Disusun Oleh :
M. Andhi Wijaya (1812321036) / AKUNTANSI D
Nomor CIF terdiri dari 7 (tujuh) digit, merupakan Alfa-Numeric yang digenerate oleh
sistem yaitu terbagi atas 1 (satu) digit alfabet yang berasal dari huruf pertama nama nasabah dan
6 digit numeric yang dimulai dari angka 1 yang diberikan oleh Host (Kantor Pusat). Sebagai
contoh : B000001. Apabila jumlah nomor urut telah mencapai nomor 9 semua, maka akan
dimulai lagi dengan dua digit pertama berupa huruf misal BA00001, kemudian digit berikutnya
berupa nomor urut, dan seterusnya. Apabila seorang nasabah sudah memiliki CIF maka CIF
tersebut dapat dipergunakan untuk membuka lebih dari 1 (satu) rekening. CIF dapat di
maintenance (dilakukan perubahan) hanya di Kanca asal tempat CIF dibentuk dan khusus untuk
maintenance / perubahan nama hanya dapat dilakukan di Kanpus yaitu Divisi TSI melalui
rekomendasi dari Divisi Operasional
Selain itu, nomor CIF di bank juga berguna sebagai pemberi penilaian bagi nasabah
berdasarkan perhitungan faktor risiko nasabah. Sehingga pihak bank lebih mudah untuk
mengetahui apakah nasabah tersebut memiliki riwayat perbankan yang buruk atau tidak. Apa Itu
CIF pada Bank Intinya setiap bank harus memiliki nomor CIF (Customer Information File) yang
memudahkan mereka untuk mengetahui data-data nasabah mereka di antaranya:
1. Nama
2. NIK (Nomor Identitas Kependudukan) sesuai KTP
3. Tempat, tanggal lahir
4. Jenis kelamin
5. Alamat
6. Nomor telepon/email/HP
7. Besaran penghasilan
8. Nama orang tua
9. Pekerjaan
10. Alamat tempat kerja
11. Nama istri / suami
Data-data nasabah bank di atas seringkali digunakan oleh pihak bank saat melakukan
validasi data, hal ini biasanya harus kamu lakukan ketika kamu sedang mengurus keperluan kartu
kredit, internet banking terblokir, dan lain sebagainya.
Di mana, kita bisa mengurus keperluan perbankanmu tersebut melalui telepon saja, setelahnya
kita akan ditanyakan beberapa hal terkait data nasabahmu di bank bersangkutan. Ini menjadi
sebuah bentuk pencegahan, proteksi atau perlindungan bagi para nasabah bank dari risiko
kejahatan.
Data keuangan nasabah berdasarkan seluruh transaksi keuangan yang dilakukan, seperti
jumlah rekening yang dimiliki dan juga berapa jumlah dana dari masing-masing rekening
tersebut. Misalnya saja deposito, tabungan, giro, saving plan, dan lain-lain. Hal ini merupakan
data keuangan nasabah yang diketahui dan tersimpan dalam sistem Customer Information File
(CIF) di suatu bank.
Status nasabah yang masuk ke Daftar Hitam Nasional (DHN) seperti punya kolektibilitas
BI-nya 5. Di mana, untuk kasus nasabah yang mendapatkan kolektibilitas BI-nya 5, mereka tidak
diperbolehkan membuka rekening giro. Jadi, terdapat 5 status kolektibilitas (perbankan) yang
diklasifikan oleh Bank Indonesia (BI), selaku bank sentral Indonesia yakni:
Kol-1 = Lancar
Kol-2 = Dalam Perhatian Khusus
Kol-3 = Kurang Lancar
Kol-4 = Diragukan
Kol-5 = Macet
Untuk melakukan pengecekkan, apakah kita masuk daftar hitam atau tidak, kamu juga
bisa mengetahuinya melalui Sistem Informasi Debitur (SID). Namun kamu perlu terlebih dahulu
untuk mengajukan permintaan Informasi Debitur Individual (IDI) historis pada Biro Informasi
Kredit Bank Indonesia.
Kita bisa datang langsung ke kantor Bank Indonesia terdekat, ataupun mengaksesnya
melalui online melalui situs Bank Indonesia dengan mengisi formulir yang diminta dan jika
sudah mengisinya, kita bisa mengecek email
Setelahnya kita akan mendapatkan informasi terkait waktu untuk mengambil IDI historis
via email, kita bisa datang ke kantor Bank Indonesia dengan membawa dan mencetak email
tersebut dan membawa KTP. Jika kita sudah mengambil IDI historis milikmu tersebut, kita bisa
melihat seluruh status kredit yang tercatat di dalam SI