Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Paleontologi berasal dari kata paleo yang berarti tua, dahulu, ontos yang

berarti hidup, dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan

masa lampau. Dalam paleontologi yang dipelajari biasanya mengenai fosil fosil

sisa makhluk hidup yang hidup yang hidup beribu ribu tahun yang lalu.

Fosil adalah sisa-sisa atau berkas-berkas kehidupan mahluk hidup yang

berubah menjadi batu atau mineral. Fosil termasuk ke dalam benda yang langka

karena tidak semua sisa sisa makhluk hidup pada zaman dahulu dapat menjadi

fosil. Terdapat beberapa kelas dalam pengklasifikasian fosil itu tersendiri.

Diantaranya yaitu Porifera dan Coelenterata.

Porifera merupakan hewan yang memiliki rongga. Porifera sering disebut

kingdom parazoa karena belum memiliki bentuk hewan sepenuhnya. Porifera

memiliki ciri khas yaitu memiliki pori pori (spongosol). Coelenterata merupakan

hewan yang diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, namun biasa disebut

saja hewan berongga. Fosil dari kedua filum ini memberikan banyak manfaat

ketika diteliti dan dianalisa dengan baik. Tentunya ini akan membantu dalam

memberikan informasi Geologi pada masa lampau.

Oleh karena itu pada praktikum kali ini dimaksudkan untuk para praktikan

dapat mendeskripsikan fosil dari filum porifera dan coelenterata berdasarkan ciri

khas dari fosil tersebut, beserta pembagian-pembagiannya.


1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini ialah untuk mengenalkan kepada praktikan

mengenai fosil dari filum Porifera dan Coelenterata. Sedangkan tujuan dari

praktikum ini agar praktikan :

1. Praktikan mampu menjelaskan definisi Porifera dan Coelenterata

2. Praktikan mampu mendeskripsikan fosil dari Porifera dan Coelenterata

3. Praktikan mampu menjelaskan manfaat fosil dari Porifera dan Coelenterata


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Porifera
2.1.1 Filum Porifera
Porifera (Latin: porus dan porifer = membawa) atau spons adalah hewan

multiseluler yang paling sederhana. Binatang bersel banyak (multiseluler) yang

sederhana dibanding filum lainnya.

Filum Porifera merupakan yang bersel banyak dengan struktur tubuh paling

sederhana dibandingkan dengan metazoa lainnya. Hidup dengan menambatkan

diri (sessile) pada benda - benda dilingkungan akuatik. Terutama hidup di laut,

dengan cara berkoloni yang besar. Hanya sedikit yang hidup di air tawar. Porifera

mulai muncul sejak zaman Kambrium dan masih dijumpai sampai sekarang

(resen).

Binatang ini tersusun oleh sel - sel yang kecil, namun sudah memiliki tugas

dan fungsi sendiri -sendiri (diferensiasi). Ciri binatang yang memiliki tingkatan

yang lebih tinggi dari Protozoa. Porifera paling sederhana berbentuk seperti pot

bunga dengan bagian alasnya melekat pada dasar laut dan bagian atasnya

membuka.

Lapisan terluar terdiri dari sel -sel pipih, disebut ectoderm (epidermis),

berfungsi melindungi bagian yang ada dibawahnya atau didalamnya. Diseluruh

permukaan ectoderm terdapat pori – pori yang disebut ostia, merupakan lobang

bagi keluar masuknya air yang kemudian melalui saluran atau kanal. Lapisan

terdalam (endoderm) melapisi dan membatasi ruang tengah (spongocoel) dengan

kamar - kamar serta bagian saluran. Pada kanal terdapat flagel - flagel yang
berungsi untuk membawa masuk makanan melalui ostia, kanal dan sampai

akhirnya pada spongocoel. Setelah makanan diserap kemudian sisanya dibuang

melalui lobang pada ujungnya yang disebut osculuna. Bagian yang menyerap

makanan adalah sel - sel endoderm pada spongocoel.

Lapisan atau ruang yang terdapat antara endoderm dan ektoderm disebut

mesoglea (mesenchyme), (mesenchyme), diisi oleh cairan protoplasma.

Disamping itu didapatkan pula spiculae - spiculae yang berfungsi sebagai penguat

rangka dan terbentuk oleh sel - sel sceleroblast dan dapat tersusun dari silika,

kalsium atau spongin. Mesoglea berfungsi untuk mengangkut makanan,

membentuk sel - sel perkembangbiakan dan bahan - bahan penguat rangka

(spiculae).

Atas dasar bentuk dan jumlah sumbunya, spiculae dibedakan empat macam

bentuk, yaitu Monaxon, Tetraxon, dan Polyaxon, yang kesemuanya penting dalam

klasifikasi. Sponsa sangat jarang yang dapat terawetkan, sehingga sulit sekali

dilakukan pengamatan dengan teliti. Walaupun begitu beberapa diantaranya

merupakan fosil penunjuk yang sangat penting. Disamping itu pada porifera

dikenal pula tiga sistem saluran (Canal sistem) yaitu Ascenid, Syconoid, dan

Leuconoid.

Gambar 2.1 Filum Porifera


2.1.2 Ciri-ciri Porifera

Adapun ciri-ciri dari porifera yaitu berpori, berbentuk seperti vas bunga

atau pipih atau bercabang, dan melekat pada dasar air. Biasanya hidup di laut dan

hanya Sebagian kecil yang hidup di air tawar. Rangka luar terdiri dari spikula,

organisme multiseluler, umunya soliter namun ada yang berkoloni. Terdapat sel

khusus yang disebut koanosit atau sel leher.

2.1.3 Klasifikasi Porifera

Adapun klasifikasi filum porifera sebagai berikut:

a. Kelas Calcareae (Calcispongiae)

Secara Bahasa calcareae berasal dari Bahasa latin yaitu calca yang artinya

kapur dan spongiae yang artinya porifera. Calcareae biasanya hidup di laut

dangkal lebih dari 10 cm dan biasanya berbentuk vas bunga. Rangka tubuh

Calcarea tersusun dari kalsium karbonat.

Umumnya, Calcarea sangat kecil,

hanya memiliki tinggi sekitar 3-4 inci.

Calcarea umumnya ditemukan di

laut dangkal, tapi beberapa spesies dapat hidup di lingkungan laut pada kedalaman

4000 kaki. Kelas Calcarea terdiri dari dua ordo, yaitu Ordo Homocoela dan Ordo

Heterocoela.

Gambar 2.2 Kelas Calcarea


1. Ordo Homocoela

Mempunyai dinding yang tipis, dengan bagian dalam tidak terlipat, struktur

ascenoid, kerangka tidak terawetkan, apabila dijumpai sebagai fosil sedikit dan

tidak lengkap. Contoh : Leucosolenia

2. Ordo Heterocoela

Mempunyai dinding yang tebal, dengan bagian dalam terlipat, struktur

syconoid dan leuconoid, kerangka berkembang dengan baik dan didapatkan dalam

bentuk fosil. Contoh : Girtyocoela (Pennsylvanian / Karbon Atas)

  Tremacystia (Cretaceous / Kapur)

   Petrosoma

   Eudea (Trias – Jura)

b. Kelas Demospongia

Domospongia dalam bahasa Yunani berarti tebal spons, memiliki rangka

yang tersusun dari serabut Spongin. Kelas ini merupakan yang paling umum

dijumpai dikarenakan penyebaran spesiesnya yang luas, hampir 90% dari filum

Porifera berasal dari kelas ini. Demospongia bertulang lunak karena tidak

memiliki rangka. Ada beberapa yang memiliki rangka yang tersusun dari silika.

Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada

amoesbit. Hal ini untuk melindungi dari matahari. Bentuknya tidak beraturan dan

bercabang. Tingginya bisa sampai 1 meter. Habitatnya umumnya di laut dalam


maupun dangka,meskipun

kadang ditemukan di air tawar.

Demospongia adalah satu-satunya

kelompok porifera yang anggotanya

ada hidup di air tawar. Kelas Demospongia terdiri dari tiga ordo, yaitu Ordo

Tertractinellida, Ordo Monaxonida, dan Ordo Keratosa.

Gambar 2.3 Kelas Demospongia


1. Ordo Tetractinellida

Demospongia dengan kerangka yang bersumbu dua dan empat siliceous

spicule. Kerangka dibentuk oleh penggabungan dari bebrapa spicule yang disebut

lithistid dan terawetkan. Oleh banyak paleontologist dipisahkan dalam ordo

tersendiri (Lithistida), karena pentingnya sebagai fosil.

Contoh : Siphonia (Kapur), Astylospongia (Silur), Cylindropyma (Jura),

Doryderma (Kapur), Jereica (Kapur)

2. Ordo Monaxonida

Monaxoid sponge mempunyai kerangka siliceous. Spicule terpencar

melaluai mesenchyme. Ketika binatang ini mati mereka menjadi bagian endapan -
endapan didasar. Sebagian besar siliceous sponge marine yang hidup termasuk

pada ordo ini, spiculenya adalah ciri dari material sedimen dasar laut. Sponge air

tawar (Spongillidae) juga termasuk dalam ordo ini. Spiculenya ipis dan umumnya

dalam endapan sungai dan danau. Contoh : Spongilla (Fresh water) dan Halicliona

(Marine water)

3. Ordo Keratosa

Kerangka dari ordo ini terdiri dari spongin fiber dan umumnya

digambarkan seperti tanduk. Sebagian besar horny sponge hidup dalam batuan,

dasar laut dangkal didaerah tropis dan sub tropis. Ordo ini tidak tercatat sebagai

fosil, terkecuali dalam bentuk impression. Contoh : Euspongia

c. Hexactinellida

(Hyalospongiae)

Hexactinellida dalam

bahasa Yunani berarti enam spons

memiliki spikula yang tersusun dari silika.

Umumnya mereka ditemukan hidup secara individu dengan bentuk silinder.

Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna

pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30

cm dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman

200-1000 m. Kelas Hexactinellida terdiri dari dua ordo , yaitu Ordo Lyssacina dan

Ordo Dictyonina.
Gambar 2.4 Kelas Hexactinellida

1. Ordo Lyssacina

Kerangka dengan struktur Lysssacine. Contoh : Hyalanema, Euplectella,

Protospongia (Kambrium), dan Hydnoceras (Devon)

2. Ordo Dictyonina

Kerangka dengan struktur dictyonine. Contoh : Hexactinella dan

Ventriculites (Kapur)

2.1.5 Manfaat Porifera

Beberapa jenis Porifera seperti spongia dan hipospongia dapat digunakan

sebagai spons mandi dan alat gosok. Namun, spons mandi yang banyak digunakan

umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera.

2.2 Coelenterata
2.2.1 Filum Coelenterata

 Coelenterata berasal dari kata Koilos/Hollow yang berarti cekung dan

Enteron/intestine yang berarti dalam. Sehingga dapat diartikan sebagai binatang

yang mempunyai cekungan (berlekuk) dibagian dalamnya atau disebut juga

semacam kantong berlapiskan endoderm. Phylum ini meliputi golongan

invertebrata yang berjumlah sangat banyak dengan bentuk - bentuk yang sangat

beragam. Perkembangbiakan bisa dilakukan baik secara sexual maupun asexual.


Hidup dilingkungan aquatik secara sesil (menambat) bisa berkoloni maupun

soliter.

      Dinding tubuh binatang ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu : ectoderm,

mesoglea, dan endoderm. Secara umum kehidupan ini memiliki dua bentuk

berbeda yaitu polyp dan medusa. Bentuk polyp dicirikan oleh bentuk menyerupai

tabung, dan biasanya hidup secara menambat dan memiliki satu atau lebih

lingkaran dari tentakel. Mempunyai bagian yang keras, disebut sebagai

Eksoskeleton/Hydrotheca. Bentuk medusa merupakan makhluk yang berenang

dengan bebas, berbentuk seperti payung dan memiliki sejumlah tentakel

sepanjang tepi dari tubuhnya, dengan mulut terletak pada bagian tengahnya.

Dijumpai 2 macam Canal (Circular) (berjumlah satu) & Radial (berjumlah empat

dan kelipatannya).

2.2.2. Ciri-Ciri Coelenterata

Berikut ini pencirian umum dari Filum Coelenterata

a. Berongga dengan sebuah lubang sebagai mulut

b. Terdapat sel-sel penggatal atau sel penyengat

c. Terdapat mesoglea

d. Ada yang berbentuk medusa dan polip.

2.2.3 Klasifikasi Coelenterata

a. Kelas Hydrozoa

Dominan hidup di laut, dengan kantong peryt tidak terbagi. Mulut

dikelilingi tentakel, tetapi bagian dasarnya tidak memiliki gullet (stomadeum


seperti Anthozoa). Keturunannya sebagai perubahan antara koloni polyp dengan

medusa. Diameter 2 - 6 mm, medusa kecil sebagai craspedote. Hydrozoa Resen

hidup pada keadalaman 8000 meter.

Sebagian besar  Hydrozoa mempunyai tubuh keras yang tersusun ileh zat

tanduk atu zat gampingan (calcareous). Hanya pada bebrapa yang hidup pada air

tawar tidak mempunyai rangka. Hydrozoa diketahui mulai hidup pada zaman

Kambrium. Hydrozoa sendiri dibagi atas empat ordo.

1. Ordo Hydroida

Merupakan Hydroida dengan bentuk polyp yang berkembang baik, hidup

secara soliter maupun berkoloni. Walaupun begitu beberapa hydroida ada yang

berbentuk medusa. Bentuk luar dari rangkanya berbentuk dendritik atau seperti

bunga, dan berkomposisi zat tanduk ataupun gampingan yang memungkinkan

terawetkan.

Fosil tertua dari hydroida adalah berumur Kambrium Bawah, yang

ditemukan di Amerika Uatara dan Australia. Tempat hidupnya adalah laut

dangkal. Contoh genus adalah Cryptolaria.

2. Ordo Hydrocorallina

Memiliki bentuk polyp, kadang sering disebut juga dengan koral. Dikenal

sebagai salah satu pembenatuk reef (terumbu), memiliki rangka gampingan, serta

tumbuh ke atas secara vertikal.

Bentuk polypnya bermacam - macam dan mempunyai fungsi sendiri, yaitu

gastrozoid (polyp pemakan) dan dactylozoid (polyp berlindung). Hidup di daerah

dengan iklim tropis dan berada di laut dengan kedalaman sampai 30 m. Tinggi
petumbuhan tidak lebih dari 0,5m serta tersusun rangka bersifat gampingan

(calcareous). Merupakan bagian yang cukup berperanan dalam pembentukan coral

reef (terumbu karang). Hidup diperkirakan muncul pada zaman Trias. Contoh

genus Millepora dan Stylaster.

3. Ordo Trachylina

Bentuk tubuh berupa medusa dan memiliki velum yang dibentuk dari ovum.

Sebagian besar Trachylina adalah coelenterata yang primitip, terutama yang

terbentuk medusa. Hidup secara pelagic dan pada habitat laut dengan kedalaman

dari permukaan sampai 5000 m dan bersifat hangat. Beberapa ada yang hanya

hidup di laut dangkal, bahkan ada yang di air payau maupun tawar. Karena

sifatnya yang lunak, fosil sangat jarang dijumpai. Contoh genus Kurklandia

(Kapur Bawah).

4. Ordo Siphonophora

Bentuk polymorphic, hidup berenang maupum menambat. Merupakan

coelenterata dengan tubuh peralihan antara medusa dengan polyp. Hidup dari

Zaman Kambrium sampai Devon. Contoh genus Plectodiscus ditemukan di New

York.

b. Kelas Anthozoa

Anthozoa biasanya memilki tentakel berwarna-warni, dan hanya memiliki

bentuk polip. Polip Anthozoa lebih besar dari polip kelas Coelenterata yang

lainnya, hidupnya di laut dangka secara berkoloni. 4.1. Sub - klas Octocorallina
Hewan yang berciri khas memiliki 8 buah tentakel dan 8 mesentris.

Memiliki pseudotheca (septal spine) dan koralit - koralit berhubungan satu sama

lain dengan saluran - saluran yang berbentuk tabung. Contoh Tubipora mursica

(resen). Anthozoa dipisah menjadi beberapa subklas, yaitu :

1. Sub - klas Hexacoralina

Adalah coral yang hidup berkoloni maupun soliter, dimana ciri khasnya

adalah septanya dalam enam siklus. Contoh Meandrina, Septastrea.

2. Sub - klas Tetracorallia

Tetracorallia ini umumnya hidup secara soliter, walaupun ada yang hidup

secara koloni. Ciri khas golongan ini yaitu memiliki septa yang tersusun didalam

empat kwadran. Bentuk ini kadang - kadang disebut juga dengan rugosa, sering

juga disebut sebagai koral tanduk (horn corals) dan hidup dari Ordovisium Bawah

serta punah pada zaman Perm. Contoh : Zapherentis.

3. Sub - klas Tabulata

Golongan ini hidup pada masa Paleozoikum yang telah punah. Bentuk

tubuhnya dicirikan adanya theca yang berbentuk tabung, tabula sangat banyak dan

berkembang sangat baik. Pada dindingnya ditembusi oleh lobang - lobang halus

disebut mural pores. Contoh Favosites (Ordovisium Bawah - Perm). Halyites

wallychi REED (Silur).

4. Sub - klas Schizocorallia


Hidup dari Paleozoikum sampai Mesozoikum dan telah mengalami

kepunahan. Komposisi gampingan, dapat berbentuk sederhana bercabang atau

masif. Yang hidup berkoloni tidak mempunyai septa atau tidak berkembang baik.

3. Scyphozoa

Scyphozoa memiliki bentuk dominan berupa medusa dalam siklus

hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur mangkuk karena

bentuknya seperti mangkuk transparan. Syphozoa dibagi dalam empat ordo :

a. Ordo Stauromedusae

Hidup secara menambat dengan menggunakan mulut yang bertangkai pada

dasar laut, terdapat didaerah laut yang dingin didekat pantai. Bentuknya

menyerupai piala (goblet - shaped), belum ada fosil yang ditemukan.

b. Ordo Cubomedusae

Bentuk tubuhnya menyerupai bel - kubus, memiliki empat atau lebih

tentakel, dengan penyebaran sepanjang laut yang hangat. Fosilnya pertama kali

ditemukan pada Batugamping Solenhofen yaitu Medusina quodrata berumur jura.

c. Ordo Coronata

Hidup di laut dalam, fosilnya ditemukan pada Batugamping Bavaria yang

berumur Yura. Contoh fosil adalah Camplostroma roddyi.

d. Ordo Discomedusae

Berbentuk medusa, hidup dengan penyebaran yang sangat luas di laut.

Dikenal sebagai ikan Ubur - ubur. Contoh Rhizostoma yang hidup sampai

sekarang.
2.2.4 Morfologi Coelenterata

Coelenterata memiliki penciri berupa tubuh yang berongga Coelenterata ini

mempunyai bentuk tubuh simetri radial, yakni bagian yang sama didistribusikan

dengan secara merata di dalam susunan melinkar dari poros tengah. Hewan

tersebut juga tidak mempunyai kepala serta segmen tubuh.

2.2.5 Manfaat Coelenterata

Pada ekosistem laut, Coelenterata berperan dalam mencegah abrasi daratan

dengan menahan gelombang laut menggunakan terumbu karang. Dalam perairan,

berperan sebagai plankton. Karang yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai

tempat perkembangbiakan biota laut.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara ketiga ini adalah

pengenalan dan pendeskripsian fosil yang dilakukan oleh praktikan.

3.2 Tahapan Metodologi


Adapun tahapan-tahapan praktikum, diantaranya:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami pertama-tama diawali dengan pembukaan asistensi

acara 3 yaitu Porifera dan Coelenterata. Setelah pembawaan materi singkat terkait

pengenalan dan pendeskripsian fosil Porifera dan Coelenterata, asisten memberi

tugas pendahuluan yang menjadi syarat sebelum bisa mengikuti kegiatan

praktikum.

3.2.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Paleontologi, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Sebelum melakukan kegiatan

praktikum, pertama kali dilakukan adalah melakukan responsi guna mengetahui

sejauh mana ilmu yang ditangkap praktikan seusai asistensi acara. Setelah

responsi dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan 8

sampel fosil untuk kemudian di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja

praktikan.

3.2.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan asistensi dengan asisten terkait lembar

kerja yang telah diisi dengan deskripsi sampel fosil untuk memperoleh hasil yang

benar.

3.2.4 Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi dari

asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan yang

telah ditentukan.
Tabel 3.1 Diagram alir

Studi Literatur

Pengolahan data

Mengambil sampel fosil mendeskripsi fosil dari literatur yang ada

Membuat hasil, pembahasan, dan kesimpulan


dari praktikum yang telah dilaksanakan

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan, diantaranya:

1. Buku penuntun

2. Sampel Fosil

3. LKP (Lembar Kerja Praktikan)

4. Kartu kontrol

5. Lembar asistensi

6. Referensi berupa hardcopy

7. Pensil warna

8. ATK

9. HVS A4

10. Clipboard

11. Sarung tangan latex

12. Lab kasar


13. Lab halus

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


4.1.1 Fosil Peraga 157
Gambar 4.1 Fosil Peraga 157

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam filum Coelenterata, Kelas

Hidrozoa, Ordo Anthemedusae, Famili Porpitesidae, Porpites, Famili Porpites

porpita.

Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari faktor-

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es dan pada saat proses tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasi kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti

sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat, dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami perminelarisasi yaitu

penggantian sebagian tubuh fosil oleh mineral sehingga bentuk fosil masih

terlihat. Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan

bagian tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai
disk dan oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya

air dan makanan.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksi, sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan (CaCO3). Fosil ini ditemukan pada waktu Silur

Tengah (435-424 juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah

laut dangkal (±350 meter), fosil ini berbentuk discoidal

4.1.2 Fosil Peraga 841

Gambar 4.2 Fosil Peraga 841

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam filum Colenterata, Kelas

Anthozoa, Ordo Stauriida, Famili Helliophylumidae, Genus Helliophylum,

Spesies Helliophyllumhalli.

Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari faktor-

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es dan pada saat proses tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasi kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti
sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami perminelarisasi yaitu

penggantian sebagian tubuh fosl oleh mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan bagian

tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai diks dan

oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya air dan

makanan, dan juga chalix.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksi, sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan. Fosil ini ditemukan pada Devon Tengah (370-361

juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah laut dangkal (±350

meter), fosil ini berbentuk conical

4.1.3 Fosil Peraga 1644

Gambar 4.3 Fosil Peraga 1644

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam filum Porifera, Kelas

Scelorospongea, Ordo Homocoela, Famili Cnemidiastrami, Genus

Cnemidiastrum, Spesies Cneimidiastrum rimutesum.


Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari faktor

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es da pada saat pross tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasi kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti

sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami minelarisasi yaitu

penggantian seluruh tubuh fosil oleh mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan bagian

tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai diks dan

oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya air dan

makanan.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksi sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan. Fosil ini ditemukan pada waktu Jura Atas (160-142

juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah Laut Dangkal (±350

meter), fosil ini berbentuk globular (bulat)

4.1.4 Fosil Peraga 942


Gambar 4.4 Fosil Peraga 942

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam Filum Coelenterata, Kelas

Anthozoa, Ordo Struariida, Famili Zaphrentoidesidae, Genus Zaphrentoides,

Spesies Zaphrentoides delanouei.

Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari faktor

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es dan pada saat proses tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasu kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti

sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat, dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami perminelarisasi yaitu

penggantian sebagian tubuh fosil oleh mineral sehingga bentuk fosil masih

terlihat. Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan

bagian tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai
diks dan oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya

air dan makanan, holdfast yaitu bagian fosil yang tertambat.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl tidak mengalami reaksi, sehingga

komposisi kimianya adalah silikaan (SiO2). Fosil ini ditemukan pada waktu

Karbon Bawah (345-319 juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini

adalah Laut Dalam (± 200 - 2500 meter), berbentuk tabular.

4.1.5 Fosil Peraga 816

Gambar 4.5 Fosil Peraga 816

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam filum Porifera, Kelas Calcarea,

Ordo Homocoela, Famili Verruculinanidae genus Verruculina, spesies

Verruculina tenuis.

Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari faktor

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es


pada saat pross tersebut terjadi proses leaching atau pencucian. Setelah itu fosil

akan tertranportasi kembali ke cekungan dan kemudian akan tertimbun lagi oleh

sedimen dan mengalami leaching lagi seperti sebelumnya. Setelah itu akan terjadi

kompaksi dan tersedimentasikan oleh material semen yaitu karbonat, dan terjadi

pembatuan atau litifikasi karena adanya tenaga endongen dari dalam bumi yang

mengakibatkan fosil terangkat dan laut dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu

karena tenaga eksogen fosil akan terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena

mengalami perminelarisasi yaitu penggantian sebagian tubuh fosl oleh mineral

sehingga bentuk fosil masih terlihat. Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini

adalah test yaitu keseluruhan bagian tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari

tubuh fosil yang menyerupai diks dan oral opening yaitu bagian terdalam dari

fosil sebagai tempat masuknya air dan makanan.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksi sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan (CaCO3). Fosil ini ditemukan pada waktu Kapur Atas

(100-66 juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah Laut

Dangkal (±350 meter), fosil ini berbentuk conical.

4.1.6 Fosil Peraga 1654


Gambar 4.6 Fosil Peraga 1654

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam Filum Coelenterata, Kelas

Anthozoa, Ordo, Sceleratinia, Famili Montlivalianidae, genus Montlivalia, spesies

Montivalia sp.

Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari faktor-

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es dan pada saat proses tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasi kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti

sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat, dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami perminelarisasi yaitu

penggantian sebagian tubuh fosl oleh mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan bagian

tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai diks dan
oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya air dan

makanan, holdfast yaitu bagian tubuh fosil yang tertambat.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksi, sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan (CaCO3). Fosil ini ditemukan pada waktu Jura Atas

(160 -142 juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah Laut

Dangkal (±350 meter), fosil ini berbentuk branching.

4.1.7 Fosil Peraga 1643

Gambar 4.7 Fosil Peraga 1643

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam filum Porifera, Kelas

Demospongiae, Ordo Spirosclerophorid, Famili Hyalotragosidae, genus

Hyalotragos, spesies Hyalotragos rugosum.

Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari factor-

faktor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es dan pada saat proses tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasi kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti
sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat, dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami perminelarisasi yaitu

penggantian sebagian tubuh fosl oleh mineral sehingga bentuk fosil masih terlihat.

Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan bagian

tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai diks dan

oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya air dan

makanan.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksin sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan. Fosil ini ditemukan pada waktu Jura Atas (160-142)

dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah Laut Dangkal (± 350 meter),

fosil ini berbentuk conical.

4.1.8 Fosil Peraga 1721

Gambar 4.8 Fosil Peraga 1721

Fosil ini adalah fosil yang masuk ke dalam filum Porifera, Kelas Calcarea,

Ordo Pleospoleres, Famili Verruculinanidae, genus Verruculina, spesies

Verruculina tenuis.
Adapun dalam proses pemfosilan dari fosil ini dimulai ketika organisme

mati dan kemudian tertimbun oleh material sedimen. Tertimbunnya organisme

oleh sedimen menyisakan bagian tubuh yang keras, dan terhindar dari factor

factor yang dapat merusak organisme tersebut seperti proses kimia, baik itu

reduksi maupun oksidasi. Kemudian fosil akan terbawa oleh tiga media geologi

air, angin, dan es dan pada saat proses tersebut terjadi proses leaching atau

pencucian. Setelah itu fosil akan tertranportasi kembali ke cekungan dan

kemudian akan tertimbun lagi oleh sedimen dan mengalami leaching lagi seperti

sebelumnya. Setelah itu akan terjadi kompaksi dan tersedimentasikan oleh

material semen yaitu karbonat, dan terjadi pembatuan atau litifikasi karena adanya

tenaga endongen dari dalam bumi yang mengakibatkan fosil terangkat dan laut

dangkal akan menjadi daratan. Setelah itu karena tenaga eksogen fosil akan

terlihat. Fosil ini dapat terbentuk karena mengalami perminelarisasi yaitu

penggantian sebagian tubuh fosil oleh mineral sehingga bentuk fosil masih

terlihat. Adapun bagian bagian tubuh dari fosil ini adalah test yaitu keseluruhan

bagian tubuh fosil, oral disk yaitu bagian luar dari tubuh fosil yang menyerupai

diks dan oral opening yaitu bagian terdalam dari fosil sebagai tempat masuknya

air dan makanan.

Fosil ini saat di tetesi dengan HCl mengalami reaksi sehingga komposisi

kimianya adalah karbonatan (CaCO3). Fosil ini ditemukan pada waktu Kapur Atas

(100-66 juta tahun) dan lingkungan pengendapan dari fosil ini adalah Laut

Dangkal (± 350 meter), fosil ini berbentuk conical.


BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

1. Porifera atau spons atau bunga karang adalah organisme multiseluler, yang

mempunyai banyak pori sehingga air dapat melewatinya. Tubuh mereka

terdiri dari mesohil yang diapit dua lapisan tipis sel. Sedangkan Coelenterata

dapat disebut juga dengan Cnidaria, yang berasal dari kata Cnido yang

artinya penyengat.

2. Proses pendeskripsian dari Fosil Porifera dan Coelenterata itu dilihat dari

Taksonominya terlebih dahulu, lalu proses pemfosilan, Komposisi Fosil,

Bentuk Fosil, Waktu asal fosil itu sendiri dan lingkungan pengendapannya.

3. Manfaat Porifera sendiri yaitu , Beberapa jenis Porifera seperti spongia dan

hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok. Manfaat

Coelenterata tersendiri yaitu pada ekosistem laut, Coelenterata berperan

dalam mencegah abrasi daratan dengan menahan gelombang laut

menggunakan terumbu karang. Dalam perairan, berperan sebagai plankton.

Karang yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan

biota laut.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Lab

1. Menjaga kebersihan Lab

2. Menjaga kerapihan Lab


3. Sebaiknya disediakan tempat penyimpanan sapu agar tertata rapih

5.2.2 Saran Untuk Asisten

1. Tetap menjaga Keramahannya

2. Tetap memberikan Penjelasan yang mudah dipahami

3. Agar tetap semangat dalam mengajar kami para praktikan


DAFTAR PUSTAKA

Ebay Febryant. “Fosil / Definisi, Jenis dan Proses Pembentukan”. Diakses dari

http://www.efbumi.net/2016/08/mengenal-fosil-apa-itu-fosil-jenisnya.html,

pada tanggal 13 April 2021 pukul 17.10

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UPT Penerbit dan

Percetakan UNS

Hadi, Irmawan Saputra. 2015. Jenis Jenis Fosil. Graha Ilmu: Universitas Pakuan

Noor. Djauhari. 2012. Buku Pengantar Geologi. Universitas Negeri Semarang

Tim Penulis. 2013.Paleontologi SMK Kelas X Semester 1. Jakarta : Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI
ACARA III: PORIFERA DAN COELENTERATA

LAPORAN

OLEH :
VIRLY FAKHRIYAH UZDAH IDHAM
D061201020
GOWA
2021

Anda mungkin juga menyukai