi yang demikian strategis diperkuat antara lainoleh Ketetapan MPRS Nomor.
XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan denganKetetapan MPR Nomor. V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR Nomor. IX/MPR/1978. ketetapanMPRS tersebut saat ini telah diganti dengan
Ketetapan MPR Nomor. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan TataUrutan Peraturan
Perundang-undangan.

Dalam PembukaanUUD 1945 terkandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain adalah cita-cita
bangsaIndonesia berdasarkan Pancasila. Pokok-pokok pikiran itu lalu dijabarkan lebihlanjut
dalam pasal-pasal Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945. inilah yangdimaksud oleh kalimat
kunci dalam Penjelasan UUD 1945; "Undang-undang dasarmenciptakan pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan dalampasal-pasalnya".

Pembukaan UUD1945 terdiri dari empat alinea dan empat pokok pikiran. Walaupun
jumlahsama-sama empat, pengertian alinea di sini tidak identik dengan pokok pikiran.Jadi, tidak
berarti Alinea I mengandung Pokok Pikiran I, Alinea II mengandungPokok Pikiran II, dan
seterusnya. Pokok-pokok pikiran tersebut terkandung dalamkeseluruhan alinea Pembukaan UUD
1945.

Alinea I memuat dasar/motivasi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya (secara


obyektif)dinyatakan bahwa segala bentuk penjajahan di atas dunia ini tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikedilan. Untuk itu (secara subyektif) bangsa Indonesia memiliki
aspirasi untuk membebaskan diri dari penjajahan itu guna membangun masa depan bersama yang
lebih baik.

Alinea II memuatcita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Dengan pernyataan kemerdekaan


Indonesiaitu berarti perjuangan pergerakan kemerdekaan telah sampai pada saat yangberbahagia.
Pernyataan kemerdekaan itu sendiri barulah awal dari prosespembangunan bangsa ini menuju
kepada negara yang bersatu, berdaulat, adil danmakmur.

Alinea III memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di situ ditegaskan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia itu selain upaya manusia, juga tidak terlepas dari berkat rahmat
Allah Yang Mahakuasa. Dengan demikian tampak jelas ada keseimbangan antara motivasi
material dan spiritual dari pernyataan kemerdekaan bangsaIndonesia itu. Keseimbangan ini pula
yang selalu eksis dalam pernjuanganmengisi kemerdekaan berupa pembangunan nasional
sebagai pengalaman Pancasila.

Alinea IV memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, benttuk negara Republik
Indonesia,negara berkedaulatan rakyat, dan lima dasar negara (yang kemudian dikenaldengan
Pancasila). Fungsi dan tujuan negara Indonesia secara gamblang ditegaskan dalam alinea ini,
yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan dunia yangberdasarkan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketrtiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untukmenjalankan fungsi dan mencapai tujuan yang mulia tersebut, maka
disusunlahkemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
(UUD1945). Di situ juga ditegaskan bahwa bentuk negara yang dipilih adalahrepublik, yang
berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila.

Semua alineaPembukaan UUD 1945 di atas, apabila ditelaah secara mendalam, ternyata diilhami
oleh empat pokok pikiran.

Pokok Pikiran I menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Ini sekaligus berarti, dalam Pembukaan UUD 1945diterima aliran
pengertian (paham) negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa
seluruhnya, mengatasi segala paham golongan dan perseorangan. Aliran inilah yang kemudian
dikenal sebagai paham negara persatuan (integralistik atau kekeluargaan). Tampak di sini, bahwa
pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-3 dari Pancasila.

Pokok Pikiran II menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari Pancasila.

Pokok Pikiran III menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalamUndang-
Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan dan berdasarkan atas permusyawaratan perwakilam.
Di sini secara jelas tampak bahwa pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-4 dari Pancasila.

Pokok Pikiran IV menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari Pancasila.

Pembukaan UUD1945 juga dapat dinyatakan sebagai pernyataan kemerdekaan yang terinci,
yang mengandung cita-cita luhur Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. dari uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber dari segala sumber hukum yang meliputi pandangan
hidup, kesadaran, cita hukum, cita-cita moral yang meliputi

Kemerdekaan individu,kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial perdamaian


nasional dan mondial, cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara
kehidupankemasyarakatan, keagamaan sebagai pengeja wantahan budi nurani manusia telah di
murnikan dan dipadatkan menjadi dasar negara Pancasila.

Pancasila adalahfalsafah bangsa Indonesia. Sebagai filsafat, sila-sila Pancasila itu tersusunsecara
sistematis (teratur/berurutan). Keempat pokok pikiran yang terkandungdalam pembukaan UUD
1945 itu (yang tidak lain adalah sila-sila Pancasila itusendiri) merupakan perwujudan operasional
dari filsafat Pancasila.

Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan secara tegas, bahwa Undang-Undang Dasar
menciptakan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan dalam pasal-pasalnya. Kalimat
ini mengandung pengertian bahwa pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945 yangtidak
lain adalah Pancasila itu sendiri, dijabarkan dalam pasal-pasal BatangTubuh UUD 1945.

Logika berpikir tersebut sejalan dengan Teori Jenjang yang dikemukakan oleh Hans Kelsen
danvHans Nawiasky. Menurut teori ini, norma yang derajat kedudukannya lebih tinggi selalu
menjadi sumber bagi norma yang lebih rendah. Sebaliknya, norma yang lebih rendah berperan
untuk menjabarkan norma-norma yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain, dalam sudut pandang
teori Hans Nwiasky, nilai-nilai dasarPancasila dikonkretkan dalam norma hukum yang lebih
bawah, yang lazim disebutaturan dasar/pokok negara (Staatsgrundesetz). Apa bukti dari
penjabaran ini?

Jika kita melihatpada Sila ke-1 Pancasila (Pokok Pikiran IV dari Pembukaan UUD 1945),
tampakjelas keterkaitannya dengan Pasal 29 Batang Tubuh UUD 1945. jadi, Pasal 29tersebut
merupakan penjabaran dari Sila ke-1 Pancasila. Apabila kita ingin mengetahui bagaimana
penafsiran Sila Pertama Pancasila, maka tiada jalan lain, kecuali harus melalui ketentuan Pasal
29 itu.

Demikian pulahalnya dengan Sila ke-2 Pancasila (Pokok Pikiran IV Pembukaan UUD 1945),
yangdijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 26 s.d. 34 Batang Tubuh UUD 1945. sila ke-3Pancasila
(Pokok PikiranI Pembukaan UUD 1945) dijabarkan dalam Pasal 1 ayat(1), 35, dan 36. sila ke-4
Pancasila (Pokok Pikiran III) idjabarkan dalam Pasal1 ayat (2), 3, 28 dan 37. sila ke-5 Pancasila
(Pokok Pikiran II Pembukaan UUD1945) dijabarkan dalam Pasal 23, 27 s.d. 34.

Undang-undang Dasar 1945 itu memang singkat, namun juga soepel (elastis, kenyal) karena
hanya memuat aturan-aturan pokok. Aturan-aturan ini dimuat dalam Batang Tubuh. Untuk
menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu dijabarkan lebih lanjut denganundang-undang (dan
peraturan lainnya). Seperti dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945, kita harus memiliki
semangat untuk menjaga supaya sistem undang-undangdasar kita itu jangan sampai ketinggalan
jaman atau lekas usang (verouderd).Penjelasan UUD 1945 menyetakan, "Yang sangat penting
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun dibikin Undang-
Undang Dasar yangmenurut kata-katanya bersifat kekeluargaan (faham negara persatuan,
penulis),apabila semangat para penyelenggara, para pimimpin pemerintahan itu bersifat
perseorangan, Undang-Undang dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek.Sebaliknya,
meskipun Undang-Undang Dasar itu tidak sempurna, akan tetapi jikalau semangat para
penyelenggara pemerintahan baik, Undang-Undang dasar itu tentu tidak akan merintangi
jalannya negara".

Redaksi kalimatdi atas menunjukkan bahwa Pembentukan UUD 1945 sendiri tidak menutup
diriterhadap adanya perubahan-perubahan dalam Batang Tubuh UUD 1945 itu. Kendati
demikian, diamanatkan pula bahwa motivasi atas perubahan itu adalah harus didorong oleh
semangat perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara
ENGERTIAN, KEDUDUKAN,
FUNGSI DAN
SIFAT UUD 1945
UUD 1945 sebelum mengalami perubahan
Terdiri atas 3 bagian:
Bagian Pembukaan, terdiri atas 4 alinea
Bagian Batang Tubuh, terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4
pasal Aturan
Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan
Bagian Penjelasan, meliputi Penjelasan Umum dan
Penjelasan Pasal
demi Pasal
Bersifat singkat dan supel
Undang-Undang Dasar (UUD)
UUD merupakan hukum dasar tertulis (UUD 1945)
Konvensi
Merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi
kekosongan yang
timbul dalam praktik kenegaraan yang tidak terdapat
dalam UUD

TIGA KONSEP PENDAPAT


DALAM
PERUBAHAN UUD 1945
Pertama: UUD 1945 sama sekali tidak boleh dirubah
Keberadaannya terkait dengan keberada
an negara didasarkan pada Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia dan hasil jerih payah para pendiri
negara (founding father)
Pandangan dari Orde Lama dan Orde Baru
Kedua: UUD 1945 boleh dirubah, kecuali terhadap
Pembukaan UUD 1945
UUD 1945 tidak lagi dianggap suci/sakral dan tabu untuk diadakan
perubahan
Perubahan merupakan kehendak sejarah
Sebagai bagian dari dinamika kehidupan bangsa yang
menghendaki adanya
perbaikan
Didasarkan pada pengalaman pahit atas penyelenggaraan
pemerintahan sebelumnya yang dipandang otoriter dengan
menginterpretasikan UUD 1945 bagi keuntungan penguasa semata
Perubahan hanya diberlakukan pada Batang Tubuh UUD 1945
Keterkaitan dengan keberadaan negara di dasarkan pada
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Pandangan dari Orde Reformasi

TIGA KONSEP PENDAPAT


DALAM
PERUBAHAN UUD 1945
(lanjutan)
Ketiga: UUD 1945 boleh dirubah secara total
UUD 1945 bukan merupakan sesuatu yang sakral dan
tabu untuk diubah
dan dipertahankan selama-lamanya
UUD merupakan karya manusia/anak bangsa yang
berlaku dalam kurun
waktu tertentu, sehingga sesuai kebutuhan, tuntutan
waktu dan
perkembangan bangsa di masa depan, UUD 1945 dapat
dirubah
Perubahan secara total dengan memperhatikan bagian-
bagian terpenting
yang masih relevan dan sesuai dengan perkembangan
zaman
Tanpa harus dibatasi oleh adanya larangan mengubah bagian-
bagian tertentu dari
UUD 1945, misalnya melarang untuk diad
akan perubahan terhadap Pembukaan UUD
1945
Pandangan dianut oleh Organisai
-Organisasi Non Pemerintah (Non Government
Organization, NGO)
LSM, KONTRAS, PBHI, dll
EMPAT HAL MENDASAR
DALAM
PERUBAHAN UUD 1945
Pertama:
Batang Tubuh 1945 pada dasarnya sama terdiri atas 16 bab, 37
pasal, 4 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan
Tetapi isinya telah mengalami banyak perubahan, terdiri atas 20
bab, 73 pasal, 3 pasal Aturan Peralihan dan 2 ayat Aturan
Tambahan
Amandemen UUD 1945 ini membuat UUD 1945 tidak lagi bersifat
singkap dan
supel (cenderung rigid/kaku)
Kedua:
Penjelasan UUD 1945 ditiadakan (diadakan pencabutan secara
diam-diam/implicit)
Pasal II Aturan Tambahan:
“Dengan ditetapkannya perubahan UUD ini, UUD Negara RI Tahun 1945
terdiri atas
Pembukaan dan pasal-pasal”
Materi Penjelasan sebagian ditampung dalam Perubahan UUD
1945 dalam nuansa dan alasan yang berbeda
Penegasan tentang negara hukum (lihat Pasal 1 ayat (3))
Pembatasan jabatan Presiden dan Wakil Pre
siden (lihat Pasal 7, maksimum hanya dua
periode)Pemberhentian Presiden dan atau Wakil Presiden sebelum masa
jabatannya berakhir (lihat Pasal 7A, 7B, Pasal 8, Pasal 24C ayat (2))
EMPAT HAL MENDASAR
DALAM
PERUBAHAN UUD 1945
(lanjutan)
Ketiga:
Lahirnya lembaga-lembaga baru
Dewan Perwakilan Daerah (liha
t Bab VIIA Pasal 22C dan 22D)
Komisi Yudisial (lihat Pasal 24B)
Mahkamah Konstitusi (lihat Pasal 24C)
Hapusnya lembaga lama
Dewan Pertimbangan Agung (lihat Bab IV)
Keempat:
Berkurangnya kekuasaan, wewenang dan berubahnya kedudukan
lembaga
tertinggi negara (MPR)
Kekuasaannya tidak lagi tidak terbatas
Tidak lagi menetapkan GBHN (lihat Pasal 3 ayat (1))
Tidak lagi memilih Presiden dan Wakil
Presiden (lihat Pasal 6A ayat (1))
MPR tidak lagi sebagai lembaga Tertinggi negara, melainkan
lembaga negara
biasa
Hanya merupakan gabungan dua kamar/bica-meral
Hanya sebagai
Joint Session
antara lembaga DPR dan lembaga DPD
MATERI PERUBAHAN UUD
1945
Perubahan Pertama terjadi pada tanggal 19 Oktober
1999:
Tidak merubah Pembukaan UUD 1945
Pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang
berubah
10 pasal:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13 ayat (2), Pasal 14,
Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan (3), Pasal 20 dan Pasal 21
Perubahan Kedua terjadi pada tanggal 18 Agustus
2000
Tidak merubah Pembukaan UUD 1945
Pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang
berubah 22 pasal dan 5 bab:
Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 19, Pasal 20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal
22A, Pasal 22B, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X, Pasal 26 ayat (2) dan
ayat (3), Pasal 27 ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal
28C, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H,
Pasal 28I, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30,
Bab XV, Pasal 36A, Pasal 36B dan Pasal 36C
MATERI PERUBAHAN UUD
1945
(lanjutan)
Beberapa Bab dan Pasal Yang Berubah
Bab IXA – berjudul Wilayah Negara, dengan muatan pasal baru
Pasal 25E:
“Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan Undang-Undang”
Bab X – berjudul Warga Negara dan Penduduk, dengan muatan
pasal
Pasal 26 ayat (2) dan (3), Pasal 27 ayat (3)
Bab XA – berjudul Hak Asasi Manusia, dengan muatan pasal
Pasal 28A sampai dengan 28J
Bab XII – berjudul Pertahanan dan Keamanan Negara, dengan
muatan pasal
Pasal 30 ayat (1) sampai (5)
Bab XV – berjudul Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan, dengan muatan pasal
Pasal 36A:
“Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika”
Pasal 36B:
“Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya”
Pasal 36C:
“Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara,
serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan Undang-Undang”
KETETAPAN MPR
No.VI/MPR/2001
TANGGAL 9 NOPEMBER
2001
Pertimbangan
Perlunya pencerahan dan pemahaman etika
kehidupan
berbangsabagiseluruhbangsaIndonesia
Kemunduran etika berbangsa akibat krisis
multidimensi
Sistematika Naskah Lampiran
Ketetapan
Bab I - Pendahuluan
Bab II – Pokok-Pokok Etika Kehidupan
Berbangsa
Bab III – Arah Kebijakan
Bab IV – Kaidah Pelaksanaan
Bab V - Penutup
KETETAPAN MPR
No.VI/MPR/2001
TANGGAL 9 NOPEMBER
2001 (lanjutan)
Pokok-Pokok Etika Kehidupan Berbangsa
Kejujuran
Amanah
Keteladaan
Sportifitas
Disiplin
Etos Kerja
Kemandirian
Sikap Toleransi
Rasa Malu
Tanggung Jawab
Menjaga Kehormatan dan Martabat Diri sebagai Warga Bangsa
Etika Kehidupan Berbangsa
Etika Sosial dan Budaya
Etika Politik dan Pemerintahan
Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika Penegakan Hukum Yang Berkeadilan
Etika Keilmuan
Etika Lingkungan
KETETAPAN MPR
No.VI/MPR/2001
TANGGAL 9 NOPEMBER
2001 (lanjutan)
Etika Politik dan Pemerintahan
Mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien dan efektif
Menumbuhkembangkan suasana politi
k yang demokratis, bercirikan:
Keterbukaan, rasa bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi
rakyat,
menghargai perbedaan, jujur dalam pe
rsaingan, kesediaan untuk menerima
pendapat yang lebih benar, serta menjunjung tinggi hak asasi
manusia dan
keseimbangan hak dan kewajiban dalam kehidupan berbangsa
Menciptakan suasana harmonis antar pelaku dan antar
kekuatan sosial
politik serta antar kelompok kepenti
ngan lainnya untuk sebesar-besarnya
kemajuan bangsa dan negara
Mengandung misi kepada setiap pejabat dan elit politik
untuk bersikap
jujur, amanah, sportif, siap melayani, berjiwa besar,
memiliki
keteladanan, rendah hati, dan siap mundur dari jabatan
publik jika
terbukti melakukan kesalahan dan secara moral
kebijakannya
bertentangan dengan hukum dan rasa keadilan
masyarakat
Diwujudkan dalam bentuk sikap yang bertata krama dalam
perilaku politik
yang toleran, tidak berpura-pura, tidak arogan, jauh dari
sikap munafik
serta tidak melakukan kebohongan publ
ik, tidak manipulatif dan berbagai
tindakan terpuji lainnya

KETETAPAN MPR
No.VI/MPR/2001
TANGGAL 9 NOPEMBER
2001 (lanjutan)
Etika Ekonomi dan Bisnis
Melahirkan kondisi dan realitas ekonomi bercirikan
Persaingan yang jujur
dan berkeadilan
Mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya
tahan ekonomi dan
kemampuan berdaya saing
Terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan
ekonomi yang berpihak
kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara
berkesinambungan
Mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli,
kebijakan
ekonomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi
dan nepotisme,
diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi,
persaingan sehat
dan berkeadilan
Menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh
keuntungan

Anda mungkin juga menyukai