PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
SISTEM PERTAHANAN TUBUH IN VITRO
Makrofag Limpa fagositosis dan eliminasi patogen dari sirkulasi darah, selain
itu memainkan peran penting dalam aktivasi sistem
kekebalan.
Sel mikroglial otak merespon patogen dan cedera dengan mengubah morfologi
dan bermigrasi ke tempat infeksi/cedera, dimana sel ini
menghancurkan patogen dan membuang sel yang rusak
1. Pavementing
Pelepasan sitokin dan mediator kimia berupa histamin, leukotrien dan
kinin yang akan mempengaruhi sel-sel endotel kapiler dan
menyebabkan leukosit meningkatkan ekspresi molekul adhesi. Leukosit
memperlambat migrasi mereka dan mulai terpinggirkan, atau bergerak
ke dan di sepanjang pinggiran pembuluh darah.
2. Diapedesis (emigrasi)
mekanisme dimana leukosit memperluas pseudopodia, melewati dinding
kapiler dengan gerakan ameboid, dan bermigrasi ke dalam ruang
jaringan. Emigrasi leukosit juga dapat disertai dengan keluarnya sel darah
merah. Begitu mereka keluar dari kapiler, leukosit bergerak melalui
jaringan yang dipandu oleh sitokin yang disekresikan, puing-puing
bakteri dan seluler, dan fragmen komplemen (C3a, C5a).
3. Kemotaksis
Proses dimana leukosit bermigrasi sebagai respons terhadap sinyal kimia
disebut kemotaksis.
4. Fagositosis
Neutrofil dan makrofag menelan dan mendegradasi patogen.
Nodus limfa terdistribusi dalam berbagai bagian tubuh. Pada area leher terdapat
pembuluh limfa, tonsil, dan adenoid. Terdapat kelenjar timus pada batang
tenggorok. Sumsum tulang terdapat pada seluruh bagian rongga tulang besar.
Terdapat organ limpa, peyer's patches, dan nodus limfa yang jalurnya tersebar di
seluruh tubuh.
Gambar 9.5. Sistem limfatik.
2. Tonsil 6. Limpa
Question
Gambar 9.6. Organ sistem limfatik.
3. Limpa 7. Limfosit
1. Cisterna chyli
2. Thoracic duct
3. Axillary Lymph Nodes
4. Right subciavian vein
5. Right lymphatic duct
6. Left subciavian vein
7. Inguinal lymph nodes
8. Lymphatic vessels
Mikroorganisme yang berinteraksi dengan manusia harus melewati berbagai faktor
pertahanan tubuh berupa permukaan kulit, inflamasi, sistem komplemen, imunitas
humoral, dan imunitas seluler. Ketika berhasil maka tubuh akan mulai menginfeksi
dan berkolonisasi. Pada tahap ini ada 2 kemungkinan, yaitu tubuh berhasil sembuh
atau akan terjadi proses multiplikasi mikroorganisme. terjadi sitotoksisitas langsung,
toksin, dan sitotoksisitas tidak langsung. Kerusakan jaringan pun terjadi dan
menyebabkan manifestasi klinik sehingga terjadi penyebaran secara sistemik. Hal ini
kemudian dapat berujung pada kesembuhan, kematian, dan infeksi kronis.
Sel imun tubuh Patogen Terjadi reaksi Terjadi reaksi Patogen
melawan pneumokokus hipersensitivitas hipersensitivitas pneumokokus
pneumokokus menginvasi dan tipe III yang tipe IV menginvasi
dan membentuk merusak jaringan berhubungan tubuh
kekebalan tubuh dengan kompleks
Ag-Ab
Tabel di atas merupakan “Spesifisitas dan Reaktivitas Silang Molekul Tetrahedral dan
Planar berdasarkan Posisi Radikal”. Kompleks antigen-antibodi dapat diilustrasikan
sebagai kunci dengan gemboknya. Reaktivitas imunosera anti m-amino
benzensulfonat paling tinggi pada hapten m-amino bezensulfonat karena sifat
ikatan antigen-antibodi yang spesifik. Semakin mirip modifikasi gugus fungsi dan
posisi gugus fungsi dengan m-amino benzensulfonat, maka reaksi imunosera anti
m-anino benzensulfonat dengan senyawa tersebut akan semakin reaktif.
sistem komplemen terbagi menjadi 3 jalur, yaitu klasik, alternatif, dan lektin. Untuk
mengaktivasi sistem komplemen perlu adanya inisiasi dengan kehadiran mikroba
pada jalur alternatif, antibodi pada klasik,dan mannose binding lectin pada jalur
lektin. C3 akan diubah menjadi C3a yang menginduksi inflamasi serta C3b uang
menyebabkan opsonisasi danfagositosis . C5 akan teraktivasi menjadi C5a yang
menginduksi inflamasi serta C5b yang akan membentuk kompleks C5b6789 atau
membrane attack complex(MAC) yang menyebabkan lisisnya sel
Pertumbuhan tumor terjadi atas dasar hasil keseimbangan kemampuan destruksi
tumor dengan penginduksi pertumbuhan tumor. Destruksi tumor terjadi karena
faktor genetik, adanya imunitas alami, dan imunitas dapatan Sementara induksi
pertumbuhan tumor dapat terjadi karena produk tumor, faktor genetik, disfungsi
imun, fungsi toleransi lokal dan sistemik tubuh, modulasi antigen, dan lain-lain yang
akhirnya dapat memicu pertumbuhan tumor.
Efektivitas vaksin terhadap penyakit infeksi difteri, measles, mumps, pertussk, polio,
rubella, tetanus, dan hemofilus flu B berada di atas 90% bahkan hampir mencapai
100%. sementara vaksinasi hepatitis B paling rendah yaitu 75,03%.
Gambar 9.17: Mekanisme imunitas tubuh sehingga terjadi alergi
Ketika antigen menyerang tubuh terjadi respon bersin, urtikaria, asma, dan rhinitis (alergi).
Kemudian terjadi pembentukan antibodi dan proses hiposensitisasi yang menyebabkan
terbentuk kompleks antigen-antibodi.
A. Jodohkan kalimat dalam tabel berikut