Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOMEDIK II

Pertemuan 2
Pengamatan Morfologi Telur dan Cacing Dewasa Nematoda

Oleh
Nama : Afifah Zakiyatul Aulia
NIM/ SHIFT: J410219196/H

Pengampu :
Dr. Ambarwati, M.Si

Asisten:
Muhammad Masykuri A
Yanuar Fajrul Falah

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. JUDUL PRAKTIKUM
Pengamatan Preparat dan Telur Cacing
B. ALAT DAN BAHAN
a. Mikroskop
b. Preparat awetan cacing dewasa dan cacing telur
C. CARA KERJA
1. Amati preparat awetan cacing dewasa dan telur cacing di bawah
mikroskop pada pembesaran lemah (10X) kemudian perjelas
dengan pembesaran 40X
2. Gambarlah hasil pengamatan dari masing-masing preparat
awetan tersebut
D. HASIL

NO NAMA GAMBAR CIRI-CIRI


PREPARAT PREPARAT
1. 1.Tidak ada ujung
Cacing Dewasa yang melingkar
Oxyuris 2.Tidak membutuhkan
vermicularis tanah untuk
betina berkembangbiak dari
non infeksi menjadi
infeksi

2. 1.ujung ekor
Cacing Dewasa melengkung
Oxyuris
vermicularis
jantan

3. 1.bentuknya
asiametris/ tidak
Telur seimbang ( ada yang
Oxyuris melengkung ada yang
vermicularis datar )

4. 1.mutlak
Cacing Dewasa membutuhkan tanah
Ascaris untuk berkembangbiak
lumbricoides dari bentuk non infektif
Betina menjadi infektif
2.ujung ekor tidak
melengkung
5. 1.mutlak
Cacing Dewasa membutuhkan tanah
Ascaris untuk berkembangbiak
lumbricoides 2.ujung ekor
Jantan melengkung
6. 1.bentuknya
Telur berdungkul
Ascaris 2. bentuknya bulat
lumbricoides agak lonjong
3. warnanya kuning
kecoklatan
7. 1.ada unsur
Telur transparan
Hookworm

8. 1.bentuk seperti
tempaian kayu
Telur 2.warna kuning
trichuris trichura kecoklatan
3.ujungnya terdapat
benjolan seperti melon
9. 1.ukuran seperti
Larva benang
Necator 2.menginfeksi dengan
americanus cara larva menembus
kulit
10. 1. menginfeksi dengan
Larva cara larva menembus
Ancylostoma sp. kulit

11. 1.memiliki bursa


A.caninum jantan capulatrik

12. 1.memiliki kitin untuk


A.caninum menghisap darah,
sehigga menyebabkan
anemia
13. 1.nematoda jaringan
Mikrofilaria 2.menyebabkan
Brugia malayi filariasis / kaki gajah

E. PEMBAHASAN
Pengelompokan Nematoda
Cacing Nematoda berdasar pada tempat hidup cacing
dewasanya di dalam tubuh manusia dikelompokkan menjadi :
1. Nematoda usus (Intestinal nematodes) yang hidup di dalam
usus: yang hidup di usus halus (small intestine) adalah Ascaris
lumbricoides, Ancylostomum duodenale, Necator americanus,
Strongylus stercoralis, dan Trichinella spiralis sedangkan yang
hidup di dalam sekum dan apendiks misalnya adalah
Enterobius vermicularis dan Trichuris trichiura.
2. Nematoda somatik (Somatic Nematodes). Cacing ini hidup di
dalam jaringan atau di dalam organ tubuh:
 Di dalam sistem limfatik, misalnya Wuchereria bancrofti dan
Brugia malayi
 Di jaringan subkutan misalnya Loa loa, Onchocerca volvulus
dan Dracucnculus medinensis
 Di dalam mesenterium misalnya Acanthocheilonema
perstans dan Mansonella ozzardi
 Di konjungtiva mata, misalnya Loa loa
 Di paru-paru misalnya Strongyloides stercoralis
 Di jaringan/organ hati, misalnya Capillaria hepatica

Enterobius vermicularis
Nama lain cacing ini adalah Oxyuris vermicularis, dan
dikenal secara umum sebagai cacing keremi, cacing jarum
(pinworm), atau seatworm. Oxyuris dewasa hidup di dalam sekum
dan sekitar apendiks usus manusia, yang merupakan satusatunya
hospes definitif cacing ini. Cacing betina akan mengadakan migrasi
ke daerah sekitar anus (perianal) untuk meletakkan telurnya di
daerah tersebut.
Anatomi dan morfologi Enterobius vermicularis
Cacing dewasa Enterobius vermicularis merupakan cacing
Nematoda yang berukuran kecil. Panjang badan cacing betina
sekitar 13 mm, sedangkan cacing jantan hanya sekitar 5 mm
Cacing dewasa berwarna putih, dengan bagian leher yang melebar
seperti sayap karena adanya pelebaran kutikula (disebut cervical
alae). Cacing ini mempunyai esofagus yang khas bentuknya karena
adanya pembesaran ganda (double-bulb oesophagus). Enterobius
tidak mempunyai rongga mulut, tetapi memiliki tiga buah bibir.
Cacing jantan mempunyai ekor yang melingkar, sedangkan ekor
cacing betina lurus dan runcing. Di ujung posterior cacing jantan
terdapat spikulum dan papil-papil. Telur Oxyuris vermicularis,
bentuk Telur cacing Oxyuris vermicularis atau cacing kremi tampak
seperti bola tangan (American Football) dengan satu sisi mendatar.
Bentuknya lonjong, bagian lateral tertekan, datar di satu sisi dan
berukuran panjang 50-60µm, lebar 20-30µmk.
Siklus hidup Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif,
telur akan menetas di dalam usus (daerah Sekam), dan kemudian
akan berkembang menjadi dewasa. Cacing betina mungkin
memerlukan waktu kira-kira satu bulan untuk menjadi matang dan
mulai untuk produksi telurnya. setelah membuahi cacing betina,
cacing jantan biasanya mati dan mungkin akan keluar bersama
tinja. Didalam cacing betina yang gravid, hampir seluruh tubuhnya
dipenuhi oleh telur. Pada saat ini betina akan turun ke bagian
bawah kolon dan keluar melalui anus, telur-telur akan diletakkan
diperianal di kulit perinium. Kadang-kadang cacing betina dapat
bemigrasi ke vagina. Diperkirakan juga bahaya setelah meletakkan
telur-telurnya, cacing betina kembali masuk ke dalam usus, tetapi
hal ini belum terbukti. Kadang-kadang apabila bolus tinja keluar dari
anus, cacing dewasa dapat melekat pada tinja dan dapat
ditemukan dipermukaannya. Untuk diagnosis infeksi ini, cacing
dewasa dapat di ambil dengan pita perekat. Meskipun telur
biasanya tidak diletakkan di dalam usus, beberapa telur dapat
ditemukan di dalam tinja. Telur tersebut menjadi matang dan infektif
dalam waktu beberapa jam.

Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides adalah Nematoda usus atau cacing
usus yang ditularkan melalui tanah yang menyebabkan penyakit
Ascariasis, cacing ini disebut juga dengan cacing gelang. Hospes
atau inang dari Ascariasis adalah manusia. Anatomi dan morfologi
Ascaris lumbricoides Cacing dewasa. Cacing nematoda ini adalah
cacing berukuran besar, berwarna putih kecoklatan atau kuning
pucat. Cacing jantan berukuran panjang antara 10-31cm,
sedangkan cacing betina panjang badannya antara 22-35 cm.
Kutikula yang halus bergaris-garis tipis menutupi seluruh
permukaan badan cacing. Ascaris lumbricoides mempunyai mulut
dengan tiga buah bibir, yang terletak sebuah di bagian dorsal dan
dua bibir lainnya terletak subventral.
Selain ukurannya lebih kecil daripada cacing betina, cacing
jantan mempunyai ujung posterior yang runcing, dengan ekor
melengkung kearah ventral. Di bagian posterior ini terdapat 2 buah
spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2 mm, sedangkan di
bagian ujung posterior cacing terdapat juga banyak papil-papil yang
berukuran kecil. Bentuk tubuh cacing betina membulat (conical)
dengan ukuran badan yang lebih besar dan lebih panjang dari pada
cacing jantan dan bagian ekor yang lurus, tidak melengkung. Telur.
Ascaris lumbricoides mempunyai dua jenis telur, yaitu telur yang
sudah dibuahi (fertilized eggs) dan telur yang belum dibuahi
(unfertilized eggs). Fertilized eggs berbentuk lonjong, berukuran 45-
70 mikron x 35-50 mikron, mempunyai kulit telur yang tak
berwarna.
Kulit telur bagian luar tertutup oleh lapisan albumin yang
permukaannya bergerigi (mamillation), dan berwarna coklat karena
menyerap zat warna empedu. Sedangkan di bagian dalam kulit
telur terdapat selubung vitelin yang tipis, tetapi kuat sehingga telur
cacing Ascaris dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah.
Fertilized eggs mengandung sel telur (ovum) yang tidak
bersegmen, sedangkan di kedua kutub telur terdapat rongga udara
yang tampak sebagai daerah yang terang berbentuk bulan sabit.
Unfertilized egg (telur yang tak dibuahi) dapat ditemukan jika di
dalam usus penderita hanya terdapat cacing betina saja. Telur
yang tak dibuahi ini bentuknya lebih lonjong dan lebih panjang dari
ukuran fertilized eggs dengan ukuran sekitar 80x 55 mikron, telur ini
tidak mempunyai rongga udara di kedua kutubnya.
Dalam tinja penderita kadang-kadang di ditemukan telur
Ascaris yang telah hilang lapisan albuminnya, sehingga sulit
dibedakan dari telur cacing lainnya. Terdapatnya telur yang
berukuran besar menunjukkan ciri khas telur cacing Ascaris.
Daur hidup
Keluar bersama tinja penderita, telur cacing yang telah
dibuahi jka jatuh di tanah yang lembab dan suhu yang optimal telur
akan berkembang menjadi telur infektif, yang mengandung larva
cacing.
Pada manusia infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing
yang infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar tanah
yang mengandung tinja penderita ascariasis. Di dalam usus halus
bagian atas dinding telur akan pecah kemudian larva keluar,
menembus dinding usus halus dan memasuki vena porta hati.
Dengan aliran darah vena, larva beredar menuju jantung, paru-
paru, lalu menembus dinding kapiler masuk ke dalam alveoli. Masa
migrasi larva ini berlangsung sekitar 15 hari lamanya.
Sesudah itu larva cacing merambat ke bronki, trakea dan
laring, untuk selanjutnya masuk ke faring, esofagus, lalu turun ke
lambung dan akhirnya sampai ke usus halus. Selanjutnya larva
berganti kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Migrasi larva
cacing dalam darah yang mencapai organ paru tersebut disebut
“lung migration”. Dua bulan sejak masuknya telur infektif melalui
mulut, cacing betina mulai mampu bertelur. Seekor cacing Ascaris
lumbricoides dewasa mampu bertelur dengan jumlah produksi
telurnya dapat mencapai 200.000 butir per hari.
Penularan askariasis
Infeksi askariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu
telur infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang
tercemar, melalui tangan yang kotor karena tercemar tanah yang
mengandung telur infektif, atau telur infektif terhirup melalui udara
bersama debu. Jika telur infektif masuk melalui saluran
pernapasan, telur akan menetas di mukosa jalan napas bagian
atas, larva langsung menembus pembuluh darah dan beredar
bersama aliran darah.

Trichuris trichura
Trichuris trichiura lebih dikenal dengan nama cacing cambuk
karcna secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Infeksi
dengan cacing cambuk (trichuriasis) lebih sering terjadi di daerah
panas, lembab dan sering bersama-sama dengan infeksi Ascaris.
Sampai saat ini dikenal lebih dari 20 spesies Trichuris sp., namun
yang menginfeksi manusia hanya Trichuris trichiura dan Trichuris
vupis. Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada
manusia bila menginfeksi dalam jumlah yang banyak.
Anatomi dan Morfologi cacing Trichuris trichuria
Cacing betina memiliki panjang 3,5-5 cm dan jantan memiliki
panjang 3,0-4,5 cm. Tiga per lima anterior tubuh halus seperti
benang dan dua per lima bagian posterior tubuh lebih tebal, berisi
usus dan perangkat alat kelamin. Cacing jantan tubuhnya
membengkok ke depan hingga membentuk satu lingkaran penuh,
satu spikula tunggal menonjol keluar melalui selaput retraksi.
Bagian posterior tubuh cacing betina membulat tumpul dan vulva
terletak pada ujung anterior bagian yang tebal dari tubuhnya.
Seekor cacing betina dalam satu hari dapat bertelur 3000-4000
butir. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum dengan
bagian anteriornya seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus.
Telur cacing ini berbentuk tempayan dengan semacam tutup
yang jernih dan menonjol pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar
berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih,
besarnya 50 mikron.
Siklus hidup
Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja.
Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu dalam
lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan teduh.
Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk
infektif.
Cara infeksi
Langsung bila secara kebetulan hospes menelan telur
matang, maka telur akan menetaskan larva yang akan berpenetrasi
pada mukosa usus halus selama 3-10 hari. Selanjutnya larva akan
bergerak turun dengan lambat untuk menjadi dewasa di sekum dan
kolon asendens. Siklus hidup dari telur sampai cacing dewasa
memerlukan waktu sekitar tiga bulan. Di dalam sekum, cacing bisa
hidup sampai bertahun-tahun. Cacing akan meletakkan telur pada
sekum dan telur-telur ini keluar bersama tinja.

Ancylostoma duodenale dan Necator americanus


Hospes parasit ini adalah manusia. Penyakit yang
ditimbulkan oleh A.duodenale dinamakan ankilostomiasis. Penyakit
yang ditimbulkan oleh N.americanus dinamakan nekatoriasis .
Epidemiologi Pernah dilaporkan bahwa lebih dari 500 juta manusia
diseluruh dunia terinfeksi cacing ini, namun daerah yang paling
tinggi prevalensinya adalah daerah tropis yang lembab dengan
hygiene sanitasi yang rendah seperti di Asia Tenggara. Dilaporkan
juga bahwa daerah substropis, daerah yang beriklim sedang
dengan kelembaban yang sama seperti tropis, misalnya di tambang
memiliki prevalensi yang tinggi juga. Ancylostoma duodenale juga
banyak ditemukan di Afrika Utara, daerah lembah Sungai Nil, India
bagian utara serta Amerika Selatan.
Anatomi dan Morfologi cacing Ancylostoma duodenale dan
Necator americanus
Ancylostoma duodenale ukurannya lebih besar dari Necator
americanus. Cacing Ancylostoma duodenale betina berukurannya
10- 13 mm x 0,6 mm, yang jantan 8-11 x 0,5 mm, bentuknya
menyerupai huruf C. Necator americanus berbentuk huruf S, cacing
betina berukuran 9-11 x 0,4 mm dan yang jantan 7-9 x 0,3 mm. Alat
kelamin pada cacing jantan adalah tunggal yang disebut bursa
copalatrix.
Rongga mulut Ancylostoma duodenale mempunyai dua
pasang gigi yang tajam. Sedangkan Necator americanus
mempunyai sepasang benda kitin pada mulutnya. Ancylostoma
duodenale betina dalam satu hari mampu bertelur 10.000 butir,
sedangkan Necator americanus 9.000 butir dalam sehari.
Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan,
ukurannya 26 40-60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis
dan jernih. Ovum dari telur yang baru dikeluarkan tidak bersegmen.
Siklus hidup
Cacing dewasa hidup dan bertelur di dalam ⅓ usus halus
kemudian telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas
dalam waktu 1-1,5 hari telur akan berkembang menjadi larva di
tanah yang sesuai, larva bentuk pertama disebut rhabditiform.
Dalam waktu ± 3 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi larva
filariform. Kemudian larva filariform akan memasuki tubuh manusia
melalui kulit (telapak kaki, terutama untuk Necator americanus)
untuk masuk ke peredaran darah selanjutnya larva akan ke paru-
paru naik ke trakea berlanjut ke faring, kemudian larva tertelan ke
saluran pencernaan usus halus. Larva bisa hidup dalam usus
sampai delapan tahun dengan menghisap darah (1 cacing = 0,2
mL/hari).
Cara infeksi
Kedua yang bukan melalui kulit adalah tertelannya larva
(terutama Ancylostoma duodenale) dari makanan atau minuman
yang tercemar.

Brigia malayi
Brigia malayi adalah salah satu nematoda jaringan yang
merupakan salah satu dari tiga parasit manusia yang menyebabkan
penyakit filariasis limfatik (kaki gajah). Cacing ini pertama kali
ditemukan di Sulawesi oleh Brug sehingga disebut Brugia. Brugia
malayi disebut juga dengan Filaria malayi dan Wuchereri malayi,
Penyebaran parasit ini meliputi daerah tropis dan sub tropis,
menurut fakta hanya didapatkan di daerah Asia Selatan dan Asia
Tenggara, terutama di dataran rendah yang banyak air dan
ditumbuhi tanaman air. Hospes definitif parasit ini adalah manusia
sedangkan hospes perantaranya adalah nyamuk Mansonia
uniformis, Mansonia annulata, Anopheles barbirostris. Nyamuk dari
genus Mansonia banyak ditemukan di rawa-rawa dimana larva dan
pupanya menempel pada akar tumbuhan air, sehingga kebanyakan
filariasis limfatik ditemukan di daerah pedesaan. Sedangkan jika
hospes perantaranya nyamuk dari genus Anopheles maka filariasis
limfatik ditemukan di daerah perkotaan dan sekitarnya.
Anatomi dan morfologi Brigia malayi
Ciri-ciri mikrofilaria Brigia malayi : ukuran : panjang 170 –
260 μm dan lebar ± 6 μm mempunyai sarung / sheath ujung
anterior membulat / tumpul dengan 2 buah stylet (alat pengebor)
ujung posterior runcing cephalic space → panjang : lebar = 2 : 1 inti
tubur kasar, tersusun tidak teratur sampai ujung posterior dengan 2
buah nukleus terminalis Ciri-ciri cacing dewasa / Filaria Brigia
malayi : ukuran lebih kecil daripada Wuchereria bancrofti ukuran
cacing betina : ± 160 μm dan lebar ± 55 μm ukuran cacing jantan :
± 90 μm dan lebar ± 25 μm bentuk seperti benang halus berwarna
putih kekuningan cacing jantan mempunyai sepasang papila yang
besar di sebelah anterior kloaka dan sepasang lagi di belakangnya
dengan ukuran yang lebih kecil, spicula satu pasang dengan
ukuran yang tidak sama Panjang.
F. KESIMPULAN
Nematoda usus dibagi menjadi dua bagian yaitu Soil
transmitted helminths dan non Soil transmitted helminths. Soil
transmitted helminths yaitu cacing yang memerlukan tanah untuk
berubah dari bentuk non infektf menjadi bentuk infektif. Contohnya:
Ascaris lumbricoides(hidup di usus halus), Trichuris trichiura(hidup
di usus besar) dan cacing tambang, meliputi Necator americanus,
Anchilostoma duodenale dan Anchilostoma caninum, yang hidup di
jejenum dan duodenum. Sedangkan yang Non soil transmitted
helminths, yaitu cacing yang tidak membutuhkan tanah untuk
berubah menjadi bentuk infektif, contoh: Enterobius vermicularis,
hidup di sekum dan dekat apendiks, serta tricenella spiralis, hidup
di mukosa jejenum dan duodenum.
Kemudian ada Nematoda jaringan / somatik, yaitu cacing
nematoda yang hidup di jaringan atau organ lain, contoh:
Wuchereria bancroftidan Brigia malayi (hidup di sistem limfatik).
Nematoda usus dan nematoda jaringan dapat menyebabkan
kerugian untuk manusia. Oleh karena itu kita wajib menjaga
kebersihan diri serta lingkungan dan menyampaikan kepada
masyarakat agar dapat terhindar dari nematoda usus dan
nematoda jaringan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Bedah,S, dan A. Syafitri. 2018. Infeksi Kecacingan pada Anak Usia
8-14 Tahun di Rw 007 Tanjung Lengkong Kelurahan
Bidaracina, Jatinegara, Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 10(1): 20 – 31.
Jannah, R.N., R. Astuti dan D. Sumanto. 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Infeksi Enterobius vermicularis
(Cacing Kremi) pada Anak Sekolah. (Studi pada Siswa
Sekolah MI Mutaallimin Semarang). Undergraduate thesis.
Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran Protozoologi, Entomologi,
dan Helmintologi. Bandung : Yrama Widya.
Saputri, V.T. 2017. Identifikasi Nematoda Usus Golongan Soil
Transmitted Helminthes Dan Protozoa Usus Pada Feses
Anak Di Pemukiman Krajan, Kelurahan Mojosongo Kota
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Setia Budi.
Surakarta.
Sihombing, J.R., dan E. Gultom. 2018. Analisa Telur Cacing
Ascaris lumbricoides pada Faeces Anak Usia 4-6 Tahun di
TK Nurul Hasanah Walbarokah (NHW) Marelan Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup. 1(1): 1
– 7.
Sudjadi, F.A. 1996. Morfologi Brugia malayi Nonperiodik Penyebab
Filariasis di Kalimantan Timur. Berkala Ilmu Kedokteran.
28(2): 66 – 71.

Anda mungkin juga menyukai