Anda di halaman 1dari 2

NAMA: Agung Gilang Pratama

NIM : 19410471
Tugas Hukum adat

1. Ritual adat yang ditampilkan dalam video tersebut dinamakan kirab pusaka satu suro.

2. Sejarah berdirinya Keraton Surakarta tidak terlepas dari Kerajaan Mataram. Kerajaan
tersebut didirikan oleh Panembahan Senapati Ing Ngalogo pada tahun 1575 dan menjadi
sultan pertama. Kerajaan Mataram berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya
pada masa Sultan Agung pada tahun 1613-1645. Berawal dari Kerajaan Mataram yang
kemudian melahirkan keturunan dinasti berikutnya yaitu Keraton Surakarta. Keraton
Surakarta didirikan oleh Paku Buwana II dengan gelar Susuhunan Paku Buwana Senapati
Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama.

Pada masa pemerintahan Paku Buwana II terjadi peristiwa Geger Pecinan.


Pemberontakan ini dimulai sejak tahun 1740 ketika VOC memberlakukan kebijakan
untuk mengurangi jumlah orang Cina di Batavia, sehingga banyak orang Cina yang
mengungsi ke wilayah Jawa Tengah dan membentuk laskar-laskar perlawanan. Pelarian
laskar-laskar Cina tersebut ternyata mendapat dukungan dari para bupati di wilayah
pesisir serta secara diam-diam Paku Buwana II juga mendukung gerakan perlawanan
laskar Cina terhadap VOC ini melalui Adipati Natakusuma selaku seorang patih Kerajaan
Kartasura dengan tujuan untuk memukul mundur kekuasaan VOC di wilayah kekuasaan
Mataram Kartasura.

Pada tahun 1742 pihak kerajaan semakin terdesak, sehingga membuat raja, kerabat, dan
pengikutnya yang masih setia harus mengungsi ke Ponorogo. Para pemberontak berhasil
menduduki dan merusak bangunan Keraton Kartasura. Pemberontakan baru dapat
dipadamkan setelah Paku Buwana II dibantu pasukan VOC menyerbu laskar Cina. Paku
Buwana II berhasil merebut kembali Kerajaan Kartasura yang sebelumnya berhasil
diduduki oleh laskar Cina. Meskipun kembali bertahta, Paku Buwana II merasa Keraton
Kartasura sudah tidak layak untuk menjadi pusat kerajaan, sebab menurut kepercayaan
Jawa, keraton yang sudah rusak telah kehilangan wahyu. Setelah melalui berbagai
pertimbangan, maka Desa Solo dipilih untuk menjadi tempat pengganti Keraton
Kartasura yang sudah rusak. Paku Buwana II memberi nama keraton di Solo dengan
nama Keraton Surakarta. Secara resmi Keraton Surakarta berdiri pada 17 Februari 1745.

3. Living heritage yang dimaksud disana adalah pemangku adat sekaligus simbol keyakinan,
kepatuhan, dan kekuatan adat, budaya, bahkan tradisi.

4. Salah satu akulturasi budaya dalam acara adat tersebut adalah tradisi malam 1 Suro yang
mana merupakan tradisi yang diciptakan oleh Raja Mataram Islam Ketiga, Sultan Agung
Hanyokrokusumo. Dimasa kekuasaan beliau Islam berkembang pesat di tanah Jawa. Dan
pada masuk Islam nya di Jawa terdapat dua penanggalan Islam yakni penanggalan
Hijriyah dan Jawa. Oleh karena Sultan Agung Hanyokrokusumo menginginkan
Harmonisasi antara Kalender Islam dan Jawa, maka diciptakanlah Kalender Jawa-Islam.
Dimana di penanggalan tersebut Bulan Sura Jawa sama dengan Bulan Muharram di
Kalender Hijriyah. Sehingga sejak saat itu diberlakukanlah tradisi Malam 1 Sura yang
diperingati pada malam 1 Muharram. Hal itu kemudian diterapkan di seluruh wilayah
kekuasaan Mataram Islam di bawah Sultan Agung Hanyokrokusumo yang hampir
meliputi seluruh Pulau Jawa. Hal itu kemudian masih diperingati hingga hari ini.

5. Dalam pagelaran acara adat tersebut merupakan sebuah sarana intropeksi diri, berangkat
dari anggapan mengenai tahun baru masehi yang selalu dipenuhi dengan hura-hura. Dari
kerajaan mataram islam itulah juga yang membuat prosesi satu sura tidak lagi tentang
sesajen terhadap makhluk halus melainkan dengan diisi doa-doa tahlil yang tampak para
peserta khidmat dalam mengikuti pagelaran malam satu sura tersebut.

6. Pentingnya acara adat tersebut adalah makna dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
Dari segi makna, acara malam satu suro merupakan suatu bentuk interopeksi bahwa awal
tahun seharusnya adalah pengingat bertambahnya usia bukannya untuk berpesta ria
semata. Adapun dari segi sejarah, akulturasi budaya yang sudah menjadi sebenarnya
terpisah bisa perlahan lahan bersatu berkat Sultan Agung Hanyokrokusumo yaitu budaya
Jawa dan Islam sehingga terbentuknya kalender Jawa-Islam.

Anda mungkin juga menyukai