Melakukan pembayaran pajak adalah kewajiban seluruh warga negara, terkecuali bagi mereka
yang dibebaskan oleh peraturan perundang-undangan.
Lantaran sifatnya yang memaksa, negara menetapkan sanksi bagi wajib pajak yang tidak
melakukan pembayaran pajak.
Pemberian sanksi terkait perpajakan ini bisa dalam bentuk surat teguran maupun tindakan tegas
berupa penyanderaan atau gijzeling.
Penyanderaan ini dapat dilakukan selama 6 bulan dan diperpanjang paling lama 6 bulan.
Secara statistik, sejak tahun 2015-2017 sedikitnya ada 117 wajib pajak yang disandera oleh
petugas Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di rumah tahanan.
Kebanyakan merupakan wajib pajak yang memiliki utang pajak sedikitnya Rp 100 juta. Angka di
atas membuktikan bahwa pemerintah tidak main-main dalam menegakkan peraturan perpajakan.
Berikut ini merupakan tabel terkait sanksi pajak menurut jenis pajak serta bentuk sanksinya:
A. Sanksi Administrasi
1. Sanksi Bunga
1 UU KUP 2007 Pasal 8 Ayat (2) Pembetulan SPT tahunan dalam 2 tahun
7 (a) PPh tahun berjalan tidak/kurang bayar 2% per bulan dari jumlah pajak tidak/
UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (3)
(b) SPT kurang bayar kurang dibayar maksimal 24 bulan
8 UU KUP 2007 Pasal 14 Ayat (5) PKP gagal produksi 2% dari pajak yang ditagih
SKPKBT diterbitkan setelah lewat 5 tahun 48% dari jumlah yang tidak/kurang
9 UU KUP 2007 Pasal 15 Ayat (4)
karena adanya tindak pidana dibayar
2. Sanksi Denda
4 UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (5) PKP gagal produksi telah diberikan restitusi