Anda di halaman 1dari 58

Manajemen Risiko

Identifikasi Risiko Rincian Item


Pekerjaan Pondasi Bore Pile
Reguler

Oleh :
I Nyoman Pancar Trikayana (1805511121)
I Ketut Sepi Antarayana (1805511122)
I Nengah Sulastawan (1805511130)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis selaku penyusun laporan ini dapat
menyelesaikannya dengan tepat waktu. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih
banyak kepada semua pihak yang sudah membantu penulis.

Penulis selaku penyusun makalah ini tentunya sangat berharap agar makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca utamanya bagi mahasiswa Prodi Teknik Sipil Universitas
Udayana yang akan melakukan mengikuti mata kuliah Manajemen Risiko ini. Dan tidak
lupa juga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan dalam proses
penyempurnaan laporan ini.

Denpasar, November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II LANDASAN TEORI 3
2.1 Risiko 3
2.2 Manajemen Risiko 4
2.3 Pondasi Bore Pile 5
2.4 Tata Cara Penetapan Tingkat Resiko K3 Konstruksi Menurut PERMENPU
NOMOR: 05/PRT/M/2014 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………………….. 13
3.2 Prosedur Penelitian……………………………………………………………… 13
3.3 Sumber Data…………………………………………………………………….. 13
3.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………… 13
3.5 Teknik Analisis Data……………………………………………………………. 14
BAB IV PEMBAHASAN 15
4.1 Rincian pekerjaan Pondasi Bore Pile 15
4.2 Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile 21
BAB V PENUTUP 27
5.1 Simpulan 27
5.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Risiko kecelakaan kerja pada proyek konstruksi tinggi, namun program


keselamatan kerja masih kurang mendapat perhatian. Singh et al. (1999) menemui
beberapa hal yang menghalangi keberhasilan program keselamatan kerja antara lain:
perencanaan pekerjaan yang kurang baik, pelatihan keselamatan kerja yang tidak
dijalankan dengan baik, anggaran untuk keselamatan kerja yang tidak memadai,
investigasi dan evaluasi kecelakaan kerja yang terjadi tidak dijalankan sesuai prosedur
yang seharusnya. Berdasarkan kenyataan ini maka manajemen keselamatan kerja
menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan pada industri konstruksi termasuk di
Indonesia. Manajemen keselamatan kerja merupakan salah bagian dari manajemen
yang berfungsi mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara mengontrol terjadinya kecelakaan kerja
yang mempunyai risiko tinggi baik dalam hal akibatnya, kemungkinan terjadinya dan
kemudahan pendeteksiannya.

Pondasi adalah konstruksi struktur bawah yang memikul seluruh beban dari
bangunan untuk diteruskan ketanah. Cara penerusan beban oleh pondasi ketanah ada
yang berdasarkan daya dukung tanah. Kegagalan dipekerjaan pondasi akan
menyebabkan kegagalan diseluruh konstruksi bangunan. Untuk itu diperlukan
pemahaman gambar dan spesifikasi dengan baik. Pekerjaan pondasi pada umumnya
merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek konstruksi. Pada proses ini sebaiknya
dilakukan dengan hati-hati karena sangat menentukan stuktur atas nantinya. Fungsi
dari pondasi borepile sama dengan pondasi tiang pancang, tapi memiliki perbedan
pada proses pengerjaannya yaitu dimulai dengan pelubangan tanah sampai pada
kedalaman yang sudah direncanakan, kemudian pemasangan tulangan besi yang
dilanjutkan dengan pengecoran beton. Bored pile adalah alternatif lain apabila dalam
pelaksanaan pembuatan pondasi tidak memungkinkan untuk menggunakan tiang
pancang (spoon pile), dikarenakan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan
sekitar (getaran, kebisingan, dan lain-lain), lokasi yang sempit dan kondisi lain yang
dapat mengganggu atau mempengaruhi pekerjaan aktifitas disekitar proyek

1
pembangunan. Pada perhitungan pondasi bor pile ini direncanakan menggunakan
pondasi bor pile dengan diameter 0,3m. Karakteristik berdasarkan data uji N-SPT
yang didapat dari hasil penyelidikan tanah. Didapat tanah keras > 20m. Dalam
pembangunan Gedung Butik di Kawasan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado
Sulawesi Utara, Pada pekerjaan pondasi bored pile dibuat dengan memakai metode
wet boring (bor basah). Perencanaan pondasi bore pile mencakup rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan dengan berbagai tahapan yang meliputi studi kelayakan dan
perencanaan teknis. Semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu
konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis. Harapan dari pekerjaan pondasi bored
pile ini adalah tidak mengganggu aktifitas disekitar proyek pembangunan antara lain :
getaran, kebisingan, dan lainlain), lokasi yang sempit dan kondisi lain yang dapat
mengganggu atau mempengaruhi pekerjaan aktifitas disekitar proyek pembangunan
butik gunung langit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas terdapat beberapa
rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana rincian pekerjaan pondasi bore pile ?


2. Bagaimana identifikasi risiko pekerjaan pondasi bore pile ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas maka tujuan dari
penulisan laporan ini antara lain:

1. Mengetahui rincian dari pekerjaan pondasi bore pile.


2. Mengetahui risiko yang terjadi pada pekerjaan pondasi bore pile.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan laporan ini adalah
dapat menambah pengetahuan serta pemahaman bagi penulis dan pembaca mengenai
mata kuliah Manajemen Risiko yang membahas tentang rincian dari pekerjaan
pondasi bore pile, identifikasi risiko dari pekerjaan bore pile.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Risiko Proyek


Pelaksanaan konstruksi merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena
dalam pelasanaanya banyak bidang terlibat, sehingga tidak terlepas dari risiko – risiko
yang mungkin terjadi. Berdasarkan KBBI, risiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan ( merugikan, membahayakan ) dari suatu perbuatan atau tindakan.
Sehingga secara tidak langsung ketika berhubungan dengan kata – kata risiko
pandangan yang akan terlihat adalah efek negatif pada suatu kondisi. Jado dapat
dikatakan bahwa risiko adalah suatu potensi kejadian, yang dapat dihindari atau
dikurangi sekecil mungkin, agar dampaknya minimal sesuai yang kita rencanakan
atau yang dapat kita terima dalam batas toleransi yang diperkenankan, dan tidak
mengganggu terhadap sasaran – sasaran yang telah ditetapkan.
Pendekatan profesional terhadap risiko adalah dengan memahami, mengidentifikasi
dan mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan suatu proyek, proses ini
dinamakan penilaian risiko, langkah selanjutnya mempertimbangkan apa yang akan
dilakukan terhadap risiko yang telah diketahui dampaknya. Risiko mungkin
dialokasikan ke pihak lain atau kemungkinan suatu risiko dikurangi melalui asuransi
yang sesuai. Kesulurah tersebut dinamakan manajemen proyek
Risiko – risiko dalam proses kegiatan usaha terutama oleh kontraktor harus di manage
dengan baik agar semua kejadian dapat berlangsung sesuai dengan yang kita
harapkan. Perencanaan manajemen risiko sangat dibutuhkan untuk:
• Menghapuskan atau mengurangi kemungkinan suatu ancaman yang dapat terjadi
• Menghapuskan atau mengurangi dampak dari suatu ancaman jika ancaman
tersebut terjadi
• Memastikan atau meningkatkan kemingkinan dari suatu kesempatan yang dapat
terjadi
• Memastikan atau meningkatkan kemungkinan dari suatu kesempatan yang dapat
terjadi
• Peningkatan pengaruh dari suatu kesempatan jika kesempatan tersebut terjadi.

3
2.2 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah proses yang meliputi perencanaan manajemen risiko,
identifikasi risiko,perencanaan respon dan pemantauan dan kontrol proyek. Penerapan
manajemen risiko dengan sasaran yang meningkatkan probabilitas atau kemungkinan
kejadian – kejadian yang berdampak positif kepada sasaran utama proyek dan
mengurangi probabilitas kejadian – kejadian yang berdampak negatig kepada sasaran
utama proyek. Berdasarkan PMBOK Guide (2008), proses manajemen risiko proyek
meliputi:
a. Perencanaan manajemen risiko, merupakan proses dalan menentukan pendekatan
kepada proyek dan merencanakan kegiatan apa saja dalam manajemen risiko
dalam proyek
b. Identifikasi risiko, merupakan proses dalam menentukan kejadian – kejadian apa
saja yang berdampak buruk terhadap sasaran proyek
c. Analisis risiko kualitatif, melakukan analisa kualitatif risiko yang berdampak
buruk terhadap sasaran proyek sehingga dapat ditentukan yang bersifat dominan
terhadap sasaran proyek
d. Analisis risiko kuantitatif, melakukan analisa kuantitatif risiko yang digunakan
sebagai memastikan ketidakpastian dan konsekuensi risiko dan memperkirakan
implikasinya untuk sasaran proyek
e. Perencanaan respon identifikasi risiko, merencanakan prosedur – prosedur atau
strategi – strategi dalam mengurangi dampak buruk risiko – risiko yang akan
terjadi terhadap suatu proyek
f. Pengawasan dan pengendalian risiko, mengidentifikasi adanya kemungkinan
terjadinya risiko baru, dan mengevaluasi prosedur – prosedur respon risiko
terhadap sasaran proyek

4
2.3 Pondasi Bore Pile
Bore pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu,
baru kemudian diisi tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya, dipakai pada tanah
yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil
dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan
dinding lubang dan kemudian pipa ini ditarik keatas pada waktu pengecoran beton.
(Girsang,2009) Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan
untuk menahan tahanan dukung ujung tiang. Ada berbagai jenis pondasi bore pile
yaitu:
1. Bore pile lurus untuk tanah keras,
2. Bore pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel,
3. Bore pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapezium,
4. Bore pile lurus untuk tanah berbatu
Ada beberapa alasan digunakannya pondasi bore pile dalam konstruksi :
1. Bore pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap,
2. Kedalaman tiang dapat divariasikan,
3. Bore pile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjtnya,
4. Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada didekatnya, tetapi dengan penggunaan pondasi
bore pile hal ini dapat dicegah,
5. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang seblumnya
bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi borepile.
6. Selama pelaksanaan pondasi bore pile tidak ada suara yang ditimbulkan oleh alat
pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang.
7. Karena dasar dari pondasi bore pile dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya keatas.
8. Permukaan diatas dimana dasar bore pile didirikan dapat diperiksa secara langsung.
9. Pondasi bore pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.

Beberapa kelemahan dari pondasi bore pile :

5
1. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran, dapat
diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai keadaan cuaca
memungkinkan.
2. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau
tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan longsor.
3. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat
dikontrol dengan baik, maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie berjarak 25-50
cm dari dasar lubang pondasi.
4. Air yang mengalir kedalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah,
sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang, maka air yang
mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali kedalam kolam air.
5. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka
dipasang casing untuk mencegah kelongsoran.
6. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan material,
untuk pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak maka ukuran tiang
bore pile disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan.
7. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah terpenuhi,
kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna karena adanya
lumpur yang tertimbun didasar, maka dipasang pipa paralon pada tulangan bore
pile untuk pekerjaan base grouting.

Menurut Dr.ir.L.D.Wesley dalam bukunya Mekanika Tanah 1, pondasi dalam


seringkali diidentikkan sebagai pondasi tiang yaitu suatu struktur pondasi yang
mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan menyerap lenturan. Pondasi
tiang di buat menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang
yang terdapat dibawah konstruksi dengan tumpuan pondasi. Untuk keperluan
perencanaan, tiang dapat dibagi menjadi dua golongan:

a. Tiang yang tertahan pada ujung (end bearing pile atau point beraing pile).
Tiang semacan ini dimasukkan sampai lapisan tanah keras, sehingga daya
dukung tanah untuk pondasi ini lebih ditekankan pada tahanan ujungnya.
Untuk tiang tipe ini harus diperhatikan bahwa ujung tiang harus terletak pada
lapisan keras. Lapisan keras ini boleh dari bahan apapun, meliputi lempung
keras sampai batuan keras.

6
b. Tiang yang tertahan oleh peletakan antara tiang dengan tanah (friction pile)
kadang - kadang ditemukan keadaan tanah dimana lapisan keras sangat dalam
sehingga pembuatan tiang sampai lapisan tersebut sukar dilaksanakan. Maka
untuk menahan beban yang diterima tiang, mobilisasi tahanan sebagian besar
ditimbulkan oleh gesekan antara tiang dengan tanah (skin friction). Tiang
semacam ini disebut friction pile atau juga sering disebut sebagai tiang
terapung (floating piles). Pondasi dalam sering dibuat dalam bentuk tiang
pancang maupun kaison (D/B≥4). Menurut Nakazawa (2000) bentuk datar dari
kaison adalah lingkaran, bulat telur atau segi empat. Bentuk ini ditentukan
oleh bentuk dan ukuran bangunan dan skala beban, tetapi umumnya dianggap
sebanding dengan bentuk dasar bangunan. 10 Pondasi dalam adalah pondasi
yang meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh
dari permukaan dengan kedalaman Df/B, seperti:
c. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi yang merupakan peralihan
antara pondasi dangkal dan pondasi tiang , digunakan bila tanah dasar yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam, dimana pondasi sumuran nilai
kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan pondasi dangkal
Df/B ≤ 1.
d. Pondasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada kedalaman
yang normal tidak mampu mendukung bebannya dan tanah kerasnya terletak
pada kedalaman yang sangat dalam . Pondasi tiang umumnya berdiameter lebih
kecil dan lebih panjang dibanding dengan pondasi sumuran.

Menurut, Hardiyatmo (2002), jika tiang pancang dipasang dengan cara dipukul
ke dalam tanah, tiang bor dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah
terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan tulangan yang telah dirangkai ke dalam
lubang bor dan kemudian dicor beton. Untuk memperoleh tahanan ujung yang tinggi,
kadang-kadang tiang bor diperbesar pada ujungnya.

7
Gambar Pondasi Bore Pile

Kapasitas daya dukung dari data SPT, (Meyerhof)

Qu = Qb + Qs

Keterangan:

Qu = Daya dukung ultimit tiang

Qb = Daya dukung ujung tiang

Qs = Daya dukung selimut tiang

perhitungan daya dukung ujung tiang (Qb)

perhitungan daya dukung ujung tiang berdasarkan data N-SPT menggunakan rumus.

Qb = Ab x (38N_) x Lb/d ≤ Ab x (380N_)

Dimana :

Qb = daya dukung ultimit ujung tiang (KN)

Ab = luas penampang ujung tiang bor (m²)

8
N_ = rata-rata nilai N-SPT dari daerah antara 8D di atas ujung tiang dan 4D
dibawah ujung tiang.

D = diameter pondasi

Lb = kedalaman penetrasi tiang pada lapisan ujung tahanan.

Perhitungan harus sudah dikalikan factor sensifitas CN 0, sampai 1,0.

Metode Pelaksanaan Pondasi Bored Pile

Pada prinsipnya pekerjaan pembuatan pondasi tiang bor dalam dua tahapan, yaitu
tahap pengeboran dan tahap pembuatan tiang yang pelaksanaanya harus dikelola secara
terpadu sehingga dapat dihasilkan pondasi dengan mutu yang optimal. Selanjutnya akan
dijelaskan prosedur pelaksanaan pondasi bor pile:

➢ Pengeboran Sistem Basah


Pengeboran dengan Sistem Basah ini digunakan apabila diketahui level mata
air tanah cukup tinggi sehingga untuk mengantisipasi keluarnya air di konstruksi
lubang bor. Pelaksanaan pondasi tiang bor (bored pile) dengan Sistem Basah dapat
dilaksanakan dengan beberapa sistem (cara) pengeboran yaitu :
1. Pengeboran Sistem Basah dengan menggunakan Temporary Casing
Casing digunakan jika jenis tanah di lapangan beresiko runtuh/ longsor di lubang
hasil bor sehingga akan menutup lubang tersebut.
2. Pengeboran Sistem Basah tanpa Casing
Untuk jenis tanah yang cukup kuat dan padat dimana resiko longsor / runtuh bisa
diabaikan, maka tidak diperlukan Casing.
➢ Pengeboran Sistem Kering Pelaksanaan pondasi tiang bor (bored pile) dengan Sistem
Kering dapat dilaksanakan dengan beberapa sistem (cara) pengeboran yaitu :
1. Pengeboran Sistem Kering dengan menggunakan Temporary Casing
Casing digunakan jika jenis tanah di lapangan beresiko runtuh/ longsor di lubang
hasil bor sehingga akan menutup lubang tersebut.
2. Pengeboran Sistem Kering tanpa Casing
Untuk jenis tanah yang cukup kuat dan padat dimana resiko longsor / runtuh bisa
diabaikan, maka tidak diperlukan Casing.

9
Dalam perencanaan suatu konstruksi gedung diperlukan aturan serta teori dan ilmu
tentang kekuatan bahan serta berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia. Ilmu secara teoritis saja tidaklah cukup karena analisis teori hanya pada
idealisme struktur, sedangkan gaya-gaya yang terhitung hanya merupakan pendekatan
dari keadaan yang sebenarnya. Perencanaan adalah bagian yang penting dari
pembangunan suatu konstruksi bangunan dan perencanaan dari suatu konstruksi
bangunan harus memenuhi berbagai syarat konstruksi yang telah ditentukan, yaitu
kuat, kaku, kokoh, bentuk yang serasi dan dilaksanakan dengan biaya yang ekonomis
tetapi tidak mengurangi mutu dari bangunan tersebut.
Perhitungan struktur bangunan gedung ini berpedoman pada peraturan-peraturan yang
berlaku di Indonesia, diantaranya:
1. Peraturan Pembebanan Bangunan untuk Rumah dan Gedung ( PPUGI, 1983 ).
Pedoman ini digunakan untuk menentukan beban yang diizinkan untuk
merencanakan bangunan rumah serta gedung. Ketentuan ini memuat beban-beban
yang harus diperhitungkan dalam perencanaan bangunan.
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SNI 03-2847-
2002 ). Dalam tata cara ini terdapat persyaratan-persyaratan dan ketentuan dalam
teknis perencanaan, serta pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung
sebagai pedoman atau acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk
mendapatkan struktur yang aman dan ekonomis
3. Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Departemen
Pekerjaan Umum RI oleh Istimawan Dipohusodo.1996.
4. . Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15- 1991-03
oleh W.C.Vis dan Gideon Kusuma.
5. Analisis dan Desain Pondasi Edisi Keempat Jilid 2 oleh Joseph E.Bowles.

Suatu struktur gedung harus direncanakan kekuatannya terhadap pembebanan,


pembebanan didapat berdasarkan bahan bangunan dan komponen gedung. Adapun
jenis pembebanan tersebut antara lain :

1. Beban mati
Beban Mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaianpenyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
2. Beban hidup

10
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
suatu gedung, dan termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-
barang yang dapat diganti selama masa dari gedung itu, sehingga mengakibatkan
adanya perubahan dalam 9 pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada
atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat
genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air
3. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung dan bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban memperhitungkan
adanya tekanan positif dan negatif yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang
yang ditinjau. Beban angin menganggap adanya tekanan positif ( pressure ) dan
tekanan negatif/isapan ( suction ) bekerja tegak lurus bidang yang ditinjau.
4. Beban khusus
Beban Khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan
pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya
rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari
mesin-mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.(SNI-03-1727-1989-F)

Dalam pekerjaan suatu konstruksi bangunan, diperlukan beberapa metode


perhitungan. Agar hasil dari perhitungan dapat menjadi acuan dan konstruksi dapat
menahan beban dengan sempurna, baik itu beban sendiri maupun pembebanan lainnya

2.4 Tata Cara Penetapan Tingkat Resiko K3 Konstruksi Menurut PERMENPU


NOMOR: 05/PRT/M/2014

Risiko K3 Konstruksi adalah ukuran kemungkinan kerugian terhadap keselamatan


umum, harta benda, jiwa manusia dan lingkungan yang dapat timbul dari sumber
bahaya tertentu yang terjadi pada pekerjaan konstruksi.

• Penilaian Tingkat Risiko K3


Konstruksi dapat dilakukan dengan memadukan nilai kekerapan/frekuensi terjadinya
peristiwa bahaya K3 dengan keparahan/ kerugian/ dampak kerusakan yang
ditimbulkannya.

Penentuan nilai kekerapan atau frekuensi terjadinya Resiko K3 Konstruksi seperti


dinyatakan dengan nilai pada tabel 3.

11
• Penentuan nilai keparahan atau kerugian atau dampak kerusakan akibat Risiko K3
Konstruksi seperti dinyatakan dengan nilai pada Tabel 4.

• Tingkat Resiko K3 Konstruksi (TR) adalah hasil perkalian antara nilai kekerapan
terjadinya Resiko K3 Konstruksi dengan nilai keparahan yang ditimbulkan (A).

Hasil Perhitungan Tingkat Resiko K3 Konstruksi.

Cara perhitungan tingkat keparahan dihitung berdasarkan rata-rata tingkat keparahan


pada orang, harta benda, lingkungan, dan keselamatan umum. Untuk tingkat
keparahan pada orang yang mengakibatkan kematian maka nilai tingkat keparahan
adalah 3 (berat) tanpa harus memperhitungkan nilai rata-rata.

• Apabila setelah dilakukan upaya-upaya pengendalian Risiko K3, masih


menyisakan Risiko K3 Tinggi, maka diperlukan upaya pengendalian tambahan.

12
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Pada penelitian ini kami menggunakan jenis/pendekatan penelitian yang berupa Studi
Kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai
macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-
kisah sejarah, dsb (Mardalis:1999).

Studi kepustakaan juga dapat mempelajari beberbagai buku referensi serta hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori
mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono:2006). Studi kepustakaan juga berarti
teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur,
catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan
(Nazir:1988). Sedangkan menurut ahli lain studi kepustakaan merupakan kajian
teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai
dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono:2012).

3.2 Prosedur Penelitian


Adapun langkah-langkah dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau (2002)
adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan topik
2. Eksplorasi informasi
3. Menentukan fokus penelitian
4. Pengumpulan sumber data
5. Persiapan penyajian data
6. Penyusunan laporan
3.3 Sumber Data
Sumber data yang menjadi bahan akan penelitian ini berupa buku, jurnal dan situs
internet yang terkait dengan topik yang telah dipilih. Sumber data penelitian ini terdiri
dari 9 jurnal tentang Identifikasi Risiko Proyek Konstruksi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel,
jurnal dan sebagainya (Arikunto, 2010).

13
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi
(Content Analysis). Analisis ini digunakan untuk mendapatkan inferensi yang valid
dan dapat diteliti ulang berdasarkan konteksnya (Kripendoff, 1993). Dalam analisis ini
akan dilakukan proses memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah
berbagai pengertian hingga ditemukan yang relevan (Serbaguna, 2005). Untuk
menjaga kekekalan proses pengkajian dan mencegah serta mengatasi mis – informasi
( Kesalahan pengertian manusiawi yang bisa terjadi karena kekurangan penulis
pustaka) maka dilakukan pengecekan antar pustaka dan memperhatikan komentar
pembimbing (Sutanto, 2005).

14
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Rincian Pekerjaan Pondasi Bore Pile

Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah
sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang sama
dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara
keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya. Jasa pelaksanaan pondasi bore
pile diawali dari pembuatan lubang di tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu
kemudian penginstalan besi tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan
pengecoran bor pile dengan tremi.

Ada beragam jenis alat dan cara untuk pelaksanaan pembuatan pondasi bore pile,
diantaranya :
Alat Bore Pile mini crane
Dengan menggunakan alat / mesin bore mini crane bisa dilakukan pengeboran dengan
diameter 30cm sampai 60cm dengan pilihan kedalaman 6meter sampai 24meter

15
bahkan lebih. Yaitu dengan cara menggunakan wash borring / bor basah. Wash
borring membutuhkan air yang cukup banyak untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan bore pile. Dalam bangunan gedung, jembatan, tower dan bangunan lainnya
yang di dirikan tentunya membutuhkan pondasi yang kuat dan kokoh. Apa bila
kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan beban bangunan, maka beban
harus di lanjutkan ke lapisan tanah keras di bawahnya memakai konstruksi pondasi
dalam berupa tiang pancang atau bore pile .
Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang luas dimana getaran
yang ditimbulkan pada saat pengerjaan pemancangan tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya, Namun jika bangunan tersebut di dirikan di lokasi yang dekat bangunan
yang ada di sekitar, maka getaran yang ditimbulkan akan menjadi sebuah kendala,
karena dalam pelaksanaanya sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan di
sekitarnya. Dengan kondisi sedemikian rupa pemakaian pondasi jenis bore
pile merupakan pilihan pondasi yang tepat. Proyek besar dimana sarana
transportasinya mendukung, dalam pembuatan bore pile sering digunakan alat berat
berupa crane. Namun untuk proyek kecil apalagi jika sarana transportasinya kurang
mendukung, maka penggunaan crane sering mengalami kendala karena untuk
mobilisasinya dibutuhkan dana yang cukup besar, sehingga biaya operasional menjadi
tidak ekonomis lagi.

Keunggulan Bore Pile Mini Crane :


➢ Praktis Saat mobilisasinya.
➢ Mudah Dalam pengoperasianya.
➢ Tidak Menimbulkan getaran terhadap lingkungan sekitar.
➢ Memenuhi syarat teknik dan spesifikasi bangunan.
Hal ini sangat penting, terutama untuk pembuatan pondasi di daerah perkotaan
yang bangunannya cukup rapat dan tidak memungkinkan adanya pelaksanaan
pemancangan.

16
Kemampuan mesin Bore Pile Mini Crane :
➢ Dapat Melakukan pengeboran dari diameter 30 cm sampai dengan 60 cm.
➢ Kedalaman Dapat mencapai 24 meter atau sampai kedalaman tanah keras di
daerah tersebut sesuai data soundir.
➢ Dapat dioperasikan dengan dua cara, sistem wash borring maupun sistem dry
drilling.
Kecepatan pelaksanaan pekerjaan tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut:
➢ Kondisi lapisan tanah setempat.
➢ Lokasi kerja ( bobokan pondasi lama,dan bekas instalasi lainya pada bangunan
lama, dll)
➢ Kelancaran droping material.
➢ Kesiapan pembuangan limbah hasil pengeboran.

17
Proses Pengeboran

1. Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat
setiap interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman
yang ditentukan.
2. Pengeboran dengan sistem bor basah / wash borring : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai kebutuhan yang memiliki
kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan
mudah runtuh dapat diberi chasing sementara terlebih dahulu untuk
menghindari kelongsoran dinding lubang hasil pengeboran. Pengikisan
tanah dibantu dengan tembakan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan
dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur
dan terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana,
pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban
penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan
tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini
berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang
bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan
bersihnya lubang pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.

18
Pembersihan Lubang Bor

Tahap kedua adalah pembersihan lubang bor pile dari lumpur pekat yang
terjadi. Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih kusus dengan ukuran
yang sesuai dengan diameter lubang bor.
Pemasangan Besi Beton dan Pipa Tremi
Tahap ketiga adalah pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran.
Kerangka baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel dan power
winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati
agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. Baja tulangan yang telah
dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang lubang bor.
Bila kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan
dengan diikat dengan kawat beton dengan panjang overlap 50-60cm atau sesuai pada
gambar yang di sediakan.
Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi harus di masukkan kedalam
lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor. Bila pada waktu pemasangan
baja tulangan terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka
diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head kombinasi diameter 6 "ke
diameter 2". Dengan memompa air kedalam stang bor dan pipa tremi, maka
reruntuhan dan tanah yang menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan kembali.
Pengecoran Bore Pile
Tahap keempat adalah pekerjaan pengecoran bore pile ke dalam lubang bor.

19
1. Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengboran di awal
pengecoran, maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan beton dan
diikat dengan kawat beton kemudian digantung di bagian dalam lubang
tremi satu meter kebawah dari corong pipa tremi.
2. Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18+-2cm ditampung di
dalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton
setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton
mendorong lumpur yang ada di dalam lubang tremi. Pengecoran dilakukan
secara terus-menerus untuk menghidari kemacetan pada pipa
tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang
dengan mendorong air / lumpur dari bawah menuju keluar lubang.
3. Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton sehingga
beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk
memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, maka harus dilakukan
hentakan-hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di
dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus
menerus agar corong tidak kosong.

20
4. Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus
dalam keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah
adukan beton yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur.
5. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran
dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk
dipakai pada titik bor selanjutnya.
Note: slump beton untuk pengecoran bored pile yaitu 18+-2cm supaya beton dapat
mengisi lubang secara maksimal dan untuk mempermudah proses pengecoean bored
pile atau supaya beton tidak terhenti di dalam pipa tremi

4.2 Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile


1. Pekerjaan Persiapan
• Kaki Tergores
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

• Pekerja Terperosok
Likelyhood :2
Consequence :2
Tingkat Risiko : 2 x 2 = 4 (sedang)

• Terkena Alat Pembersihan


Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

• Mata Terpapar Partiket


Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

• Tersandung Batu
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

2. Membawa Alat ke Tempat Pekerjaan


• kecelakaan pengemudi
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
• jatuhnya alat dari towing
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)

21
• kendaraan terjebak di lumpur
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

• pekerja tertabrak truk


Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)

3. Perakitan Crane
• Tertimpa crane
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
• terjepit tiang crane
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• tergores besi
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
• terjatuh dari ketinggian
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 9 (tinggi)
• crane roboh
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
4. Pemasangan Alat Bor
• tertimpa alat bor
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• alat bor jatuh dan rusak
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
5. Proses Pengeboran
• terpeleset kedalam lubang
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
• terkena material pengeboran

22
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
• lubang tertimbun longsoran
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
6. Pembersihan Lubang Bor
• pekerja jatuh ke lubang
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)
• mata pekerja terkena partikel
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
• tertimbun longsoran
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• tergores benda tajam
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
7. Penyimpanan Besi
• besi berkararat
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
• besi tidak sesuai
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

8. Pembuatan Sengkang
• tangan tertusuk dan tergores
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

• terjepit besi
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

9. Pemasangan Besi Tulangan Beton


• kaki tersandung besi
Likelyhood :1

23
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x2 = 2 (rendah)

• Tangan tertusuk besi


Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

• kaki tergores dan tertusuk besi


Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tingi)

10. Pencampuran/pengadukan Beton


• proporsi tidak sesuai
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• tertimpa material kerikil
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
• mata terkena pasir
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
• menghirup bahan semen
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
11. Pengangkutan Beton
• beton mengeras saat diangkut
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• beton tumpah saat diangkut
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
12. Pengecoran Bore Pile
• pengecoran tidak sesuai tempat dan spesifikasi
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• tertimpa beton cor
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)

24
13. Pemadatan Beton
• alat pemadatan rusak
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
• beton mengering sebelum dipadatkan
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
14. Perataan Beton
• beton terinjak saat belum kering
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
• permukaan tidak halus dan rata
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
15. Pelepasan Alat-alat
• tertimpa alat
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko :2 x 3 = 6 (tinggi)
• kepala di jatuhi bagian alat
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)
• alat rusak akibat roboh
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Pondasi Bore Pile adalah jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu
berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai
lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang sama dengan
pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara keduanya adalah
pada cara pelaksanaan pengerjaanya. Jasa pelaksanaan pondasi bore pile diawali dari
pembuatan lubang di tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu kemudian
penginstalan besi tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan pengecoran bor
pile dengan tremi.
Proses Pengeboran :
1. Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat
setiap interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman
yang ditentukan.
2. Pengeboran dengan sistem bor basah / wash borring : Tanah di bor dengan
menggunakan mata bor cross bit ex design sesuai kebutuhan yang memiliki
kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan
mudah runtuh dapat diberi chasing sementara terlebih dahulu untuk
menghindari kelongsoran dinding lubang hasil pengeboran. Pengikisan
tanah dibantu dengan tembakan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan
dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur
dan terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana,
pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban
penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan
tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini
berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang
bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan
bersihnya lubang pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik.

5.2 Saran

Makalah / paper ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mohon dari
bapak dosen pengajar serta pembaca makalah ini untuk memberikan saran dan
masukan untuk makalah/paper ini. Untuk kedepannya bisa lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah seperti ini, banyak sumber yang kami akses untuk melengkapi
data dalam makalah ini, jadi mungkin banyak hal yg serupa denga nisi dari makalah
ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Metode Pelaksanaan Pondasi Bore Pile - Konstruksi Sipilwww.beritakonstruksi.com


3113105037-Undergraduate_Thesis.pdfrepository.its.ac.id
IDENTIFIKASI RISIKO KETERLAMBATAN PEKERJAAN PONDASI BORE
PILE DIAMETER 1000 MM PADA PROYEK GEDUNG NINES PLAZA &
RESIDENCE AT CBD SERPONG - UMB Repositoryrepository.mercubuana.ac.id
Cara Pelaksanaan Pondasi Bore Pile | BORE PILE pondasiwww.borepile.info
Metode Pelaksanaan Pondasi Bore Pile ~ Ilmu Dasar Teknik
Sipiljharwinata.blogspot.com
104232-ID-manajemen-risiko-keselamatan-dan-kesehat.pdfmedia.neliti.com
Kelebihan Pondasi Bored Pile dan Metode Pemasangannya | Pengadaan
(Eprocurement)

27
LAMPIRAN

N SUMBER BAHAYA RISIKO Metode mitigasi Cara mitigasi


O. (HAZARD) berbasis pelaksanaan PENCEGAHAN PENANGGULA
jenis pekerjaan proyek pekerjaan proyek NGAN
konstruksi
1. Pekerjaan Persiapan Kaki Tergores Menggunakan P3K Dan Klinik
Sepatu Safety
Pekerja menggunakan
Terperosok APD
Terkena Alat memakai kaca
Pembersihan mata
Mata Terpapar
Partiket
Tersandung Batu
2 Membawa Alat ke kecelakaan berhati-hati rumah sakit
Tempat Pekerjaan pengemudi dalam terdekat
berkendara
jatuhnya alat menggunakan
dari towing APD
kendaraan mengikuti
terjebak di prosedur SOP
lumpur
pekerja
tertabrak truk
3 Perakitan Crane tertimpa crane menggunakan P3K dan klinik
APD
terjepit tiang mengikuti rumah sakit
crane Prosedur K3 terdekat
tergores besi mastikan baut
terpasang
dengan kencang
terjatuh dari
ketinggian
crane roboh
4 Pemasangan Alat Bor tertimpa alat bor menggunakan rumah sakit
Helm
alat bor jatuh
dan rusak
5 Proses Pengeboran terpeleset mengunakan P3K dan klinik
kedalam lubang pakaian safety
terkena material menggunakan
pengeboran masker
lubang tertimbun
longsoran
6 Pembersihan Lubang pekerja jatuh ke mengikuti klinik dan rumah
Bor lubang prosedur K3 sakit

28
mata pekerja berhati-hati
terkena partikel dalam bekerja
tertimbun
longsoran
tergores benda
tajam
7 penyimpanan besi besi berkararat pengecatan pengembalian ke
toko
besi tidak sesuai pengecekan
8 Pembuatan Sengkang tangan tertusuk memakai sarung P3K
dan tergores tangan
terjepit besi
9 Pemasangan Besi kaki tersandung memakai sepatu p3k dan klinik
Tulangan Beton besi safety
Tangan tertusuk memakai sarung
besi tangan
kaki tergores dan
tertusuk besi
10 Pencampuran/pengadu proporsi tidak memakai membersihkan
kan Beton sesuai masker saluran
tertimpa material memakai helm pernapasan atau
kerikil proyek rumah sakit
mata terkena P3K
pasir
menghirup
bahan semen
11 Pengangkutan Beton beton mengeras memperhitungk
saat diangkut an waktu
beton tumpah
saat diangkut
12 Pengecoran Bore Pile pengecoran tidak melakukan
sesuai tempat pengawasan
dan spesifikasi saat pengecoran
tertimpa beton
cor
13 Pemadatan Beton alat pemadatan memperhitungk
rusak an waktu
beton mengering pemadatan
sebelum beton
dipadatkan
14 Perataan Beton beton terinjak mengawasi
saat belum beton saat
kering belum kering
permukaan tidak
halus dan rata
15 Pelepasan Alat-alat tertimpa alat menggunakan rumah sakit
APD terdekat
kepala di jatuhi mengguakan
bagian alat Helm

29
alat rusak akibat mengikuti SOP ganti rugi
roboh

30
SELAMAT SIANG
MANAJEMEN RESIKO

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
BORE PILE
RESIKO KECELAKAAN PADA
PEKERJAAN BORE PILE
KELOMPOK 3

I Ketut Sepi Antarayana I Nyoman panchar Trikayana I Nengah Sulastawanan


1805511130
1805511122 1805511121
Pengertian Pondasi Bore Pile
jenis pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu berfungsi meneruskan beban struktur
bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile
memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di
antara keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya.
Alat Bore Pile mini crane
Dengan menggunakan alat / mesin bore mini crane bisa
dilakukan pengeboran dengan diameter 30cm sampai 60cm dengan
pilihan kedalaman 6meter sampai 24meter bahkan lebih. Yaitu dengan
cara menggunakan wash borring / bor basah. Wash
borring membutuhkan air yang cukup banyak untuk mempermudah
pelaksanaan pekerjaan bore pile.

Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang luas


dimana getaran yang ditimbulkan pada saat pengerjaan pemancangan
tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, Namun jika bangunan
tersebut di dirikan di lokasi yang dekat bangunan yang ada di sekitar,
maka getaran yang ditimbulkan akan menjadi sebuah kendala, karena
dalam pelaksanaanya sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan
di sekitarnya. Dengan kondisi sedemikian rupa pemakaian pondasi
jenis bore pile merupakan pilihan pondasi yang tepat.
Alat Bore Pile mini crane
Keunggulan Bore Pile Mini Crane :
 Praktis Saat mobilisasinya.
 Mudah Dalam pengoperasianya.
 Tidak Menimbulkan getaran terhadap lingkungan sekitar.
 Memenuhi syarat teknik dan spesifikasi bangunan.
Hal ini sangat penting, terutama untuk pembuatan pondasi di daerah perkotaan yang bangunannya cukup
rapat dan tidak memungkinkan adanya pelaksanaan pemancangan.

Kemampuan mesin Bore Pile Mini Crane :


 Dapat Melakukan pengeboran dari diameter 30 cm sampai dengan 60 cm.
 Kedalaman Dapat mencapai 24 meter atau sampai kedalaman tanah keras di daerah tersebut sesuai data soundir.
 Dapat dioperasikan dengan dua cara, sistem wash borring maupun sistem dry drilling.
Kecepatan pelaksanaan pekerjaan tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut:
 Kondisi lapisan tanah setempat.
 Lokasi kerja ( bobokan pondasi lama,dan bekas instalasi lainya pada bangunan lama, dll)
 Kelancaran droping material.
 Kesiapan pembuangan limbah hasil pengeboran.
Proses Pengeboran

1. Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor spiral.
Dengan cara memutar mata bor dan diangkat setiap interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang
sampai kedalaman yang ditentukan.
2. Pengeboran dengan sistem bor basah / wash borring : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor cross
bit ex design sesuai kebutuhan yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika
tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat diberi chasing sementara terlebih dahulu untuk menghindari
kelongsoran dinding lubang hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air lewat
lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80
Pembersihan Lubang Bor
Tahap kedua adalah pembersihan lubang bor pile dari lumpur pekat yang terjadi. Pembersihan harus
dilakukan dengan alat pembersih kusus dengan ukuran yang sesuai dengan diameter lubang bor.

Pemasangan Besi Beton dan Pipa Tremi


Tahap ketiga adalah pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran.
Kerangka baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi
tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan
lubang bor.Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan potongan tulangan melintang
lubang bor.
Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi harus di masukkan kedalam lubang dengan
panjang sesuai kedalaman lubang bor. Bila pada waktu pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan
terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head
kombinasi diameter 6 "ke diameter 2". Dengan memompa air kedalam stang bor dan pipa tremi, maka
reruntuhan dan tanah yang menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan kembali.
Pengecoran Bore Pile
Tahap keempat adalah pekerjaan pengecoran bore pile ke dalam lubang bor.

1. Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengboran di awal pengecoran,
maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton
kemudian digantung di bagian dalam lubang tremi satu meter kebawah dari corong pipa
tremi.
2. Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18+-2cm ditampung di dalam corong
tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton setelah cukup penuh bola
kantong plastik dilepas sehingga beton mendorong lumpur yang ada di dalam lubang
tremi. Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk menghidari kemacetan pada pipa
tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang dengan mendorong
air / lumpur dari bawah menuju keluar lubang.
3. Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton sehingga beton tidak dapat
mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa
tremi, maka harus dilakukan hentakan-hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu
tertanam di dalam adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus
menerus agar corong tidak kosong.
Pengecoran Bore Pile
4. Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus dalam
keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang
naik ke permukaan telah bersih dari lumpur.
5. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran dibersihkan dari
sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik bor
selanjutnya.
Note: slump beton untuk pengecoran bored pile yaitu 18+-2cm supaya beton dapat
mengisi lubang secara maksimal dan untuk mempermudah proses pengecoean bored pile
atau supaya beton tidak terhenti di dalam pipa tremi
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
1. Pekerjaan Persiapan  Mata Terpapar Partiket
 Kaki Tergores Likelyhood :1
Likelyhood :1 Consequence :3
Consequence :2 Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 Tersandung Batu
 Pekerja Terperosok Likelyhood :1
Likelyhood :2 Consequence :2
Consequence :2 Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
Tingkat Risiko : 2 x 2 = 4 (sedang)

 Terkena Alat Pembersihan


Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
2. Membawa Alat ke Tempat Pekerjaan
 kecelakaan pengemudi
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
 jatuhnya alat dari towing
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)

 kendaraan terjebak di lumpur


Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

 pekerja tertabrak truk


Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
3. Perakitan Crane  crane roboh
 Tertimpa crane Likelyhood :1
Likelyhood :2 Consequence :3
Consequence :3 Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
 terjepit tiang crane
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 tergores besi
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 terjatuh dari ketinggian
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 9 (tinggi)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile

4. Pemasangan Alat Bor


 tertimpa alat bor
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 alat bor jatuh dan rusak
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
5. Proses Pengeboran
 terpeleset kedalam lubang
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
 terkena material pengeboran
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 lubang tertimbun longsoran
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
6. Pembersihan Lubang Bor
 pekerja jatuh ke lubang
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)
 mata pekerja terkena partikel
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
 tertimbun longsoran
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 tergores benda tajam
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
7. Penyimpanan Besi
 besi berkararat
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 besi tidak sesuai
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

8. Pembuatan Sengkang
 tangan tertusuk dan tergores
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)

 terjepit besi
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
9. Pemasangan Besi Tulangan Beton
 kaki tersandung besi
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x2 = 2 (rendah)

 Tangan tertusuk besi


Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)

 kaki tergores dan tertusuk besi


Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tingi)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
10. Pencampuran/pengadukan Beton
 proporsi tidak sesuai
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 tertimpa material kerikil
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 mata terkena pasir
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 menghirup bahan semen
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
11. Pengangkutan Beton
 beton mengeras saat diangkut
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 beton tumpah saat diangkut
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
12. Pengecoran Bore Pile
 pengecoran tidak sesuai tempat dan spesifikasi
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 tertimpa beton cor
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko : 2 x 3 = 6 (tinggi)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
13. Pemadatan Beton
 alat pemadatan rusak
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
 beton mengering sebelum dipadatkan
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
14. Perataan Beton
 beton terinjak saat belum kering
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
 permukaan tidak halus dan rata
Likelyhood :1
Consequence :2
Tingkat Risiko : 1 x 2 = 2 (rendah)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile
15. Pelepasan Alat-alat
 tertimpa alat
Likelyhood :2
Consequence :3
Tingkat Risiko :2 x 3 = 6 (tinggi)
 kepala di jatuhi bagian alat
Likelyhood :3
Consequence :3
Tingkat Risiko : 3 x 3 = 9 (tinggi)
 alat rusak akibat roboh
Likelyhood :1
Consequence :3
Tingkat Risiko : 1 x 3 = 3 (sedang)
Identifikasi Risiko Pekerjaan Pondasi Bore Pile

SUMBER BAHAYA (HAZARD) berbasis RISIKO pelaksanaan Metode mitigasi Cara mitigasi
NO.
jenis pekerjaan proyek konstruksi pekerjaan proyek PENCEGAHAN PENANGGULANGAN

1. Pekerjaan Persiapan Kaki Tergores Menggunakan Sepatu Safety P3K Dan Klinik

Pekerja Terperosok menggunakan APD


Terkena Alat Pembersihan memakai kaca mata
Mata Terpapar Partiket
Tersandung Batu
2
Membawa Alat ke Tempat Pekerjaan kecelakaan pengemudi berhati-hati dalam berkendara rumah sakit terdekat
jatuhnya alat dari towing menggunakan APD
kendaraan terjebak di lumpur mengikuti prosedur SOP
pekerja tertabrak truk
3 Perakitan Crane tertimpa crane menggunakan APD P3K dan klinik
terjepit tiang crane mengikuti Prosedur K3 rumah sakit terdekat
mastikan baut terpasang
tergores besi dengan kencang
terjatuh dari ketinggian
crane roboh
4 Pemasangan Alat Bor tertimpa alat bor menggunakan Helm rumah sakit
alat bor jatuh dan rusak
5 Proses Pengeboran terpeleset kedalam lubang mengunakan pakaian safety P3K dan klinik
terkena material pengeboran menggunakan masker
lubang tertimbun longsoran
6 Pembersihan Lubang Bor pekerja jatuh ke lubang mengikuti prosedur K3 klinik dan rumah sakit

mata pekerja terkena partikel berhati-hati dalam bekerja


tertimbun longsoran
tergores benda tajam
7 penyimpanan besi besi berkararat pengecatan pengembalian ke toko
besi tidak sesuai pengecekan

8
Pembuatan Sengkang tangan tertusuk dan tergores memakai sarung tangan P3K
terjepit besi
9 Pemasangan Besi Tulangan Beton kaki tersandung besi memakai sepatu safety p3k dan klinik
Tangan tertusuk besi memakai sarung tangan

kaki tergores dan tertusuk besi


10 Pencampuran/pengadukan Beton proporsi tidak sesuai memakai masker
membersihkan saluran pernapasan
tertimpa material kerikil memakai helm proyek atau rumah sakit
mata terkena pasir P3K
menghirup bahan semen

11
Pengangkutan Beton beton mengeras saat diangkut memperhitungkan waktu
beton tumpah saat diangkut

12 pengecoran tidak sesuai tempat dan melakukan pengawasan saat


Pengecoran Bore Pile spesifikasi pengecoran
tertimpa beton cor
13 Pemadatan Beton alat pemadatan rusak

beton mengering sebelum memperhitungkan waktu


dipadatkan pemadatan beton

14 mengawasi beton saat belum


Perataan Beton beton terinjak saat belum kering kering

permukaan tidak halus dan rata


15 Pelepasan Alat-alat tertimpa alat menggunakan APD rumah sakit terdekat
kepala di jatuhi bagian alat mengguakan Helm
alat rusak akibat roboh mengikuti SOP ganti rugi
SEKIAN DARI KLOMPOK 3

TRIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai