Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PRAKTIKUM

PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA PERTANIAN


“PENGANTAR PERUBAHAN SOSIAL”

DOSEN PENGAMPU :

NURAINI BUDI ASTUTI, S.P. M.Si.

OLEH :

NAMA : PREDI ARIANTO AJI

NO.BP : 1910222008

KELAS : AGRI

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
PEMBAHASAN

“Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung Sebagai”


Desa Wisata

A. Kondisi Masyarakat Desa Cihideung Sebelum Mengalami Perubahan Dari


Kawasan Pertanian Menjadi Desa Wisata

Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyarakat yang


berlangsung terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti, karena tidak ada satu
masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Artinya,
meskipun para Sosiolog memberikan klasifikasi terhadap masyarakat statis dan
dinamis, namun yang dimaksud masyarakat statis adalah masyarakat yang sedikit
sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat, artinya di dalam masyarakat statis
tersebut tetap mengalami perubahan.

Soekanto (2013) mengatakan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan–perubahan kondisi
geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena
adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat meliputi berbagai macam


aspek yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, teknologi, maupun ilmu pengetahuan.
Begitu halnya di Desa Cihideung yang mengalami perubahan sosial budaya dari
desa yang didominasi oleh pertanian sawah dan sayuran menjadi desa wisata yang
didominasi oleh berbagai macam pembangunan objek pariwisata beserta sarana
pendukung lainnya yang dimiliki oleh para investor.

Kondisi masyarakat Desa Cihideung sebelum mengalami perubahan dapat


diidentifikasi melalui hal-hal berikut ini :
1. Pemanfaatan lahan didominasi oleh masyarakat Desa Cihideung dalam
bidang pertanian
2. Rendahnya jumlah penduduk (9038 jiwa) sehingga tidak terjadi kepadatan
penduduk
3. Mayoritas mata pencaharian sebagai petani (sebesar 87%)
4. Rendahnya tingkat pendidikan (kualitas dan kuantitas pendidikan di Desa
Cihideung pun kurang memadai)
5. Interaksi sosial yang kuat (gotong royong, kerja sama, musyawarah, saling
sapa, sopan santun)
6. Proses sosialisasi unsur-unsur masyarakat pedesaan
7. Memegang teguh norma-norma sosial (norma agama, norma kesopanan)
8. Sikap hidup yang sederhana
9. Rendahnya mobilitas sosial baik vertikal karena minimnya kualitas sumber
daya manusia dan horizontal karena
10. Teknologi tepat guna dengan cara memanfaatkan sumber daya lingkungan
Desa Cihideung
11. Sistem pemerintahan yang belum tersosialisasikan dengan baik
12. Rendahnya ukuran komunitas karena minimnya kualitas sumber daya
manusia.
13. Kesenian tradisional yang masih kental dan dilakukan atas dasar
keikhlasan.
14. Adat istiadat yang masih kental yaitu adat memberikan sesaji kepada mata
air sebelum melakukan kegiatan bertani.

B. Perubahan Sosial Budaya Yang Terjadi Pada Masyarakat Desa Cihideung


Sebagai Desa Wisata
Pada awalnya masyarakat Desa Cihideung merupakan desa yang mayoritas
masyarakatnya bekerja sebagai petani palawija maupun petani sawah, namun pada
saat terjadinya pembebasan lahan masyarakat Desa Cihideung mulai berubah
profesi menjadi petani bunga potong maupun bibit bunga. Mulai pada saat itulah
awal Desa Cihideung dinobatkan sebagai desa agrowisata. Pembangunan berbagai
macam objek pariwisata serta sarana pendukungnya menyebabkan terjadinya
perubahan sosial budaya pada masyarakat Desa Cihideung.
Perubahan tersebut dapat diidentifikasi melalui beberapa hal diantara-Nya
yaitu :
1. Berkurangnya lahan pertanian karena banyak dibangun objek pariwisata
2. Meningkatnya jumlah penduduk karena banyaknya pendatang
3. Mata pencaharian menjadi heterogen karena mulai banyak lapangan
pekerjaan non pertanian.
4. Meningkatnya tingkat pendidikan karena tersedianya kualitas dan kuantitas
Sekolah di Desa Cihideung serta para orang tua sudah menyekolahkan
anaknya untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
5. Berkembangnya teknologi modern yang membantu kegiatan masyarakat
Desa Cihideung salah satunya adalah telepon genggam, laptop, komputer,
warnet dan jaringan internet
6. Berkurangnya interaksi sosial.
7. Memudarnya solidaritas sosial karena adanya pendatang serta wisatawan
8. Meningkatkan eksistensi kesenian tradisional karena didukung oleh
pemerintah dan objek pariwisata.
9. Meningkatnya Tingkat Keagamaan karena adanya pendatang yang
menyebarkan syiar-syiar agama Islam
10. Hilangnya adat istiadat karena tertutupnya mata air yang ada di Desa
Cihideung karena pembangunan.
11. Lembaga Kemasyarakatan mulai berkembang dikarenakan meningkatnya
jumlah penduduk, meningkatnya pemahaman akan pendidikan sehingga
sumber daya manusia yang berkualitas serta bantuan dari objek pariwisata.
12. Sistem Pemerintahan berubah mengikuti perubahan yang dilakukan oleh
pemerintah pusat.

C. Tahap - Tahap Perubahan Sosial

Proses perubahan sosial biasa terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan


2. Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam
sistem sosial.
3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial
sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika
penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat.

Perubahan sosial di Desa Cihideung lebih dijelaskan mengenai tahap-tahap


perubahan dari sikap masyarakat terhadap wisatawan yang berkunjung. Proses
perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat Desa Cihideung melalui
tiga tahap, sebagaimana Soekanto (2008, hlm. 288-291) yaitu: 1) Penyesuaian
masyarakat terhadap perubahan; 2) Saluran-saluran perubahan sosial dan
Kebudayaan; 3) Disorganisasi dan Persepsi masyarakat Desa Cihideung terhadap
wisatawan. Tahapan-tahapan sikap masyarakat Desa Cihideung terhadap
wisatawan mulai dari euphoria, apathy, annoyance dan antagonism adalah
sebagai berikut:

1. Euphoria. Pada tahap pertama, kedatangan wisatawan diterima dengan baik


oleh masyarakat Desa Cihideung mereka sangat senang bisa berinteraksi
dengan wisatawan yang berasal dari luar kota yang memiliki taraf hidup yang
lebih tinggi, dengan sejuta harapan bahwa akan meningkatkan kesejahteraan
mereka.
2. Apathy. Pada tahap kedua, masyarakat Desa Cihideung menerima wisatawan
sebagai sesuatu yang lumrah karena sudah terbiasa, dan hubungan antara
masyarakat Desa Cihideung dengan wisatawan didominasi oleh hubungan
komersial dalam hal menjual bibit bunga dan membeli bibit bunga. Sehingga
didukung oleh pemerintah dalam hal komersialisasi tersebut dan dinobatkanlah
Desa Cihideung menjadi desa wisata.
3. Annoyance. Pada tahap ketiga, titik kejenuhan sudah hampir dirasakan oleh
masyarakat Desa Cihideung, dan mereka mulai merasa terganggu dengan
kehadiran wisatawan. Karena mulai merasakan dampak negatifnya yaitu
kemacetan, pengaruh gaya hidup yang negatif, kerusakan lingkungan dan
kebisingan.
4. Antagonism. Pada tahap keempat, masyarakat Desa Cihideung secara terbuka
sudah menunjukkan ketidaksenangannya dan melihat wisatawan sebagai
sumber masalah. Ketidaksenangan tersebut muncul akibat banyaknya dampak
negatif yang dihasilkan oleh wisatawan

D. Level Perubahan Sosial

Perubahan sosial terdiri dari 3 level, yaitu :

1. Mikro, yaitu mencakup individu, kelompok primer. Perubahan perilaku


(pengetahuan, sikap dan psikomotori), perubahan interaksi dalam lingkup
primer
2. Meso, mencakup organisasi, komunitas, masyarakat. Perubahan
kelembagaan, pengaturan, tumbuhnya organisasi-organisasi baru,
perubahan interaksi
3. Makro, mencakup negara, regional/kawasan, dunia. Perubahan pada
kebijakan, aturan/pengaturan, interaksi antar negara-negara, organisasi
dunia, dll

Perubahan sosial yang terjadi di Desa Cihideung termasuk ke dalam level


kategori Meso. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan mata pencarian
masyarakat pedesaan akibat adanya pembangunan infrastruktur agrowisata
yang berdampak pada perubahan mata pencarian dari petani sawah dan sayuran
menjadi berdagang serta berkembangnya pekerjaan lain yang mendukung
kegiatan agrowisata.

E. Perubahan Aspek Material Dan Imaterial

Perubahan sosial yang terjadi di Desa Cihideung terdiri dari 2 aspek, yaitu
material dan imaterial. Perubahan material yaitu dengan adanya berbagai macam
pembangunan infrastruktur objek pariwisata beserta sarana pendukung lainnya
yang dimiliki oleh para investor. Sedangkan perubahan pada aspek imaterial terdiri
dari kurangnya interaksi dan solidaritas sosial, hilangnya adat istiadat karena
tertutupnya mata air yang ada di Desa Cihideung karena pembangunan.
F. Dampak Perubahan Sosial

Dampak positifnya yaitu :

1. Membuat Desa Cihideung terkenal hingga ke mancanegara.


2. Menyediakan lapangan pekerjaan.
3. Memberi bantuan sosial.
4. Meningkatkan eksistensi kesenian tradisional.
5. Meningkatnya taraf hidup masyarakat Desa Cihideung karena adanya
pendidikan dan teknologi
6. Tersedianya fasilitas-fasilitas umum salah satunya adalah jalan raya.

Dampak negatifnya yaitu :

1. Terjadi kepadatan penduduk


2. Hilangnya sifat-sifat masyarakat pedesaan
3. Pencemaran lingkungan
4. Rendahnya pengawasan sosial
5. Kemacetan
6. Meningkatnya kriminalitas

G. Penutup
Kondisi masyarakat Desa Cihideung sebelum mengalami perubahan dari
kawasan pertanian menjadi desa wisata dapat diidentifikasi pada tahun 1999.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Cihideung cenderung homogen
dinominasi oleh petani dengan jumlah 87%, sebagai buruh tani sebanyak 10%,
pedagang sebanyak 5% dan pekerja bangunan sebanyak 3%,
Rendahnya tingkat pendidikan yang disebabkan oleh rendahnya pemahaman
masyarakat Desa Cihideung akan pentingnya, interaksi sosial yang kuat yang
dicerminkan dalam sikap gotong royong, saling membantu, sikap sopan santun,
sikap musyawarah, proses sosialisasi yang terjadi pada masyarakat
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, H. Analisis Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Desa Cihideung.


Jurnal Sosietas. Vol 5 No.2

Anda mungkin juga menyukai