Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/tanggal : Senin, 02 Juni 2014


Kelompok : III (Tiga)
Nama : Amanda Alif Habibie
NIM : 123711008
Judul Praktikum : Kromatografi Lapis Tipis: Nitrasi Fenol

A. TUJUAN
1. Memahami prinsip dasar Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
2. Memahami pengaruh substituent terhadap substitusi elektrofilik pada
senyawa aromatik.

B. DASAR TEORI
 Kromatografi
Istilah kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Tswett
(Rusia) tahun 1900 yang berasal dari kata kroma “warna” dan grafi
“gambar atau tulisan”. Metode kromatografi merupakan cara paling
baik selama ini untuk memisahkan komponen kimia yang bercampur
dalam sampel. Banyak proses ekstraksi yang berhasil dilakukan masih
memerlukan metode pemisahan lebih lanjut karena ekstrak yang
didapat masih mengandung beberapa senyawa sejenis yang tidak dapat
dipisahkan. Pemisahan dengan cara ekstraksi untuk senyawa-senyawa
yang sangat mirip juga tidak sederhana. Pemisahan dengan counter
current cara Craig juga sangat tidak praktis walaupun memberikan
hasil yang tampak. Inilah yang membuat metode kromatografi menjadi
sangat penting dalam ilmu kimia karena sangat andal untuk
memisahkan senyawa-senyawa yang mirip sekalipun dengan
mekanisme pemisahan yang melibatkan beberapa fase.1
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan berdasarkan pada
distribusi komponen zat yang dianalisa (analit) antara dua fasa (fasa
gerak dan diam), yang mana pemisahan komponen terjadi secara
diferensial yang dibawa fasa gerak melewati fasa diam. Fasa gerak
dapat berupa cairan (Kromatografi Cair) atau berupa gas
(Kromatografi Gas), sedangkan untuk fasa diam dapat berupa padatan
(adsorbs) atau cairan (partisi). Pembagian kromatografi pada umumnya
didasarkan pada fasa gerak yaitu kromatografi cair dan kromatografi
gas sehingga ada empat jenis kromatografi sebagai berikut:
1. Fasa gerak cair dan fasa diam cair
Contoh: kromatografi kertas, kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC)
1 Surjani Wonorahardjo, Metode-metode Pemisahan Kimia, (Jakarta: Indeks, 2013), hlm. 123
1
2. Fasa gerak cair dan fasa diam padat
Contoh: Komatogafi lapis tipis (KLT/TLC), Kromatografi kolom
3. Fasa gerak gas dan fasa diam cair
Contoh: Kromatografi gas cair (GLC/GC)
4. Fasa gerak gas dan fasa diam padat
Contoh: Kromatografi gas padat (GSC)
Perkembangan selanjutnya, teknik kromatografi dijalankan dengan
manipulasi perbedaan aktifitas sifat-sifat fisik dari zat-zat yang
menyusun suatu sampel (analit) yang akan dipisahkan antara fasa
gerak dan fasa diam yaitu:
1. Sifat adsorbsi
2. Sifat pertukaran ion (ion exchange)
3. Kelarutan/kepolaran/titik didih
4. Ukuran partikel dengan cara gel permeabilitas dan gel filtrasi
5. Afinitas kimia (enzimatik)
6. Pertukaran ion dengan fasa diam esin (ion exchange
chromatography).

 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)


KLT digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
jumlah kecil. Kromatografi ini lebih efisien karena waktu yang
diperlukan lebih sedikit. Prosedurnya adalah sampel yang akan
dipisahkan ditotolkan dengan pipa kapiler lalu dimasukkan dalam
tabung (chamber) yang sebelumnya telah dijenuhkan oleh elluen.
Harga Rf merupakan jarak noda yang ditempuh nda sampel / jarak
yang ditempuh pelarut. Untuk senyawa yang tida berwarna maka
diaupkan dengan iod atau dengan lampu UV agar noda lebih jelas
terlihat.2

 Substitusi elektrofilik aromatik


Suatu elektrofilik biasa dilambangkan dengan E+, yang akan
bereaksi dengan cincin aromatik kemudian akan menggantikan satu
atom hidrogen.

H
H H H
H H H
E+
H H E H H

H H +
H
H H E
n
H
Mekanisme Substitusi elektrifilik aromatik

2 Sanusi Ibrahim & Marham Sitorus, TEKNIK LABORATORIUM KIMIA ORGANIK,(Yogyakarta : GRAHA
ILMU,2013)halm.24-25
2
Benzena merupakan senyawa yang mudah mendapat serangan
elektrofil karena benzena kaya elektron π. Struktur benzena sangat
menyerupai alkena yang juga memiliki elektron π, akan tetapi
sebenarnya keduanya berbeda. Perbedaan itu terletak pada keenam
elektron π pada benzena yang terkobjugasi dan mempunyai jarak lebih
dekat dibandingkan alkena. Oleh karea itlah benzena lebih stabil
dibandingkan alkena. Benzena lebih mudah mengalami reaksi
substitusi dari pada adisi.3
Reaksi subtitusi elektrofilik dibagi menjadi tiga:
1. Subtitusi pertama
Pada reaksi subtitusi pertama digunakan asam lewis
sebagai katalis, asam lewis bereaksi dengan
reagnisa(HNO3) untuk menghasilkan suatu elektrofil, yang
merupakan zat pensubtitusi yang sebenarnya. Elektrofil
akan menyerang elektron π benzena sehingga dihasilkan ion
benzonium (merupaka karbokation). Selanjutnya ion H+
dibuang untuk menghasilkan produk subtitusi.
Berikut contoh mekanisme reaksinya:

H
H H H
H H H
E+
H H E H H

H H +
H
H H E
n
H
Salah satu mekanisme reaksi pada subtitusi pertama
adalah nitrasi. Benzene mengalami reaksi nitrasi bila diolah
dengan HNO3 pekat. Katalis dalam reaksi ini adalah H2SO4
pekat. Nitrasi aromatik berupa reaksi 2 tahap, tahap pertama
tahap lambat yaitu serangan elektrofil(+NO2), tahap kedua
basa menyerang proton, dengan cepat HSO4- proton.
Reaksi nitrasi fenol
HNO3 + H2SO4 H2O + +NO2 + -OSO3H

3 Riswiyanto, KIMIA ORGANIK,(Jakarta :ERLANGGA,2009),halm.144


3
OH
OH

H2SO4 NO2 NO2


+ 3 HNO3
+ OH2 + H2SO

NO2
2. Subtitusi kedua
Gugus hidroksil merupakan gugus yang dapat
mengaktifasi inti benzene dan penunjuk orto para.
Contohnya fenol dapat menyebabkan kereaktifannya
menjadi 1000 kali lebih reaktif dari pada benzena. Gugus
OH(subtituen) yang memiliki electron bebas cenderung
memberikan electron yang akan didelokalisasikan pada
cincin aromatis menyebabkan kerapatan electron fenol
tinggi sehingga disukai oleh elektrofil.
Gugus OH merupakan pengarah orto para sehingga
dikelompokkan sebagai gugus aktivasi, semua pengarah
orto para kecuali gugus aril dan alkil memiliki elektron
bebas pada atomnya, sedangakan gugus pengarah meta
dikelompokkan sebagai gugus deaktifasi. ContohNO2,Cl,dll
tak satupun pengarah meta memiliki pasangan electron
bebas pada atom yang terikat pada cincin.4
contoh strukturnya:
OH NO2

pengarah -o, p pengarah- m

3. Subtitusi Ketiga
Fenol juga mengalami subtitusi ketiga, subtitusi ini
terjadi jika sebuah cincin benzene mempunyai dua
subtituen ada 3 kaidah yang dipakai:
a. Jika pengaruh pengaruh kedua gugus saling
memperkuat satu dengan yang lainnya, tidak
menjadi masalah.
b. Jika dua gugus bertentangan dalam efek-efek
pengarah mereka, maka activator mempunyai
pengaruh lebih dominan
c. Jika dua gugus deaktivasi berada pada cincin, dapat
menyukarkan subtitusi ketiga.

4 Ralp J. Fessenden dan Joan S. Fessenden, Kimia Organik, (Jakarta: Erlangga, 1982)hlm. 467
4
 Ekstraksi Pelarut
Ekstraksi pelarut merupakan metode pemisahan komponen suatu
zat berdasarkan kelarutannya dalam dua fasa cair yang berbeda. Mula-
mula pelarut organik ditambahkan dalam larutan air yang mengandung
gugus yang akan diekstraksi, pemisahan dilakukan dengan cara
pengocokan berulang kali sehingga pelarut yang memiliki massa jenis
lebih ringan berada pada lapisan atas. Selanjutnya kedua larutan dapat
dipisahkan. Senyawa organic yang terdapat dalam larutan ataupun pada
jaringan tumbuhan dan hewan dapat ditarik dengan teknik ekstrasi
dengan menggunakan pelarut seperti n-heksana, ligroin, eter,
kloroform, metilen klorida, methanol dan lain lain. Pemilihannya
tergantung dari sifat bahan yang akan dipisahkan.5

 Analisis Bahan
a) Fenol(asam karbolat)
Senyawa organic yang mempunyai rumus kimia C 6H5OH,
padatan kristal, berwarna putih, dan higroskopis, cenderung
bersifat asam dapat berubah menjadi merah muda jika terkena
cahaya, digunakan untuk pembuatan resin, polimer, obatan, dan
pemberantas tanaman rumput. Titik lebur Fenol 42 0C, titik
didih 1820C.6
b) HNO3 pekat (Asam Nitrat)
Cairan tidak berasa, baunya sangat tajam (pedas), tidak
berwarna sampai kuning cerah, tidak mudah terbakar, cairan
korosif, beracun, sangat berbahaya jika kontak langsung
dengan mata, kulit dan tertelan. Memiliki densitas 1,89 g/-mL,
titik leleh -41°C, titik didih 83°C. Bersifat sebagai oksidator.7
c) Asam Sulfat pekat
Mempunyai rumus molekul H2SO4, zat cair kental
menyerupai minyak, tak berwarna, higroskopis, dalam
larutannya (air) bersifat asam kuat, dalam keadaan pekat
bersifat oksidator, dan bersifat dapat mengikat air (sebagai zat
pengdehidrasi). Asam sulfat merupakan bahan penting karena
kegunaannya yang luas seperti untuk industri pupuk, cat, rayon,
bahan peledak, dan untuk berbagai produk lainnya serta untuk
pemurnian minyak bumi.8
d) Metilen klorida
Cairan yang tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna,
memungkinkan mudah terbakar jika pada temperatur tinggi,
tidak korosif, sangat berbahaya jika kontak langsung dengan
mata, terhirup dan tertelan. Dan berbahaya jika kontak

5 Sanusi Ibrahim dan Marham Sitorus, Teknik Laboratorium Kimia Organik,… hlm.10
6 Mulyono HAM, Kamus Kimia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 127
7 Mulyono HAM, Kamus Kimia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 39
8 Mulyono HAM,......hlm 45
5
langsung dengan kulit. Memiliki titik didih 40°C, titik leleh
-98°C, tekanan uap (20°C): 47 kPa, massa jenisnya (20°C):
1,322 – 1,328 kg/l, kelarutan dalam air: 2 g/100 ml.
e) Natrium sulfat
Padatan putih, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan
berbahaya bila kontak langsung dengan kulit. Larut dalam air,
mudah beroksidasi, maka banyak digunakan sebagai bahan
pereduksi.
f) Iod
Memiliki titik didih: 184,35oC, titik leleh: 113,5oC, dapat
menguap pada suhu kamanr membentuk uap berwarna ungu
dengan bau tidak enak dan perih, uap iodin dapat menyebkan
iritasi pada mata dan selaput lendir. Di udara iodin tidak boleh
melebihi 10-3 mg per gram.9
g) Benzena
Cairan, berbau tajam, tidak berasa, tidak berwarna sampai
berwarna kuning terang, tidak korosif, mudah terbakar, sangat
berbahaya jika kontak langsung dengan mata dan terhirup dan
juga berbahaya jika terkena langsung kontak langsung dengan
kulit.
h) Aquades
Cairan tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, titik
leleh 0oC, titik didih 100oC. Senyawa dengan formula H2O,
elektrolit lemah, terionisasi menjadi H3O+ dan OH- dihasilkan
dari pengoksidasian hidrogen sebagai bahan pelarut dalam
kebanyakan senyawa dan sumber listrik. Bersifat polar
sehingga merupakan pelarut yang baik.10

C. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Termometer
2. Erlenmeyer
3. Plat KLT
4. Pipa kapiler
5. Pengaduk
6. Labu spirtus, kasa, kaki tiga
7. Gelas beker
8. Corong pemisah
9. Chamber KLT

9 Mulyono HAM,.... hlm 191


10 Mulyono HAM,......hlm. 24
6
Bahan:
1. Asam nitrat pekat
2. Asam sulfat pekat
3. Metilen klorida
4. Natrium sulfat
5. Iod
6. Fenol
7. Benzena
8. Aquades
Air
9. Es

D. CARA KERJA
1. Nitrasi Fenol

Larutan A
Dibuat dengan mencampurkan 3 ml asam nitrat dengan 7 ml aquades
Ditambahkan 0,5 asam sulfat pekat kedalam campuran
Didinginkan sampai 50C

Hasil

Larutan A
Dimasukkan kedalam erlenmeyer yang sudah berisi 3 gram fenol
Diaduk
Diatur suhu pada 20-250C
Dijaga selama 15 menit
Diatur suhu 30-350C
Dijaga selama 15 menit
Ditambahkan 7 ml air es ke dalam campuran
Diaduk
Dimasukkan campuran kedalam corong pemisah
Ditambahkan metilen klorida
Diekstraksi 2 kali
7
Diambil fase organik
Dikeringkan dengan natrium sulfat
Diuapkan pelarut
HASIL

8
2. Analisa Produk dengan KLT

HASIL 2
Diteteskan sedikit pada kromatograf di tengah-tengah garis
bawah kromatograf
Dimasukkan kedalam chamber KLT yang sudah dijenuhkan
dengan uap benzena, tunggu sampai pelarut melewati garis atas
kromatografi
Lalu dikeringkan dengan uap iod, hitung nilai Rfnya

HASIL AKHIR

E. HASIL PENGAMATAN
1) Nitrasi Fenol

NO PERTANYAAN PENGAMATAN
1. Pencampuran asam nitrat,Larutan bening (panas)
aquades dan asam sulfat pekat
(larutan A)
2. Setelah didinginkan 50C Larutan bening (dingin)
3. Pencampuran larutan A + fenol Larutan homogen dan bergerak-gerak
4. Setelah suhu dijaga 20-250CLarutan homogen dan bergerak-gerak
selama 15 menit
5. Setelah suhu dijaga 30-350CEndapan hitam larutan merah kecoklatan
selama 15 menit
6. Setelah penambahan air es Keluar asap,larutan heterogen
7. Setelah ekstraksi Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas fasa
organik dan lapisan bawah pelarutnya

2) Analisis Produk Dengan KLT

NO PERTANYAAN PENGAMATAN
1 Berapa noda yang3 lapisan : ungu, coklat dan kuning
tampak setelah diuapi
iod?
2 Berapa harga Rf masing-Rf ungu : 0,5/6,5= 0,076 ; Rf coklat:
masing 0,8/0,5= 0,123 ; Rf kuning : 1,01/6,5 :
0,215

9
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini yaitu tentang Nitrasi Fenol dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Hal pertama yang dilakukan
adalah mencampurkan aquades dengan HNO3 pekat dan ditambahkan H2SO4
yang bertindak sebagai katalis asam lewis. Larutan ini bersifat panas karena
adanya reaksi eksotermis pada asam sulfat pekat kemudian didinginkan
sampai 50C, pendinginan ini bertujuan untuk menjaga keasaman produk, agar
produk nitrasi terbentuk. Pada tahap ini adalah pembentukan elektrofil. Asam
nitrat diberi proton oleh asam sulfat pekat. Kemudian melepaskan air untuk
membentuk suatu ion nitronium (+NO2). Mekanisme reaksinya sebagai
berikut:
H O NO2 + H O SO3 H H O NO2 + OSO3
H

H2O + +NO2 + -OSO3H

Akan tetapi disini NO2 hanya bertindak sebagai elektrofil, sehingga produk
yang dibentuk akan lebih dominan o-nitrofenol dan p-nitrofenol.
OH OH

O2N
O2N
m-nitrofenol p-nitrofenol

Dengan adanya gugus pendorong maka akan menyebabkan keasaman


fenol menjadi berkurang, karena gugus pendorong akan mengumpulkan
(mengonsentrasikan) muatan negative, keadaan ini menyebabkan cincin jadi
kurang stabil sehingga kekuatan asamnya lemah. Sedangakan gugus penarik
sebaliknya akan menyebabkan keasaman fenol bertambah, karena gugus
penarik akan mendispersikan (memancarkan) muatan negative, keadaan ini
menyebabkan cincin menjadi lebih stabil sehingga kekuatan asamnya semakin
kuat.
Proses selanjutnya adalah proses penyerangan elektrofil oleh elektron π
benzena yang akan menghasilkan karbokation dan kemudian distabilkan oleh
resonansi. Setelah penambahan fenol terbentuk perubahan warna dari bening
menjadi coklat kehitaman. Tahap selanjutnya adalah reaksi fenol dengan ion
nitronium dan memberikan proton kepada HSO4- menghasilkan produk
berupa Orto Nitro fenol. Mekanisme reaksi sebagai berikut:

10
OH OH OH
+
+ O +
N
O + OH2 + -OSO3H
NO2 NO2
+

OH OH
+
+ -OSO3H + H2SO4 + OH2
NO2
H NO2

Dalam pembentukan nitrasi fenol akan dibantu dengan pendinginan


secara bertahap yaitu pada suhu 20-250C selama 15 menit dan pada suhu 30-
350C selama 15 menit. Lalu ditambah air es, penambahan air es yang
bertujuan untuk menurunkan suhu larutan dan menghentikan reaksi, kemudian
diekstraksi sehingga terdapat dua lapisan yaitu lapisan atas berupa fasa
organik dan lapisan yang bawah berupa pelarutnya. Diambil fasa organiknya
dan keringkan dengan natrium sulfat, dalam hal ini pengeringan dimaksudkan
untuk menghilangkan pelarut melalui penguapan. Setelah itu disiapkan
kromatografi lapis tipisnya dan dibuat garis di bawah dan di atasnya (1 : 1).
Tutulkan fasa organik yang didapat tadi pada garis bawah kromatografinya,
lalu dimasukkan dalam chamber KLT yang sudah jenuh dengan uap benzena.
Proses ini dihentikan jika sudah mencapai garis atas dan harus berlangsung
dalam keadaan tertutup agar uap yang berada pada chamber tadi tidak hilang
karena uap ini juga bereaksi dengan fasa organik yang ditutulkan pada
kromatografi yang ditandai dengan munculnya noda pada kromatografi. Untuk
memperjelas noda yang didapatkan maka bisa dikeringkan dengan uap iod.
Noda itu berwarna ungu, coklat dan kuning yang masing-masing mempunyai
nilai Rf ungu 0,076 ; Rf coklat 0,123 ; Rf kuning 0,215.

G. KESIMPULAN
1. Teknik kromatografi untuk senyawa organik bertujuan untuk analisa
kualitatif, preparatif, dan kuantitatif khususnya prosen komposisi yang
biasanya dibandingkan dengan standar otentik.

11
2. Prinsip dasar kromatografi lapis tipis adalah pemisahan senyawa menjadi
komponen-komponennya berdasarkan perbedaan kecepatan perpindahan
masing-masing komponen diantara dua fasa dan berdasarkan perbedaan
kepolaran.
3. Pada percobaan kromatografi lapis tipis ini terdapat dua noda yaitu kuning
kehijauan dan coklat. Dengan nilai Rf yang berbeda-beda yaitu 0,05 dan
0,04.
4. Substituen sangat berpengaruh pada reaksi substitusi elektrofil, hal ini
terbukti melalui hasil Rf yang di dapatkan.
5. Terdapat dua produk nitrasi fenol yaitu p-nitrofenol dan m-nitrofenol
dilihat dari urutan kepolaran dari masing-masing produk.

DAFTAR PUSTAKA

Fesenden, Ralp.J. & Fessenden, Joan.S., 1986, Kimia Organik Jilid I, Erlangga:
Jakarta.
Mulyono HAM, Kamus Kimia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Sanusi Ibrahim & Marham Sitorus, TEKNIK LABORATORIUM KIMIA ORGANIK,
(Yogyakarta : GRAHA ILMU,2013).
Surjani Wonorahardjo, Metode-metode Pemisahan Kimia, (Jakarta: Indeks, 2013).
Riswiyanto, KIMIA ORGANIK,(Jakarta :ERLANGGA,2009.

12
Semarang, 06 Juni 2014
Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikan

R. Arrizal Firmansyah. M.Si Amanda Alif Habibie

13

Anda mungkin juga menyukai