Anda di halaman 1dari 5

KINETIKA REAKSI ION PERMANGANAT DENGAN ASAM OKSALAT

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan orde reaksi ion permanganat (MnO 4-)
dan asam oksalat (H2C2O4).

II. DASAR TEORI


II.1 Kinetika Reaksi
Kinetika reaksi kimia adalah studi yang mempelajari tentang kecepatan (laju)
reaksi kimia. Secara praktis, kinetika kimia berkaitan dengan factor – factor yang
mempengaruhi kecepatan reaksi dan bagaimana reaksi – reaksi dapat dikontrol. Reaksi
kimia yang berbeda, terjadi pada laju reaksi yang berbeda pula (Jespersen, 2014).
Pada tingkat yang lebih mendasar, studi tentang kecepatan reaksi seringkali
memberi petunjuk yang mengarah pada pemahaman tentang bagaimana reaktan berubah
menjadi produk, pada tingkat molekuler. Memahami reaksi di tingkat yang sangat detail,
memungkinkan untuk kontrol kecepatan reaksi lebih tepat dan saran cara memodifikasi
reaksi untuk menghasilkan jenis produk baru, atau untuk meningkatkan hasil reaksi dengan
mencegah terjadinya reaksi samping yang tidak diinginkan (Jespersen, 2014).

II.2 Faktor – factor yang mempengaruhi kinetika reaksi


II.2.1. Sifat kimia reaktan
Keadaan fisik zat yang bereaksi penting untuk menentukan
reaktivitasnya. Identitas kimia suatu unsur dan senyawa mempengaruhi laju reaksi. Larutan
asam kuat dan basa kuat bereaksi cepat Ketika dicampurkan karena interaksi yang
melibatkan gaya Tarik elektrostatik antara ion - ion dalam larutan. Reaksi yang melibatkan
pemutusan ikatan kovalen biasanya berlangsung lebih lambat (Whitten, 2010).

II.2.2. konsentrasi reaktan


Seperti yang diketahui bahwa persamaan laju reaksi menyatakan
hubungan antara laju reaksi dengan konstanta dan konsentrasi reaktan. Persamaan laju
reaksi selalu ditentukan secara eksperimental. Dari konsentrasi reaktan dan laju reaksi awal,
dapat ditentukan orde reaksi dan konstanta (Chang, 2010).

II.2.3. Suhu
Reaksi kimia terjadi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu yang rendah. Seperti yang diketahui bahwa, misalnya, serangga adalah
makhluk berdarah dingin. Berarti bahwa, suhu tubuhnya ditentukan oleh suhu di sekitarnya.
Saat udara dingin, serangga juga menjadi dingin, sehingga laju reaksi metabolisme tubuhnya
melambat dan membuat pergerakannya menjadi lambat (Jespersen, 2014).

II.2.4. Kondisi fisik


Molekul harus bercampur agar dapat bertumbukan. Frekuensi
tumbukan juga bergantung pada keadaan fisik, yang menentukan kemampuan reaktan
untuk bercampur. Ketika reakan berada dalam fase yang sama, seperti dalam larutan cair,
Gerakan termal acak membuat mereka melakukan kontak. Namun, pengadukan pelan
membuatnya bercampur secara berlanjut. Saat reaktan berada dalam fase berbeda, kontak
yang terjadi hanya pada antarmuka antara fase. Sehingga, pengadukan yang kuat mungkin
diperlukan. Dengan demikian, semakin halus reaktan padat atau cair, semakin besar luas
permukaannya. Semakin banyak kontak antarreaktan, semakin cepat reaksi terjadi
(Silberberg, 2013).

II.2.5. Katalis
Katalis adalah zat yang mengubah laju reaksi kimia tanpa dirinya sendiri
terpakai. Dengan kata lain, semua katalis yang ditambahkan pada awal reaksi secara
kimiawi, tidak berubah setelah reaksi selesai. Katalis positif mempercepat berlangsungnya
reaksi. Sedangkan, katalis negative atau biasanya disebut inhibitor, memperlambat reaksi
(Jespersen, 2014).

II.3 Orde reaksi


Hukum laju reaksi, untuk reaksi umum aA + bB  cC dapat dinyatakan
sebagai :
laju reaksi (rate) = k[A]x [B]y (whitten, 2010)
Orde reaksi, seperti yang ditunjukkan pada persamaan laju reaksi, menetapkan satuan
konstanta laju (k) (Petrucci, 2016). Orde reaksi selalu didefinisikan dalam hal konsentrasi
reaktan (bukan produk). Apabila ada suatu reaksi aA  produk, maka :
 Orde nol
Rate = k[A]^0 = k(1) = k (Whitten, 2010)
 Orde Satu
Rate = k[A]^1 = k[A] (Whitten, 2010)
 Orde dua
Rate = k[A]^2 (Whitten, 2010)

III. METODE PERCOBAAN


III.1 Alat
Alat – alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan percobaan ini yaitu, 2 buah buret 50
mL, 4 buah tabung Erlenmeyer ukuran 50 mL, 2 buah pipet ukur, 2 buah propipet, corong, 4
buah tabung reaksi, dan gelas beker 100 mL.
III.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah KMnO 4 0,1 M, H2C2O4 0,7 M,
dan akuades.
III.3 Cara Kerja
III.3.1. asam oksalat tetap
Pertama – tama, disiapkan 2 buah buret, buret pertama berisi asam
oksalat 0,7 M, dan buret kedua berisi akuades. Kemudian, disiapkan 4 buah tabung
Erlenmeyer berukuran 50 mL. Keempat erlenmeyer masing – masing diberi label E1, E2, E3,
dan E4. Asam oksalat 0,7 M dituangkan ke dalam gelas beker. Sebelum asam oksalat
dimasukkan ke dalam buret, harus dipastikan bahwa keran dalam keadaan tertutup.
Digunakan corong untuk memudahkan penuangan asam oksalat ke dalam buret. Kran
dibuka secara perlahan hingga larutan mengisi bagian bawah buret yang kosong, dan
permukaan atas larutan tepat pada angka nol. Keempat erlenmeyer diisi sebanyak 8 mL
asam oksalat. Kemudian, Erlenmeyer 1 ditambahkan 11 mL akuades, Erlenmeyer 2
ditambahkan 10 mL akuades, Erlenmeyer 3 ditambahkan 9 mL akuades, dan Erlenmeyer 4
ditambahkan 8 mL akuades. Masing – masing Erlenmeyer diaduk agar larutan tercampur
dengan baik. Setelah itu, disiapkan 4 buah tabung reaksi. Masing – masing tabung reaksi diisi
dengan larutan KMnO4 1 mL, 2 mL, 3 mL, dan 4 mL. Digunakan pipet ukur dalam
pemindahan larutan KMnO4 dari gelas beker ke dalam tabung reaksi.

III.3.2. KMnO4 tetap


Pertama – tama disiapkan 2 buah buret berisi asam oksalat 0,7 M, dan
KMnO4 0,1 M. Lalu, 4 buah tabung Erlenmeyer diberi label E1, E2, E3, dan E4. Masing –
masing Erlenmeyer diisi asam oksalat dari buret dengan volume E1 sebanyak 6 mL, E2 8 mL,
E3 10 mL, dan E4 12 mL. Erlenmeyer kemudian ditambahkan akuades dan digoyangkan agar
larutan tercampur. Erlenmeyer 1 sebanyak 11 mL, Erlenmeyer 2 sebanyak 9 mL, erlenmeyer
3 sebanyak 7 mL, dan Erlenmeyer 4 sebanyak 5 mL. kemudian, tabung reaksi disiapkan dan
diisi dengan KMnO4 sebanyak 3 mL. Digunakanlah pipet ukur untuk pemindahan KMnO4 ke
dalam masing – masing tabung reaksi. KMnO4 di dalam tabung reaksi dituangkan ke dalam
Erlenmeyer dan dihitung waktunya mulai saat tepat larutan KMnO4 dituangkan menyentuh
larutan asam oksalat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1 Pengamatan pada kelompok I volume H2C2O4 tetap
Tabel IV.1 Pengamatan pada kelompok II volume KMnO4 tetap
IV.2 Pembahasan
Praktikum kimia dasar ini berjudul Kinetika reaksi ion permanganate dengan
asam oksalat. Tujuan dilakukannya percobaan adalah untuk menentukan orde reaksi ion
permanganate dan asam oksalat. Percobaan dibagi menjadi dalam dua keadaan, yaitu Ketika
asam oksalat tetap dan Ketika ion permanganate tetap.
Prinsip percobaan praktikum adalah laju reaksi, yaitu seberapa cepat waktu
yang dibutuhkan untuk membentuk suatu senyawa atau produk. Laju reaksi pembentukan
suatu produk dapat dituliskan dalam rumus berikut:
r = k[A]X[B]Y
di mana X dan Y merupakan orde reaksi. Orde reaksi tidak memiliki hubungan dengan
koefisien reaksi. Orde reaksi harus ditentukan berdasarkan suatu eksperimen.
Percobaan reaksi H2C2O4 dengan KMnO4 tidak hanya mencampurkan kedua
larutan pada volume tertentu, namun juga menambahkan akuades ke dalam larutan yang
telah tercampur. Akuades diperlukan dalam pencampuran senyawa, karena akuades
merupakan zat terlarut. Ketika mencampurkan H2C2O4 dengan KMnO4, zat pelarut
dibutuhkan agar larutan menjadi encer dan homogen. Ketika larutan encer, asam oksalat
akan terurai menjadi kation H+ dan anion C2O4 2-. Reaksi ini tidak menggunakan indicator,
karena dalam percobaan ini yang dicari adalah laju reaksi KMnO4 dan asam oksalat. Laju
reaksi ditentukan dengan perubahan warna yang terjadi. Reaksi telah berlangsung Ketika
perubahan warna terjadi, dan yang diperlukan adalah lamanya waktu agar terjadi
perubahan warna.
Tiap – tiap perlakuan pada percobaan reaksi asam oksalat dengan kalium
permanganate memiliki tujuan dan fungsinya masing – masing, ditinjau dari metode
percobaan bagian cara kerja. Masing – masing tabung Erlenmeyer yang digunakan diberi
label e1, e2, e3, dan E4 agar larutan tidak tertukar dan memudahkan dalam pemantauan.
Sebelum larutan asam oksalat, KMnO4, dan akuades dimasukkan ke dalam buret, perlu
dituangkan ke dalam gelas beker terlebih dahulu. Karena sebelumnya, larutan dalam jumlah
besar disimpan di dalam tempat penyimpanan bahan kimia. Sedangkan, percobaan tidak
menggunakan seluruh larutan yang ada. Oleh karena itu, larutan dituangkan ke gelas beker
sesuai dengan volume yang dibutuhkan, juga agar tidak terlalu banyak larutan sisa yang
terbuang.
Cara kerja pertama, di mana masing – masing Erlenmeyer diberi 8 mL larutan
asam oksalat, karena hendak menentukan orde reaksi terhadap KMnO4, sehingga volume
asam oksalat harus tetap. Sebaliknya, volume KMnO4 dibuat tetap yaitu sebanyak 3 mL
pada cara kerja kedua. Karena, hendak ditentukan orde reaksi terhadap H2C2O4. Orde
reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi, dan besarnya konsentrasi dipengaruhi oleh mol dan
volume zat. Maka dari itu, dibuat variasi volume larutan.
Tabung Erlenmeyer digoyangkan setelah asam oksalat atau KMnO4
ditambahkan akuades agar asam oksalat terlarut dalam akuades. Namun, Erlenmeyer tidak
digoyangkan saat larutan asam oksalat dan KMnO4 dicampur. Hal itu dikarenakan, jika
Erlenmeyer digoyangkan, maka larutan akan terpengaruh dengan factor laju reaksi yang
lain. Misalnya, luas permukaan yang menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Selain itu,
yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah tentang factor konsentrasi tersebut terhadap
laju reaksi, sehingga memperoleh orde reaksi. Stopwatch dinyalakan sesaat setelah larutan
asam oksalat dan KMnO4 bertemu, karena saat itu larutan sudah mulai bereaksi dan dapat
diukur waktunya. Larutan campuran asam oksalat dan KMnO4 didiamkan karena dibutuhkan
data lamanya waktu yang diperlukan untuk larutan tersebut berubah warna menjadi
kecoklatan. Larutan campuran yang didiamkan menjadi berubah warnanya, karena KMnO4
mengoksidasi C2O42- menjadi CO2 dan MnO4 menjadi Mn2+.
(tulis reaksi redoksnya ada di ss an)
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah berbanding lurus. Maka,
Ketika konsentrasi semakin besar, laju reaksinya semakin cepat. Sedangkan, pengaruh waktu
terhadap laju reaksi adalah berbanding terbalik.
Data hasil percobaan dapat menunjukkan grafik hubungan antara konsentrasi
dengan satu per satuan waktu dalam detik.
(grafik H2C2O4 vs 1/t)
Grafik di atas menunjukkan semakin besar konsentrasi larutan, semakin sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk larutan berubah warna, dalam kata lain, semakin cepat reaksi berlansung.
Hal yang sama juga ditunjukkan pada grafik H2C2O4 yang konsentrasinya dipangkatkan dua
dan tiga. Namun, H2C2O4 berpangkat satu, menunjukkan grafik yang lebih lurus dan
penurunannya cenderung stabil, selisih antarkonsentrasi yang dihasilkan juga konstan, yaitu
sebesar 0,07. Nilai regresi linier pun paling mendekati satu, yaitu 0,9885. Maka, orde reaksi
larutan H2C2O4 adalah satu. Sehingga, laju reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi
reaktannya.
(kasih grafik)
Grafik hasil percobaan larutan KMnO4 menunjukkan hubungan antara
konsentrasi larutan dengan satu per satuan waktu dalam detik. Grafik larutan KMnO4
dengan konsentrasi awal (belum dipangkatkan) menunjukkan garis yang turun secara stabil.
Bila ditilik dari perhitungan, selisih besarnya konsentrasi juga sama antara Erlenmeyer 1
dengan 2, Erlenmeyer 2 dengan 3, dan Erlenmeyer 3 dengan 4, yaitu sebesar 0,005.
(grafik pangkat satu)
Grafik KMnO4 yang konsentrasi campurannya dipangkatkan dua dan tiga
menunjukkan garis turun yang curam. Selisih konsentrasi antar-erlenmeyer tidak sama.
Sebagai contoh, pada grafik [KMnO4]^2, konsentrasi Erlenmeyer satu yang dipangkatkan
dua adalah sebesar 0,000025. Sedangkan, pada Erlenmeyer dua sebesar 0,0001, yang
berarti memiliki selisih 0.000075. selisih antara Erlenmeyer 2 dengan Erlenmeyer 3 adalah
0.000125. hal ini juga terjadi pada konsentrasi KMnO4 dipangkatkan tiga. Selain itu, nilai
regresi linier KMnO4 yang paling mendekati satu adalah 0,9888. Di mana, regresi linier
tersebut adalah milik konsentrasi KMnO4 awal (dipangkatkan satu). Maka, orde reaksi
KMnO4 adalah satu, artinya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktannya.

V. KESIMPULAN
V.1 Ditemukan orde reaksi untuk MnO4- dan H2C2O4 berdasarkan percobaan ini.
V.2 Berdasarkan grafik hasil percobaan, diketahui bahwa orde reaksi MnO4- dan H2C2O4
adalah 1.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai