TARI PENDET
Disusun Oleh:
Tindakan Malaysia yang mengklaim tari pendet sebagai bagian dari budayanya amat
disesalkan keluarga Wayan Rindi. Pada masa hidupnya, Wayan Rindi memang tak berfikir untuk
mendaftarkan temuannya agar tak ditiru negara lain. Selain belum ada lembaga hak cipta, tari
Bali selama ini tidak pernah di patenkan karena kandungan nilai spiritualnya yang luas dan tidak
bisa dimonopoli sebagai ciptaan manusia atau bangsa tertentu. Namun dengan adanya kasus ini,
Sutapa yang juga dosen tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Bali berharap pemerintah mulai
mengambil langkah untuk menyelamatkan warisan budaya nasional dari tangan jahil negara lain.
Tari Pendet dalam tari sakral memiliki fungsi sebagai sarana upacara, dimana gerakkannya yang
sangat sederhana. Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh memiliki makna dan kekuatan
tertentu sehingga tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan rupa atau pakaian, tetapi
mempunyai kekuatan sekala dan niskala.
Tari Pendet dalam tari profan memiliki fungsi sebagai hiburan di masyarakat ataupun untuk
menyambut tamu-tamu(Penyambutan Selamat Datang), yang gerakkannya sedikit susah yang
lebih anggun.
G. Gerakan Mata
Nyeledet(kanan/kiri)
Ngelier
2. Desain Badan
a. Pakaian Dalam dari Tari Pendet
- Tapih
- Sabuk Stagen (panjangnya kurang lebih 8 m)
b. Pakaian Luar dari Tari Pendet
- Kamen Prade
- Sabuk Prade
- Kancrik Prade(selendang) yang ukurannya 2 - 3m
- Gelang (Perak/imitasi)
3. Properti
Properti yang dibawa yaitu bokor yang berisi canang/bunga-bunga ditambah dengan hiasan janur.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan dipura,
tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas
turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali
mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang
sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).
Sejarah tari pendet sebenarnya sudah ada sejak lama di bali. Tarian ini termasuk yang
tertua diantara tarian sejenis yang ada di pulau bali. Dari berbagai sumber yang saya temukan
tercatat bahwa tahun 1950 adalah tahun dimana terciptanya tarian pendet. Sebelumnya tarian ini
ada untuk upacara keagamaan dan ritual sejenis di bali.
Adalah dua seniman kelahiran Desa Sumertha, Denpasar bernama I Wayan Rindi dan Ni
Ketut Reneng yang menciptakan tarian ini. Merekalah yang mengubah tarian ritual ini menjadi
tarian penyambutan bagi tamu yang dilakukan empat orang penari di berbagai tempat termasuk
hotel dan tempat resmi lainnya. Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak
diperagakan di Pura, sebuah tempat ibadat bagi umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini
melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Tarian ini diciptakan oleh I
Wayan Rindi. Rindi merupakan maestro tari yang dikenal luas sebagai penggubah tari pendet
sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan. Tari pendet juga bisa berfungsi
sebagai tari penyambutan. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali
mengubah Pendet menjadi tarian ucapan selamat datang, meski tetap mengandung anasir yang
sakral-religius.
3.2. Saran dan Kritik
1. Saran
Dengan telah dibuatnya makalah kesenian yang berjudul Kesenian Tradisional tari Pendet
semoga dapat bermanfaat bagi kami khususnya selaku penyusun dan para pembaca umumnya.
Disamping itu dengan adanya makalah ini semoga para pembaca dapat mengembangkan
sekaligus melestarikan kesenian tradisional dan tentunya dapat menyusun makalah yang lebih
baik dari makalah yang kami buat.
kebudayaan berharga yang patut kita jaga dan kita lestarikan sebagai aset dan kekayaan budaya
bangsa Indonesia. Selain untuk menjaga identitas bangsa, jgn sampai pula kebudayaan negara
kita di klaim oleh negara tetangga (malaysia) maupun negara2 lain. oleh sebab itu, adab baiknya
kita menghargai warisan budaya bangsa ini sebaik-baiknya. Dan dapat menanamkan rasa cinta
terhadap kesenian tradisional Bangsa Indonesia, mempererat tali persatuan dan kesatuan.
2. Kritik
Tari tidak mengalami perubahan dalam geraknya sehingga terkesan klasik dari zaman ke
zaman.
Demikian paper ini saya persembahkan, apabila ada kekurangan, mohon dimaklumi. Seperti kata
pepatah tiada gading yang tak retak begitu juga dengan makalah ini yang sekiranya terdapat
banyak kekurangan sehingga perlu perbaikan di sana-sini. Dengan begitu saya juga meminta
bantuan dalam pengoreksian paper ini agar menjadi sempurna. Terima kasih.