Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA : Muh. Taufiq Kurniawan HARI/TGL : Jumat, 16-10-15


NIM : F 121 14 010 ACARA : Phylum Coelenterata

TINJAUAN PUSTAKA
FILUM COELENTERATA
1. Pengertian
Kata coelenterata berasal dari bahasa yunani, yaitu coelenterons yang berarti
rongga. Sehingga dapat didefinisikan coelenterata merupakan hewan invertebrate
yang memiliki rongga tubuh yang berfungsi sebagai alat pencernaan
(gastrovaskuler).

2. Ciri-ciri Coelenterata
a) Berbentuk simetri radial/biradial, dengan satu lubang yang berfungsi
sebagai mulut (dikelilingi oleh tentakel).
b) Termasuk fauna invertebrate (tidak bertulang belakang).
c) Mulut langsung berhubungan dengan rongga Gastrovaskuler >> enteron.
d) Sistem saraf terletak disepanjang dinding tubuhnya.
e) Disekitar mulut terdapat tentakel yang berfungsi sebagai anus.
f) Mempunyai 2 bentuk:
i. Polyp : Berbentuk seperti tabung & membuka keatas, sebagian
mulut dikelilingi oleh tentakel dan bagian bawahnya tertutup,
menambatkan diri pada dasar (benthos secyl) & kerangkanya
bersifat calcareous.
ii. Medusa : Tidak mempunyai bagian yang keras. Bentuknya seperti
paying dengan tentakel yang menggantung sepanjang tepi dengan
mulut terdapat pada bagian akhir manubrium. Terdapat gonad,
yang berfungsi sebagai penghasil sel-sel reproduksi.
g) Hidup secara koloni dan soliter, terutama dalam bentuk secyl.

3. Syarat-Syarat Hidup Coelenterata


Tropik
Neritic Atas ( 150 m )
Hidup marine
Sirkulasi air cukup baik

4. Bagian-bagian tubuh Coelenterata


Oral Disk : Katub yang terletak pada tubuh fosil.
Oral Opening : Tempat keluar-masuknya makanan.
Exoskeleton : Rangka bagian luar.
Hypostoma : Bagian yang tertambat pada fosil, pada filum lain
diistilahkan dengan Holdfast.
Calix : Kamar/garis-garis halus yang terdapat di permukaan tubuh fosil.
Enteron : Garis tumbuh pada fosil dan juga sebagai pemisah antar calix
Test : Bagian keseluruhan dari tubuh fosil.

5. Perkembangbiakan Coelenterata
Terdapat dua cara perkembangbiakan pada filum Coelenterata:
1. Sexual
I. Pada Medusa : Gonad menghasilkan sel jantan & sel betina
(hermprodit). Sel jantan dikeluarkan melalui mulut, berenang
masuk ke individu lain yang sama spesiesnya melalui mulut. Sel
jantan & sel betina akan membentuk zygot, lalu membentuk larva
bercilia, berenang melalui mulut menjadi individu baru.
II. Pada Polyp : Gastrodermis menghasilkan sel jantan dan sel betina.

2. Aseksual (hanya pada Polyp)


I. Fision : bagian keras membelah menjadi 2 bagian, tetapi masih
saling menempel.
II. Rejuvenencens : bagian keras membelah menjadi 2 bagian, dimana
masing-masing menjadi individu baru.
III. Budding : pada dinding tubuhnya bisa mengadakan tunas baru,
kecuali pada bagian yang ada sengatnya, biasanya disekitar mulut.

6. Klasifikasi Coelenterata
1. Kelas Hydrozoa
Hidupnya ada yang soliter (terpisah) dan ada yang berkoloni (berkelompok).
Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polyp, sedangkan yang berkoloni
dengan bentuk polyp dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh
Hydra dan Obellia.

Kelas hydrozoa terbagi menjadi beberapa ordo, yaitu :


A. Ordo Hyroida : Pada ordo ini yang hidup secara soliter berbentuk seperti
polyp, sedangkan yang hidup berkoloni sebagai medusa. Exoskeleton
berbentuk seperti dendritic ataupun seperti bunga dengan komposisi zat
tanduk.
B. Ordo Hydrocorallina : Rangka terdiri dari jaringan-jaringan zat yan
calcareous itu dikeluarkan oleh Coenenchym ternyata mempunyai lubang
yang menyerupai tabung. Tabung yang besar disebut Gastropor sedangkan
tabung yang kecil disebut Dactylopor yang merupakan pelindung dari
polyp.
C. Ordo Trachylina : Yang berbentuk sebagai medusa mempunyai selaput
yang sangat tipis dan berkembang langsung ovum, melalui tingkatan,
sedangkan yang berbentuk sebagai polyp akan segera mengalami
pertumbuhan yang akhirnya berbentuk pula sebagai medusa.
D. Ordo Suphonora : Yang berbentuk sebagai polyp ternyata mempunyai
rangka yang bertugas sebagai pelindung yang bertugas membentuk fidding
(mencerna makanan).

2. Kelas Scyphozoa
Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan, sehingga sering
disebut ubur-ubur mangkuk. Contoh hewan kelas ini adalah Aurelia Aurita,
berupa medusa berukuran garis tengah 7-10 mm, dengan pinggiran berlekuk lekuk
8 buah. Hewan ini banyak terdapat di sepanjang pantai. Seperti Obelia, Aurellia
juga mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memilki alat
kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh
sperma secara internal di dalam tubuh individu betina.

3. Kelas Anthozoa
Anthozoa adalah hewan yang berbentuk seperti bunga atau hewan bunga.
Anthozoa dalam daur hidupnya hanya mempunyai polyp. Bila dibandingkan,
polyp Anthozoa berbeda dengan polyp pada Hydrozoa. Tubuh kelas ini
mempunyai sifat bilateral simetri. Tubuh lebih pendek dari golongan-golongan
yang lain akan tertambatp pada dasar yang tetap pada eksalatonnya. Anthozoa
yang mempunyai rangka terdiri dari zat citine yang umumnya menghasilkan
rangka-rangka yang pokok yang dilapisi dengan epidermis atau kulit-kulit luar
membentuk struktur dimana merupakan rangka luar yang sesungguhnya.

Kelas anthozoa terbagi atas 3 sub-kelas, yaitu:


a. Kelas Octacorallia.
Ciri utama mempunyai 8 tentakel, dimana akan bertemu dibagian pinggirnya
dengan oral disk yang terdapat pada sebelah mulutnya. Hidup berkoloni dengan
bentuk coral bulat atau bercabang. Terbagi atas 6 ordo, yaitu:
I. Ordo Stolorifera Polyp timbur dari suatu atau lebih colonial tube,
dan terikat pada satu basal stolen. Ordo ini hidup di daerah tropis
pada laut dangkal.
II. Ordo Telestocea Pada umumnya koloni ordo ini terdiri dari
beberapa cabang (steam) yang sangat sederhana dan timbul dari
dasar yang sangat kecil.
III. Ordo Alcyonaceae Merupakan koral yang lunak dimana
mempunyai polyp dengan bagian bawah melekat dengan bagian
dalam mesenchym dan hanya koral saja yang menyembur keluar.
IV. Ordo Coenothrcalia Mempunyai rumah yang masif terdiri dari
jaringan-jaringan skeleton dengan komposisi aragonite.
V. Ordo Gorgonacea Khusus mempunyai dinding-dinding zat tanduk,
dijumpai tidak kurang dari 1000 spesies.
VI. Ordo Pennatulacea Merupakan koloni yang mempunyai bentuk
besar dan panjang serta merupakan secondary polyp yang tumbuh
secara real.
b. Kelas Zoantharra
Jumlah mesentrilis 6 buah atau kelipatan 6. Mempunyai bentuk silindris
memperlihatkan kenampakan luar ridial simetri dengan oral dan oral disk yang
disekelilingnya terdapat banyak tentakel. Terdiri dari 5 ordo, yaitu:
I. Ordo Axitiniaria Mempunyai bentuk seperti botol, tidak
mempunyai rangka, serta menambatkan diri pada dasar laut.
II. Ordo Sceleratinia Pada tubuhnya terdapat septa-septa, pada
eksiskeleton yang dikeluarkan oleh sel-sel epidermis. Pada umunya
bagian exoskeleton pada masing-masing individu polyp
mempunyai basal disk, mempunyai oral disk dan beberapa tentakel
disekelilingnya.
III. Ordo Zoanthidea Mempunyai cara hidup berkoloni atau soliter,
tidak mempunyai pedal disk, rangkanya sangat pendek, dan sangat
sedikit dijumpai sebagai fosil.
IV. Ordo Antiphalaria Umumnya disebut black koral, terlihat sebagai
tumbuhan yang panjang dan ramping, koloni dari zat tanduk
dengan rangka yang berduri.
V. Ordo Ceriantharia Berbentuk silinder ramping, hidup terpendam di
dalam lumpur, hanya pada bagian oral disk atau tentakel-tentakel
saja yang nampak, dan tidak mempunyai skeleton.
c. Kelas Tabula
Sesuai dengan namanya maka cirri-ciri dari kelas ini adalah mempunyai tabulae
yang datar dan kuat tetapi tidak mempunyai septa-septa yang berbentuk silindris
maupun primatis. Jenis ini mempunyai jangka hidup Ordovisium bawah hingga
Perem, dijumpai beberapa yang merupakan fosil indeks dan mempunyai
penyebaran yang luas, yaitu: Favosites dan Hallysites
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA : Muh. Taufiq Kurniawan HARI/TGL : Jumat, 16-10-15


NIM : F 121 14 010 ACARA : Phylum Coelenterata

PEMBAHASAN

Pada Praktikum Paleontologi Acara 4, Phylum Coelenterata ini, terdapat 4


sampel fosil yang di teliti dan di deskripsi.
1. Fosil Favosites
Fosil ini termasuk dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, family
Favositesidae, Genus Favosites, spesies Favosites SP.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air maupun es. Seiring
dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun oleh material material
sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga organisme tersebut
terhindar dari makhluk pemangsa. Di dalam cekungan material-material sedimen
semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar
sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Kemudian
terjadi proses leaching/pencucian dimana bagian tubuh yang kurang resisten
tergantikan oleh mineral yang lebih resisten. Selanjutnya organisme ini
mengalami proses petrifikasi, berupa proses mineralisasi, yaitu penggantian
seluruh mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Organisme ini
lalu mengalami proses litifikasi yang merupakan perubahan organisme menjadi
batu oleh adanya bahan-bahan seperti silika, kalsium karbonat, FeO, MnO dan
FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan
yang telah mati. Seiring berjalan waktu organisme tersebut menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil.

Proses pemunculan fosil ke permukaan di pengaruhi oleh gaya endogen dan


mengalami pengangkatan. Gaya endogen yang bekerja membuat lapisan sedimen
yang berada dibawah terangkat melalui proses-proses tektonik. Kemudian dibantu
dengan adanya gaya eksogen berupa air hujan atau angin yang membuat lapisan-
lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam lapisan batuan
tersingkap ke permukaan dan dikenali sebagai fosil.
Adapun bagianbagian fosil yang masih dapat diamati antara lain :
Test adalah bagian keseluruhan dari tubuh fosil.
Hypostoma adalah bagian pada tubuh fosil yang tertambat, bagian ini pada
filum lain disebut holdfast.
Enteron adalah garis pembatas antara ruang chaliks. (Gambar 1)

Gambar 1. Sketsa Favosites


Fosil ini bereaksi jika ditetesi larutan HCL 0,1 M, sehingga dapat diketahui
bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO 3), dan berdasarkan
komposisi kimianya fosil ini dapat diketahui lingkungan pengendapannya berada
pada laut dangkal.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur secara
relatif , fosil ini tergolong dalam zaman Devon Tengah atau sekitar 370- 360 juta
tahun yang lalu. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti
adanya kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu
batuan,menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Dengan fosil tersebut kita dapat
mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA : Muh. Taufiq Kurniawan HARI/TGL : Jumat, 16-10-15


NIM : F 121 14 010 ACARA : Phylum Coelenterata

2. Fosil Montlivaltia
Fosil ini termasuk dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, family
Montlivaltianidae, genus Montlivaltia dengan nama spesies Montlivaltia sp.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air maupun es. Seiring
dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun oleh material material
sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga organisme tersebut
terhindar dari makhluk pemangsa. Di dalam cekungan material-material sedimen
semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar
sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Kemudian
terjadi proses leaching/pencucian dimana bagian tubuh yang kurang resisten
tergantikan oleh mineral yang lebih resisten. Selanjutnya organisme ini
mengalami proses petrifikasi, berupa proses mineralisasi, yaitu penggantian
seluruh mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Organisme ini
lalu mengalami proses litifikasi yang merupakan perubahan organisme menjadi
batu oleh adanya bahan-bahan seperti silika, kalsium karbonat, FeO, MnO dan
FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan
yang telah mati. Seiring berjalan waktu organisme tersebut menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil.
Proses pemunculan fosil ke permukaan di pengaruhi oleh gaya endogen
dan mengalami pengangkatan. Gaya endogen yang bekerja membuat lapisan
sedimen yang berada dibawah terangkat melalui proses-proses tektonik.
Kemudian dibantu dengan adanya gaya eksogen berupa air hujan atau angin yang
membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam
lapisan batuan tersingkap ke permukaan dan dikenali sebagai fosil. Fosil ini
memilki bentuk Branching yaitu bentuk fosil yang menyerupai coral. Adapun
bagianbagian fosil yang masih dapat diamati antara lain :
Test adalah bagian keseluruhan dari tubuh fosil.
Hypostoma adalah bagian pada tubuh fosil yang tertambat, bagian ini pada
filum lain disebut holdfast.
Enteron adalah garis pembatas antara ruang chaliks. (Gambar 2)

Gambar 2. Sketsa Montlivaltia

Fosil ini bereaksi jika ditetesi larutan HCL 0,1 M, sehingga dapat diketahui
bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO 3), dan berdasarkan
komposisi kimianya fosil ini dapat diketahui lingkungan pengendapannya berada
pada laut dangkal.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur secara relatif ,
fosil ini tergolong dalam zaman Jura Atas atau sekitar 160 - 141 juta tahun yang
lalu. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti adanya
kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu
batuan,menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah. Dengan fosil tersebut kita dapat
mengetahui keadaan iklim yang berlangsung pada masa lampau.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA : Muh. Taufiq Kurniawan HARI/TGL : Jumat, 16-10-15


NIM : F 121 14 010 ACARA : Phylum Coelenterata

3. Fosil Hippuritella
Fosil ini termasuk dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, family
Hippuritellanidae, genus Hippuritella dengan nama spesies Hippuritella resectus
DEFR.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air maupun es. Seiring
dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun oleh material material
sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga organisme tersebut
terhindar dari makhluk pemangsa. Di dalam cekungan material-material sedimen
semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar
sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Kemudian
terjadi proses leaching/pencucian dimana bagian tubuh yang kurang resisten
tergantikan oleh mineral yang lebih resisten. Selanjutnya organisme ini
mengalami proses petrifikasi, berupa proses mineralisasi, yaitu penggantian
seluruh mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Organisme ini
lalu mengalami proses litifikasi yang merupakan perubahan organisme menjadi
batu oleh adanya bahan-bahan seperti silika, kalsium karbonat, FeO, MnO dan
FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan
yang telah mati. Seiring berjalan waktu organisme tersebut menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil.
Proses pemunculan fosil ke permukaan di pengaruhi oleh gaya endogen
dan mengalami pengangkatan. Gaya endogen yang bekerja membuat lapisan
sedimen yang berada dibawah terangkat melalui proses-proses tektonik.
Kemudian dibantu dengan adanya gaya eksogen berupa air hujan atau angin yang
membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam
lapisan batuan tersingkap ke permukaan dan dikenali sebagai fosil. Fosil ini
memilki bentuk Tabular yaitu bentuk fosil yang menyerupai tabung. Adapun
bagianbagian fosil yang masih dapat diamati adalah Test adalah bagian
keseluruhan dari tubuh fosil. Hypostoma adalah bagian pada tubuh fosil yang
tertambat, bagian ini pada filum lain disebut holdfast. (Gambar 3)

Gambar 3. Sketsa Hippuritella


Fosil ini bereaksi jika ditetesi larutan HCL 0,1 M, sehingga dapat diketahui
bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO 3), dan berdasarkan
komposisi kimianya fosil ini dapat diketahui lingkungan pengendapannya berada
pada laut dangkal.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur secara relatif ,
fosil ini tergolong dalam zaman Devon Tengah atau sekitar 370 - 360 juta tahun
yang lalu. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti
adanya kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu
batuan,menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah.
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

NAMA : Muh. Taufiq Kurniawan HARI/TGL : Jumat, 16-10-15


NIM : F 121 14 010 ACARA : Phylum Coelenterata

4. Fosil Gyronema

Fosil ini termasuk dalam filum Coelenterata, kelas Anthozoa, family


Gyronemaidae, Genus Gyronema dengan nama spesies Gyronema ARMATA.
Proses pemfosilan fosil ini dimulai dari organisme yang mati, kemudian
tertransportasikan yaitu terbawa oleh media geologi berupa air maupun es. Seiring
dengan berjalannya waktu organisme tersebut tertimbun oleh material material
sedimen yang terakumulasi dalam cekungan sehingga organisme tersebut
terhindar dari makhluk pemangsa. Di dalam cekungan material-material sedimen
semakin bertambah maka tekanan pada organisme yang tertimbun semakin besar
sehingga terjadi proses kompaksi dan membentuk lapisan sedimen. Kemudian
terjadi proses leaching/pencucian dimana bagian tubuh yang kurang resisten
tergantikan oleh mineral yang lebih resisten. Selanjutnya organisme ini
mengalami proses petrifikasi, berupa proses mineralisasi, yaitu penggantian
seluruh mineral penyusun tubuh organisme ini dengan mineral lain. Organisme ini
lalu mengalami proses litifikasi yang merupakan perubahan organisme menjadi
batu oleh adanya bahan-bahan seperti silika, kalsium karbonat, FeO, MnO dan
FeS. Bahan itu masuk dan mengisi lubang serta pori dari hewan atau tumbuhan
yang telah mati. Seiring berjalan waktu organisme tersebut menjadi
keras/membatu dan menjadi fosil.
Proses pemunculan fosil ke permukaan di pengaruhi oleh gaya endogen
dan mengalami pengangkatan. Gaya endogen yang bekerja membuat lapisan
sedimen yang berada dibawah terangkat melalui proses-proses tektonik.
Kemudian dibantu dengan adanya gaya eksogen berupa air hujan atau angin yang
membuat lapisan-lapisan sedimen tererosi sehingga fosil yang berada dalam
lapisan batuan tersingkap ke permukaan dan dikenali sebagai fosil. Fosil ini
berbentuk Conical. Conical merupakan bentuk yang menyerupai kerucut. Adapun
bagianbagian fosil yang masih dapat diamati adalah Test adalah bagian
keseluruhan dari tubuh fosil. Hypostoma adalah bagian pada tubuh fosil yang
tertambat, bagian ini pada filum lain disebut holdfast. (Gambar 4)

Gambar 4. Sketsa Gyronema


Fosil ini bereaksi jika ditetesi larutan HCL 0,1 M, sehingga dapat diketahui
bahwa komposisi kimianya berupa kalsium karbonat (CaCO 3), dan berdasarkan
komposisi kimianya fosil ini dapat diketahui lingkungan pengendapannya berada
pada laut dangkal.
Berdasarkan SWG (Skala Waktu Geologi) atau penarikan umur secara relatif ,
fosil ini tergolong dalam zaman Devon Tengah atau sekitar 370 - 360 juta tahun
yang lalu. Adapun fungsi dari fosil ini adalah sebagai berikut: sebagai bukti
adanya kehidupan pada masa lampau, untuk menentukan umur relatif suatu
batuan,menentukan lingkungan pengendapan, menentukan top dan bottom, dan
menentukan geomorfologi suatu daerah.

Daftar Pustaka
- Laporan PRAKTIKUM PALEONTOLOGI Makassar 2012 Jurusan
Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.
- http://biology-community.blogspot.com/2009/02/proses-
fosilisasi-pada-makhluk-hidup.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Coelenterata
- www.artidefinisi.com/definisi/paleontologi

Catatan Asisten Paraf Asisten

Tanggal

Anda mungkin juga menyukai