Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
SISTEM PERTAHANAN TUBUH IN VITRO

JAWABLAH PERTANYAAN-PERTANYAAN BERIKUT !

1. Gambarkan secara skematik bagaimana suatu infektor masuk tubuh dan


memberikan gangguan atau infeksi.
Terjadi faktor yang dapat membantu patogen masuk ke dalam tubuh seperti
benturan, luka goresan, luka bakar atau karena bahan-bahan kimia, dingin yang
ekstrim, dan radiasi ultraviolet → Infektor dihadang oleh barrier anatomi yaitu
kulit dan membran mukosa hingga akhirnya masuk ke dalam tubuh → Infektor
dihadang oleh barrier fisik seperti pH, suhu, dan mediator kimia → Infektor
menginfeksi dan membunuh sel tubuh serta merusak jaringan tubuh yang
menyebabkan kerja sel terganggu → PAMP infektor akan dikenali oleh PRR dan
dilawan oleh pertahanan seluler alami berupa sel-sel imun bawaan → Sel APC
akan mempresentasikan antigen sehingga menstimulasi aktivasi sel imun
dapatan → MAC yang menyerang infektor menyebabkan inflamasi dan
meningkatkan suhu tubuh, hal ini menyebabkan gangguan berupa demam.
2. Secara barier anatomi dalam sistem Pertahanan Tubuh dikenal dengan bagian
: Sistem Pertahanan Permukaan dan Sistem Pertahanan Jaringan.
a. Jelaskan bagaimana kulit dan mukosa dapat berperan dalam sistem
pertahanan tubuh.
Kulit dan mukosa merupakan barisan pertama dalam mempertahankan
tubuh dari serangan patogen. Kulit berperan sebagai barrier antara
patogen dengan tubuh. Selama tidak ada kerusakan atau gangguan pada
kulit, patogen tidak akan bisa masuk ke dalam tubuh. Sementara mukosa
berfungsi untuk menghasilkan mukus yang merupakan suatu enzim yang
dapat memecah dinding sel patogen. Selain itu cairan mukus berfungsi
sebagai perangkap agar patogen tidak masuk ke dalam tubuh
b. Apakah reaksi fagositosis? Termasuk dalam sistem pertahanan tubuh?
Jelaskan.
Reaksi fagistosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh
sel-sel tubuh berupa sel fagositik. Contoh dari sel fagosit ini adalah
makrofag, neutrofil, mastosit, dan basofil. Mekanisme ini dilakukan dengan
memasukkan patogen pada permukaan sel fagositik ke intrasel. Kemudian
sel fagositik akan mencerna dan membunuh patogen.
c. Jelaskan kemampuan sel dalam melaksanakan reaksi fagositosis
tersebut, (dapat dijelaskan dengan kutipan gambar).
Mekanisme fagositosis seperti yang digambarkan di atas yang pertama
adalah penempelan patogen pada permukaan sel fagosit. Pseudopodia
mendorong patogen masuk ke dalam sel. Patogen yang masuk akan
tertelan menjadi fagosom. Fagosom kemudian akan berfusi dengan
lisosom. Enzim lisosomal mencerna patogen tersebut dan hasil sisa
dikeluarkan ke ruang ekstraseluler.
3. Dalam sistem pertahanan tubuh dikenal respon imun spesifik dan non
spesifik.
a. Apa yang dimaksud sistem pertahanan tubuh non spesifik dan
contohnya.
Sel imun non-spesifik merupakan sel imun yang kerjanya tidak spesifik
pada suatu jenis antigen melainkan semua antigen. Contoh sel imun
non-spesifik adalah makrofag, neutrofil, sel dendritik, basofil, dan lain-lain.
Sel ini merupakan sel yang berperan dalam barisan pertama dalam
melawan infektor. Karena telah ada semenjak organisme berada dalam
kandungan, sel imun non-spesifik dikenal juga dengan sel imun alami.
Mekanisme sel imun alami saat terdapat perlawanan infektor pada
umumnya adalah fagositik atau membawa infektor menuju sel fagosit.
b. Di dalam respon imun spesifik diawali oleh tahapan pengenalan :
Sebutkan sel dan molekul dalam pengenalan imunologi.
Pengenalan pertama dilakukan oleh sel imun non-spesifik yaitu sel penyaji
antigen (APC) yang mempresentasikan antigen yang telah melalui proses
pembentukan Major histopability complex (MHC). Reseptor sel T
menangkap antigen yang telah disajikan dan kemudian teraktivasi serta
membantu aktivasi sel B. Sel b akan berdiferensiasi menjadi sel plasma
yang menghasilkan antibodi spesifik untuk melawan patogen dengan
membentuk kompleks dengan antigen. Dalam pengenalan imunologik,
kmolekul yang berperan adalah Kompleks MHC, reseptor sel T, dan
antibodi.
4. Bagaimanakah hubungan antara tekanan osmotik dengan fungsi sistem
limfatik? Jelaskan
Berdasarkan definisinya, tekanan osmotik merupakan tekanan yang diberikan
untuk menurunkan pergerakan osmosis. Konsentrasi zat terlarut yang semakin
tinggi akan menyebabkan tekanan osmotik semakin tinggi pula. Sementara
sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi terbuka. Sistem limfatik memiliki
kapiler permeabel berkatup. Ketika tekanan ruang interstitial lebih kecil dari
tekanan osmotik dalam kapiler limfatik, katup-katup kecil endotelial menutup
untuk menjaga agar cairan limfa tidak keluar. Tekanan osmotik mengatur ketika
limfa harus keluar untuk pergi ke tempat terjadinya infeksi
5. Apakah yang terjadi, seandainya sistem limfatik ini tidak berfungsi baik?
Jika sistem limdfatik tidak bekerja dengan baik, maka akan terjadi
pembengkakakn cairan pada organ karena terdapat kelebihan cairan interstitial.
Cairan tubuh pun bisa jadi mengandung zat toksik karena terdapat kerusakan
jaringan dan kerusakan sel. Selain itu terjadi penumpukan sel limfosit serta
terganggunya proses metabolisme lemak.
6. Bagaimanakah nodus limfe berfungsi sebagai “dapur”? dalam arti
membersihkan limfe? Jelaskan.
Nodus limfa sebagai dapur memiliki fungsi untuk "meracik" cairan limfa
sebelum memasuki peredaran darah. Cairan limfa akan disaring terlebih dahulu
agar terbebas dari patogen untuk mencegah kehadiran zat asing saat berada
dalam sirkulasi darah. Penyaringan ini dilakukan oleh nodus limfa.
7. Apakah yang dimaksud dengan organ limfoid? Terangkan.
Organ limfoid merupakan kumpulan organ pada sistem limfatik. Diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu organ limfosit primer dan sekunder. Organ limfosit primer
berfungsi dalam produksi dan pematangan sel imun, proses ini dilakukan oleh
sumsum tulang dan kelenjar timus. Sementara organ limfoid sekunder
berfungsi sebagai pematangan beberapa sel imun serta tempat beredarnya sel
tersebut. Contohnya adalah nodus limfa, cairan limfatik, Peyer's patches, limpa,
dan lain-lain.
8. Jika aliran limfe dalam pembuluh limfatik adalah paralel dengan vena, di
mana aliran cairan di dalam kedua pembuluh tersebut terutama dari tubuh
bagian bawah jantung berlawanan dengan gravitasi bumi, maka
bagaimanakah sistem ini memelihara homeostasis tubuh? Terangkan.
Sistem limfatik membantu menjaga homeostasis tubuh dengan menjaga
keseimbangan cairan tubuh dan mengumpulkan cairan dan partikel berlebih
pada jaringan untuk disimpan dalam darah. Selain itu sistem limfatik juga
mempertahankan tubuh melawan infeksi dengan membantu produksi limfosit
yang merupakan sel imunitas tubuh. Dengan tekanan osmotik pada sistem,
aliran limfe tetap dapat mengalir meski berlawanan dengan gravitasi.
9. Dalam kaitannya dengan sistem limfatik, apakah yang dimaksud dengan:
a. Peyer patches?
Jaringan limfoid mukosa yang terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s
patch) di usus kecil. Berfungsi dalam menjaga imunitas di usus terutama
pada proses mengenali dan menghancurkan patogen
b. Cisterna chily?
Pembesaran pembuluh pada aorta perut sebelah kanan untuk penyimpan
getah bening sementara
c. Tonsilitis?
Terletak di ujung mulut pada tenggorokan. Memiliki kemampuan untuk
menghasilkan sel darah putih untuk menyerang melawan infektor.
d. Lacteals?
Pembuluh limfe yang membawa emulsi lemak menuju jantung. Lacteal juga
merupakan saluran limfa di dalam vilus usus halus yang berfungsi untuk
menyerap lemak.
10. Jelaskan hubungan antara tingkat keganasan penyakit tumor (kanker) dengan
fungsi sistem limfatik.
Semakin ganas penyakit tumor atau kanker pada sistem limfatik, maka kerja
sel-sel limfosit akan semakin terganggu dan tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
dapat mengganggu laju aliran cairan limfe pada pembuluh dan kelenjar limfatik.
Misalnya kanker limfoma, pada stadium 1 dapat mengganggu fungsi satu area
kelenjar getah bening. Sementara pada stadium 4, terjadi kerusakan fungsi dari
organ diluar kelenjar getah bening bahkan hingga seluruh tubuh.
11. Bagaimanakah peran kelenjar thymus pada anak-anak dan orang dewasa?
Terangkan.
Selama masa fetal hingga awal masa setelah lahir, timus berfungsi dalam proses
limfopoiesis. Pada masa anak-anak, timus berfungsi memperkuat imunitas
tubuh dengan memproduksi hormon tirosin dan memicu pembentukan limfosit
T. Dengan pertambahan usia, terjadi evolusi fisiologis timus ditandai dengan
berkurangnya produksi limfosit. Pada kahirnya ketika dewasa, kelenjar timus
tidak memiliki peran yang tinggi dalam imunitas.
Imunitas permukaan berdasarkan sifatnya terbagi menjadi imunitas fisik dan
biokimia. Berdasarkan gambar di atas, pertahanan permukaan dibagi menjadi
barrier anatomi dan barrier fisiologi.
1. Barrier anatomi
Terdiri atas imunitas fisik berupa kulit dan silia serta imunitas biokimia
berupa mukus dan asam lambung. Kulit berfungsi menghalangi jalan masuk
patogen, silia membawa patogen keluar tubuh, mukus sebagai perangkap,
dan asam untuk menginhibisi pertumbuhan patogen.
2. Barrier fisiologis
Terdiri atas imunitas biokimia berupa lisosom, sekresi kelenjar keringat,
organisme komensal pada usus dan vagina, dan zat spermine pada semen.
Mekanisme barrier ini adalah sebagai mediator kimia serta sekresi patogen
dari tubuh.
sel/organ Peranan

Makrofag fagositik, memproses dan menyajikan antigen (APC) serta


merupakan sel yang menghasilkan berbagai macam
mediator.

Alveolar makrofag bertanggung jawab untuk menghilangkan partikel seperti


debu atau mikroorganisme dari permukaan organ
pernapasan. Makrofag alveolar sering terlihat mengandung
bahan eksogen seperti karbon partikulat yang mereka ambil
dari permukaan pernapasan.

Makrofag Limpa fagositosis dan eliminasi patogen dari sirkulasi darah, selain
itu memainkan peran penting dalam aktivasi sistem
kekebalan.

Monosit berdiferensiasi menjadi makrofag ketika bermigrasi ke


jaringan, dan berperan penting dalam proses inflamasi dan
anti-inflamasi yang terjadi selama respon imun.

Nodus limfa memulai respons dan membatasi penyebaran berbagai


patogen dan partikel.

sumsum tulang produksi limfosit

Sel mikroglial otak merespon patogen dan cedera dengan mengubah morfologi
dan bermigrasi ke tempat infeksi/cedera, dimana sel ini
menghancurkan patogen dan membuang sel yang rusak

Kupferr sel hati mempertahankan fungsi hati. Dalam kondisi fisiologis,


merupakan sel imun bawaan pertama dan melindungi hati
dari infeksi bakteri.
fagosit mesangial mensekresikan faktor-faktor yang merombak matriks
mesangial, merangsang proliferasi sel mesangial, mengubah
permeabilitas membran basal glomerulus, dan regulasi aliran
darah.

sel synovial fagositosis

1. Pavementing
Pelepasan sitokin dan mediator kimia berupa histamin, leukotrien dan
kinin yang akan mempengaruhi sel-sel endotel kapiler dan
menyebabkan leukosit meningkatkan ekspresi molekul adhesi. Leukosit
memperlambat migrasi mereka dan mulai terpinggirkan, atau bergerak
ke dan di sepanjang pinggiran pembuluh darah.
2. Diapedesis (emigrasi)
mekanisme dimana leukosit memperluas pseudopodia, melewati dinding
kapiler dengan gerakan ameboid, dan bermigrasi ke dalam ruang
jaringan. Emigrasi leukosit juga dapat disertai dengan keluarnya sel darah
merah. Begitu mereka keluar dari kapiler, leukosit bergerak melalui
jaringan yang dipandu oleh sitokin yang disekresikan, puing-puing
bakteri dan seluler, dan fragmen komplemen (C3a, C5a).
3. Kemotaksis
Proses dimana leukosit bermigrasi sebagai respons terhadap sinyal kimia
disebut kemotaksis.
4. Fagositosis
Neutrofil dan makrofag menelan dan mendegradasi patogen.
Nodus limfa terdistribusi dalam berbagai bagian tubuh. Pada area leher terdapat
pembuluh limfa, tonsil, dan adenoid. Terdapat kelenjar timus pada batang
tenggorok. Sumsum tulang terdapat pada seluruh bagian rongga tulang besar.
Terdapat organ limpa, peyer's patches, dan nodus limfa yang jalurnya tersebar di
seluruh tubuh.
Gambar 9.5. Sistem limfatik.

1. Saluran limfatik kanan 5. katup

2. Tonsil 6. Limpa

3. Sumsum tulang 7. kelenjar timus

4. Nodus lymfa inguinal

Question
Gambar 9.6. Organ sistem limfatik.

1. Kelenjar timus 5. Sumsum tulang

2. Nodus limfe 6. Sumsum tulang

3. Limpa 7. Limfosit

4. Pembuluh limfatik 8. Monosit


Gambar 9.7. Struktur nodus limfe.

4……Hilus 7……Deep cortex (T cells)


9……Serabut retikular 10……kapilari
3……Sinus medulari 2……Outer cortex
1……Kapsul 11…… Nuclei of B cells
6……Trabeculae 12…… Sel-sel dendritik
8……Medullary cord 5…… Arteri dan vena nodus limfe
Gambar 9.8. Skema aliran limfe ke sistem pembuluh darah.
Gambar 9.9. Komponen sistem limfatik.
Gambar 9.10. Kapilari limfatik.

1. Cisterna chyli
2. Thoracic duct
3. Axillary Lymph Nodes
4. Right subciavian vein
5. Right lymphatic duct
6. Left subciavian vein
7. Inguinal lymph nodes
8. Lymphatic vessels
Mikroorganisme yang berinteraksi dengan manusia harus melewati berbagai faktor
pertahanan tubuh berupa permukaan kulit, inflamasi, sistem komplemen, imunitas
humoral, dan imunitas seluler. Ketika berhasil maka tubuh akan mulai menginfeksi
dan berkolonisasi. Pada tahap ini ada 2 kemungkinan, yaitu tubuh berhasil sembuh
atau akan terjadi proses multiplikasi mikroorganisme. terjadi sitotoksisitas langsung,
toksin, dan sitotoksisitas tidak langsung. Kerusakan jaringan pun terjadi dan
menyebabkan manifestasi klinik sehingga terjadi penyebaran secara sistemik. Hal ini
kemudian dapat berujung pada kesembuhan, kematian, dan infeksi kronis.
Sel imun tubuh Patogen Terjadi reaksi Terjadi reaksi Patogen
melawan pneumokokus hipersensitivitas hipersensitivitas pneumokokus
pneumokokus menginvasi dan tipe III yang tipe IV menginvasi
dan membentuk merusak jaringan berhubungan tubuh
kekebalan tubuh dengan kompleks
Ag-Ab
Tabel di atas merupakan “Spesifisitas dan Reaktivitas Silang Molekul Tetrahedral dan
Planar berdasarkan Posisi Radikal”. Kompleks antigen-antibodi dapat diilustrasikan
sebagai kunci dengan gemboknya. Reaktivitas imunosera anti m-amino
benzensulfonat paling tinggi pada hapten m-amino bezensulfonat karena sifat
ikatan antigen-antibodi yang spesifik. Semakin mirip modifikasi gugus fungsi dan
posisi gugus fungsi dengan m-amino benzensulfonat, maka reaksi imunosera anti
m-anino benzensulfonat dengan senyawa tersebut akan semakin reaktif.
sistem komplemen terbagi menjadi 3 jalur, yaitu klasik, alternatif, dan lektin. Untuk
mengaktivasi sistem komplemen perlu adanya inisiasi dengan kehadiran mikroba
pada jalur alternatif, antibodi pada klasik,dan mannose binding lectin pada jalur
lektin. C3 akan diubah menjadi C3a yang menginduksi inflamasi serta C3b uang
menyebabkan opsonisasi danfagositosis . C5 akan teraktivasi menjadi C5a yang
menginduksi inflamasi serta C5b yang akan membentuk kompleks C5b6789 atau
membrane attack complex(MAC) yang menyebabkan lisisnya sel
Pertumbuhan tumor terjadi atas dasar hasil keseimbangan kemampuan destruksi
tumor dengan penginduksi pertumbuhan tumor. Destruksi tumor terjadi karena
faktor genetik, adanya imunitas alami, dan imunitas dapatan Sementara induksi
pertumbuhan tumor dapat terjadi karena produk tumor, faktor genetik, disfungsi
imun, fungsi toleransi lokal dan sistemik tubuh, modulasi antigen, dan lain-lain yang
akhirnya dapat memicu pertumbuhan tumor.
Efektivitas vaksin terhadap penyakit infeksi difteri, measles, mumps, pertussk, polio,
rubella, tetanus, dan hemofilus flu B berada di atas 90% bahkan hampir mencapai
100%. sementara vaksinasi hepatitis B paling rendah yaitu 75,03%.
Gambar 9.17: Mekanisme imunitas tubuh sehingga terjadi alergi
Ketika antigen menyerang tubuh terjadi respon bersin, urtikaria, asma, dan rhinitis (alergi).
Kemudian terjadi pembentukan antibodi dan proses hiposensitisasi yang menyebabkan
terbentuk kompleks antigen-antibodi.
A. Jodohkan kalimat dalam tabel berikut

B. Jawablah pertanyaan berikut secara singkat


1. Terangkan organisasi nodus limfe
Nodus limfa merupakan bagian dari sistem limfatik sekunder yang menerima cairan
limfa dari berbagai vessel aferen. Struktur organisasi nodus limfa terdiri atas kapsul,
sinus subscapularis, korteks, dan medulla. Kapsul berfungsi sebagai jaringan
penghubung antara stroma dan serabut kolagen. Sinus subscapular merupakan ruang
antara kapsul dan korteks sebagai jalur transportasi cairan limfatik. Korteks sebagai
pelapis pusat germinal. Kemudian terdapat pula medulla yang merupakan lapisan
paling dalam.
2. Ceritakan fungsi sistem limfatik
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berperan dalam
kekebalan tubuh karena terdapat organ yang dapat menghasilkan dan menyebarkan
sel darah putih dalam nodus limfa sebagai bentuk persiapan melawan patogen yang
masuk. Selain itu fungsi lainnya adalah mengembalikan cairan dan protein dari
jaringan ke sirkulasi darah, mengangkut limfosit, menghasilkan zat antibodi,
menyerap lemak dalam usus, serta menyaring dan menghancurkan mikroorganisme
untuk menghindari penyebaran.
3. Bagaimanakah kaitan antara: plasma darah, cairan interstisial, dan limfe?
Darah sistem peredaran darah yang mengangkut nutrisi ke berbagai bagian tubuh.
Darah ini mengandung jumlah oksigen tertinggi karena mengandung sel darah
merah. Semua konstituen darah yang berhasil keluar dari dinding kapiler darah,
membentuk cairan jaringan yang dikenal sebagai cairan interstisial. Sel darah merah
dan protein plasma yang berukuran lebih besar tidak dapat keluar sehingga tidak ada
dalam cairan jaringan. Dalam cairan ini mengandung protein yang disekresikan oleh
sel-sel tubuh dan sedikit mengandung glukosa, protein, oksigen, serta mengandung
lebih banyak karbondioksida dibandingkan darah. Cairan limfa berasal dari cairan
interstitial, memiliki komposisi yang hampir sama dengan darah, tetapi tidak
mengandung eritrosit. Dalam cairan limfe didapatkan hampir semua protein seperti
yang ada dalam plasma darah
4. Terangkan bagaimana limfe kembali ke dalam darah.
Pembuluh limfatik dengan tekanan osmotik akan menekan cairan limfe agar keluar
melewati saluran yang berhubungan dengan saluran subklavia ke darah.
5. Jelaskan mekanisme terjadinya tumor.
Sel yang rusak dan menjadi abnormal tidak diproses oleh sel imun tubuh kemudian
membelah secara berlebihan.Jawablah pertanyaan berikut !
1. Jelaskan fenomena respon imun pada kondisi seseorang yang terkena Covid-19 !
Ketika virus SARS-CoV2 masuk ke tubuh, maka tubuh akan merespon dengan
membentuk respon imun dari sistem imun. Respon imun alami akan menjadi respon
imun pertama yang akan diberikan tubuh ketika virus masuk dan tubuh menjadi tidak
sakit, namun ketika respon imun alami tidak dapat mempertahankan tubuh dari
serangan virus maka tubuh akan terinfeksi. Secara umum terdapat 3 mekanisme
repon imun dalam mengeliminasi virus.
1. melalui antibodi
antibodi menetralisasi virus sehingga virus tidak lagi bisa menginfeksi sel
inang lalu beberapa antibodi dapat bekerja sekaligus bersamaan sehingga
partikel virus berlekatan menjadi agregat (proses ini disebut aglutinasi) dan
menjadi target yang jauh lebih mudah dikenali oleh sel-sel dalam sistem
imun, dan pembentukan kompleks Ag-Ab.
2. mekanisme sitotoksik
ketika sel imun tidak dapat mendeteksi keberadaan virus maka MHC kelas I
membantu mempresentasikan potongan protein (peptide) hasil produksi
virus di dalam sel ke permukaan sel. Salah satu jenis sel limfosit T, yaitu sel T
sitotoksik, mampu mengenali MHC pada sel yang telah terinfeksi virus. Proses
interaksi sel T dengan MHC ini akan memicu sel T memproduksi senyawa yang
akan membunuh sel yang terinfeksi. adapun sel NK yang mendeteksi sel yang
memiliki jumlah molekul MHC jauh lebih sedikit.
3. interferon
menghambat replikasi virus di dalam sel inang dan sebagai molekul sinyal
untuk sel-sel di sekitar sel yang terinfeksi akan keberadaan virus. Sel-sel di
sekitar sel yang terinfeksi ini akan siaga dengan meningkatkan jumlah MHC
kelas I pada permukaannya, sehingga dapat diidentifikasi oleh sel T yang akan
mentarget sel tersebut yang terinfeksi virus tersebut dengan cara yang mirip
dengan sel T sitotoksik.

2. Bagaimana mekanisme vaksin Covid-19 melindungi seseorang dari infeksi


Covid-19?
SARS-CoV-2 yang menjadi bahan pembuatan vaksin diubah menjadi non-aktif dengan
menggunakan bahan kimia yang disebut beta-propiolakton. SARS-CoV-2 yang tidak
aktif tidak bisa bereplikasi lagi, tapi proteinnya tetap utuh. Ketika masuk ke dalam
tubuh, beberapa virus yang tidak aktif dikalahkan oleh sejenis kekebalan yang disebut
sel pembawa antigen. Sel yang membawa antigen merusak SARS-CoV-2 hingga
muncul beberapa fragmen di permukaannya, sehingga sel tubuh bisa mendeteksi
fragmen tersebut. Sel kekebalan tubuh menjadi aktif dan mengeluarkan antibodi
untuk melawan SARS-CoV-2. Kemudian sel kekebalan mencegah virus untuk masuk
dan memblokir virus. Dan tubuh menyimpan segala informasi tentang virus setelah
disuntikan vaksin COVID-19.
3. Bagaimana peranan jamu untuk membantu meningkatkan sistem pertahanan
tubuh dalam melawan Covid-19 ?
Jamu dapat digunakan sebagai imunomodulator, yaitu untuk meningkatkan sistem
pertahanan tubuh. Agen stimulator bisa menstimulasi atau memodulasi berbagai
aspek dalam sistem tubuh baik yang adaptif maupun yang innate. Dengan
meningkatnya sistem pertahanan tubuh, tubuh akan merespon lebih baik apabila
terjadi serangan dari virus/bakteri, termasuk virus COVID-19. Tubuh akan selalu siap
melawan bila ada terangan. Tanaman yang dapat dikonsumsi dan dibuat menjadi
jamu untuk immune booster antara lain adalah temulawak, kunyit, dan jahe.

Anda mungkin juga menyukai