Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BIOETIKA

PRINSIP – PRINSIP DASAR DALAM BIOETIKA

KELOMPOK 5:

JANNAH KHOFTIAH 18032010


FRIZKIA NOLANDA 18032118
VIRDA SEPTIANINGSIH 18032146

DOSEN PEMBIMBING:

IRDAWATI, M.Si

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
”Prinsip – prinsip Dasat Dalam Bioetika“ dan alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen untuk
menunjang mahasiswa agar dapat lebih memahami mengenai mengukur kemampuan
siswa dalam membuat makalah dan melatih kemampuan berbahasa.

Namun, saya menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi yang dibahas, mengigat akan pengetahuan dan
kemampuan yang saya miliki masih terbatas, Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Saya mengucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini khususnya ibu dosen yang telah
memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyusun makalah ini, beserta temen-
teman seperjuaganku.

Saya berharap Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal pada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Padang, 30 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB I ............................................................................................ Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

A. LATAR BELAKANG.......................................................... Error! Bookmark not defined.

B. RUMUSAN MASALAH ..................................................... Error! Bookmark not defined.

C. TUJUAN DAN MANFAAT ................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB II .......................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

A. Prinsip-prinsip Bioetika ....................................................................................................... 6

B. Moralitas..................................................................................................................16

C. Konflik Moral.......................................................................................................................

BAB III ......................................................................................................................................... 18

PENUTUP .................................................................................................................................... 18

A. KESIMPULAN .................................................................................................................... 18

B. SARAN ................................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar-dasar bioetika adalah etika tradisional, dimana asas etika tradisional
tersebut berupa asas beneficence (memberikan manfaat) dan non-maleficence
(mencegah mudharat). Kalau kita perhatikan kedua asas ini sebenarnya bersumber
dari perintah Allah Swt untuk ”Amar ma’ruf Nahi munkar”. Etika terdiri dari dua
jenis, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas kondisi dasar
bagaimana manusia bertindak dalam mengambil keputusan etis. Penilaiannya adalah
prinsip moral, yaitu baik dan buruk. Sementara etika khusus merupakan penerapan
prinsip-prinsip dasar dalam bidang khusus atau disebut etika terapan, misalnya etika
kedokteran, etika kefarmasian, etika keperawatan dan lain-lain.
Seseorang dikatakan bahagia bila ia telah memiliki seluruh tatanan moral.
Tatanan moral tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: yang pertama Logika,
dimana dasarnya pikiran, tujuannya kebenaran, nilainya benar-salah, hasilnya ilmu.
Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Secara filsafati jiwa terdiri dari unsur akal
(intellect), rasa (emotion), dan kehendak (will). Inilah yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lain. Akal akan berusaha untuk mendapatkan kebenaran yang
paling dalam (the truth), dan dari sini akal manusia terus berkembang dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Yang kedua Etika, dimana dasarnya kehendak, tujuannya kebaikan, nilainya
baikburuk, hasilnya keserasian. Unsur ‘kehendak’ selalu mencapai kebaikan
(goodness) didalam tata kehidupan. Yang ketiga Etiket (Etiquette), dimana dasarnya
kehormatan, nilainya sopantidak sopan, hasilnya tata krama. Yang keempat Estetika,
dimana dasarnya perasaan (feeling), tujuannya keindahan, hasil ciptaannya seni (art).
Unsur ‘rasa’ manusia selalu ingin mencari keindahan yang paling dalam (the beauty),
dari sini berkembang rasa estetika manusia. Dalam kenyataannya unsur akal, rasa dan
kehendak tersebut saling mendukung dan saling mempengaruhi dalam setiap tindakan
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip dsar dari bioetika ?
2. Apa itu moralitas ?
3. Apa itu konflik moral ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui prinsip-prinsip dasar bioetika
2. Mengetahui moralitas dalam bioetika
3. Mengetahui konflik moral dalam bioetika
BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP DASAR BIOETIKA

Bioetika kedokteran merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam
kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral (normatif) yang
berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis reflektif (das sein), yang
bersumber pada 4 kaidah dasar moral (kaidah dasar bioetika-KDB) beserta kaidah
turunannya. Kaidah dasar moral bersama dengan teori etika dan sistematika etika yang
memuat nilai-nilai dasar etika merupakan landasan etika profesi luhur kedokteran. Dalam
profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu:

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama
hak otonomi pasien (the rights to self determination),

2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang


ditujukan ke kebaikan pasien;

3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above
all do no harm”,

4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).

1. Prinsip Beneficence
Beneficence secara makna kata dapat berarti pengampunan, kebaikan,
kemurahan hati, mengutamakan kepentiang orang lain, mencintai dan
kemanusiaan. Beneficence dalam makna yang lebih luas berarti tindakan yang
dilakukan untuk kebaikan orang lain. Prinsip moral beneficence adalah kewajiban
moral untuk melakukan suatu tindakan demi kebaikan atau kemanfaatan orang
lain (pasien). Prinsip ini digambarkan sebagai alat untuk memperjelas atau
meyakinkan diri sendiri (self-evident) dan diterima secara luas sebagai tujuan
kedokteran yang tepat.
Penerapan prinsip beneficence tidak bersifat mutlak. Prinsip ini bukanlah satu-
satunya prinsip yang harus dipertimbangkan, melainkan satu diantara beberapa
prinsip lain yang juga harus dipertimbangkan. Prinsip ini dibatasi keseimbangan
manfaat, resiko, dan biaya (sebagai hasil dari tindakan) serta tidak menentukan
pencapaian keseluruhan kewajiban. Kritik yang sering muncul terhadap penerapan
prinsip ini adalah tentang kepentingan umum yang diletakan di atas kepentingan
pribadi. Sebagai contoh, dalam penelitian kedokteran, atas dasar kemanfaatan
untuk kepentingan umum sering prosedur penelitian yang membahayakan
individu subjek penelitian diperbolehkan. Padahal, terdapat prinsip-prinsip lain
yang semestinya juga dipertimbangkan. Prinsip beneficence harus diterapkan baik
untuk kebaikan individu seorang pasien maupun kebaikan masyarakat
keseluruhan.
Beberapa bentuk penerapan prinsip beneficence merupakan komponen penting
dalam moralitas. Karena luasnya cakupan kebaikan, maka banyak ketentuan-
ketentuan dalam praktek (kedokteran) yang baik lahir dari prinsip beneficence ini.
Beberapa contoh penerapan prinsip beneficence ini adalah:
1. Melindungi dan menjaga hak orang lain.
2. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
3. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
4. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
5. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.

2. Prinsip Non-maleficence
Melarang tindakan yang membahayakan atau memperburuk keadaan pasien.
Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “do no harm”. Prinsip ini
berhubungan dengan ungkapan Hipokrates yang menyatakan “saya akan
menggunakan terapi untuk membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan
pendapat saya, tetapi saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan
atau mencelakakan mereka”.
Prinsip non-maleficence sering menjadi pembahasan dalam bidang
kedokteran terutama kasus kontroversial terkait dengan kasus penyakit terminal,
penyakit serius dan luka serius. Prinsip ini memegang peranan penting dalam
pengambilan keputusan untuk mempertahankan atau mengakhiri kehidupan.
Penerapannya dapat dilakukan pada pasien yang kompeten maupun tidak
kompeten. Pada dasarnya, prinsip non-maleficence memberikan peluang kepada
pasien, walinya dan para tenaga kesehatan untuk menerima atau menolak suatu
tindakan atau terapi setelah menimbang manfaat dan hambatannya dalam situasi
atau kondisi tertentu. Banyak filosof yang menjadikan prinsip non-maleficence
sebagai satu kesatuan dengan prinsip beneficence (mengutamakan tindakan untuk
kebaikan pasien). Namun, banyak juga yang membedakannya. Pertimbangannya
antara lain pemikiran bahwa kewajiban untuk tidak membahayakan atau
mencelakakan pasien, tentu berbeda dengan kewajiban untuk membantu pasien,
walaupun keduanya untuk kebaikan pasien. Non-malficence mempunyai ciri-ciri:
1. Menolong pasien emergensi
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien
4. Tidak memandang pasien sebagai objek
5. Melindungi pasien dari serangan
6. Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
3. Prinsip Autonomy Otonomi (Autonomy)
Berasal dari bahasa Yunani ”autos” yang berarti sendiri dan ”nomos” yang
berarti peraturan atau pemerintahan atau hukum. Awalnya otonomi dikaitkan
dengan suatu wilayah dengan peraturan sendiri atau pemerintahan sendiri atau
hukum sendiri. Namun kemudian, otonomi juga digunakan pada suatu kondisi
individu yang maknanya bermacam-macam seperti memerintah sendiri, hak
untuk bebas, pilihan pribadi, kebebasan berkeinginan dan menjadi diri sendiri.
Makna utama otonomi individu adalah aturan pribadi atau perseorangan dari
diri sendiri yang bebas, baik bebas dari campur tangan orang lain maupun dari
keterbatasan yang dapat menghalangi pilihan yang benar, seperti karena
pemahaman yang tidak cukup. Seseorang yang dibatasi otonominya adalah
seseorang yang dikendalikan oleh orang lain atau seseorang yang tidak mampu
bertindak sesuai dengan hasrat dan rencananya.
Terdapat berbagai pendapat tentang penerapan prinsip otonomi. Meskipun
demikian, secara umum ada beberapa cara menerapkan prinsip otonomi,
khususnya dalam praktek kedokteran. Cara-cara tersebut antara lain:
1. Menyampaikan kebenaran atau berita yang sesungguhnya (tell the truth)
2. Menghormati hak pribadi orang lain (respect the privacy of others)
3. Melindungi informasi yang bersifat rahasia (protect confidential
information)
4. Mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien
(obtain consent for interventions with patients)
5. Membantu orang lain membuat keputusan yang penting (when ask, help
others make important decision)
Hal penting dalam menerapkan prinsip otonomi adalah menilai
kompetensi pasien. Para pakar meyakini belum ada satu definisi kompetensi
pasien yang dapat diterima semua pihak, sehingga begitu banyak defnisi
tentang kompetensi pasien. Salah satu definisi kompetensi pasien yang dapat
diterima adalah ”kemampuan untuk melaksanakan atau perform suatu tugas
atau perintah”.
4. Prinsip Justice
Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan
hak kepada setiap orang (pasien). Definisi lainnya adalah memperlakukan
orang lain secara adil, layak dan tepat sesuai dengan haknya. Situasi yang adil
adalah seseorang mendapatkan mendapatkan manfaat atau beban sesuai
dengan hak atau kondisinya. Situasi yang tidak adil adalah tindakan yang salah
atau lalai berupa meniadakan manfaat kepada seseorang yang memiliki hak
atau pembagian beban yang tidak sama. Prinsip justice lahir dari sebuah
kesadaran bahwa jumlah benda dan jasa (pelayanan) itu terbatas, sedangkan
yang memerlukan seringkali melabihi batasan tersebut.
Prinsip justice kemudian diperlukan dalam pengambilan keputusan
tersebut. Terdapat beberapa kriteria dalam penerapan prinsip justice, antara
lain:
1. Untuk setiap orang ada pembagian yang merata (equal share)
2. Untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan (need)
3. Untuk setiap orang berdasarkan usahanya (effort)
4. Untuk setiap orang berdasarkan kontribusinya (contribution)
5. Untuk setiap orang berdasarkan manfaat atau kegunaannya (merit)
6. Untuk setiap orang berdasarkan pertukaran pasar bebas (free-market
exchange
Prinsip Bioetik Islam

Bioetik islam didasarkan pada prinsip persamaan (selain takwa), persaudaraan


manusia (dalam tauhid), kebebasan untuk memilih tanpa ada paksaan (prinsip
selektifitas dan kreativitas) sehingga adanya pilihan membatasi kebebasan, tujuan
akhir dan cara harus konsisten untuk kebenaran, kebaikan hanya dari Allah dan
keadilan antara hak dengan kewajiban yang menghargai kontribusi dan usaha atau
pilihan individu. Bioetik islam merupakan perpaduan antara hak dan kewajiban,
kebebasan dan tanggung jawab, penalaran (logika) dan hati nurani, wahyu dan tradisi,
ibadah dan muamalah, tujuan dan cara, prinsip dan nilai, untuk menuju pada
keseimbangan potensi manusia baik potensi duniawi dan ukhrowi, potensi tumbuhan
(jasmani), potensi hewan (jasmani dan insting), potensi akal (mental), potensi
malaikat (spiritual).

Bioetik islam memiliki prinsip antara lain ;

1) prinsip Tabligh,

2) prinsip Amanah,

3) prinsip Fathonah,

4) prinsip Ikhlas,

5) prinsip Kaffah,

6) prinsip Shiddiq,

7) prinsip Uswatun hasanah

1. Prinsip Tabligh

Tabligh berarti menyampaikan atau Informative, dokter harus


menyampaikan apa yang menjadi hak pasien, sampaikan informasi apa saja
yang dibutuhkan pasien, contohnya informed consent. Prinsip ini menekankan
akan pentingnya untuk memberikan informasi dan berkomunikasi secara
efektif, apa adanya dan tanpa ada yang disembunyikan demi kepentingan
pasien. Hadis mengatakan Qulil Haqqu walaukana muuran. Termasuk dalam
hal ini informasi mengenai agama, kesehatan, kedokteran dan sosial. Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menyampaikan pesan kebenaran
dan keadilan. Diam ketika ada pelanggaran etik bukanlah sikap yang tepat.
Diam ketika ada pelanggaran etik sama halnya dengan pelaku pelanggaran etik
secara pasif.

2. Prinsip Amanah

Amanah berarti menjaga kepercayaan atau Veracity, Dokter harus


dapat menjaga amanah dan kepercayaan, dan selalu menjaga rahasia pasien
bahkan sampai pasien tersebut meninggal dunia. Amanah berarti dapat
dipercaya. Prinsip ini menekankan bahwa dokter dalam bertindak berdasarkan
perjanjian kontrak dengan pasien. Pasien menitipkan kepercayaannya bahwa
dokter akan berupaya maksimal dan tidak akan merugikan dirinya. Dengan
prinsip ini diharapkan dokter mampu memenuhi harapan percaya berdasarkan
amanah tersebut. Dokter memiliki kewajiban untuk bertindak sesuai standar
minimal pelayanan kedoketeran dan itu sebagai amanah profesi. Kesadaran
akan prinsip ini akan menuntut dokter untuk menepati janji dan menjaga
kerahasiaan. Prinsip Ukhuwah Ukhuwah berarti persaudaraan atau
Cooperative, Communicative, dokter harus mampu bekerjasama dengan siapa
saja, harus selalu menjaga hubungan baik dengan sesama, ukhuwah islamiyah,
ukhuwah insaniah. Dokter memandang bahwa pasien adalah bagian dari
dirinya. Sebagai seorang manusia, pasien memiliki potensi dan sifat dasar
yang sama dengan dokter sehingga menginginkan perlakuan yang sama
sebagaimana dokter ingin diperlakukan. Apa yang dirasakan pasien juga
dirasakan dokter mengingat sebagai saudara sesama manusia seperti satu
tubuh.

3. Prinsip Fathonah
Fathonah berarti cerdas = Life long study/ learning, dokter harus terus
belajar sepanjang hayatnya, menimba ilmu dan mengasah kemampuannya
secara berkesinambungan (Continious Professional Development. Dokter
bertindak karena dia mampu untuk melakukannya sesuai dengan tanggung
jawab dan kewenangannya. Dokter mampu mengambil keputusan yang terbaik
untuk kepentingan pasien.
4. Prinsip Ikhlas

Dalam melakukan tindakan medis selalu didasari niat karena pengabdian


atau altruisme semata-mata karena Allah pada saat sebelum mulai, sewaktu
bekerja dan sesudah bekerja. Ikhlas bukan berarti harus gratis tetapi sikap
tidak mengharap pujian, kemashuran, kebendaan, tidak marah ketika dicerca,
tidak bangga diri ketika dipuji dan ada uang atau tidak uang siap berbakti.

5. Prinsip Kaffah
Dokter harus berbuat yang terbaik untuk pasien, mengerahkan
kemampuan dan daya upaya untuk keselamatan pasien

6. Prinsip Sidq/kejujuran
Sidq atau jujur Meliputi jujur perkataan, jujur dalm janji, jujur
perbuatan, jujur dalam pergaualan dan jujur dalam hati. Jujur perkataan
artinya perkataannya sesuai dengan kenyataan. Jujur dalam janji artinya
berusaha nenepati janji dan tidak ingkar janji. Jujur dalam perbuatan
artinya tindakan yang dilakukan sesuai dengan hatinya sehingga luar dan
dalam sesusai. Jujur dalam pergaulan artinya melakukan interaksi dengan
pasien tanpa ada unsur penipuan. Jujur dalam hati artinya niat dan motivasi
dalam hati sungguh-sungguh yang tidak akan mudah goyah dengan
berbagai halangan, rintangan dan hambatan dari manapun. Kejujuran dekat
kebenaran dan kebenaran mengantarkan kepada kebahagiaan sejati.
Shiddiq = Truth telling, Truth doing, dokter harus menyadari bahwa yang
dilakukannya adalah benar, yang diketahui adalah benar dan yang
disampaikannya adalah tiada lain selain kebenaran.

7. Prinsip Uswatun hasanah


Prinsip ini adalah gabungan dari prinsip beneficence dan non-
maleficence seperti pada bioetik baratn. Hanya saja dalam prinsip ini
dibingkai dengan prinsip tauhid. Prinsip tauhid berarti meyakini dan
menyandarkan segala sesuatu berasal dari Allah dan atas ijin dari Allah
sebagai causa prima. Uswatun hasanah = Beneficence, dokter harus
menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah semata-mata untuk
kebaikan, kepuasan, kesembuhan dan kemanfaatan bagi pasien. Prinsip
Rahmatalill’alamin Prinsip ini menekankan akan pentingnya nilai
pragmatisme dalam setiap tindakan dokter. Suatu tindakan akan sesuai
dengan prinsip ini jika mampu memberikan manfaat kepada pasien tanpa
pandang bulu. Dari asal kata rahmat yang berarti kebaikan atau manfaat
dari Allah yang maha pemurah untuk seluruh makhluknya. Dengan prinsip
in dokter akan selalu memprioritaskan kebaikan demi untuk kepentingan
pasiennya. Dokter harus senantiasa berniat teguh dalam hatinya akan
memberikan kasih sayang, menyelematkan jiwa pasien, menerapkan
prinsip aegroti salus lex suprema (keselamatan pasien adalah yang utama).

B. MORALITAS
Sifat internalisasi merupakan suatu ciri yang menandai bioetika sejak permulaannya.
Para etikawan Amerika sering pergi ke luar negeri dan menerima tamu dari berbagai
bangsa di pusat-pusat bioetika mereka. Ilmu pengetahuan menurut kodratnya bersifat
internasional. Karena itu, problem-problem etis yang ditimbulkan dalam perkembangan
ilmu-ilmu hayati bersifat internasional pula. Sifat terakhir yaitu pluralisme dalam dialog
sekitar bioetika. Moral keagamaan didengar, bukan saja moral agama mayoritas, tapi juga
moral agama-agama minoritas dan moral sekuler juga tidak diabaikan. Dialog bioetika
diwarnai keterbukaan dan suasana demokratis. Di negara-negara yang punya peraturan
hukum mengenai masalah kontroversial seperti aborsi atau eutanasia, sebelum keputusan
diambil, diadakan diskusi luas untuk mendengarkan pendapat semua pihak yang
berkepentingan. Akhirnya tercapai kesepakatan dalam parlemen meski barangkali tidak
disetujui beberapa pihak agama.
Menurut suseno (1987) secara umum dapat dikatakan bahwa bioetika sebagai cabang
etika tidak akan dapat menggantikan agama dan tidak bertentangan dengan agama bahkan
diperlukan oleh agama. Permasalahan yang muncul dalam bidang moral agama yang
tidak dapat dipecahkan tanpa penggunaan metode-metode etika. Masalah tersebut adalah
masalah interpretasi terhadap perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu, dan yang
kedua ialah bagaimana masalah-masalah moral yang baru seperti bayi tabung, aborsi,
kloning, bank sperma, eutanasia, dan sebagainya yang tidak langsung dibahas dalam
wahyu, dapat dipecahkan sesuai dengan ajaran agama.
Keberadaan etika dan moral sangat dibutuhkan dalam rangka menjabarkan dan
mengoperasionalisasikan ketentuan-ketentuan akhlaq yang terdapat di dalam al-Qur’an
dan al-Hadist. Bertens (2005) mengatakan, etika tidak berbicara untuk suatu komunitas
homogen, karena etika mengarahkan diri kepada suatu forum umum yang hanya
berpegang pada rasio. Melihat uraian ini, maka bioetika sebagai cabang etika diperlukan
sebagai wahana penalaran atau ijtihad yang terkait dengan perkembangan biologi dan
teknologinya.
Dalam bioetika, moral dan etika itu sendiri merupakan prinsip dasar yang benar-benar
harus dijadikan pijakan dalam pemanfaatan teknologi yang sedang berkembang pesat
kini. Al-Qur’an dan Hadis memang tidak membahas permasalahan bioetika secara jelas
mengenai prinsip dan batasannya. Umar Anggara Jenie dalam taufiq hidayat (2012)
menyatakan bahwa istilah bioetik muncul dengan tujuan untuk memberikan solusi kepada
konflik moral yang kian meningkat seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan di
bidang biologi. Adapun prinsip bioetik ialah otonomi, keadilan, kebermanfaatan dan
antikejahatan. Bioetik tidak bermaksud untuk menghalangi dan menghambat
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan sekadar memberikan rambu-
rambu agar tidak terjadi manipulasi.
Kearifan yang digunakan pada filsafat hukum kita adalah yang dikenal di Eropa
sebagai “the morality of the eventual exploitation (use) of an invention” yang
menyangkut “on how to interpret the morality and public order clauses”. Pertarungannya
sudah bergeser ke Pengadilan dengan kasus oposisi dari berbagai kelompok kepentingan.
Untuk itu, jelas para peneliti perlu membekali diri dengan pemahaman yang utuh dan
mendasar mengenai “prinsip-prinsip bioetika”. Kita akan sulit maju apabila hal ini tidak
disadari sejak sekarang.
Teori moral mencoba memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk
pemecahan masalah-masalah etik. Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud
dengan moral.
1. Menurut kamu Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena) : Ajaran tentang
baik buruk yang di terima umum mengenaik akhlak-akhlak dan budi pekerti,
kondisi mental yang memperngaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat,
berani, disiplin, dan lain-lain.
2. Ensiklopedia Pendidikan : Suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari
sifat-sifat, corak-corak, maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau
perbuatan-perbuatan Meskipun secara etimologi arti kata etika dan moral
mempunyai pengertian yang sama, tetapi tidak persis dengan moralitas. Etika
adalah penelaah terhadap aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, sedangkan
moralitas merupakan subjek yang menjadi penilai benar atau tidak. Beberapa
perbedaan etika dan moral adalah :
a. moral mengajarkan apa yang benar sedangkan etika melakukan yang benar.
b. moral mengajarkan bagaimana seharusnya hidup sedangkan etika berbuat atau
bertindak sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam pendidikan moral.
c. moral menyediakan “rel” kehidupan sedangkan etika berjalan dalam
“rel”kehidupan
d. moral itu rambu-rambu kehidupan sedangkan etika mentaati rambu-rambu
kehidupan.
e. moral itu memberikan arah hidup yang harus ditepumpuh sedangkan etika
berjalan sesuai arah yang telah ditetapkan (menuju arah).
f. moral itu seperti kompas dalam kehidupan sedangkan etika memperhatikan dan
mengikuti arah kompas dalam menjalani kehidupan.
g. moral ibarat peta kehidupan sedangkan etika mengikuti peta kehidupan. 8)moral
itu pedoman kehidupan sedangkan etika mengiuti pedoman.
h. moral tidak bisa dimanipulasi sedangkan etika bisa dimanipulasi
i. moral itu aturan yang wajib ditaati oleh setiap orang sedangkan etika sering
berorientasi pada situasi dan kondisui, motif, tujuan, kepentingan, dan
sebagainya.
j. moral sumber acuannya adalah norma dan adat istiadat, sedangkan etika
bersumber pada akal manusia
k. moral memandang tingkah laku manusia secara lokal atau khusus, sedangkan
etika berpandangan pada tingkah laku manusia secara umum

C. KONFLIK MORAL

Bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran,


dan biologi yang terkait dengan penerapannya dalam kehidupan (Shannon, 1995). Dengan
demikian bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawaban dan menawarkan
pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang
timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh
penerapan teknologi yang terkait dengannya. (Komisi Bioetika Nasional, 2010).
Sifat internalisasi merupakan suatu ciri yang menandai bioetika sejak permulaannya.
Para etikawan Amerika sering pergi ke luar negeri dan menerima tamu dari berbagai bangsa
di pusat-pusat bioetika mereka. Ilmu pengetahuan menurut kodratnya bersifat internasional.
Karena itu, problemproblem etis yang ditimbulkan dalam perkembangan ilmu-ilmu hayati
bersifat internasional pula. Sifat terakhir yaitu pluralisme dalam dialog sekitar bioetika.
Moral keagamaan didengar, bukan saja moral agama mayoritas, tapi juga moral agama-
agama minoritas dan moral sekuler juga tidak diabaikan. Dialog bioetika diwarnai
keterbukaan dan suasana demokratis. Di negaranegara yang punya peraturan hukum
mengenai masalah kontroversial seperti aborsi atau eutanasia, sebelum keputusan diambil,
diadakan diskusi luas untuk mendengarkan pendapat semua pihak yang berkepentingan.
Akhirnya tercapai kesepakatan dalam parlemen meski barangkali tidak disetujui beberapa
pihak agama. Adapun kegiatan yang dikerjakan bioetika menurut K. Bertens (2009) dapat
dibedakan tiga bagian yakni:

1. Masalah yang menyangkut hubungan antara para penyedia layanan kesehatan dan
para pasien. Di sini termasuk banyak tema dari etika kedokteran tradisional. Namun,
konteksnya sering berbeda juga karena dalam suasana modern, diberi tekanan besar
pada otonomi pasien. Etika keperawatan bisa mendapat juga tempatnya di sini.
2. Masalah keadilan dalam alokasi layanan kesehatan. Bagi orang sakit, layanan
kesehatan merupakan suatu hak asasi manusia. Kalau di Indonesia kita menganggap
serius keadilan sosial (last but not least dalam urutan Pancasila), wilayah
permasalahan yang kedua ini menjadi sangat penting.
3. Wilayah paling luas adalah topik-topik etika yang ditimbulkan oleh kemajuan
dramatis dalam ilmu dan teknologi biomedis. Di sini pertama-tama etika penelitian
mendapat tempatnya. Di antara topik- topik etika yang paling menonjol saat ini boleh
disebut masalah kloning, penelitian tentang sel-sel induk embrio dan banyak
persoalan dalam konteks reproduksi teknologis. Misalnya, pertanyaan mengenai
penciptaan saviour siblings Artinya, embrio yang melalui skrining genetik sudah
dipastikan cocok untuk menjadi donor sumsum bagi saudaranya (nanti) yang
menderita leukemia dan diimplantasi dalam rahim ibu semata-mata untuk
menyelamatkan saudaranya yang sakit.

Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika bagi


pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga keanekaragaman dan
pemanfaatannya secara berkelanjutan. Pengambilan keputusan dalam meneliti,
mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya hayati harus/wajib menghindari
konflik moral dan seluasluasnya digunakan untuk kepentingan manusia, komunitas
tertentu, dan masyarakat luas, serta lingkungan hidupnya, dilakukan oleh individu,
kelompok profesi, dan institusi publik atau swasta. Pemanfaatan sumber daya hayati tidak
boleh menimbulkan dampak negatif terhadap harkat manusia, perlindungan, dan
penghargaan hak-hak asasi manusia, serta lingkungan hidup. Penelitian, pengembangan,
dan pemanfaatan sumber daya hayati harus memberikan keuntungan maksimal bagi
kepentingan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta meminimalkan kerugian yang
mungkin terjadi (Muchtadi, 2007).

Berdasarkan Pasal 19 Kep. Menristek No.112 Tahun 2009, harus dibentuk suatu
Komite Etik Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati yang
bersifat independen, multidisiplin dan berpandangan plural. Keanggotaan Komite Etik
Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati harus terdiri dari para
ahli dari berbagai departemen dan institusi yang relevan. Tindaklanjut dan implementasi
prinsipprinsip bioetika penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya hayati
dilakukan oleh Komite Bioetika Nasional yang dibentuk oleh pemerintah. Perkembangan
bioetika di Indonesia ditunjukkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang penelitian.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kata etika secara etimologi berasal dari kata Yunani yaitu ethikos, ethos yang berarti adat,
kebiasaan, praktik. “Bioetika” merupakan salah satu bagian dari etika terapan yang berada di
ranah biologi, dan diantara cabang biologi itu, bidang kesehatanlah yang paling berkembang
konsep etikanya, sehingga sering dianalogikan dengan “clinical ethics/medical ethics” dan
dimaknai sebagai “good clinical practices”. Dasar-dasar bioetika adalah etika tradisional,
dimana asas etika tradisional tersebut berupa asas beneficence (memberikan manfaat) dan
non-maleficence (mencegah mudharat).

Prinsip-prinsip bioetika sebagai berikut:

a) Prinsip Beneficence, secara makna kata dapat berarti pengampunan, kebaikan,


kemurahan hati, mengutamakan kepentingan orang lain, mencintai dan kemanusiaan.
b) Prinsip non-maleficence, yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau
“do no harm”.
c) Prinsip Otonomi (Autonomy) berasal dari bahasa Yunani “autos” yang berarti sendiri
dan “nomos” yang berarti peraturan atau pemerintahan atau hukum.
d) Prinsip Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan hak kepada
setiap orang (pasien).
Bioetik Islam memiliki prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip Tabligh
b. Prinsip Amanah
c. Prinsip Ukhuwah
d. Prinsip Fathonah
e. Prinsip Ikhlas
f. Prinsip Kaffah
g. Prinsip Sidq/Kejujuran
h. Prinsip Uswatun hasanah
i. Prinsip Rahmatalill’alamin
j. Prinsip Yakin
k. Prinsip Adil
l. Prinsip Daulat
m. Prinsip Istiqomah

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan pembahasan materi dan kekurangan yang lain, untuk hal itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi untuk penulis agar dalam penulisan
makalah kedepannya dapat disempurnakan lagi. Dan penulis berharap makalah ini juga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan S. Hukum Kesehatan-Rambu-rambu bagi Profesi Dokter. Edisi 3. Penerbit


Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang; 2005.
Darmadipura MS (ed). Kajian Bioetik 2005. Unit Bioetik Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga. Surabaya.
Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Penerbit buku EGC.
Jakarta; 1999.
Hanafiah MJ. Etika Kedokteran dan Ajaran Islam/ Penerbit Pustaka Bangsa Press.
Medan. 2008.
Jacobalis S. Pengantar tentang perkembangan ilmu kedokteran, etika medis dan
bioetika. Penerbit Sagung Seto. Cetakan I. Jakarta; 2005.

Anda mungkin juga menyukai