Oleh Prihandoyo .K
Amandemen pada UUD 1945 kira nya perlu di koreksi, sejauh mana amandemen itu sudah
mencerminkan pokok-pokok pikiran yang ada pada Pembukaan UUD 1945. Dalam kenyataan
nya amandemen yang dilakukan para reformis itu tidak nyambung dengan pokok-pokok pikiran
dan ini tentu nya akan membawa konsekuensi bahwa UUD hasi lamandemen telah menyeleweng
dari pokok-pokok Pikiran UUD 1945. Menjadi sebuah keanehan apabila pembukaan dan batang
tubuh tidak nyambung dan apalagi dengan diamputasi nya penjelasan semakinmengkaburkan
tujuan bernegara kita. Dalam pembukaan tidak hanya sekedar mengandung pokok-pokok pikiran
lebih jauh roh bangsa ini ada disana. Amandemen UUD 1945 telah telah mengesampingkan Roh
bangsa, sehingga antara batang tubuh dan preambule tidak padu menjadi satu kesatuan yang
utuh.
Pembukaan UUD1945 yang memuat dasar negara kita itu, keberadaannya sebaiknya tidak perlu
di persoalkan karena Pembukaan sudah mempunyai kedudukan yang kuat dan final setelah
melalui perenungan filosofis yang mendalam dan melewati proses perumusan yang sangat
demokratis. Mengubah Pembukaan UUD1945 hanya akan menjebak bangsa Indonesia ke dalam
pertikaian politik yang mungkinpenyelesaiannya jauh lebih rumit dibandingkan dengan situasi
pada saat bangsa dan negara ini dibangun dulu.
Dalam uraian dibawah akan dibentangkan juga betapa penting kedudukan fungsi UUD 1945 itu
dalamsistem hukum Indonesia. Sekalipun demikian, di antara semua bagian UUD 1945itu,
Pembukaan adalah bagian mendasar karena menjadi sumber norma hukum dalamsistem hukum
Indonesia. Posisi yang demikian strategis diperkuat antara lainoleh Ketetapan MPRS Nomor.
XX/MPRS/1966, yang kemudian dikukuhkan denganKetetapan MPR Nomor. V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR Nomor. IX/MPR/1978. ketetapanMPRS tersebut saat ini telah diganti dengan
Ketetapan MPR Nomor. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan TataUrutan Peraturan
Perundang-undangan.
Dalam PembukaanUUD 1945 terkandung pokok-pokok pikiran yang tidak lain adalah cita-cita
bangsaIndonesia berdasarkan Pancasila. Pokok-pokok pikiran itu lalu dijabarkan lebihlanjut
dalam pasal-pasal Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945. inilah yangdimaksud oleh kalimat
kunci dalam Penjelasan UUD 1945; "Undang-undang dasarmenciptakan pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam Pembukaan dalampasal-pasalnya".
Pembukaan UUD1945 terdiri dari empat alinea dan empat pokok pikiran. Walaupun
jumlahsama-sama empat, pengertian alinea di sini tidak identik dengan pokok pikiran.Jadi, tidak
berarti Alinea I mengandung Pokok Pikiran I, Alinea II mengandungPokok Pikiran II, dan
seterusnya. Pokok-pokok pikiran tersebut terkandung dalamkeseluruhan alinea Pembukaan UUD
1945.
Alinea III memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Di situ ditegaskan bahwa
kemerdekaan bangsa Indonesia itu selain upaya manusia, juga tidak terlepas dari berkat rahmat
Allah Yang Mahakuasa. Dengan demikian tampak jelas ada keseimbangan antara motivasi
material dan spiritual dari pernyataan kemerdekaan bangsaIndonesia itu. Keseimbangan ini pula
yang selalu eksis dalam pernjuanganmengisi kemerdekaan berupa pembangunan nasional
sebagai pengalaman Pancasila.
Alinea IV memuat tujuan nasional, penyusunan negara hukum, benttuk negara Republik
Indonesia,negara berkedaulatan rakyat, dan lima dasar negara (yang kemudian dikenaldengan
Pancasila). Fungsi dan tujuan negara Indonesia secara gamblang ditegaskan dalam alinea ini,
yakni untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan dunia yangberdasarkan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketrtiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untukmenjalankan fungsi dan mencapai tujuan yang mulia tersebut, maka
disusunlahkemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
(UUD1945). Di situ juga ditegaskan bahwa bentuk negara yang dipilih adalahrepublik, yang
berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila.
Semua alineaPembukaan UUD 1945 di atas, apabila ditelaah secara mendalam, ternyata diilhami
oleh empat pokok pikiran.
Pokok Pikiran I menyatakan, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia berdasarkan atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Ini sekaligus berarti, dalam Pembukaan UUD 1945diterima aliran
pengertian (paham) negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa
seluruhnya, mengatasi segala paham golongan dan perseorangan. Aliran inilah yang kemudian
dikenal sebagai paham negara persatuan (integralistik atau kekeluargaan). Tampak di sini, bahwa
pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-3 dari Pancasila.
Pokok Pikiran II menyatakan, bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-5 dari Pancasila.
Pokok Pikiran III menyatakan, bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan. Oleh karena itu, sistem negara yang terbentuk dalamUndang-
Undang Dasar harus berdasarkan kedaulatan dan berdasarkan atas permusyawaratan perwakilam.
Di sini secara jelas tampak bahwa pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-4 dari Pancasila.
Pokok Pikiran IV menyatakan, bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintahan dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur. Pokok pikiran ini identik dengan Sila ke-1 dan ke-2 dari Pancasila.
Pembukaan UUD1945 juga dapat dinyatakan sebagai pernyataan kemerdekaan yang terinci,
yang mengandung cita-cita luhur Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. dari uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sumber dari segala sumber hukum yang meliputi pandangan
hidup, kesadaran, cita hukum, cita-cita moral yang meliputi
Pancasila adalahfalsafah bangsa Indonesia. Sebagai filsafat, sila-sila Pancasila itu tersusunsecara
sistematis (teratur/berurutan). Keempat pokok pikiran yang terkandungdalam pembukaan UUD
1945 itu (yang tidak lain adalah sila-sila Pancasila itusendiri) merupakan perwujudan operasional
dari filsafat Pancasila.
Dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan secara tegas, bahwa Undang-Undang Dasar
menciptakan pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan dalam pasal-pasalnya. Kalimat
ini mengandung pengertian bahwa pokok-pokok pikiran dari Pembukaan UUD 1945 yangtidak
lain adalah Pancasila itu sendiri, dijabarkan dalam pasal-pasal BatangTubuh UUD 1945.
Logika berpikir tersebut sejalan dengan Teori Jenjang yang dikemukakan oleh Hans Kelsen
danvHans Nawiasky. Menurut teori ini, norma yang derajat kedudukannya lebih tinggi selalu
menjadi sumber bagi norma yang lebih rendah. Sebaliknya, norma yang lebih rendah berperan
untuk menjabarkan norma-norma yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain, dalam sudut pandang
teori Hans Nwiasky, nilai-nilai dasarPancasila dikonkretkan dalam norma hukum yang lebih
bawah, yang lazim disebutaturan dasar/pokok negara (Staatsgrundesetz). Apa bukti dari
penjabaran ini?
Jika kita melihatpada Sila ke-1 Pancasila (Pokok Pikiran IV dari Pembukaan UUD 1945),
tampakjelas keterkaitannya dengan Pasal 29 Batang Tubuh UUD 1945. jadi, Pasal 29tersebut
merupakan penjabaran dari Sila ke-1 Pancasila. Apabila kita ingin mengetahui bagaimana
penafsiran Sila Pertama Pancasila, maka tiada jalan lain, kecuali harus melalui ketentuan Pasal
29 itu.
Demikian pulahalnya dengan Sila ke-2 Pancasila (Pokok Pikiran IV Pembukaan UUD 1945),
yangdijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 26 s.d. 34 Batang Tubuh UUD 1945. sila ke-3Pancasila
(Pokok PikiranI Pembukaan UUD 1945) dijabarkan dalam Pasal 1 ayat(1), 35, dan 36. sila ke-4
Pancasila (Pokok Pikiran III) idjabarkan dalam Pasal1 ayat (2), 3, 28 dan 37. sila ke-5 Pancasila
(Pokok Pikiran II Pembukaan UUD1945) dijabarkan dalam Pasal 23, 27 s.d. 34.
Undang-undang Dasar 1945 itu memang singkat, namun juga soepel (elastis, kenyal) karena
hanya memuat aturan-aturan pokok. Aturan-aturan ini dimuat dalam Batang Tubuh. Untuk
menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu dijabarkan lebih lanjut denganundang-undang (dan
peraturan lainnya). Seperti dinyatakan dalam Penjelasan UUD 1945, kita harus memiliki
semangat untuk menjaga supaya sistem undang-undangdasar kita itu jangan sampai ketinggalan
jaman atau lekas usang (verouderd).Penjelasan UUD 1945 menyetakan, "Yang sangat penting
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun dibikin Undang-
Undang Dasar yangmenurut kata-katanya bersifat kekeluargaan (faham negara persatuan,
penulis),apabila semangat para penyelenggara, para pimimpin pemerintahan itu bersifat
perseorangan, Undang-Undang dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek.Sebaliknya,
meskipun Undang-Undang Dasar itu tidak sempurna, akan tetapi jikalau semangat para
penyelenggara pemerintahan baik, Undang-Undang dasar itu tentu tidak akan merintangi
jalannya negara".
Redaksi kalimatdi atas menunjukkan bahwa Pembentukan UUD 1945 sendiri tidak menutup
diriterhadap adanya perubahan-perubahan dalam Batang Tubuh UUD 1945 itu. Kendati
demikian, diamanatkan pula bahwa motivasi atas perubahan itu adalah harus didorong oleh
semangat perbaikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara
ENGERTIAN, KEDUDUKAN,
FUNGSI DAN
SIFAT UUD 1945
UUD 1945 sebelum mengalami perubahan
Terdiri atas 3 bagian:
Bagian Pembukaan, terdiri atas 4 alinea
Bagian Batang Tubuh, terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4
pasal Aturan
Peralihan dan 2 ayat Aturan Tambahan
Bagian Penjelasan, meliputi Penjelasan Umum dan
Penjelasan Pasal
demi Pasal
Bersifat singkat dan supel
Undang-Undang Dasar (UUD)
UUD merupakan hukum dasar tertulis (UUD 1945)
Konvensi
Merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi
kekosongan yang
timbul dalam praktik kenegaraan yang tidak terdapat
dalam UUD
KETETAPAN MPR
No.VI/MPR/2001
TANGGAL 9 NOPEMBER
2001 (lanjutan)
Etika Ekonomi dan Bisnis
Melahirkan kondisi dan realitas ekonomi bercirikan
Persaingan yang jujur
dan berkeadilan
Mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya
tahan ekonomi dan
kemampuan berdaya saing
Terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan
ekonomi yang berpihak
kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara
berkesinambungan
Mencegah terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli,
kebijakan
ekonomi yang mengarah kepada perbuatan korupsi, kolusi
dan nepotisme,
diskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi,
persaingan sehat
dan berkeadilan
Menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara dalam
memperoleh
keuntungan