Anda di halaman 1dari 3

KONSERVASI BUDAYA

Budaya dimaknai sebagai seperangkat gagasan, tindakan, dan karya yang


dihasilkan. Dengan demikian, dipahami dalam dua pengertian: sebagai proses dan
hasil. Karenanya, budaya bukan sekadar benda mati, melainkan kontinuitas
manusia dalam mengembangkan kehidupan. Konservasi budaya diibaratkan
semprong. Alat dari bambu yang memiliki lubang di kedua ujungnya. Ibu-ibu
biasa meniupkan angin melalui semprong agar bara bisa menyala. Tujuanya untuk
menjaga nyala api perapian agar stabil saat memasak.

Simpulannya, meniup api bukan untuk mematikan, melainkan


memberikan aliran oksigen untuk tetap menjaga nyalanya. Layaknya semprong,
konservasi budaya bekerja dengan cara yang hampir sama. Konservasi budaya
bekerja dengan menjaga capaian dan proses kreatif di dalam budaya secara
bersama-sama.

Konservasi budaya memiliki dimensi ke belakang dan ke depan. Dimensi


ke belakang diwakili oleh proses perlindungan dan pengawetan terhadap kearifan
lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Sementara itu, dimensi ke depan di-
ejawantah-kan dengan menjaga keberlanjutan budaya. Konservasi dapat bekerja
dalam dinamisnya budaya. Ia berperan menjaga budaya agar tetap dinamis tanpa
melupakan pondasi yang telah dibangun sebelumnya. Ini penting karena
masyarakat kita tengah terserang oleh penyakit lena dan lupa.

Konservasi budaya diwujudkan dalam dua wujud. Wujud pertama


konservasi budaya dengan menumbuhkan budaya peduli. Kedua, konservasi
budaya diwujudkan dalam peduli budaya.

Apa bedanya budaya peduli dan peduli budaya? Dalam kacamata budaya,
keduanya hakikatnya sama, hanya wujudnya yang berbeda. Budaya peduli, sering
disebut ide atau gagasan, inti dari budaya.Sementara itu, peduli budaya adalah
wujud yang kedua: aktivitas.
Contoh konservasi budaya Indonesia bisa berupa tarian tradisional seperti:

 Tari topeng

Seni tari menjadi salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh
Indonesia. Setiap daerah memiliki tari-tarian dengan keunikannya sendiri.
Misalnya, Tari Topeng dari Cirebon, Jawa Barat, merupakan seni tari pertunjukan
yang sarat akan simbol-simbol bermakna yang diharapkan bisa dipahami oleh
penontonnya. Simbol-simbol yang dimaksud bisa berupa nilai kepemimpinan,
cinta, atau kebijaksanaan yang disampaikan melalui media Tari Topeng.

 Tari Saman

Tari saman punya banyak nama. Bukan hanya tari seribu tangan, tapi juga
Saman Gayo di Aceh Tenggara dan Tengah, Saman Lokop di Aceh Timur , dan
Saman Aceh Barat di Aceh Barat.

Tarian tradisional Melayu ini asal mulanya dari daerah Aceh Tenggara
tepatnya di dataran tinggi Gayo. Nama “Saman ” diambil dari nama pencipta dan
pengembang tari Saman yaitu Syeikh Saman . Ia adalah salah seorang ulama yang
menyebarkan agama Islam di Aceh . Itu sebabnya syair atau lagu yang digunakan
dalam tari saman adalah bahasa Arab dan Aceh. Biasanya syair yang dipakai
dalam tari saman berisi pesan-pesan dakwah, sindiran, pantun nasehat, dan pantun
percintaan.

 Tari Merak

Tari Merak merupakan tarian kreasi baru dari tanah Pasundan yang diciptakan
oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950 dan dibuat ulang oleh Irawati
Durban pada tahun 1965. Sesuai dengan namanya, Tari Merak banyak terinspirasi
oleh keanggunan gerak dan warna ekor burung merak. Banyak orang salah
mengira jika tarian ini bercerita tentang kehidupan dan keceriaan merak betina,
padahal tarian ini bercerita tentang pesona merak jantan yang terkenal pesolek.

 Tari Pendet
Tari Pendet sendiri merupakan sebuah pernyataan dari persembahkan yang di
tuangkan dalam bentuk kesenian tari. Menajdi semakin populer karena kesenian
ini sangat mudah di tarikan oleh semua orang dan tidak perlu dengan latihan yang
intensif.

Menurut sejarah tarian ini dulunya diciptakan oleh seorang Maestro yang
berasal dari bali yaitu I Wayan Rindi pada Tahun 1967. Dahulunya tari pendet
merupakan tarian yang bersifat sakral dan hanya di pentaskan di Pura pada saat
ada ritual keagamaan tertentu. Oleh I Wayan Rindi seni tari ini di ubah menjadi
kesenian yang dapat dipentaskan tidak hanya pada setiap ritual keagamaan.

Pentingnya Konservasi Budaya Guna Melestarikan Budaya Indonesia

Kita sebagai generasi muda harus ikut berperan langsung dalam


melestarikan budaya bangsa agar kekhasan budaya bangsa Indonesia tidak
semakin luntur dan hilang. Salah satu kegiatan sebagai upaya konservasi budaya
adalah memakai baju batik pada hari-hari tertentu dalam perkuliahan seperti yang
sudah diterapkan oleh mahasiswa mahasiswi FE UNNES. Seperti yang kita tahu
batik adalah warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan keberadaannya.
Dengan memakai baju batik, mahasiswa mahasiswi ini akan memiliki kesadaran
perlunya melestarikan batik khas Indonesia.

Kegiata lain dalam rangka konservasi budaya yang telah dilaksanakan di


UNNES adalah mewajibkan para mahasiswanya untuk mengikuti tari konservasi
dan membuat parikan. Parikan adalah salah satu budaya Jawa sejenis pantun saat
ini keberadaannya hampir hilang akibat pengaruh dari era globalisasi. Dengan
membuat parikan mahasiswa akan lebih menegnal budaya Indonesia khususnya
budaya Jawa dan secara langsung ikut melestarikan budaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai