Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUGAS TERSTRUKTUR

“Factors Associated with Stunting amount 24-35-Month-Old Kalinga


Indigenous Children in Pinukpuk, Kalinga, Phillipines: A Case-Control
Study”

Kelompok 1:

1. Awwalatun Nur Khoiriah (17910007)


2. Zuraida Ahadiyah Bulqies (18910002)
3. Gilfani Aulia Ramada (18910006)
4. Husna Nur Ridha (18910010)
5. Fikri Holly Jihadi Al Hasan (18910017)
7. Meily Rahmalia Widjaya (18910023)
8. Rahmi Annisaa (18910027)
10. Rizqi Ayuning Tyas SM (18910037)
11. Maulana Yusuf Zummariffirdaus (18910041)
12. Shalzanisa Dwianing Putri (18910045)
13. Mohamad Ahnaf Audris (18910049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
ABSTRAK ................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
POKOK PEMBAHASAN ....................................................................................................... 5
LIMITASI DAN PELUANG PENELITIAN LANJUTAN ................................................ 11
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 12

1
ABSTRAK

Latar belakang: Kebijakan untuk memerangi pandemi COVID-19 telah mengganggu


skrining, diagnosis, pengobatan, dan pemantauan pasien tidak menular (PTM) serta
memengaruhi pencegahan PTM dan pengendalian faktor risiko.
Tujuan: Untuk membahas bagaimana gelombang pertama pandemi COVID-19
mempengaruhi manajemen kesehatan pasien PTM, mengidentifikasi aspek-aspek mana
yang harus dibawa ke depan dalam manajemen PTM di masa depan, dan mengusulkan
upaya kolaboratif antara institusi publikswasta untuk membentuk model perawatan PTM
secara efektif.
Metode: Kemitraan NCD, sebuah kolaborasi antara Upjohn dan Kemitraan Inovasi
Eropa tentang Penuaan Aktif dan Sehat, mengadakan Dewan Penasihat virtual pada Juli
2020 dengan banyak pemangku kepentingan; profesional kesehatan (HCP), pembuat
kebijakan, peneliti, pasien dan kelompok advokasi perawat informal, organisasi
pemberdayaan pasien, dan pakar industri.
Hasil: Dewan Penasihat mengidentifikasi hambatan perawatan PTM selama pandemi
COVID-19 di empat bidang: kurangnya pedoman manajemen PTM; gangguan pada
perawatan terpadu dan pergeseran dari perawatan PTM berbasis rumah sakit ke
perawatan tingkat komunitas dan primer yang lebih banyak; infodemik dan kurangnya
informasi kesehatan yang dapat diandalkan untuk pasien dan petugas kesehatan tentang
cara mengelola PTM; kurangnya ketersediaan, pelatihan, standardisasi, dan regulasi alat
kesehatan digital.
Kesimpulan: Kemitraan multistakeholder dapat mendorong perubahan cepat pada
pencegahan PTM dan perawatan pasien. Komunikasi intra dan antar semua pemangku
kepentingan harus difasilitasi dengan melibatkan semua pemain dalam pengembangan
pedoman klinis dan alat kesehatan digital, restrukturisasi perawatan kesehatan dan sosial,
dan dukungan pasien dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Sebuah respon yang
komprehensif untuk PTM harus disampaikan untuk meningkatkan hasil pasien dengan
memberikan dukungan strategis, ilmiah, dan ekonomi.

2
PENDAHULUAN

Penyakit tidak menular (PTM) menyumbang lebih dari setengah beban penyakit
global dan merupakan penyebab utama kematian. NCD Countdown 2030 menargetkan
untuk mengurangi kematian dini dari empat PTM utama (penyakit kardiovaskular,
kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes). Pencegahan PTM, serta pengelolaan
gejala dan penyakit pasien PTM, keduanya relevan untuk mencegah hasil negatif yang
terkait dengan gangguan kronis, termasuk ketergantungan, kecacatan, kematian, dan
biaya kesehatan. Namun, kebijakan pengendalian COVID-19 telah mengganggu
skrining, diagnosis, pengobatan, dan pengawasan pasien PTM.
Pandemi COVID-19 telah memicu banyak masalah bagi individu dengan PTM.
Masalah pertama, orang dengan PTM jika terkena COVID-19 akan memiliki risiko
kesehatanyang lebih parah, termasuk risiko rawat inap, komplikasi, dan kematian yang
lebih tinggi. Kedua, tindakan pengendalian infeksi menyebabkan kesulitan dalam
mengakses pengobatan dan perawatan yang memadai untuk PTM, misalnya kunjungan
rawat jalan yang tidak mendesak dibatalkan karena risiko infeksi SAR-CoV-2 pada
pasien. Penyedia layanan kesehatan menghindari perawatan karena takut terinfeksi
COVID-19, sedangkan sumber daya dialokasikan kembali untuk pengujian dan
pengobatan COVID-19.
Pengurangan layanan rawat jalan memiliki dampak pengobatan yang penting bagi
pasien yang memiliki diagnosis PTM yang sudah ada sebelumnya, pada anggota keluarga
yang mungkin memberikan perawatan kepada mereka di rumah, dan juga mempengaruhi
pencegahan, skrining, dan diagnosis kasus PTM baru. Sebagai contoh, sebuah penelitian
di AS tentang skrining dan pengendalian diabetes dan dislipidemia melaporkan
perubahan dalam layanan rawat jalan selama Februari dan Maret 2020. Terdapat
penurunan 81-90% dalam pemeriksaan penunjang (tes kolesterol LDL dan HbA1c) dan
52-60% penurunan terhadap terapi obat baru (terapi statin dan metformin). Sementara
penelitian lain melaporkan peningkatan yang signifikan pada komplikasi kaki diabetes
yang parah seperti amputasi selama pandemi, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup,
mortalitas, dan morbiditas. Akhirnya, Pelayanan kesehatan sering tidak siap untuk
mengatasi keadaan darurat kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama
pemantauan jarak jauh pasien PTM, yang dapat menyebabkan ketidaksetaraan dalam
perawatan PTM antara pasien menurut pengaturan, negara, dan jenis gangguan.

3
Banyak negara mengalami kesulitan untuk mengatasi krisis karena kendala baru
dan yang sudah ada sebelumnya dalam tenaga kerja dan pembiayaan, baik untuk
pencegahan dan pengobatan COVID-19 tetapi juga untuk pengelolaan pasien PTM.
Pandemi masih berlangsung, dan beberapa negara telah memulai fase baru penguncian
dan jarak sosial yang ketat untuk mengatasi peningkatan kasus COVID-19. Gelombang
masa depan juga cenderung berulang secara teratur saat program vaksin sedang
berlangsung. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk membentuk kembali dan mengubah
perawatan PTM dalam konteks sistem kesehatan dan sosial yang tangguh dan
berkelanjutan baik dalam jangka panjang (periode pascapandemi) maupun dalam jangka
menengah (ketika gelombang baru COVID-19 mungkin terjadi). Meskipun banyak
kesulitan, keadaan darurat COVID-19 telah menghasilkan momentum dalam pendekatan
kolaboratif antara institusi publik dan swasta untuk mengidentifikasi dan menerapkan
pendekatan terapeutik yang efektif untuk pasien PTM.
Multistakeholder kolaborasi menyatukan sektor publik (misalnya, pembuat
kebijakan, HCP, lembaga peneliti), sektor swasta (misalnya, industri, perusahaan farmasi,
dll.), dan masyarakat sipil (misalnya, kelompok masyarakat, organisasi advokasi pasien
dan perawat, dll.). Semua pemangku kepentingan memiliki peran dan kemampuan yang
berbeda-beda yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan respon yang komprehensif
terhadap PTM, yang penting karena sifat multisektor PTM.
Dalam makalah saat ini, kami menyajikan keluaran Dewan Penasihat
multistakeholder oleh NCD Partnership dengan topik tentang bagaimana membentuk
kembali layanan kesehatan NCD selama dan setelah pandemi COVID-19. Tujuannya
adalah untuk membahas bagaimana gelombang pertama pandemi COVID-19
mempengaruhi manajemen kesehatan pasien PTM dan aspek apa yang harus dibawa ke
dalam manajemen PTM di masa depan, serta untuk mengidentifikasi bagaimana upaya
kolaboratif antara institusi publik-swasta dapat dilakukan. secara efektif membentuk
model perawatan PTM dan meningkatkan hasil pasien dengan memberikan dukungan
strategis, ilmiah, dan ekonomi.

4
POKOK BAHASAN

1. Metode
Kemitraan Penyakit Tidak Menular adalah berbagai stakeholder dari sektor
publik dan swasta, yang bekerja sama untuk menemukan solusi untuk meningkatkan
penuaan yang sehat dan mengurangi beban PTM. Hal ini melibatkan kolaborasi antara
Upjohn dan European Innovation Partnership (EIP) on Active and Health Aging (AHA)
dan menyatukan berbagai stakeholder termasuk HCP, pembuat kebijakan, peneliti,
kelompok advokasi pasien dan perawat, organisasi pemberdayaan pasien, dan pakar
industri.
2. Hasil
Selama masa pandemi Covid-19 para pasien penderita Penyakit Tidak Menular
dan juga tenaga kesehatan menjumpai banyak permasalahan serta hambatan yang harus
mereka hadapi. Pedoman penanganan penyakit tidak menular menjadi salah satu contoh
permasalahan yang dihadapi di masa pandemi seperti saat ini. Para tenaga Kesehatan
kebingungan dalam merawat pasien penderita Penyakit Tidak Menular di semua tahap
spektrum perawatan, termasuk pencegahan dan pengendalian faktor risiko, diagnosis
kasus baru, dan perawatan rutin pasien Penyakit Tidak Menular dikarenakan pedoman
yang awalnya sudah digunakan ternyata tidak dirancang untuk menangani penyakit
tidak menular di masa pandemi. Solusinya adalah mengembangkan pedoman khusus
untuk penanganan penyakit tidak menular selama masa pandemi Covid-19 dan potensi
ancaman system Kesehatan di masa depan. Dalam hal ini,peran pemerintah sangat
dibutuhkan untuk memfasilitasi antara pihak pembuat kebijakan yang bekerjasama
dengan pihak tenaga kesehatan supaya terbentuknya panduan praktis dan tepat waktu.
Selain itu, terbatasnya informasi ilmiah mengenai cara pengelolaan pasien
penderita penyakit tidak menular juga menjadi permasalahan di masa pandemi.
Solusinya bisa dengan cara menetapkan hibah penelitian untuk meningkatkan informasi
berbasis bukti tentang metode terbaik dalam hal penanganan pasien penderita penyakit
tidak menular selama diberlakukanya lockdown. Kemudian permasalahan lain di masa
pandemi adalah perawatan pasien penderita penyakit tidak menular yang awal mulanya
berbasis rumah sakit harus dipindahkan menjadi perawatan tingkat komunitas berbasis
tingkatan lebih primer. Untuk solusinya bisa dengan cara membentuk kembali sistem
dengan mendesentralisasikan perawatan dan mengalihkan lebih banyak perawatan
Penyakit Tidak Menular ke dalam komunitas.

5
Informasi terkait cara mengelola Penyakit Tidak Menular yang diterima oleh
para penderita Penyakit Tidak Menular juga kurang memadai serta tanpa adanya
dukungan langsung dari tenaga Kesehatan, hal tersebut merupakan contoh tambahan
dari permasalahan serta hambatan dimasa pandemi. Namun sebenarnya dapat diatasi
dengan cara membuat alat untuk memandu orang dalam menemukan informasi ilmiah
yang depat dan dapat dipercaya untuk meningkatkan pemberdayaan pasien penderita
Penyakit Tidak Menular. Dalam hal ini pemerintah memiliki peran penting seperti
membuat program yang dapat memberikan informasi yang lengkap bagi pasien serta
dipimpin oleh pakar dalam bidang tersebut.
Pasien penderita Penyakit Tidak Menular saat mencari informasi juga sering
mendapatkan informasi yang salah, hal tersebut tentu menjadi penghambat. Solusinya
bisa dengan mengembangkan buku panduan pasien terbaik atau membuat program yang
berisi informasi dari narasumber terpercaya. Pihak pemerintah juga dapat memberikan
sponsor industry swasta kepada tenaga Kesehatan dan peneliti yang dapat membantu
mengembangkan informasi yang didukung serta dipublikasikan oleh kelompok
advokasi pasien.
Dimasa pandemi seperti saat ini, untuk memenuhi pelayanan Kesehatan kepada
masyarakat, maka muncul program telemedicine, namun dijumpai permasalahan dan
hambatan seperti contohnya layanan Kesehatan digital tersebut tidak terstandarisasi dan
Sebagian besar tidak diatur. Solusi untuk masa depannya dapat berupa membuat alat
praktis untuk membimbing orang sehingga dapat mengakses informasi dengan mudah
dan disampaikan dengan istilah awam. Selain itu juga dapat dengan cara
mengembangkan lagi layanan Kesehatan digital tersebut dengan kriteria yang lebih
jelas dan transparan mengenai solusi yang aman dan efektif serta diimbangi dengan
meningkatkan literasi Kesehatan digital seperti program pelatihan dan Pendidikan.
Pemerintah diharapkan berperan aktif seperti memvalidasi,menyelaraskan,serta
melakukan analisis efektivitas biaya untuk memastikan bahwa teknologi tersebut benar-
benar membantu masyarakat.
3. Perawatan Terpadu
3.1 Hambatan dan Masalah
Perawatan terpadu adalah strategi penting dalam model perawatan kronis
dan bagian penting dari manajemen untuk pasien PTM kompleks, terutama pasien
yang lebih tua dan mereka dengan multimorbiditas. Hal ini melibatkan perawatan
kolaboratif yang terkoordinasi dari berbagai administrasi, organisasi, pemberian

6
layanan, dan tingkat klinis, untuk memastikan perawatan yang komprehensif
kepada pasien. Akan tetapi selama masa pandemi COVID-19 hal ini menjadi
terganggu.
Banyak perawatan khusus dibatalkan dan karena risiko infeksi SARS-CoV-
2, kemungkinan pasien dengan multikomorbiditas akan melewatkan penilaian
penting untuk melacak perkembangan gejala dengan penyakit tidak menular
mereka. Layanan kesehatan khususnya geriatri dan spesialis penyakit menular
kewalahan selama puncak pandemi, dan banyak bangsal spesialis geriatri diubah
menjadi pusat perawatan khusus COVID-19.
3.2 Solusi yang diusulkan oleh Dewan Penasehat
Anggota dewan penaehat mengusulkan berbagai solusi untuk membentuk
kembali proses perawatan terpadu di masa depan:
1. Dalam gelombang pandemi yang sedang berlangsung, sistem perlu dibentuk
kembali dengan mendesentralisasi perawatan dan mengalihkan lebih banyak
perawatan PTM ke masyarakat, dengan fokus pada solusi jangka pendek dan
jangka panjang.
2. Rekomendasi bahwa harus ada lebih banyak fokus pada swadaya pasien,
dibantu dengan HCP dan pengasuh informal.
3. Penggunaan teknologi yang dioperasikan oleh pasien yang memungkinkan
pasien untuk mengirimkan informasi ke HCP mereka dan mengelola sendiri
penyakit dan gejalanya mungkin perlu diprioritaskan.
4. Perlu adanya peningkatan penggunaan “manajer kasus” atau “ koordinator
perawatan” (misalnya, orang yang dialokasikan sebagai koordinator aktif
perawatan untuk pasien individu)
3.3 Peran kemitraan multistakeholder
Kemitraan multistakeholder dapat menjadi pemegang kunci yang dapat
mendukung pengembangan dan implementasi alat, terutama digital, yang dapat
membantu mencegah pasien melakukan kontak fisik langsung dengan HCP sambil
tetap menerima layanan kesehatan berkualitas tinggi. Membantu menilai
perspektif, kebutuhan, dan preferensi pasien dan perawat untuk solusi yang berbeda
dan menyatukan pencipta teknologi kesehatan digital dan organisasi pasien
sehingga mereka dapat mengembangkan alternatif yang efektif dan ramah
pengguna untuk perawatan tatap muka yang mempertimbangkan tujuan dan

7
kemampuan pasien dan HCP. Para stakeholder juga perlu mendiskusikan isu-isu
kritis yang terkait dengan desain sistematis, penyampaian, dan penyebaran solusi.
4. Informasi Kesehatan
4.1 Hambatan dan Masalah
Pandemi COVID-19 memicu lonjakan infodemik, dimana teknologi dan
media sosial telah digunakan untuk memberikan informasi yang bermanfaat
kepada orang-orang dalam skala besar sekaligus menyabarkan informasi yang
salah (hoax) dan disinformasi yang berlebihan berpotensi merugikan individu,
tidak hanya informasi mengenai COVID-19 namun juga informasi yang tidak
memadai tentang cara mengelola PTM.
4.2 Solusi yang diusulkan oleh Dewan Penasehat
1. Alat untuk memandu orang yang menemukan informasi dan baerbasis bukti
yang tepat dan dapat dipercaya untuk meningkatkan pemberdayaan pasien,
yang harus mencakup alternatif online dan offline untuk mengurangii
ketidaksetaraan dalam literasi kesehatan digital.
2. Buku panduan pasien “Praktik Terbaik” dapat dikembangkan serta platform
informasi dengan sumber informasi yang andal dan menarik, membimbing
orang ke informasi ilmiah yang ditulis dalam istilah awam.
5. Solusi Kesehatan Digital
Kemitraan multistakholder memiliki peran penting dalam mendukung
penciptaan platform informasi bagi pasien untuk melihat informasi yang dapat
diandalkan, dipimpin oleh ahli independen, yang dapat disahkan oleh kelompok
advokasi pasien dan didukung oleh institusi medis. Anggota industri swasta dapat
memberikan sponsor kepada Profesi Kesehatan dan peneliti untuk mengembangkan
informasi dan sumber daya berbasis web yang dapat dinilai, didukung dan diiklankan
oleh kelompok advokasi pasien jika sesuai. Dukungan dapat diberikan untuk
mengembangkan program pelatihan online untuk staf di fasilitas perawatan jangka
panjang, dengan saran ahli dari peneliti dan dokter spesialis, didukung secara
independen oleh pendanaan industri swasta.
5.1 Hambatan & masalah
Pandemi menciptakan kebutuhan mendesak akan mekanisme terkoordinasi
untuk menanggapi wabah di seluruh sektor kesehatan, solusi kesehatan digital
mungkin merupakan pendekatan yang menjanjikan untuk mengatasi tentang hal
ini. Namun masalah utama adalah bahwa solusi ini sering tidak standar dan

8
sebagian besar tidak diatur. Ketidakjelasan tentang penagihan, biaya, dan insentif
untuk menggunakan layana kesehatan digital. Kekhawatiran atas privasi dan
kerahasiaan muncul diantara pasien dan Profesi Kesehatan. Banyak HCP, pasien
dan perawat tidak siap untuk menggunakan banyak solusi kesehatan digital karena
tidak ada pelatihan atau pengalaman sebelumnya. Serta ketidaksetaraan dalam
akses ke solusi teknologi (misalnya pasien dengan gangguan kognitif atau sensorik
mungkin mengalami kesulitan dalam menggunakan beberapa alat).
5.2 Solusi yang diusulkan oleh Dewan Penasehat
Anggota dewan penasihat menyoroti bahwa pandemi dapat menjadi peluang
untuk memicu peningkatan pengembangan dan penggunaan alat kesehatan digital
dalam perawat PTM yang dapat diteruskan ke masa depan.
1. Mengadaptasi alat yang sudah ada dan memodifikasi untuk konteks dan jenis
pasien yang berbeda, diman semua pengguna (HCP, pasien, dan perawat)
harus terlibat dalam pengembangan bersama dan memodifikasi solusi
telemedicine, untuk memastikan bahwa kemampuan, pengalama, dan
preferensi mereka dipertimbangkan.
2. Sistem perawatan perlu meingkatkan literas kesehatan digital melalui program
pelatihan dan alat pendidikan yang berfokus pada kelompok tertentu dan
orang-orang dengan kebutuhan perawatan tertentu.
5.3 Peran Kemitraan Multistakeholder
1. Kemitraan multistakeholder dapat menyediakan struktur organisasi dan
komptensi untuk mendorong pengembangan solusi inovatif dengan
menyatukan stakeholder utama swasta dan publik.
2. Membantu menentukan hasil dan mendukung penelitian tentang kemanjuran
alat tersebut dari berbagai perspektif (tujuan manajemen penyakit, preferensi
pasien, biaya perawatan kesehatan, dll) untuk memvalidasi, menyelaraskan,
dan melakukan analisis efektivitas biaya untuk memastikan teknologi benar-
benar menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat.
3. Mendorong penggunaan solusi efektif di HCP, pasien, dan pengasuh informal
serta memotivasi pasien untuk menjalani pelatihan dan menggunakan
teknologi, bisa berupa pedoman praktik terbaik, yang dituliskan dalam istilah
awam, dan didukung oleh kelompok advokasi pasien, menguraikan alat
kesehatan digital mana yang memenuhi hak standar keamanan dan kegunaan

9
bagi pasien PTM untuk melengkapi perawatan tatap muka dan memberikan
informasi tentang bagaimana dan dimana menerima pelatihan dan dukungan.
4. Menciptakan pusat komunikasi untuk meningkatkan interaksi antar tingkat dan
pengaturan perawatan yang berbeda, misalnya dengan meningkatan
komunikasi antara pearwatan primer dan sekunder dan fasilitas perawatan
jangka panjang melalui forum diskusi dan platform pertukaran informasi.

10
LIMITASI DAN PELUANG PENELITIAN LANJUTAN

1. Limitasi
Pada jurnal tersebut hanya memberikan output yang bersifat subjektif tentang
pendapat/argumen para ahli berdasarkan pengalaman mereka tentang gelombang pertama
pandemi COVID-19 saja, tidak disertakan data dan juga hasil penelitian secara langsung
pada layanan kesehatan.
2. Peluang Penelitian Lanjutan
2.1 Karena banyak negara yang saat ini sedang memasuki gelombang puncak baru dengan
tingkat kasus baru COVID-19 yang tinggi, penting untuk merencanakan penelitian
yang secara khusus berfokus pada peningkatan informasi berbasis bukti tentang
metode terbaik untuk manajemen PTM multidisiplin selama periode lockdown dengan
mengukur efek jangka pendek dan jangka panjang.
2.2 Dengan adanya pandemi COVID-19 yang merupakan hal baru bagi seluruh dunia,
implementasi alat-alat digital yang dapat membantu mencegah pasien melakukan
kontak fisik langsung dengan tenaga medis, perlu dikembangkan. Maka dari itu
penting melakukan penelitian apakah dengan menggunakan metode digitalisasi dalam
pelayanan kesehatan, pasien PTM tersebut tetap dapat menerima layanan kesehatan
yang berkualitas atau tidak.
2.3 Dengan adanya era digitalisasi untuk mengurangi kontak langsung dengan orang dan
kurang maksimalnya tenaga kesehatan dalam merawat secara kontak langsung
perlunya dibuat pedoman praktik penggunaan alat alat kesehatan digital untuk pasien
selama Pandemi COVID-19.

11
KESIMPULAN

1. Kemitraan/kerjasama multistakeholder dapat mendorong pengembangan pencegahan


PTM dan perawatan pasien.
2. Komunikasi antara pemangku kepentingan harus difasilitasi dengan melibatkan semuanya
dalam pengembangan pedoman klinis, alat kesehatan digital, restrukturisasi perawatan
kesehatan dan sosial, serta dukungan pasien dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
3. Analisis yang komprehensif terhadap PTM harus dikemukakan untuk meningkatkan hasil
yang optimal pada pasien dengan memberikan strategi, ilmiah, dan dukungan ekonomi

12

Anda mungkin juga menyukai