Anda di halaman 1dari 29

Makalah

ROTAVIRUS

OLEH :

HILMAN NIHAYA
O111 13 309

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
DAFTAR ISI

Hal
Daftar Isi ................................................................................................ 1
I. Pendahuluan ................................................................................... 2
I.1 Latar Belakang Penulisan ....................................................... 2
I.2 Tujuan Penulisan ..................................................................... 2
II. Pembahasan .................................................................................... 3
II.1 Sejarah Rotavirus .................................................................... 4
II.2 Epidemiologi .......................................................................... 6
II.3 Etiologi .................................................................................. 10
II.4 Patogenesa ............................................................................... 15
II.5 Gejala Klinis .......................................................................... 18
II.6 Diagnosa ................................................................................ 19
II.7 Potensi Zoonosis .................................................................... 20
II.8 Pengobatan …………………………………………………. 21
II.9 Pencegahan ………………………………………………... 23
III. Penutup ………………………………………………………….. 25
III.1 Kesimpulan ………………………………………………… 25
III.2 Saran ……………………………………………………….. 25
Daftar Pustaka ..................................................................................... 27

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit


yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu
penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah
limatahun (balita). Kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal
yang wajar dan harus dimengerti.Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada
orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang
mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya
atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang.
Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka
mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi.
Rotavirus merupakan 50% penyebab diare pada anak balita di Negara maju.
Rotavirus merupakan agen penyakit yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran
pencernaan baik hewan maupun manusia. Virus ini termasuk kedalam
famili Reoviridae telah tersebar di dunia dan pada umumnya menginfeksi
kelompok hewan/manusia yang baru lahir. Virus rota pada hewan pertama kali
diisolasi pada tahun 1969, sementara itu pada manusia baru dapat diisolasi pada
tahun 1973, Infeksi virus rota yang berhubungan dengan radang usus dan diare
telah banyak dilaporkan terjadi pada beberapa jenis hewan termasuk pada manusia
(bayi dan anak-anak), anak sapi, anak babi, anak biri-biri, anak kuda, kelinci,
tikus, anak rusa, antelop, dan kalkun.

Rotavirus telah diidentifikasi sebagai salah satu agen etiologi utama diare
dan enteritis pada mamalia, termasuk manusia, dan pada spesies unggas. Dalam
kondisi lapangan, infeksi rotavirus pada unggas dapat menyebabkan manifestasi
subklinis, atau mereka mungkin berhubungan dengan enteritis, dehidrasi,
anoreksia, berat badan rendah, dan peningkatan mortalitas. Gejala infeksi

2
rotavirus dapat bervariasi dari penyakit ringan pada ayam muda untuk manifestasi
yang lebih parah pada ayam 12 sampai 21-hari-tua, ditandai dengan kerusuhan,
sampah konsumsi, kotoran berair, sampah basah, dan diare parah.

1.2 Tujuan Penulisan


     Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengulas lebih luas
mengenai Rotavirus yang meliputi etiologi, patogenesis, diagnosa, pencegahan
dan pengobatannya .

3
BAB II
PEMBAHASAN

Rotavirus merupakan satu atau beberapa virus yang menyebabkan infeksi


pada saluran pencernaan manusia yang biasa terkena pada anak-anak dan paling
umum dari diare berat pada bayi dan anak muda. Virus Ini adalah genus dari
double-stranded RNA virus dalam keluarga.Reoviridae setiap anak pada usia
dibawah lima tahun hampir pernah terinfeksi virus ini..dan  Orang dewasa jarang
terkena. Ada 5 species dari virus ini yaitu rota virus A,B,C,D dan E.Rotavirus A,
yang paling umum, menyebabkan lebih dari 90% infeksi pada manusia.Virus ini
ditularkan melalui jalur  mulut dan tenggorokan,dan  Menginfeksi dan merusak
sel yang melapisi usus kecil dan gastroenteritis (Noel & Cohen, 2006)..

Rotavirus merupakan agens paling penting yang menyebabkan penyakit


diare disertai dehidrasi pada anak-anak kecil diseluruh dunia.Gejalanya dapat
berkisar mulai dari gambaran klinik tanpa manifestasi gejala hingga kematian
akibat dehidrasi.Infeksi rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah
sakit karena diare berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial
(infeksi yang didapat dalam rumah sakit) yang signifikan oleh mikroorganisme
pathogen.Salmonella, Shigella, dan Campylobacter merupakan bakteri pathogen
yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan
Crytosporidium merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare
infeksius akut (Wong, 2003).

II.1. SEJARAH ROTAVIRUS

Ada tahun 1974, Thomas Henry Flewett menyarankan nama '' rotavirus''
setelah mengamati bahwa, ketika dilihat melalui mikroskop elektron, partikel
rotavirus tampak seperti sebuah roda ('' rota'' dalam bahasa Latin); nama resmi
diakui oleh Komite Internasional taksonomi virus empat tahun kemudian. Pada
tahun 1976, virus yang terkait yang dijelaskan dalam beberapa spesies hewan.
Virus ini, semua menyebabkan gastroenteritis akut, diakui sebagai patogen

4
kolektif yang mempengaruhi manusia dan hewan di seluruh dunia. Rotavirus
serotipe dipaparkan pertama kali pada 1980, dan pada tahun berikutnya, rotavirus
dari manusia pertama tumbuh dalam sel budaya yang berasal dari monyet ginjal,
dengan menambahkan tripsin, (enzim ditemukan di usus dua belas jari mamalia
dan sekarang dikenal untuk menjadi penting untuk rotavirus untuk mereplikasi),
media budaya. Kemampuan untuk tumbuh rotavirus dalam budaya mempercepat
laju penelitian, dan pada pertengahan 1980-an vaksin calon pertama yang
dievaluasi (Robbins, 2007).
Pada tahun 1998, vaksin rotavirus berlisensi untuk digunakan di Amerika
Serikat. Uji klinis di Amerika Serikat, Finlandia, dan Venezuela telah menemukan
untuk menjadi 80-100% efektif dalam mencegah parah diare yang disebabkan
oleh rotavirus A, dan peneliti telah mendeteksi tidak signifikan secara statistik
serius efek. Produsen, namun, mundur itu dari pasar pada tahun 1999, setelah
ditemukan bahwa vaksin telah berkontribusi terhadap peningkatan risiko untuk
intussusception, sejenis obstruksi usus, di salah satu bayi vaksinasi setiap 12.000.
Pengalaman memicu intens perdebatan tentang risiko relatif dan manfaat dari
vaksin rotavirus (Robbins, 2007).
Pada 2006, dua vaksin baru melawan infeksi ditunjukkan untuk menjadi
aman dan efektif pada anak-anak, dan pada Juni 2009 World Health Organization
direkomendasikan bahwa vaksinasi rotavirus dimasukkan dalam semua program-
program imunisasi nasional untuk memberikan perlindungan terhadap virus ini
(Robbins, 2007).
Rotavirus ditemukan pada 1973  menyebabkan hingga 50% kasus rawat
inap untuk diare berat pada bayi dan anak, Selain dampaknya terhadap kesehatan
manusia, rotavirus juga menginfeksi hewan, dan merupakan patogen
ternak.,Rotavirus  merupakan jenis penyakit yang mudah dikelola masa kecil,
tetapi di seluruh dunia hampir 500.000 anak di bawah usia lima tahun masih
meninggal akibat infeksi rotavirus setiap tahun. Di Amerika Serikat,
sebelum  vaksinasi rotavirus dikenal oleh masyarakat,kasusrotavirus
menyebabkan sekitar 2,7 juta kasus gastroenteritis berat pada anak, hampir 60.000
rawat inap, dan sekitar 37 kematian setiap tahunnya (Estes M, 2007).

5
Rotavirus adalah penyebab diare pada bayi dan anak-anak yang paling
umum. Banyak anak-anak paling tidak mengalami diare akibat rotavirus pada usia
2 sampai 3 tahun. Selain itu infeksi virus ini terkadang di dapatkan pada hewan
muda dan manusia dewasa (Ranuh, 2008).  

II.2 EPIDEMIOLOGI

Infeksi Rotavirus paling sering pada bulan-bulan musim dingin didaerah


beriklim sedang.Insiden puncak menyebar dari barat ke timur di Amerika Serikat.
Tidak seperti virus musim dingin lainnya seperti Influenza, gelombang kenaikan
insiden tidak disebabkan oleh suatu strainatau serotip yang lazim, khas beberapa
serotype menonjol pada masyarakat tertentu selama satuatau dua musim
sementara dekat lokasi tempat menyimpan strain yang tidak terkait.
Kebanyakankasus klinis terjadi pada anak umur kurang dari 2 tahun (tetapi lebih
tua dari 3 bulan) dengan bukti serologis adanya infeksi yang berkembang pada
semua anak umur 4 atau 5 tahun. Infeksi subklinis adalah lazim diruang
perawatan neonates adan pada orang dewasa dengan kontak eratdengan anak yang
terinfeksi (Anonim, 2003).
Di negara-negara yang beriklim 4 musim, diare yang disebabkan virus
sering terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh
Rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada
pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus) (Lung E, 2007) .

6
Gambar 1. Distribusi kasus diare rotavirus rawat inap.8

Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada bayi dan anak-anak


terutama anak kelompok usia 6 bulan – 2 tahun. Di negara maju Rotavirus
merupakan 50 % penyebab utama diare. Di Indonesia Rotavirus pertama kali
ditemukan pada tahun 1975 dari penderita diare yang dirawat di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI -–RSCM Jakarta. prevalensinya pada waktu itu ialah
sebanyak 47 %, di Yogyakarta dan Medan berkisar 40 % (Ranuh, 2008).

Di Eropa, setidaknya ada 15 jenis G dan 28 jenis P beredar, dengan lima


kombinasi mendominasi: G1P [8], G2P [4], G3P [8], G4P [8] dan G9P [8]. G1P
[8] bertanggung jawab untuk 70% dari infeksi di Eropa. Gelar tinggi keragaman
serotipe virus co-beredar ada di lokasi yang berbeda dari Eropa, dan lebih dari
musim yang berbeda (Meštrović, 2006)..

Di Kenya, G1 genotipe terutama diamati hingga tahun 2002, ketika G9


muncul sebagai genotipe yang paling dominan, diikuti oleh genotipe G8 kurang
sering. Di India, strain G9 terdeteksi dan biasanya ditemukan dalam kombinasi
dengan P [11] atau P [6] genotipe pada tingkat deteksi sekitar 20% (Meštrović,
2006)..

Di Thailand, G1 merupakan genotipe yang paling umum juga, diikuti oleh


G2, G4 dan G3, masing-masing. Setidaknya tiga genotipe G (kebanyakan G1, G2
dan G4) terlihat untuk hidup berdampingan di Thailand setiap tahun epidemi dan
dalam beberapa studi keempat G-serotipe dilaporkan dalam epidemi yang
sama. distribusi yang sama diamati pada anak-anak dari Arab Saudi (Meštrović,
2006)..

Semua genotipe tersebut dapat menyebabkan penyakit pada manusia,


dengan tidak ada bukti yang jelas tentang perbedaan strain-spesifik konsisten
dalam tingkat keparahan penyakit atau usia orang yang terkena, meskipun
beberapa laporan menunjukkan bahwa durasi gejala dan keparahan dari

7
gastroenteritis yang terkait lebih besar dibandingkan mereka yang tidak
disebabkan oleh rotavirus pada subyek usia yang sama (Meštrović, 2006)..

Evolusi yang cepat dari strain rotavirus dan munculnya yang baru,
kemungkinan besar melalui transmisi virus di seluruh spesies oleh reassortment
antara hewan dan rotavirus manusia, membuat perlu untuk memasukkan
pengawasan regangan intensif sebagai komponen penting dari setiap program
pelaksanaan vaksin (Meštrović, 2006)..

Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare
dari rotavirus. Persentase yang lebih tinggi ditemui di tingkat Asia. Rata-rata
dengan angka di atas 50 persen. Di Korea bahkan kasus diare akibat rotavirus 73
persen. Untuk tingkat dunia, 440 ribu kematian anak setiap tahun meninggal
akibat rotavirus. Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000 orang per tahun.
Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah itu 10.088 anak di
antaranya akibat rotavirus. ‘Rotavirus menyebabkan diare berat. Jadi jika pasien
tidak dirawat di sarana kesehatan yang memadai, kemungkinan besar ia
meninggal (Anonim 2008).
Rotavirus adalah penyebab utama yang menyebabkan diare dengan
dehidrasi berat pada anak-anak. Rotavirus sangat infektif, dan kebanyakan infeksi
terjadi melalui fecal dan oral. Pada orang dewasa bisa terinfeksi setelah kontak
langsung dengan bayi yang terinfeksi, tapi biasanya hanya berupa diare ringan.
Kebanyakan infeksio terjadi pada musim dingin setiap tahun di Amerika. Masa
inkubasinya adalah 1-3 hari (Soebagyo. 2008).
Salah satu cara mengatatasi penyebaran virus ini yaitu dengan kampanye
kesehatan masyarakat untuk memerangi fokus rotavirus pada penyediaan terapi
rehidrasi oral bagi anak-anak yang terinfeksi dan vaksinasi untuk
mencegah. penyakit Insiden dan tingkat keparahan infeksi rotavirus telah menurun
secara signifikan di negara-negara yang telah menambahkan vaksin rotavirus
dengan kebijakan rutin masa kanak-kanak imunisasi (Soebagyo. 2008).

8
Norwalk virus, contohnya Calici virus biasanya menginfeksi anak-anak
dan dewasa, dan infeksi terjadi sepanjang tahun. Norwalk virus adalah penyebab
utama dari penyakit epidemik viral gastroenteritis. Penyebarannya melalui
makanan dan minuman yang tercemar. Penularan dari orang ke orang juga bisa
terjadi, karena virus sangat menular. Masa inkubasinya 1 – 3 hari (Jawetz, 2005).

Adenovirus serotipe 40 dan 41 adalah penyebab kedua infeksi virus


gastroenteritis pada anak-anak. Infeksi tyerjadi sepanjang tahun dengan sedikit
peningkatan pada musim panas. Anak-anak usia dibawah dua tahun yang sering
terkena infeksi. Penularannya terjadi dari orang ke orang dengan cara fekal dan
oral (Jawetz, 2005).
Sedikit diketahui tentang epidemiologi dari non Norwalkvirus dan
Astrovirus. Keduanya dapat menginfeksi semua usia tapi biasanya menginfeksi
bayi dan anak kecil. Infeksi Calicivirus terjadi sepanjang tahun, dimana penyebab
gastroenteritis oleh Astrovirus biasanya terjadi di musim dingin. Penularannya
melalui fekal dan oral. Inkubasi keduanya 1 – 3 hari (Jawetz, 2005).
Studi epidemiologi molecular telah menganalisis isolat berdasarkan
perbedaan migrasi segmen genom 11 setelah elektroforesisi RNA di dalam gel
poliakrilamida. Perbedaan pada elektroforetip tersebut dapat digunakan untuk
membedakan virus grup A dari grup lain, tetapi tidak dapat digunakan untuk
memperkirakan serotipe (Behrman , dkk. 2003).

Virus Ukuran (nm) Epidemiologi


Rotavirus
 Grup A 60-80 Penyebab tunggal Ya
yang terpenting
(virus atau
bakteri) penyakit
diare berat pada
bayi dan anak di
seluruh dunia

9
(pada bulan yang
  Grup B 60-80 dingin pada iklim Tidak
sedang).
Wabah penyakit
  Grup C 60-80 diare pada dewasa Tidak
dan anak di Cina.
Kasus sporadis
dan kadang-
kadang wabah
penyakit diare
pada anak.

II.3 ETIOLOGI

Gambar 2. Susunan virion rotavirus

Reoviridae merupakan golongan virus yang yang mempunyai virion tak


berselubung dengan simetris ikosahedral yang berdiameter 60-80 nm mempunyai
genom RNA untai ganda, bersegmen. Golongan virus tersebut memiliki meliputi
3 genus yaitu (Bains, 2005) :

(1)   Reovirus, terdiri dari 3 serotipe

10
(2)   Rotavirus, terdiri dari 2 serotipe

(3)   Orbivirus, terdiri dari beberapa serotype (golongan demam caplak Colorado
dan Kemerovo) yang bersifat lintas artropoda (arthropoda-borne)

Ukuran diameter virion 60-80 nm dan memiliki dua kulit kapsid yang
terpusat (kosentris), dimana tiap virion berbentuk ikosahedral (rotavirus
mempunyai tiga lapisan). Rotavirus mempunyai 132 kapsomer, dan tidak
beramplop. Partikel virus ini berkulit tunggal dan tidak mempunyai kapsid luar
berdiameter 50-60 nm. Core bagian dalam dari partikel berdiameter 30-40 nm.
Partikel berkulit ganda merupakan bentuk infeksi virus yang sempurna (Bains,
2005).

Berdasarkan situs antigenik yang terletak di protein vp6 dari kapsid batin,
strain rotavirus diklasifikasikan ke dalam lima utama (a, b, c, d, e) dan dua tentatif
tambahan (f, g) kelompok serotipe (juga dikenal sebagai serogrup) . Strain
diklasifikasikan menjadi serogrup a, b dan c bersifat patogen bagi manusia dan
berbagai spesies hewan (Wani, 2003).

Strain yang paling ganas dan sering terisolasi milik serogrup a, dan
diketahui menyebabkan diare akut infeksi pada anak-anak dan berbagai spesies
mamalia dan unggas domestik. Serogrup b telah terutama dikaitkan dengan diare
pada anak-anak domba neonatal strain serogrup e telah diisolasi hanya dari babi,
sedangkan serogrup d, f dan g strain telah diisolasi hanya dari spesies unggas
(Tabbu, 2000).

Rotavirus adalah virus double helix RNA dari famili Reoviridea. Rotavirus
terdiri dari 7  serotype, yaitu dari Grup A hingga Grup G. Virus memiliki sifat
sebagai parasit, di mana virus memerlukan sel inang untuk memproduksi protein,
memodifikasi genom dalam proses replikasinya dan dalam propagasi virion agar
memiliki sifat infeksius. Akibat dari propagasi tersebut adalah kerusakan sel inang
yang menyebabkan terjadinya penyakit. Dalam proses replikasinya beberapa virus
dapat menyebabkan infeksi laten sebagai hasil dari interaksi genom virus ke

11
dalam sel inang, dan beberapa jenis virus dapat menimbulkan transformasi pada
sel inang (Yuwanta, 2008).

Genom mengandung RNA untai ganda dalam 10-12 segmen tersendiri


dengan ukuran total 16-27 kbp, tergantung genusnya. Rotavirus mengandung 11
segmen genom, dimana orthoreovirus dan orbivirus masing-masing memiliki
sepuluh segmen dan coltivirus mempunyai 12 segmen. Segmen RNA individual
memiliki ukuran yang beragam mulai dari 680 bp (rotavirus) sampai 3900 bp
(orthoreovirus). Core virion mengandung beberapa enzim yang dibutuhkan untuk
transkripsi dan capping RNA virus (Minakshi, 2004).

Reovirus biasanya tidak stabil terhadap panas, pH 3,0-9,0 dan pelarut


lemak, tetapi dapat di inaktivasi oleh ethanol 95%, fenol, dan chlorin. Sedikit
perlakuan dengan enzim proteolitik akan menambah infektivitasnya (Minakshi,
2004).

 Virion
Berbentuk ikosahedral yang berdiameter 60-80 nm, memiliki dua kulit
kapsid yang terpusat atau konsentris
 Komposisi
RNA 15% dan Protein 85%

 Genom
Genom mengandung RNA untai ganda dalam 10-12 segmen tersendiri
dengan total genom 16-17 kbp
 Protein
Memiliki sembilan protein struktural, core berisi beberapa enzim
 Amplop
Tidak ada amplop atau amplop semu transien (transistent pseudoenvelope)
struktur tersebut terdapat selama terjadi morfogenesis partikel.

Rotavirus, astovirus, kalsivirus merupakan patogen penting penyebab


gastroenteritis pada manusia. Rotavirus di klasifikasi oleh kelompok (A,B,C,D,E)

12
subkelompok (1atau2), dan serotip. Group A, yang tidak mempunyai hubungan
antigenic dengan kelompok-kelompok lain, meliputi pathogen manusia biasa juga
berbagai virus binatang. Rotavirus group B dilaporkan sebagai penyebab penyakit
berat pada bayi dan orang dewasa dicina tetapi tidak diseluruh dunia. Kadang–
kadang wabah rotavirus C manusia dilaporkan. Kelompok ini terbatas pada strain
binatang. Strain rotavirus adalah spesies spesifik dan tidak menyebabkan penyakit
pada hospes heterogen. Subkelompok rotavirus ditentukan oleh struktur antigenic
protein kapsid sebelah dalam, vp6. Pengelompokan serotip rotavirus, sepetri
ditentukan oleh serologi neutralisasi silang klasik, tergantung pada glikoprotein
kapsid sebelah luar, vp7. Tipe serotype ini sering disebut sebagai tipe”G” (untuk
glikoprotein). Baru-baru ini banyak pengamat juga telah melaporkan tipe P untuk
rotavirus (“P” merujuk pada struktur kapsid sebelah luar rotavirus lain, vp4).
Walaupun kedua vp4 dan vp 7 dapat menimbulkan neutralisasi antibody
immunoglobulin(ig)G, peran antibody ini dalam imunitas protektif tetap belum
jelas (Lung E, 2007).

Rotavirus memiliki antigen-antigen biasa yang berada pada kapsid sebelah


dalam.Antigen-antigen ini dapat dideteksi dengan imunofluoresensi, ikatan
komplemen, dan ELISA. Dua subkelompok utama rotavirus antigenic telah
dikenali.Antigen tipe spesifik terletak pada kapsid sebelah luar VP7 merupakan
antigen predominan untuk aktivitas netralisasi. Antigen tipe spesifik ini
membedakan antara rotavirussatu dengan yang lain dan dapat dibuktikan dengan
uji Nt. Sekurang-kurangnya telah dikenalienam serotype diantara rotavirus
manusia, dan sekurang-kurangnya tipe serotipe lain terdapatdiantara isolate
hewan. Beberapa rotavirus hewan dan manusia mempunyai kekhususan
serotypeyang sama. Contohnya virus monyet SA11 sangat mirip denga serotype
manusia.Virus yang bisa menyebabkan gastroenteritis manusia digolongkan
sebagai rotaviruskelompok A. Tetapi secara antigenic dan genomic rotavirus yang
berbeda juga menyebabkan berjangkitnya diare.Telaah epidemiologi molekuler
telah menganalisis isolate berdasarkan perbedaan migrasi11 segmen genom
setelah elektroforesis RNA dalam gel Poliakrilamida. Keanekaragamangenom
yang luas telah terbukti dalam banyak penelitian. Perbedaan elektroferotipe ini

13
dapatdigunakan untuk meramalkan sserotipe, tetapi penentuan Elektroferotipe
dapat menjadi suatualat epidemiologi yang berguna untuk memantau penularan
virus (Behrman , dkk. 2003). 

Rotavirus diklasifikasikan menjadi lima kelompok (A-E) berdasarkan


epitop antigen pada stuktur interna protein VP6. Stuktur tersebut dapat dideteksi
dengan imunofluoresensi, ELISA, dan mikroskop imuno-elektron (IEM).
Rotavirus Grup A merupakan pathogen yang tersering pada manusia. Kapsid luar
protein VP4 dan VP7 membawa epitop yang penting dalam aktivitas netralisasi,
dengan glikoprotein VP7 sebagai antigen predominan. Antigen spesifik tipe ini
berbeda diantara berbagai rotavirus dan dapat dibuktikan dengan uji Nt. Berbagai
serotype telah ditemukan pada rotavirus manusia dan hewan. Beberapa rotavirus
manusia dan hewan memiliki spesifikasi serotype yang sama. Misalnya, virus
monyet SA11 secara antigen sangat mirip dengan serotype manusia 3. Penetapan
penyandian gen yang menentukan spesifikasi stuktur dan atigen rotavirus
(Robbins, 2007).

Rotavirus memiliki antigen umum yang berlokasi pada sebagian besar jika
tidak semua protein struktural. Ini bisa mendeteksi dengan imunofluoresen.
ELISA dan mikroskop elektron imun (IEM). Tiga besar subgrup antigen rotavirus
manusia telah teridentifikasi. Protein kapsid luar VP4 dan VP7 membawa epitope
penting dalam aktivasi netralisasi, walaupun glikoprotein VP7 tampaknya
merupakan antigen dominan. Antigen spesifik tipe ini membedakan antara
rotavirus-rotavirus dan dapat ditunjukan dengan tes Nt. Sedikitnya 9 serotipe telah
teridentifikasi di antara rotavirus manusia berbagi spesifitas serotipe. Misalnya,
virus S A 11 kera secara antigen sangat mirip dengan serotipe 3 manusia
(Robbins, 2007).

Virus yang sering meninmbulkan gastroenteritis pada manusia ini di


golongan sebagai rotavirus grop A, tetapi rotavirus yang berbeda secara antigenik
juga menyebabkan wabah diare, terutama pada orang dewasa. Studi epidemilogi
molekuler telah menganalisis isolat berdasarkan perbedaan dalam migrasi segmen
genom 11 mengikuti elektroforesis RNA dalam banyak penelitian. Perbedaan

14
dalam elektroforesis ini tidak dapat dipakai untuk meramalkan serotipe tetapi
elektroforesis dapat menjadi alat epidemilogi untuk memantau penularan virus
(Robbins, 2007).

II.4 PATOGENESA

Gambar 3. Patogenesa Rotavirus


Rotavirus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada ujung
vili usus kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus
kecil, berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang
mononuklear pada lamina propria. Kelainan morfologis ini dapat minimal, dan
hasil penelitian baru menunjukan bahwa infeksi rotavirus tanpa kerusakan sel
epitel dari usus halus. Rotavirus menempel dan masuk dalam sel epitel tanpa
kematian sel yang dapat menimbulkan diare. Sel epitel yang dimasuki oleh virus
mensintesis dan mensekresi sitokin dan kemokin, yang mana langsung
menimbulkan respon imun dari penderita dalam bentuk perubahan morfologi dan
fungsi sel epitel. Peneletian baru juga mengatakan diare terjadi pada infeksi
rotavirus karena adanya protein nonstruktural dari virus yang mirip dengan
enterotoksin yang menyebabkan sekresi aktif dari klorida melalui peningkatan
kosentrasi kalsium intra sel (Jawetz, 2005).

15
Diare disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan virus. Malabsorbsi terjadi
oleh karena kerusakan sel usus (enterocyt). Racun yang diprosuksi Rotavirus
berupa protein NSP4 menyebabkan sekresi ion kalsium, mengganggu SGLT1
dalam proses reabsorbsi air, menghambat aktivitas membran silia disakarida, dan
kemungkinan mengganggu reflek simpatis parasimpatis usus. Enterocyt yang
sehat mengsekresikan lactase ke usus kecil, intoleransi susu dapat terjadi oleh
karena defisiensi lactase dan menjadi gejala khas dari infeksi rotavirus ini, dan
kondisi ini dapat berlangsung sampai satu minggu. Diare sedang yang berulang
oleh karena pengenalan susu buatan pada anak terjadi oleh karena fermentasi
disakarida laktosa oleh bakteri di usus (Jawetz, 2005).

Rotavirus adalah virus yang sulit dibiakkan. Rotavirus menginfeksi sel-sel


dalam vili usus halus. Virus-virus itu berkembang biak dalam sitoplasma enterosit
dan merusak mekanisme transportnya. Sel yang rusak dapat masuk ke dalam
lumen usus dan melepaskan sejumlah besar virus, yang kemudian terdapat dalam
tinja. Diare yang disebabkan oleh rotavirus mungkin akibat gangguan penyerapan
natrium dan absorpsi glukosa karena sel yang rusak pada vili digantikan oleh sel
kriptus belum matang yang tidak meyerap. Dibutuhkan waktu 3-8 minggu untuk
perbaikan fungsi normal (Soebagyo. 2008).
Rotavirus adalah satu-satunya penyebab Gastroenteritis yang terpenting
diseluruh dunia pada anak-anak. Gastroenteritis adalah masalah radang perut dan
usus. Perkiraan berkisar antara 500 juta sampai 1 milyar selama episode tahunan
diare, pada anak-anak dibawah 5 tahun di Afrika, Asia, dan Amerika Latin,
mengakibatkan 5 juta kematian (Soebagyo. 2008).
Secara histologi perubahan pada jaringan sel akibat infeksi rotavirus
ditandai dengan adanya akumulasi sel - sel enterosit yang mengalami vakuolisasi,
apoptosis dan terjadinya proliferasi yang meningkat pada hari kesatu sampai hari
ketujuh pasca infeksi. Semua proses tersebut menyebabkan vilus atrofi, disamping
itu juga banyak sel yang hilang akibat proses apoptosis. Selain itu terjadi juga
percepatan masa penggantian antar sel yang berakibat terbentuknya sel - sel epitel
yang kurang terdeferensiasi yang kesemuanya berakibat pada penurunan fungsi
absorpsi dari sel epitel intestinal (Estes M, 2007).

16
Sebagian dari sel epitel yang melapisi permukaan dinding usus halus juga
bersifat sebagai sel endokrin penghasil ensim disakaridase. Rusaknya sel epitel
akibat invasi virus menyebabkan kadar ensim disakharidase usus juga menurun
dan pencernaan disakarida terganggu. Disakarida yang tidak tercerna akan
menarik lebih banyak air sehingga terjadi diare osmotic (Estes M, 2007).

Faktor Risiko Masuk melalui makanan


yang tercemar/
 Virus terkontaminasi
Rotavirus, Mikroorganisme mirip Norwalk, Berkembangdalam usus
Adenovirus,echovirus, norovirus, astrovirus,Calcivirus.
 Bakteri
Escherchia coli, Salmonella typhi,Salmonella paratyphi, Melepaskanenterotoksin
Salmonella shigela,Yersinia enterocolitica, Campylobacter
jejuni,Vibrio cholera, Clostridium difficile,Staphylococcus,
Clostridium perfingens,
Clostridium botulinum. Mengiritasi ototdan lapisan
mukosa intestinum
Akumulassi monosit, makrofag,
Inflamasi
sel T helper dan fibroblas
Merangsang pembetukan siklik
adenosine monofosfat berlebihan
Interleukin-1
Pelepasan pirogenEndogen (Sitokin) Interleukin-6

Peningkatan terbukanya kanalCl


Sinyal mencapaiSistem Saraf Pusat MerangsangSaraf vagus

Cl mengalir cepat dari dalam sel


Merangsang hipotalamus keKripta usus
Pembentukan prostaglandin otak
meningkatkan titik patokan
suhu (set point)

Mengaktifkan pompaNa ke dalam kripta


HIPERTERMI
Menggigil, meningkatkan suhu basal

NaCl yang berlebihan menyebabkan


osmosis air yang ekstrim dari darah
Meningkatkan isi rongga usus dan mendorong
DIARE agen infeksius

Hipersekresi air, elektrolit danlendir

Frekuensi BAB Iritasi kulit Rangsangan tertentu pada dinding usus


meningkat Sekitar perianal

Peningkatan kehilangan Makanan dan zat yang tidak dapat di serap


Cairan dan elektrolit KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
Tekanan osmotic rongga usus meningkat
KEKURANGAN
Pengeluaran NaHCO3berlebihan VOLUME CAIRAN

Mual, muntah Intake menurun

17
Kehilangan Buffer NaHCO3 Dehidrasi
(bikarbonat) Gangguan keseimbangan
Cairan dan elektrolit RESIKO TINGGI
GANGGUAN NUTRISI
Kematian KURANG DARI
Asidosis metabolik Syok hipovolemik
KEBUTUHAN TUBUH
Bagan 1

II.5 GEJALA KLINIS


Gejala yang didapatkan pada gastroenteritis oleh karena rotavirus antara
lain dapat berupa muntah, diare air, dan demam sumer-sumer. Ketika seorang
anak terinfeksi virus ini perlu waktu inkubasi selama kurang lebih 2 hari sebelum
timbulnya gejala klinis. Dehidrasi lebih sering terjadi pada infeksi rotavirus
daripada oleh karena bakteri patogen, dan menjadi penyebab kematian tersering
oleh karena infeksi rotavirus ini (Anonim, 2003).
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam
dengan demam ringan sampai sedang dan muntah yang disertai dengan mulainya
tinja cair yang sering. Muntah dan demam khas mereda selama hari kedua sakit,
tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Tinja tanpa sel darah merah atau darah
putih yang nyata. Dehidrasi mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat,
terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan neonatus yang terinfeksi dengan
rotavirus tidak bergejala (Anonim, 2003)..
Infeksi Rotavirus biasanya banyak terdapat selama musim dingin, dengan
masa inkubasi selama 1-4 hari. Rotavirus ada dimana-mana. Penularan Virus ini
biasa melalui feses yang mengering dan disebarkan lewat udara (Anonim, 2003)..
Gejala yang timbul antara lain diare, demam, nyeri perut, dan muntah-
muntah, sehingga terjadi dehidrasi. Pada bayi dan anak-anak, kehilangan banyak
elektrolit dan cairan dapat mematikan kecuali kalau diobati(Anonim, 2003)..
Infeksi rotavirus dapat terjadi seumur hidup, infeksi pertama kali
menimbulkan gejala, namun infeksi berikutnya tidak menimbulkan gejala oleh
karena adanya peningkatan sistem imunitas tubuh. Oleh karena itu, infeksi dengan
manifestasi klinis terbanyak pada usia di bawah 2 tahun dan menurun sampai
dengan usia 45 tahun. Infeksi pada neonatus biasanya asimtomatik atau infeksi

18
sedang, infeksi yang berat biasanya pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun, juga
pada anak yang lebih tua dengan imunokompromis. Oleh karena imunitas yang
didapat pada waktu anak, orang dewasa kebal terhadap infeksi rotavirus, diare
pada dewasa lebih sering disebabkan hal lain, selain rotavirus, akan tetapi infeksi
asimtomatik pada dewasa ini dapat menjadi sumber penularan. Infeksi
simptomatis pada dewasa dapat disebabkan rotavirus tipe A dengan serotipe yang
lain (Wong, 2003).
II.6 DIAGNOSIS

Diagnosis diare akut yang disebabkan infeksi rotavirus sering hanya


berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis sangat penting untuk
menegakkan diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus.
Dari anamnesis dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume, apakah
diare berair (watery diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam melakukan
anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada beratnya diare dan dehidrasi.
Intake sangat perlu ditanyakan, jumlah buang air kecil, kehilangan berat badan.
riwayat makanan (Meštrović, 2006).

Anamnesis didapatkan :

 Demam

 BAB cair

 Muntah

 Batuk dan pilek (ISPA)

 Gejala - Gejala Dehidrasi mulai ringan, sedang sampai berat.

Pada Pemeriksaan fisik didapatkan :

 Keadaan Umum : kesadaran, mulai rewel, gelisah, apatis, sampai


terjadinya penurunan kesadaran, status gizi, derajat sakit, keaktifan dan
kondisi yang relevan dengan penyakit.

19
 Tanda Vital : Normal atau meningkat jika sudah mencapai dehidrasi berat.

 Kepala : ubun – ubun cekung

 Mata : Cowong, air mata berkurang.

 Hidung : Sekret , Nafas cuping hidung

 Mulut : bibir dan mukosa kering, stomatitis, sianosis, lidah kotor.

 Thoraks : Retraksi jika sudah terjadi dehidrasi berat.

 Abdomen : cembung , bising usus meningkat, hipertimpani, turgor normal,


lambat atau sangat lambat.

 Anus : perianal eritema

 Ekstremitas : akral hangat atau dingin, sianosi, capillary refill time normal
atau lambat.

Pemeriksaan laboratorium meliputi darah rutin, feses rutin, pemeriksaan


gula darah sewaktu, elektrolit dan BGA (Estes M, 2007).

Untuk memastikan diagnosis dari diare akut karena infeksi rotavirus


diperlukan pemeriksaan feses dengan metode rapid antigen test.3 Salah satunya
dengan enzyme immunoassay (EIA) dengan sensitivitas dan spesifik lebih dari 98
% atau latex agglutination test yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti
rotavirus yaitu imunoglobulin A dan M diekresikan difeses setelah hari pertama
terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif sampai 10 hari setelah infeksi
pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang. Oleh karena itu
pemeriksaan tes antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus. Namun
dalam praktek sehari-hari bila manifestasi klinis sudah jelas biasanya tidak
diperlukan lagi pemeriksaan serologis tersebut (Falcone, 2015).

II.7 POTENSI ZOONOSIS

20
Sejumlah besar orang yang terkena rotavirus binatang setiap tahun. Hasil
tes serologi dan metode pengakuan rantai nukleotida telah menunjukkan bahwa
banyak strain rotavirus yang diisolasi dari spesies mamalia memiliki kemampuan
untuk menginfeksi manusia. Selain itu, telah ada bukti kuat pada transfer zoonosis
strain unggas (Meštrović, 2006).

Contoh yang berbeda dari yang identik atau pengalihan (hampir identik)
dari segmen rotavirus hewan virus ke manusia dijelaskan dalam
literatur. Sebagian besar dari mereka mengacu pada segmen terisolasi dari sapi
atau babi, yang telah terdeteksi terutama di negara-negara berkembang dengan co-
huni dekat manusia dan hewan.dalam sebagian besar kasus, infeksi manusia
dengan segmen yang berasal dari hewan menyebabkan penyakit klinis ringan
(Meštrović, 2006).

Kebanyakan spesies hewan domestik dapat memainkan peran dalam


penyebaran virus dengan bertindak sebagai reservoir alami dari virus atau sebagai
perantara atau akhir host. Karena kemampuan virus untuk mengatasi hambatan
antara spesies, juga jelas bahwa strain hewan dapat bertindak sebagai sumber
alami genom virus, mempromosikan mutasi dan menciptakan genotipe virus baru
dengan virulensi diketahui (Meštrović, 2006).

Analisis filogenetik genom rotavirus expose persimpangan diulang antara


evolusi strain rotavirus manusia dan hewan, mungkin sebagai akibat dari beberapa
peristiwa penularan antara berbagai spesies hewan. The antarspesies transmisi dan
reassortment gen berikutnya adalah mekanisme yang signifikan yang mendorong
keragaman rotavirus dan memungkinkan munculnya strain patogen baru
(Meštrović, 2006).

Seperti infeksi campuran yang prasyarat untuk acara reassortment,


pengawasan bersama strain hewan dan rotavirus manusia akan sangat penting
dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan

21
antara virus co-beredar, serta menilai program vaksinasi yang relevan (Meštrović,
2006).

II.8 PENGOBATAN

Anak yang terinfeksi rotavirus biasanya mendapatkan terapi suportif untuk


menghilangkan gejala dan komplikasi. Contoh, terjadinya dehidrasi yang
merupakan komplikasi paling potensial dari infeksi rotavirus, keadaan ini sering
ditangani dengan terapi redidrasi oral. Pada kasus-kasus berat yang diikuti oleh
adanya muntah, terapi oral sulit dilakukan dan ini memberikan indikasi untuk
dilakukan pemberian cairan intravena serta perawatan di rumah sakit Tujuan
utama terapi adalah mencegah dehidrasi (rumatan), mengkoreksi kekurangan
cairan elektrolit secara cepat dan mencegah gangguan nutrisi

Salah satu dari pengobatan suportif yang saat ini mulai banyak digunakan
adalah penggunaan probiotik (Lactic acid bacteria) yaitu bakteri hidup yang
mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan
kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel
mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel
epitel usus, sehingga tidak terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk
melekatkan diri pada sel epitel usus sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak
terjadi. Bakteri baik yang termasuk ke dalam kelompok ini
seperti Bifidobacterium, Eubacterium, dan Lactobacillus. Dengan mencermati
fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan
dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic associated
diarrhea).

Mikroekologi yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat


dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja
bakteri probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan
mikrobiota komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan

22
peningkatan respon imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama
sistem imun humoral lokal mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri
patogen yang berada dalam lumen usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory
IgA (SIgA).

Mekanisme efek probiotik pada diare

1. Perubahan lingkungan mikro lumen usus (Ph, Oksigen)


2. Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen
3. Komposisi nutrien
4. Mencegah adhesi patogen pada enterosit
5. Modifikasi toksin atau reseptor toksin
6. Efek tropik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient
7. Imunomodulasi

Dalam hal jalur penularan yang melalui feses, upaya pengendalian yang
penting adalah penanganan air limbah dan kebersihan. Penanganan bagi orang
yang terjangkit virus ini adalah dengan penggantian cairan dan pemulihan
keseimbangan elektrolit secara intravena atau secara oral. Bisa dilakukan dengan
memberikan cairan oralit atau cairan pengganti oralit. Cairan pengganti oralit ini
bisa berupa kuah sayur, air teh manis yang ditambahkan garam seujung sendok.
Apabila anak muntah, ditunggu lebih dahulu 5-10 menit, agar anak tenang.
Setelah itu, baru diberikan cairan pengganti dari sendok secara perlahan-lahan.

II.9 PENCEGAHAN

Mengingat penyakit diare rotavirus sangat mudah menular, maka perlu


dilakukan langkah-langkah pencegahan. Salah satunya dengan merawat terpisah
anak yang terinfeksi rotavirus dengan anak sehat lainnya. Untuk mengurangi
penularan rotavirus, cuci tangan anda secara benar dan teratur –khususnya setelah
menggunakan toilet, mengganti popok anak atau membantu anak menggunakan

23
toilet. Tetapi bahkan mencuci tangan seksama tidak menjamin anda akan bebas
dari infeksi virus.

Saat ini pencegahan terhadap infeksi Rotavirus sudah banyak digunakan


terutama di Negara – Negara maju. Untuk mencegah diare akibat rotavirus, bisa
diberikan vaksin rotavirus peroral yaitu. Tetravalent-Rhesus based rotavirus
vaccine (RRV-TV) yang telah diizinkan digunakan untuk bayi di Amerika
Serikat. Vaksin ini sebaiknya diberikan pada usia 6 minggu – 1 tahun. Jadwal
yang disarankan adalah 3 dosis berurutan pada usia 2,4 dan 6 bulan. Pemberian
imunisasi rutin dengan vaksin tersebut akan menurunkan jumlah pasien diare yang
dirawat akibat rotavirus secara bermakna. Imunisasi ini di Amerika Serikat dan
Filipina telah diwajibkan, sementara itu di Indonesia vaksinasi rotavirus belum
ada, tetapi vaksin rotavirus keluaran MERK dan GSK sedang menunggu proses
izin dari Badan POM. Vaksin diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8 minggu.
Harganya memang masih mahal.

Untuk pencegahan agar tidak mudah terinfeksi rotavirus, pemberian


imunisasi bisa dilakukan. Apalagi, semua anak pasti pernah mengalami diare.
Salah satu diare yang mengancam adalah karena rotavirus. Perkembangan terakhir
dengan teknologi kedokteran saat ini telah ditemukan vaksin untuk rotavirus
meskipun pemberian di Indonesia belum merata diberikan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan ketersediaan vaksin. di Indonesia vaksinasi rotavirus belum ada.

Ada dua vaksin yang dapat melawan rotavirus, antara lain:

1. RotaTeq. Merupakan vaksin yang diberikan lewat mulut dalam tiga


dosis, seringkali pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Vaksin ini tidak
digunakan untuk anak yang berusia lebih tua dan mereka yang telah dewasa. Jika
setelah vaksinasi, perut anak anda terasa sakit, muntah, diare, darah pada
kotorannya, atau kelainan pencernaan lainnya. Segera hubungi dokter.
2. Rotarix. Vaksin ini berbetuk cair dan diberikan dalam dua dosis
kepada bayi pada usia 2 bulan dan 4 bulan.

24
Infeksi rotavirus bersifat self-limited disease yang terjadi setelah 3-9 hari
gejala muncul. Namun pada kasus ini dapat terjadi dehidrasi berat yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian. Dengan rehidrasi yang tepat akan dapat
mencegah komplikasi yang serius

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Reoviridae merupakan golongan virus yang yang mempunyai virion tak
berselubung dengan simetris ikosahedral yang berdiameter 60-80 nm mempunyai
genom RNA untai ganda, bersegmen. Golongan virus tersebut memiliki meliputi
3 genus yaitu. Ada tahun 1974, Thomas Henry Flewett menyarankan nama ''
rotavirus'' setelah mengamati bahwa, ketika dilihat melalui mikroskop elektron,
partikel rotavirus tampak seperti sebuah roda ('' rota'' dalam bahasa Latin); nama
resmi diakui oleh Komite Internasional taksonomi virus empat tahun kemudian.
Pada tahun 1976, virus yang terkait yang dijelaskan dalam beberapa spesies
hewan. Rotavirus telah diidentifikasi sebagai salah satu agen etiologi utama diare
dan enteritis pada mamalia, termasuk manusia, dan pada spesies ungags.
Diagnosis diare akut yang disebabkan infeksi rotavirus sering hanya berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis sangat penting untuk menegakkan
diagnosis dari diare oleh karena infeksi virus khususnya rotavirus. Dari anamnesis
dapat diketahui onset, frekuensi dari diare, durasi, volume, apakah diare
berair (watery diarrhea), diare berdarah atau berlemak. Dalam melakukan
anamnesis pada pasien diare harus lebih fokus pada beratnya diare dan dehidrasi.

25
Unggas yang terinfeksi rotavirus biasanya mendapatkan terapi suportif untuk
menghilangkan gejala dan komplikasi. Contoh, terjadinya dehidrasi yang
merupakan komplikasi paling potensial dari infeksi rotavirus, keadaan ini sering
ditangani dengan terapi redidrasi oral. Mengingat penyakit diare rotavirus sangat
mudah menular, maka perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan. Salah
satunya dengan merawat terpisah unggas yang terinfeksi rotavirus dengan unggas
sehat lainnya.
III.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini pembaca dapat mengambil manfaat dan
pengetahuan dari makalah ini serta dapat mengambil langkah untuk mencegah
kemungkinan terjadinya Rotavirus Infection. Hal yang dapat dilakukan yaitu
dengan vaksinasi cukup dilakukan satu kali yang biasanya dapat melindungi
sampai ayam diafkir. Pencegahan dapat dilakukan yaitu pada daerah yang tertular
dapat diberikan vaksinasi terhadap ayam dewasa.

26
         
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2008. Epidemic Tremor. Merck Veterinary Manual. National Publishing


Inc. Philadelphia

Anonim. 2003. Buku Tentang Penyakit Ayam. Dinas peternakan dan perikanan.

B. Soebagyo. 2008. Diare akut pada anak. Sebelas Maret University Press

Bains, B.S. 2005. A Manual of Poultry Disease. F Hoffmann-La Rhoce &


Company Limited Company. Basle, Switzerland.

Behrman , dkk. 2003. Ilmu Kesehatan Anak vol. I. edisi 15. Hal 1127-1127.

C, Mary T.2007. Rotavirus Infection. Merck Manual Home Health Handbook.

Estes M, Kapikian A (2007) Rotaviruses: Fields Virology. (5th edn), Lippincott,


Williams and Wilkins Philadelphia, USA.

Falcone, Emiliana. 2015. Molecular characterization of avian rotaviruses circulating in


Italian poultry flocks. Avian Pathology, 2015. Vol. 44, No. 6, 509–515

27
Jawetz, Melnick.2005, Mikrobiologi Kedokteran Buku 2, Salemba Medica,
Jakarta.Hal 489-492

Lung E. Acute diarrheal diseases dalam current diagnosis abd treatment in


gastroenterology. Ed. Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw
Hill,hal 131-49

Meštrović ,Tomislav.2006. Avian Rotavirus Infection. Poultry Med

Meštrović ,Tomislav.2007. Epidemilogy Avian Rotavirus. Poultry Med

Minakshi, Prasad G, Verma S, Dahiya S (2004) Detection of avian rotaviruses


from diarrhoeic poultry in India. Ind J Microbiol 44: 205-206.

Price, Anderson S. Wilson McCarty L. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-

proses Penyakit.Jakarta: EGC

Ranuh I.G.N dkk.Satgas Imunisasi –Ikatan dokter anak Indonesia Edisi ketiga
tahun 2008.Hal 242-243.

Robbins et al. 2007. Basic pathology of disease. Philadelphia. Elsevier Saunders,


18: 833-893

Tabbu CR 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial,


Mikal dan Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.

Wani SA, Bhat MA, Ishaq SM, Ashrafi MA, Buchh AS, et al. (2003) Detection of
a mammalian-like group A rotavirus in diarrhoeic chicken. Vet Microbiol
94: 13-18.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Yuwanta, Tri. 2008. Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke 5. Kanisius. Yogyakarta

28

Anda mungkin juga menyukai