Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PPI II

PENYAKIT LEISHMANIASIS

KELOMPOK 7

 ANISA NURUL H
 DZIHNI NADHIFATUL A
 NADIA PUTRI H
 TRAVICI BELA S

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Penyakit Leishmaniasis untuk memenuhi mata
kuliah Penatalaksaan Penyakit Infeksi II Poltekkes Kemenkes Banten. Dengan segala rendah hati
kami menyadari bahwa hanyalah manusia biasa yang mempunyai kekurangan dan kelemahan dan
kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan lapang hati
kami akan menerima saran dan nasehat maupun keritikan yang membangun.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusus nya teman-teman
Poltekkes Kemenkes Banten, semoga Allah SWT memberikan balasan dan pemahan kepada
kami serta balasan segala kebaikan yang telah di berikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan .......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 6
2.1 Definisi dan Penyebab Penyakit Leishmania ................................ 6
2.2 Epidemiologi Leishmania ............................................................. 7
2.3 Gejala ........................................................................................... 8
2.4 Pemeriksaan Fisik ........................................................................ 9
2.5 Pemeriksaan Lab ......................................................................... 9
2.6 Pencegahan Penyakit Leishmania ............................................... 11
2.7 Penularan ................................................................................... 12
2.8 Penatalaksanaan ......................................................................... 14
BAB III PENUTUP ................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 17
3.2 Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zoonosis didefinisikan sebagai penyakit menular yang secara alami ditularkan
dari hewan peliharaan atau hewan liar ke manusia dan sebaliknya. Salah satu agen
penyebab penyakit zoonosis yang perlu diperhatikan karena telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia disebabkan oleh parasit protozoa Leishmania.
Leishmaniasis merupakan masalah kesehatan masyarakat karena sangat sulit
dikendalikan dan sering menimbulkan KLB (Camargo dan Langoni 2006). Leishmania
dapat ditularkan ke manusia melalui vektor dan oleh karena itu dikenal sebagai penyakit
yang ditularkan melalui vektor. Penyakit parasit ini disebabkan oleh lebih dari 30 spesies
Leishmania, yang sebagian besar bersifat zoonosis. Pada tahun 2002, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 350 juta orang di seluruh dunia
berada pada risiko tinggi untuk leishmaniasis dan sekitar dua juta kasus baru terjadi
setiap tahun (Banuls 2007). Umumnya, leishmaniasis ditularkan sebagai zoonosis melalui
gigitan serangga phlebotomized yang dikenal sebagai phlebotomies.
Leishmania adalah protozoa intra-makrofag obligat dan endemik di daerah tropis,
subtropis, dan zoonosis Mediterania (Chappuis et al. 2007) dan telah menyebar ke 61
negara di seluruh dunia (Wang et al. 2011). Kasus leishmaniasis pada manusia hadir
dalam berbagai bentuk. Leishmania spp. Dapat menyebabkan bisul dan bintil pada kulit
penderita, juga membentuk lendir pada selaput kulit dan juga luka pada hidung. Pada
beberapa spesies lain, bahkan dapat merusak organ dalam. Di antara semua hewan
domestik, anjing adalah spesies paling penting yang terlibat dalam epidemiologi
leishmaniasis. Anjing adalah inang reservoir untuk L. infantum, salah satu spesies utama.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa itu Penyakit Leishmaniasis ?
2) Apa Saja Penyebab Penyakit Leishmaniasis ?
3) Bagaimana Epidemiologi pada Penyakit Leishmaniasis?
4) Bagaimana Gejala Penyakit Lesihmaniasis?

4
5) Bagaimana Pemeriksaan Fisik Penyakit Leishmaniasis?
6) Bagaimana Pemeriksaan Lab Penyakit Leishmaniasis?
7) Bagaimana Cara Pencegahan Penyakit Lesihmaniasis?
8) Bagaimana Cara Penularan Penyakit Leishmaniasis?
9) Bagaimana Penatalaksanaan Penyakit Leishmaniasis?
1.3 Tujuan
1) Untuk Mengetahui Penyakit Leishmaniasis
2) Untuk Mengetahui Penyebab dari Penyakit Leishmaniasis
3) Untuk Mengetahu Epdemiologi Penyakit Leishmaniasis
4) Untuk Mengetahui Gejala Penyakit Leishmaniasis
5) Untuk Mengetahui Pemeriksaan Fisik Penyakit Leishmaniasis
6) Untuk Mengetahui Pemeriksaan Lab Penyakit Leishmaniasis
7) Untuk Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Leishmaniasis
8) Untuk Mengetahui Cara Penularan Penyakit Leishmaniasis
9) Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Penyakit Leishmaniasis

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Penyebab Penyakit Leishmaniasis


Leishmaniasis adalah penyakit parasit yang terjadi di Eropa tropis, subtropis, dan
selatan. Ini diklasifikasikan sebagai penyakit tropis terabaikan (NTD). Leishmaniasis
disebabkan oleh infeksi parasit leishmania yang dimiliki oleh lalat pasir phlebotomina.
Ada berbagai bentuk leishmaniasis pada manusia. Bentuk yang paling umum adalah
leishmaniasis kulit, yang menyebabkan luka kulit, dan leishmaniasis visceral, yang
mempengaruhi berbagai organ dalam (biasanya limpa, hati, dan sumsum tulang). (CDC,
2013). Leishmaniasis disebabkan oleh beberapa spesies protozoa Leishmania.
Leishmaniasis termasuk gangguan-gangguan yang mempengaruhi organ-organ bagian
dalam dan itu yang mempengaruhi kulit dan kadangkala selaput lendir pada hidung dan
mulut, menyebabkan benjolan atau luka.
Adapun jenis – jenis penyakit Leishmaniasis yaitu:
1) Leishmaniasis kutaneus
Leishmaniasis kutaneus (oriental) yang disebabkan oleh L. tropica di Asia dan
Afrika dan L. mexicana di Amerika Tengah dan Selatan. Leishmaniasis kutaneous adalah
jenis leishmaniasis yang paling sering terjadi. Infeksi parasit Leishmania ini dapat
menyebabkan gejala seperti luka di kulit. Biasanya, gejala-gejala leishmaniasis kutaneous
muncul beberapa minggu atau bulan setelah pasien digigit oleh lalat pasir. Namun,
adakalanya gejala baru muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
2) Leishmaniasis mukokutaneus
Leishmaniasis mukokutaneus merupakan jenis leishmaniasis yang langka yang
disebabkan oleh L. braziliensis . dan biasanya terjadi setelah leishmaniasis kutaneous
sembuh (subset). Gejala infeksi parasit Leishmania ini utamanya yaitu luka di mulut,
hidung, atau bibir. Luka di bagian tersebut biasanya muncul satu hingga lima tahun
setelah luka dari leishmaniasis kutaneous pulih.

6
Gejala lain dari leishmaniasis mukokutaneous dapat berupa:

 Hidung tersumbat atau berair

 Mimisan

 Sulit bernapas

3) Leishmaniasis viseral
Leishmaniasis viseral terkadang disebut juga dengan leishmaniasis sistemik atau
kala azar disebabkan oleh L. donovani. Jenis infeksi Leishmania ini umumnya terjadi dua
hingga delapan bulan setelah pasien tergigit lalat pasir. Sebagai jenis yang viseral
(dalam), leishmaniasis dapat merusak organ bagian dalam tubuh seperti limpa dan hati.
Sumsum tulang dan sistem imun juga dapat terganggu akibat leishmaniasis viseral dan
bisa fatal jika tidak ditangani.Gejala umum dari leishmaniasis viseral akibat infeksi
parasit Leishmania, termasuk:

 Berkurangnya berat badan

 Tubuh lemah

 Demam yang berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan

 Pembesaran limpa

 Pembesaran hati

 Penurunan produksi sel darah

 Perdarahan

 Kelenjar getah bening membengkak

 Infeksi lain di tubuh

2.2 Epidemiologi Leishmaniasis


Pada tahun 2017 terdapat 20.792 dari 22.145 (94%) kejadian (kasus baru). Wilayah
distribusinya secara kasar menjadi benua Amerika "Dunia Baru" dan Afrika, Asia, dan
Eropa "Dunia Lama". Penyebaran leishmaniasis sudah melimpah di Dunia Baru, dari
Amerika Serikat bagian selatan hingga Uruguay utara di dataran rendah tropis dan
subtropis (Hashiguchi et al.2018a). Leishmaniasis manusia dilaporkan endemik di Italia

7
(Gradoni et al. 2017; Moriconi et al. 2017) dan telah terjadi 4.444 wabah VL di provinsi
Bologna di timur laut Italia (Varani et al. 2013).
Pada manusia, infestasi phlebovirus, termasuk virus Toscana (TOSV),
menyebabkan komplikasi yang lebih serius dari lalat pasir larroussius dan L. infantum
juga merupakan vektor utama virus Toscana (TOSV) (Fares et al. 2020). Virus Toscana
menyebabkan meningitis dan ensefalitis pada manusia di negara-negara Mediterania,
termasuk Portugal (Amaro et al. 2012), Tunisia (Dachraoui et al. 2016) dan Italia (Marchi
et al. 2017). Seroprevalensi TOSV pada populasi dengan risiko zoonosis tinggi Visceral
leishmaniasis (ZVL) di Tunisia adalah 40% (Bichaud et al. 2013). Tomassone et al.
(2018) menyatakan bahwa urbanisasi, perubahan iklim, serta adaptasi vektor dan satwa
liar terhadap habitat manusia, saling mempengaruhi satu sama lain sehingga
meningkatkan risiko zoonosis. Tidak menutup kemungkinan di wilayah suatu negara
yang sebelumnya bebas menjadi epidemis hingga endemis disebabkan oleh migrasi,
pariwisata dan aktivitas militer (Inceboz 2019).

2.3 Gejala

Gejala seperti ini tidak selalu timbul pada seseorang yang terkena gigitan lalat pasir yang
sudah terinfeksi, bahkan setelah berbulan-bulan maupun bertahun-tahun setelah tergigit.
Namun umumnya, kemunculan gejala hanya beberapa minggu saja sejak gigitan lalat
pasir.

a) Gejala Mucocutaneous Leishmaniasis

 Gejala utama dari mucocutaneous leishmaniasis tidak dapat diduga kapan


terjadinya.
 Timbulnya gejala bisa saja setahun atau bahkan lima tahun dari sejak
kemunculan ulkus.
 Tanda bahwa seseorang sedang mengalami mucocutaneous leishmaniasis
[4]
adalah ulkus yang dapat muncul pada bibir, hidung atau mulut .
 Kondisi tersebut berpotensi disertai dengan keluhan lain seperti sulit bernapas,
mimisan, atau hidung berair/tersumbat [4].

8
b) Gejala Visceral Leishmaniasis

Gejala umumnya timbul berbulan-bulan setelah seseorang terinfeksi dan


berikut ini adalah gejala visceral leishmaniasis yang perlu diwaspadai :

 Pembesaran liver/hati.
 Pembesaran limpa
 Kelemahan tubuh
 Berat badan turun
 Demam yang bisa sampai berminggu-minggu
 Pembengkakan kelenjar getah bening
 Perdarahan
 Produksi sel-sel darah yang berkurang
 Timbul infeksi lainnya

2.4 Pemeriksaan fisik


Leishmania donovani
 pada saat anamnesis, dapat diketahui apabila pasien baru saja datang dari daerah
endemisdan umumnya mengalami anoreksia (tidak nafsu makan). Mengalami
demam, dan diare.
 pada saat menginspeksi, maka akan terlihat ulkus pada kulit dan umumnya fisik
pasienlemah serta kakheksia. Tanda tanda anemia juga dapat ditemukan, seperti
konjungtivaanemis, dan telapak tangan yang pucat.
 pada sat mempalpasi, maka akan teraba hepatosplenomegaly
Leishmania tropica & Leishmania brasiliensis
Inspeksi daerah yang mengalami ulkus
2.5 Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan baku emas leishmaniasis adalah pemeriksaan histopatologi atau
kultur jaringan yang terinfeksi. Selain pemeriksaan histopatologi, terdapat pemeriksaan
serologi seperti menggunakan tes cepat imunokromatografi, RT-PCR, ELISA, dan LST
(Leishmania Skin Test).
1) Pemeriksaan Histopatologi

9
Merupakan pemeriksaan baku emas penegakan diagnosis Leishmaniasis dengan
temuan amastigot pada pemeriksaan aspirat jaringan. Pada kasus leismaniasis
viseralis, apusan sediaan limpa memiliki tingkat sensitivitas >95%, sediaan
sumsum tulang memiliki sensitivitas 60–85%, dan sediaan nodus limfa memiliki
sensitivitas 50%. Sedangkan pada kasus leishmaniasis kutaneus sampel dapat
diambil dari tepi ulkus.
2) Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologi lebih baik digunakan pada kasus leishmaniasis viseralis.
Pemeriksaan ini memiliki tingkat sensitivitas yang cukup baik dan tidak invasif.
Pemeriksaan leishmaniasis menggunakan metode ini berfungsi untuk mendeteksi
antibodi terhadap parasit atau mendeteksi antigen yang ada pada parasit.
Pemeriksaan serologi terhadap leishmaniasis dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu:
- Pemeriksaan serologi dengan menggunakan tes cepat imunokromatografi
adalah pemeriksaan yang mendeteksi antibodi terhadap antigen
rekombinan (rK39). Pemeriksaan ini memiliki tingkat sensitivitas 97–
100% dan spesifitas 86–92%.
- Tes aglutinasi direk memiliki tingkat sensitivitas 91–100% dan spesifitas
72–100%.
- Tes RT-PCR merupakan tes kualitatif terhadap asam nukleat Leishmania,
tetapi pemeriksaan ini belum banyak dilakukan sebagai pemeriksaan rutin
di area endemis.
- Pemeriksaan serologis lain, seperti ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assay) atau IFAT (immunofluorescence antibody test) dapat mendeteksi
antibodi Leishmania.
- Leishmania skin test (LST) merupakan tes untuk deteksi
antigen Leishmania melalui reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menginjeksi promastigot yang
telah mati. Pada orang yang telah terinfeksi Leishmania, injeksi
promastigot ini dapat memicu reaksi hipersensitivitas tipe lambat.
Penilaian tes dilakukan 48 jam setelah injeksi. Hasil tes dinyatakan positif

10
bila terdapat indurasi ≥5mm, dan didapatkan pada orang yang saat ini
sedang atau pernah terinfeksi Leishmania (leishmaniasis kutaneus dan
mukosa). Pada kasus leismaniasis viseralis aktif, LST memberikan hasil
negatif.
3) Pemeriksaan Fungsi Hati
Pada pemeriksaan fungsi hati, ditemukan peningkatan ringan serum glutamic
oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic
transaminase (SGPT), hipogamaglobulinemia, serta hipoalbumin.

2.6 Pencegahan Penyakit Leishmaniasis


Mengingat Leishmaniasis merupakan penyakit yang cukup sulit disembuhkan dan
belum ada vaksin untuk manusia, cara terbaik untuk menghindarinya adalah dengan
menghindari gigitan lalat pasir betina. Memutus daur hidup parasit Leishmania juga
sangat penting untuk membatasi risiko terjadinya epidemi, yang intinya adalah dengan
mengontrol infeksinya di inang hewan dan manusia, serta pemberantasan dan
“pembatasan“ vektor. Dalam mencegah dan mengendalikan infeksi Leishmaniasis,
beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan pelindung diri seperti krim penangkal gigitan serangga,
penggunaan pestisida, dan menggunakan kelambu tidur untuk meminimalisir
gigitan lalat pasir
2) Menjaga kebersihan lingkungan dari tumpukan sampah. Karena sampah
merupakan unsur organik yang disukai lalat pasir
3) Untuk menurunkan insidensi leismaniasis pada manusia terdapat vaksin
leismaniasis untuk anjing yang merupakan salah satu reservoir host
transmisi Leishmania.
4) Melakukan pemberantasan vektor dan inang hewan seperti tikur, anjing, dan
rubah
5) Mengisolasi pasien Leishmaniasis dan mengobatinya. Penderita Leishmaniasis
adalah inang yang dapat menjadi media berkembangnya amastigot parasit. Jika
penderita diisolasi dan diobati hingga sembuh maka risiko berputarnya siklus
parasit dapat dikurangi.

11
6) Mengurangi aktivitas di luar rumah sejak matahari terbenam hingga matahari
terbit. Karena lalat pasir merupakan hewan nokturnal (aktif di malam hari).
2.7 Penularan
Leishmaniasis menyebar dengan cepat di wilayah yang memiliki kebiasaan tidur di
alam terbuka. Protozoa Leishmania spp, ditularkan melalui gigitan serangga yang dikenal
sebagai agas (lalat pasir) betina. Gigitan satu lalat yang terinfeksi dapat mengeluarkan
lebih dari 1000 parasit Leishmania spp yang berepotensi menyebabkan penyakit.
Lalat pasir umumnya berhabitat di tempat yang kering, lembab, dan mengandung
banyak zat organic, misalnya di rekahan tembok, sarang rayap, di balik batu, kulit pohon,
sarang tikus, dan sarang rubah dan membutuhkan darah untuk perkembangan telur-
telurnya seperti halnya nyamuk Anopheles dan Aedes Aegypti. Spesies lalat pasir tertentu
dapat bersifat oportunis dalam mencari mangsa untuk dihisap darahnya, bisa dari hewan
ataupun manusia sehingga siklus infeksi Leishmaniasis dapat bersifat zoonosis maupun
antroponosis.

Siklus penularan Leishmaniasis dikelompokkan menjadi tiga tipe lingkungan yang


berbeda yaitu, periurban, urban, dan sylvatic. Berbagai spesies lalat pasir berperan
sebagai vektor kompeten dari infestasi Leishmania spp. dan telah beradaptasi dengan
berbagai habitat sylvatic, peridomestic dan domestik. Penularan parasit Leishmania
sylvatic, terjadi ketika manusia kontak/terkontaminasi pada saat melakukan kegiatan di
lingkungan budidaya pertanian, penebangan area hutan/perkebunan, pembangunan jalan
di hutan atau daerah pegunungan.
Spesies Leishmania memiliki siklus hidup heteroxenous. Ada dua bentuk
morfologis siklus hidup Leishmania yaitu amastigot di makrofag inang mamalia dan
promastigot di usus vektor lalat pasir.
Siklus hidup dimulai ketika seekor lalat betina menggigit dan memasukkan parasit
berupa promastigot ke dalam tubuh inang (manusia). Promastigot kemudian difagositosis
oleh makrofag inang, akibatnya parasit berubah menjadi bentuk non-flagellated
(amastigot) yang bereproduksi dengan pembelahan biner. Penggandaan parasit terjadi di
dalam makrofag (Roberts et al. 2009). Begitu masuk ke dalam sel inang, promastigot

12
metasiklik berubah menjadi amastigot, yang dapat bertahan dan bereplikasi di dalam
fagolisosom (Veras & de Menezes 2016).
Amastigot adalah parasit intraseluler yang ditemukan dalam fagolisosom makrofag
dan fagosit lain, dan penyerapannya oleh lalat pasir penghisap darah ke dalam kulit dan
menghasilkan luka kecil di mana darah mengalir dari kapiler superfisial (Handman &
Bullen 2002). Bentuk amastigot dari parasit yang diambil oleh lalat pasir biasanya tidak
ditemukan dalam sirkulasi perifer, melainkan ada di kulit. Parasit yang ada di organ
seperti hati dan limpa tidak dapat diakses oleh lalat pasir. Kerusakan jaringan inilah yang
terkait dengan terciptanya luka yang melepaskan makrofag kulit dan / atau amastigot
yang dibebaskan ke dalam darah, dan memungkinkan penyerapan berikutnya ke dalam
perut lalat pasir.

sumber gambar: wartazoa

13
sumber gambar: cdc.gov

2.8 Penatalaksanaan
Secara umum, semua kasus leishmaniasis visceral dan leishmaniasis mukosa harus
diobati, sedangkan tidak semua kasus leishmaniasis kulit memerlukan pengobatan.
Pengobatan dilakukan secara individual dan harus dengan konsultasi ahli.
Pendekatan pengobatan sebagian tergantung pada faktor inang dan parasit bahkan
beberapa pengobatan hanya efektif terhadap spesies/strain Leishmania tertentu dan hanya
di wilayah geografis tertentu. Beberapa kelompok khusus (seperti anak kecil, orang tua,
wanita hamil/menyusui, orang dengan immunocompromised atau yang memiliki
komorbiditas lain) mungkin memerlukan obat atau dosis yang berbeda.
Pengobatan leishmaniasis kulit dapat diindikasikan untuk:

 Mengurangi risiko penyebaran/penyakit mukosa (terutama untuk new world


spesies di subgenus Viannia).
 Mempercepat penyembuhan lesi kulit.
 Mengurangi risiko kambuh (reaktivasi klinis) lesi kulit.
 Mengurangi morbiditas lokal yang disebabkan oleh lesi kulit besar atau
persisten, terutama yang ada di wajah atau telinga atau di dekat sendi.
 Mengurangi reservoir infeksi di wilayah geografis di mana orang yang
terinfeksi (vs hewan non-manusia) berfungsi sebagai tuan rumah reservoir

14
(seperti di Kabul, Afghanistan, dan daerah endemik Leishmania tropica
lainnya, di mana penularannya antropontik).
Ada 3 bentuk teapi yang digunakan dalam penatalaksanaan penyakit leishmania,
yaitu:
1) Terapi sistemik parenteral
Yaitu terapi dengan pemberian Amphotericin B untuk leishmania kulit
dan mukosa (ketika penggunaan ini biasanya pasien telah menerima 3mg
perhari dengan infus IV dosis 6-10). Selain Amphotericin B, Pentamidine
isethionate juga dapat digunakan untuk terapi namun sekarang di Amerika
tidak lagi dipakai karena toksisitas yg irreversible dan juga efektivitas yang
variabel. Terapi lain yg dapat digunakan adalah pemberian Antimonial
pentavalen (SbV) dengan dosis harian standar 20 mg SbV/ kg.
Terapi ini membutuhkan 20 hari untuk leishmaniasis kulit (atau 10
hari dalam beberapa pengaturan) dan 28 hari untuk leishmaniasis mukosa
(dan visceral). Untuk beberapa pasien, penyesuaian dosis harian atau durasi
terapi dapat diindikasikan dan rejimen yang digunakan sebagian tergantung
pada ukuran dan karakteristik lesi.
2) Terapi sistemik secara oral
Pada tahun 2014, FDA menyetujui agen oral Miltefosine untuk
pengobatan leishmaniasis kulit pada orang dewasa dan remaja yang tidak
hamil atau menyusui. Indikasi yang disetujui FDA terbatas hanya pada
infeksi yang disebabkan oleh tiga spesies tertentu, yaitu Leishmania (V.)
braziliensis, L. (V.) panamensis, dan L. (V.) guyanensis.
Selain Miltefosine, pemberian beberapa macam azole, seperti
Ketoconazol, Itroconazole dan Fluconazole secara oral juga memberikan
efeftivitas dan hasil yang beragam dengan berbagai pengaturan.
3) Terapi lokal
Contoh terapi lokal yang mungkin memiliki utilitas dalam beberapa
pengaturan termasuk cryotherapy (dengan nitrogen cair), termoterapi,
pemberian intralesional (IL) SbV, dan pemberian Paromomycin.

15
Obat-obatan untuk pentalaksanaan Leishmaniasis yang sudah ada, (seperti
Antimonial Pentavalent, Pentamidine, Miltefosine, Paromomycin, dan Liposomal
Amphotericin B) memiliki tingkat toksisitas yang tinggi. Namun, Miltefosine,
Paromomycin, dan Liposomal Amphotericin B dianggap lebih aman dan sudah
mendapatkan izin dari Badan Pangan dan Obat-Obatan Amerika Serikat (Food and Drug
Administration) untuk perawatan Leishmaniasis.
Efek samping dari obat-obatan tersebut seperti rasa mual, diare bahkan anorexia,
dan tidak boleh dikonsumsi orang yang sedang hamil atau menyusui. Tingginya toksisitas
juga menjadikan obat-obatan ini dapat mengakibatkan kematian. Harga obat-obatan ini
juga tergolong mahal dan pengobatan oral yang saat ini yang dianggap paling efektif dan
aman adalah Miltefosine yang dapat memakan waktu hingga 1 bulan.
Pada beberapa kondisi, parasit Leishmania mulai memiliki resistensi atas obat-
obatan yang paling efektif sekalipun seperti Liposomal Amphotericin B, Paromomycin,
dan Miltefosine yang terbukti dari adanya kasus relapse atau kekambuhannya kembali
setelah sembuh menggunakan obat-obatan tersebut. Penggunaan obat-obatan yang tidak
sesuai dengan resep ahli kesehatan, penghentian proses pengobatan secara sepihak oleh
pasien/penderita (akibat tidak tahan dengan dampak toksisitas yang tinggi atau merasa
sudah baikan sehingga merasa tidak perlu meminum obat lagi), dan co-infeksi pasien
penderita Leishmaniasis dengan penyakit HIV membuat Leishmaniasis semakin sulit
disembuhkan.
Pengobatan biasanya juga harus didukung dengan bantuan nutrisi tambahan dan
vitamin untuk hasil yang maksimal. Berdasarkan kondisi ini, cara terbaik agar aman dari
infeksi Leishmaniasis adalah mencegah jangan sampai digigit lalat pasir.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan
beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula
Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam")
Leishmaniasis adalah penyakit parasit yang ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan
Eropa selatan. Ini diklasifikasikan sebagai Penyakit Tropis yang Terabaikan (NTD).
Leishmaniasis disebabkan oleh infeksi dengan parasit Leishmania, yang disebarkan oleh
gigitan lalat pasir phlebotomine. Tidak ada vaksin atau obat untuk mencegah infeksi
tersedia. Cara terbaik bagi wisatawan untuk mencegah infeksi adalah melindungi diri dari
gigitan lalat pasir. Untuk mengurangi risiko digigit, ikuti langkah-langkah pencegahan
berikut: Hindari aktivitas luar ruangan, terutama dari senja hingga fajar, ketika lalat pasir
umumnya adalah yang paling aktif.

3.2 SARAN

Setelah membaca makalah yang berjudul “Leishmaniasis” diharapkan kepada


pembaca dan terutama untuk kami sebagai penulis agar lebih memahami materi ini. Untuk
dosen pembimbing mata kuliah PPI 2 diharapakan mengkoreksi kekeliruan yang ada pada
makalah ini, karna kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun agar
terwujudnya makalah selanjutnya yang baik dan benar.

17
DAFTAR PUSTAKA

CDC. 2013. Parasit Leishmaniasis. https://www.cdc.gov/parasites/leishmaniasis/

Ekawasti.,F dan Martindah.,E.(2020). Mewaspadai Keberadaan Leishmaniasis di Indonesia


sebagai Penyakit Zoonosis oleh Protozoa. Vol 3 (2). Hal 79-90.

NIAID. 2017. Keadaan penyakit Leishmaniasis, [online] Available at :


https://www.niaid.nih.gov/diseases-conditions/leishmaniasis [Diakses : 8 Oktober 2021].

Widana I Dewa KK, Hilmawan A. 2019. Urgensi Pencegahan dan Pengendalian Risiko Infeksi
Leishmaniasis atas Kontingen Garuda di Lebanon. JKLI. 18(1), 34-41.

18
01

02

Leishmaniasis 03

04
Kelompok 7:
• Anisa Nurul H 05

• Dzini Nadhifatul 06
• Nadia Putri H
• Travici Bella
Definisi dan penyebab Leishmaniasis
Leishmaniasis adalah penyakit parasit yang terjadi di Eropa tropis, subtropis, dan selatan. Leishmaniasis
disebabkan oleh infeksi parasit leishmania yang dimiliki oleh lalat pasir phlebotomina. Adapun jenis – jenis
penyakit Leishmaniasis yaitu:
1. Leishmaniasis kutaneus
Leishmaniasis kutaneous adalah jenis leishmaniasis yang paling sering terjadi. Leishmaniasis kutaneus
(oriental) yang disebabkan oleh L. tropica di Asia dan Afrika dan L. mexicana di Amerika Tengah dan Selatan.
Infeksi parasit Leishmania ini dapat menyebabkan gejala seperti luka di kulit.
2. Leishmaniasis mukokutaneus
Leishmaniasis mukokutaneus merupakan jenis leishmaniasis langka yang disebabkan oleh L. braziliensis dan
biasanya terjadi setelah leishmaniasis kutaneous sembuh (subset). Gejala infeksi parasit Leishmania ini
utamanya yaitu luka di mulut, hidung, atau bibir.
3. Leishmaniasis viseral
Leishmaniasis viseral terkadang disebut juga dengan leishmaniasis sistemik atau kala azar disebabkan oleh L.
donovani Jenis infeksi Leishmania ini umumnya terjadi dua hingga delapan bulan setelah pasien tergigit lalat
pasir. Sebagai jenis yang viseral (dalam), leishmaniasis dapat merusak organ bagian dalam tubuh seperti
limpa dan hati. Sumsum tulang dan sistem imun juga dapat terganggu akibat leishmaniasis viseral dan bisa
fatal jika tidak ditangani.
EPIDEMIOLOGI

Penyebaran leishmaniasis sudah melimpah dari Amerika Serikat bagian selatan hingga
Uruguay utara di dataran rendah tropis dan subtropis. Leishmaniasis manusia dilaporkan
endemik di Italia dan telah terjadi 4.444 wabah virus leishmaniasis di provinsi Bologna di
timur laut Italia. Pada manusia, infestasi phlebovirus, termasuk virus Toscana (TOSV),
menyebabkan komplikasi yang lebih serius dari lalat pasir larroussius dan Leishmaniasis
infantum yang juga merupakan vektor utama virus Toscana (TOSV).Virus Toscana
menyebabkan meningitis dan ensefalitis pada manusia di negara-negara Mediterania,
termasuk Portugal . Seroprevalensi TOSV pada populasi dengan risiko zoonosis tinggi
Visceral leishmaniasis (ZVL) di Tunisia adalah 40%. Tomassone et al. (2018) menyatakan
bahwa urbanisasi, perubahan iklim, serta adaptasi vektor dan satwa liar terhadap habitat
manusia, saling mempengaruhi satu sama lain sehingga meningkatkan risiko zoonosis.
Tidak menutup kemungkinan di wilayah suatu negara yang sebelumnya bebas menjadi
epidemis hingga endemis disebabkan oleh migrasi, pariwisata dan aktivitas militer.
GEJALA KLINIS

a) Gejala Mucocutaneous Leishmaniasis


 Gejala utama dari mucocutaneous leishmaniasis tidak dapat diduga kapan terjadinya.
 Timbulnya gejala bisa saja setahun atau bahkan lima tahun dari sejak kemunculan
ulkus.
 Tanda bahwa seseorang sedang mengalami mucocutaneous leishmaniasis adalah
ulkus yang dapat muncul pada bibir, hidung atau mulut.
 Kondisi tersebut berpotensi disertai dengan keluhan lain seperti sulit bernapas,
mimisan, atau hidung berair/tersumbat.
GEJALA KLINIS

b) Gejala Visceral Leishmaniasis  Berat badan turun


Gejala umumnya timbul berbulan-
 Demam yang bisa sampai berminggu-
bulan setelah seseorang terinfeksi dan
minggu
berikut ini adalah gejala visceral
 Pembengkakan kelenjar getah bening
leishmaniasis yang perlu diwaspadai :
 Pembesaran liver/hati.  Perdarahan

 Pembesaran limpa  Produksi sel-sel darah yang berkurang

 Kelemahan tubuh  Timbul infeksi lainnya


PEMERIKSAAN fisik
LEISHMANIASIS LEISHMANIASIS Leishmania tropica &
Leishmania brasiliensis
DONOVANI DONOVANI

 pada saat anamnesis,  pada saat menginspeksi, maka

dapat diketahui apabila akan terlihat ulkus pada kulit


dan umumnya fisik pasienlemah
pasien baru saja datang
serta kakheksia. Tanda tanda Inspeksi daerah
dari daerah endemisdan anemia juga dapat ditemukan, yang mengalami
umumnya mengalami seperti konjungtivaanemis, dan ulkus
anoreksia (tidak nafsu telapak tangan yang pucat.
 pada sat mempalpasi, maka akan
makan). Mengalami
teraba hepatosplenomegaly
demam, dan diare.
1. .
.
PEMERIKSAAN LAB
PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI SEROLOGI FUNGSI HATI

1. Tes cepat Pada pemeriksaan


Merupakan pemeriksaan baku imunokromatografi:
fungsi hati, ditemukan
emas penegakan diagnosis mendeteksi antibodi
Leishmaniasis dengan temuan terhadap antigen peningkatan
amastigot pada pemeriksaan rekombinan (rK39) ringan serum glutamic
aspirat jaringan. Pada 2. Tes aglutinasi direk oxaloacetic
leishmaniasis viseralis sampel 3. RT-PCR: tes kualitatif asam transaminase (SGOT)
dapat diambil dari apusan limpa, nukleat leishmania dan serum glutamic
sumsum tulang, dan nodus limpa. 4. ELISA: mendeteksi antibodi pyruvic
Sedangkan pada leishmaniasis leishmania
transaminase (SGPT),
kutaneus sampel diambil dari tepi 5. LST: tes untuk deteksi
ulkus. antigen leishmania melalui hipogamaglobulinemia,
hipersensitivitas lambat. serta hipoalbumin
PENCEGAHAN
• Menggunakan pelindung diri seperti krim penangkal gigitan
serangga, penggunaan pestisida, dan menggunakan kelambu
1 tidur untuk meminimalisir
2 • Menjaga kebersihan lingkungan dari tumpukan sampah

• Memberi vaksin leishmania pada anjing


• Melakukan pemberantasan vektor dan inang hewan seperti
3
tikus, anjing, dan rubah
4

• Mengisolasi pasien Leishmaniasis dan mengobatinya. Untuk


mengurangi risiko berputarnya siklus parasit
5 • Mengurangi aktivitas di luar rumah sejak matahari terbenam
6 hingga matahari terbit (karena lalat pasir hewan nokturnal)
penularan
1. Ditularkan oleh gigitan lalat pasir 01
phlebotomine betina yang terinfeksi.
Lalat pasir menyuntikkan tahap infektif 02
(promastigot) dari belalainya selama
memakan darah. 03
2. Promastigot yang mencapai luka
tusukan adalah bentuk fagosit oleh
makrofag dan jenis sel fagositik 04
mononuklear lainnya.
3. Sel-sel promastigot berubah menjadi 05
amastigot di makrofag sel inang
(bereproduksi melalui pembelahan 06
biner) dan menginfeksi sel lain.
4. Pada lalat pasir, amastigot berubah
menjadi promastigot yang berkembang
di usus vektor dan bermigrasi ke
belalai.
01

3 bentuk terapi yang dapat dilakukan:


Indikasi pengobatan leishmaniasis 02
1. Terapi sistematik parenteral:
digunakan untuk: pemberian Amphetoricin B,
 Mengurangi risiko penyebaran. Pentamidine, Antimonial pentavalen 03
 Mempercepat penyembuhan lesi (SbV).
kulit. 2. Terapi sistematik oral: pemberian 04
Miltefosine, Ketoconazole,
 Mengurangi risiko kambuh
Itroconazole, Floconazole.
(reaktivasi klinis). 05
3. Terapi lokal: cryoterapi (dengan
 Mengurangi morbiditas lokal oleh nitrogen cair), termoterapi, pemberian
lesi kulit besar atau persisten, Intralesional (IL) SbV dan 06
terutama pada wajah, telinga atau Paromomycin.
di dekat sendi. Pengobatan didukung dengan bantuan
 Mengurangi reservoir infeksi nutrisi tambahan dan vitamin untuk hasil
yang maksimal.
KESIMPULAN
01
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah 02
mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam")
03
Leishmaniasis adalah penyakit parasit yang ditemukan di daerah tropis,
subtropis, dan Eropa selatan. Ini diklasifikasikan sebagai Penyakit Tropis yang 04
Terabaikan (NTD). Leishmaniasis disebabkan oleh infeksi dengan parasit
Leishmania, yang disebarkan oleh gigitan lalat pasir phlebotomine. Tidak ada 05
vaksin atau obat untuk mencegah infeksi tersedia. Cara terbaik bagi wisatawan
untuk mencegah infeksi adalah melindungi diri dari gigitan lalat pasir. Untuk 06
mengurangi risiko digigit, ikuti langkah-langkah pencegahan berikut: Hindari
aktivitas luar ruangan, terutama dari senja hingga fajar, ketika lalat pasir umumnya
adalah yang paling aktif.
01

02

03

Thank you
Do you have any question ?
04

05

06

Anda mungkin juga menyukai