REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Wahyu Kurnia
Mellinda Rosviana
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor :
Nur Aini Farida
Desain Sampul:
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Rifda Ayu Satriana
Apfi Anna Krismonita
Ratna Murni Asih
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
iii
KIMIA KLINIK
KATA PENGANTAR
KA TA PENGANTAR
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
TEKNOLOGI
iv LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Buku Kimia Klinik Kelas XI Program
Teknologi Laboratorium Medik.
Buku ini berisi inti buku dan fitur buku, inti buku terdiri dari pemeriksaan urine,
pemeriksaan feses, pemeriksaan glukosa darah, pemeriksaan protein plasma, dan
pemeriksaan profil lipid, dan pemeriksaan fungsi ginjal. Topik Pemeriksaan Urine berisi
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urine, topik Pemeriksaan Feses berisi
pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis feses, topik Pemeriksaan Protein Plasma
berisi pemriksaan protein total, albumin dan globulin. Topik Pemeriksaan Profil Lipid
berisi pemeriksaan cholesterol total, HDL, LDL dan Trigliserid. Topik Pemeriksaan
Fungsi Ginjal berisi pemeriksaan ureum creatinin dan asam urat. Sedangkan fitur
terdiri dari panduan penggunaan buku, peta buku, tujuan pembelajaran, peta bab,
cakrawala, jelajah internet, lembar praktikum, tugas mandiri, rangkuman dan refleksi,
serta soal penilaian akhir semester (PAS).
Selama penulisan buku ini, penulis mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang mendukung, khususnya kepada pihak Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
sehingga terbitnya buku ini.
Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan buku ini. Akhir kata, semoga buku ini bisa memberikan manfaat dan
wawasan tambahan bagi para pembaca
Penyusun
Wahyu Kurnia
Melinda Rosviana
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
v
KIMIA KLINIK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... iv
PRAKATA................................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... xi
PETUNJUK............................................................................................................... xii
PENGGUNAAN BUKU............................................................................................... xii
PETA KONSEP BUKU................................................................................................ xiv
APERSEPSI............................................................................................................... xv
BAB I MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URINE......................................................... 1
A. PENGERTIAN................................................................................................... 2
B. JENIS PEMERIKSAAN URINE............................................................................. 6
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URINE............26
BAB II KIMIAWI URINE..............................................................................................35
A. PENGERTIAN.................................................................................................37
B. JENIS PEMERIKSAAN URINE...........................................................................37
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN KIMIAWI URINE....................................................38
BAB III MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS FESES.....................................................51
A. PENGERTIAN.................................................................................................53
B. JENIS PEMERIKSAAN FESES...........................................................................53
C. METODE PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS FESES................71
BAB IV KIMIAWI FAECES...........................................................................................79
A. PENGERTIAN.................................................................................................80
B. JENIS PEMERIKSAAN KIMIAWI FESES.............................................................80
C. PROSEDUR PEMERIKSAAN KIMIAWI FESES....................................................81
TEKNOLOGI
vi LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
DAFTAR ISI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
vii
KIMIA KLINIK
DAFTAR GAMBAR
TEKNOLOGI
viii LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
DAFTAR GAMBAR
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
ix
KIMIA KLINIK
DAFTAR GAMBAR
TEKNOLOGI
x LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
DAFTAR TABEL
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
xi
KIMIA KLINIK
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga dapat menyelesaikan buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Kimia Klinik yang diharapkan dapat menjadi
panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini, disarankan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Bacalah tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan saksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam buku
ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum benar-
benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Harian. Jika Anda
belum menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka Anda dapat mengulangi untuk
mempelajari materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila Anda masih mengalami
kesulitan memahami materi yang ada dalam bab ini, silakan diskusikan dengan teman
atau guru Anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan dan
keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebut adalah:
TEKNOLOGI
xii LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
xiii
KIMIA KLINIK
KIMIA KLINIK
SEMESTER I SEMESTER II
GLUKOSA DARAH
MIKROSKOPIS DAN
MAKROSKOPIS URINE
TEKNOLOGI
xiv LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
APERSEPSI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
xv
KIMIA KLINIK
BAB
MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URINE
I
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
URINE
Menganalisis Melakukan
Urine Pemeriksaan Urine
Sedimen
Warna Kekeruhan Bau Berat Urine
Jenis
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
1
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Urine adalah produk hasil eskresi ginjal yang dikeluarkan melalui serangkaian
proses alamiah di dalam tubuh. Urine berguna untuk membuang zat sisa seperti
racun dari dalam tubuh. Pada manusia dehidrasi urine yang dikeluarkan biasanya
berwarna kuning pekat atau coklat. Pada bab ini akan dibahas mengenai pemeriksaan
urine secara makroskopis dengan alat indera yang kita miliki dan pemeriksaan urine
secara mikroskopis dengan bantuan alat mikroskop. Bab ini merupakan dasar dari
pemeriksaan urine, oleh karena itu perlu dipahami dengan tuntas dan jangan ragu
untuk bertanya pada gurumu bila ada yang kurang dimengerti.
MATERI PEMBELAJARAN
PENGERTIAN
Urinalisa yaitu serangkaian proses uji pada sample urine untuk mengetahui
kondisi seseorang dan mendiagnosis adanya infeksi pada saluran perkemihan,
mengetahui adanya penyakit ginjal, penyakit diabetes serta darah tinggi.
Pemeriksaan urine juga bisa membantu mengetahui fungsi dari organ
tubuh yang lain seperti saluran empedu, hati, pakreas dan lain-lain . Namun
beberapa tahapan dalam pemeriksaan urine seperti tahap pra analitik, analitik
dan pascaanalitik sangat mempengaruhi output dari hasil urinalisa .
Tahap praanalitik yang mempengaruhi dapat diupayakan sejak tahap
pengumpulan sampel hingga sampel sampai di tempat pemeriksaan. Bila upaya
dalam tahap ini tidak maksimal maka kemungkinan pemeriksaan tidak akan
memberi makna apa-apa sehingga tidak merepresentasikan kondisi pasien secara
utuh.
Tahap analitik yaitu fase perlakuan sampel, biasanya sudah didampingi
dengan alat otomatis yang dapat mempermudah pembacaan sampel, namun
seorang analis tetap harus mempertahankan skill pemeriksaan manual agar
sewaktu-waktu dapat menjadi pembanding bila hasil pemeriksaan dengan alat
otomatis meragukan.
TEKNOLOGI
2 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
3
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Urine ini diambil saat kandung kemih dalam posisi penuh, cara
ini sangat baik untuk mendapatkan sampel urin yang sangat murni
namun pengambilannya sangat menyakitkan pasien.
3) Urine 2 gelas ( gelas 1 diisi 50 ml, gelas ke 2 sisanya )
Urine ini diambil pada pasien dengan ditampung di dua wadah,
ditampung dalam waktu bersamaan dan tanpa jeda waktu
4) Urine 3 gelas ( gelas 1 diisi 20 ml, gelas ke 2 diisi hingga penuh, gelas
ke 3 sisanya )
Pengambilan sama persis dengan urine 2 gelas.
c. Sampel urin khusus
1) Urine Katerisasi
Urine ini berasal dari kateter pada pasien. sebelumnya selang
kateter sudah didesinfeksi terlebih dahulu dengan alkohol 70%, urin
kemudian diaspirasi sebanyak 10 mL dengan bantuan spuit.
2) Urine 24 jam
Sesuai dengan namanya urine ditampung dalam waktu 24 jam
sehingga dianjurkan untuk mendinginkan urine selama proses
penampungan dengan diberi tambahan pengawet.
3) Urine midstream clean catch (untuk pemeriksaan mikrobiologi)
4) Urine penusukan supra pubik ( untuk mendapat urin paling murni)
2. Wadah urine
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
b. Kejernihan Urine
Urine yang normal biasanya akan tampak jernih dan transparan,
atau agak keruh pada urine basa/alkalis biasanya mengandung fosfat
atau karbonat .
c. Bau Urine
Urine berbau khas, namun bila urine didiamkan terlalu lama akan
terjadi perubahan penguraian unsur-unsur dalam urine oleh bakteri
dan menghasilkan bau amoniak.
d. Berat Jenis Urine
Berat jenis menunjukan kepekatan urine, seringkali BJ urine yang
tinggi di temui pada urine pasien yang dehidrasi atau proteinuria
biasa disertai tekanan darah yang tinggi. BJ urine normal berkisar
1.001 – 1.003
TEKNOLOGI
6 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis urine digunakan untuk skrining fungsi ginjal,
menyangkut :
a. epitel
b. eritrosit
c. leukosit
d. kristal
e. silinder
f. jamur
g. protozoa dan parasit
Pemeriksaan sedimen urine mendeteksi adanya unsur dalam urine seperti
sel darah merah, sel darah putih, sel epitel, bakteri, jamur, kristal, silinder dan
lain sebagainya yang memiliki arti klinik.
a. Sedimen Urine
1) Zat organik
Zat organik adalah unsur sedimen yang berasal dari beberapa
organ atau jaringan tubuh manusia.
a) Sel epitel
(1) epitel gepeng (skuamous)
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
7
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 1.8.d epitel tubuler ginjal dari saluran pengumpul kecil (kiri) dan saluran pengumpul besar (kanan)
Sumber : atlas mikroskopi klinis, 2006 hal .26
TEKNOLOGI
8 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
9
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 1.10b granula lemak oval fat bodies dengan larutan Sudan III berwarna merah oranye
Sumber : Atlas mikroskopi klinis, 2006 hal.29
TEKNOLOGI
10 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
b) Sel leukosit
Bentuknya bulat, berinti, bergranula ukurannya lebih besar 1,5 – 2
kali eritrosit. sel leukosit yang di temukan dalam darah berpotensi
ditemukan juga di dalam urine namun yang paling sering adalah
jenis neutrofil. peningkatan presentase leukosit dalam urine
disebut Piuria.
c) sel eritrosit
Sel eritrosit normalnya berukuran 7 µm. Dalam urine sel
eritrosit berbentuk bulat bikonkaf, tidak berinti, membentuk
krenasi atau mengkerut biasanya terdapat pada urine yang pekat.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
11
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
d) sel silinder
(1) Silinder eritrosit
Di permukaan silinder terdapat eritrosit-eritrosit, seringkali
eritrosit tidak tampak jelas terlihat namun tampak kemerahan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
14 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
f) Spermatozoa
Tampak pada urine bila terkontaminasi cairan semen/ejakulat.
g) Parasit
Parasit yang paling sering diamati dalam sedimen urine
adalah protozoa Trichomonas , merupakan penyebab utama dari
infeksi vagina juga dapat menginfeksi uretra , kelenjar periuretra,
kandung kemih, dan prostat. dalam sedimen urine Trichomonas
memiliki karakteristik begerak menonjol dan tersentak-sentak.
ukuran dari Trichomonas berdiameter 15-30 µm.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
15
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
h) Jamur / Yeast
Jamur yang sering di jumpai adalah Candida sp.banyak pada urine
wanita.
Sel ragi adalah jamur uniseluler. Ragi berlipat ganda sebagai sel
tunggal yang membelah dengan tunas atau pembelahan langsung
atau dapat tumbuh sebagai filamen yang berbentuk tidak beraturan
(pseudohifa). Candida adalah penguni normal pada manusia dan
biasanya tidak menimbulkan efek yang buruk. ragi Candida albicans
umumya ditemukan di mulut, vagina dan saluran usus. kandidiasis
vagina disebut vaginitis.
TEKNOLOGI
16 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
i) Bakteri
Bakteri ditemukan akibat adanya kontaminasi pada urine.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
17
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
b. Ammonium urat
Kristal ammonium urat sering tampak pada spesimen urine segar
dengan pH yang asam. Penampilan ammonium urat sama dengan
ammonium biurat. Secara umum tidak ada makna klinis.
Gambar 1.27. phospat amorf pH 7 dengan presipitat putih dan urat amorf pH 5 dengan warna sediaan membentuk
presipitat pink
Sumber : Atlas mikroskopi klinis, 2006 hal. 81
TEKNOLOGI
18 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
d. Kristal bilirubin
Kristal bilirubin harus diobservasi terlebih dahulu dengan
pemeriksaan kimiawi bisa dengan menggunakan carik celup dengan
memastikan bahwa hasilnya positif.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
19
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
20 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
g. Cystine
Cystine adalah kristal abnormal yang paling penting bentuknya segi
enam seperti piringan dan tidak berwarna. Penyebab adanya kristal
cystine adalah akibat dari kegagalan metabolisme herediter sejak lahir.
Cystineuria cenderung membentuk kalkulus cystine yang disimpan
dalam sistem pengumpul ginjal.
h. Leucine
Kristal leucine berbentuk bulat berwarna kuning tua dengan bagian
tengah tampak kerutan, tampak berminyak dan ditemukan pada urine
dengan pH asam. Kristal ini berkaitan dengan penyakit hati yang parah.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
21
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
22 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
j. Asam urat
Kristal ini terdapat pada urine asam dengan ph biasanya di bawah 6
warna kristal asam urat kuning hingga cokelat. Kristal ini memiliki
beragam morfologi diantaranya bentuk lemon dan bentuk berlian.
k. Artifact
Kehadiran berbagai kontaminan dan artifak dalam sedimen urine adalah
penting. Hal ini dapat menjadi evaluasi apakah pengumpulan spesimen
urine sesuai prosedur dengan mengabaikan kontaminan artifak.
Macam-macam artifak :
1) Obat
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
23
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
24 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2) Serat
Gambar 1.40b serat makanan dengan perbesaran kuat dengan mikrosokop polarisasi
Sumber : Atlas mikroskopi klinis, 2006 hal. 101
3) Pati
4) Paramecium
Paramecium bisa jadi merupakan kontaminan dari toilet,
paramecia dapat bergerak dengan cepat ke segala arah.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
25
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
5) Serbuk Sari
TEKNOLOGI
26 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
5) Interpretasi Hasil
Table 1.1 interprestasi warna urine
Interprestasi Warna
Tidak berwarna, kuning muda, kuning
Urine Normal
tua
Kuning bercampur merah, merah
Urine Abnormal bercampur kuning, merah dan putih
seperti susu
Sumber : Armintopriyatna, 2016
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
27
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
28 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
29
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
Praktikum
Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Urine
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi Urine secara makroskopis dan mikroskopis
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis urine di
depan kelas
B. Alat dan Bahan
Alat :
1. Mikroskop
2. Tabung sentrifuge bergaris
3. Urinometer
4. Object glass
5. Cover glass
6. Kertas pH universal
Bahan / sampel :
1. Sampel : urine dalam wadah
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah grup terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok
masing-masing
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasilah sampel urine yang telah tersedia.
4. Catat hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urine, beri
kesimpulan dan pembahasan.
5. Berikan penjelasan mengapa bisa diperoleh hasil pemeriksaan tersebut!
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
30 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
31
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
tergantung pada tujuan pengujian.
Langkah Pemeriksaan Urine
Apabila seseorang menjalankan pemeriksaan urine, maka masih
diperbolehkan makan dan minum sebelum tes. Tetapi apabila tes urine
dilakukan bersamaan dengan tes lain, mungkin perlu berpuasa untuk waktu
tertentu sebelum menjalankan tes. Semuanya pasti telah diinstruksikan oleh
dokter, sehingga tinggal melakasanakannya saja.
Sebelum menjalankan tes urine, juga perlu memberitahu dokter seputar
obat, suplemen, atau vitamin yang sedang dikonsumsi. Sebab, ada beberapa
macam obat yang bisa memengaruhi hasil pemeriksaan urine. Nah, berikut
langkah pemeriksaan urine pada umumnya.
a. Bersihkan organ genital sebelum berkemih. Pada wanita, bersihkan labia
dari arah depan ke belakang. Sedangkan pria lakukan dengan cara menyeka
ujung Mr P.
b. Menampung urine pancaran tengah dengan cara aliran pertama tidak
ditampung, aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah sampel.
c. Hasilkan urine setidaknya 30-59 mililiter.
d. Setelah selesai, tutup rapat botol dan cuci tangan menggunakan sabun
sampai bersih.
e. Berikan sampel kepada dokter atau petugas lab untuk dianalisis.
JELAJAH INTERNET
TEKNOLOGI
32 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
RANGKUMAN
Urine adalah produk hasil dari ekskresi ginjal yang dikeluarkan melalui
serangkaian proses alamiah yang terjadi di dalam tubuh. Melaui urinalisa atau
serangkaiaan proses uji sampel urine untuk mengetahui kondisi seseorang dan
mendiagnosis adanya infeksi pada saluran perkemihan, penyakit ginjal, diabetes
serta darah tinggi. Jenis pemeriksaan urine yaitu pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis dimana pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan alat indera kita
sedangkan mikroskopis dengan bantuan alat mikroskop. Pemeriksaan makroskopis
meliputi warna, kejernihan, bau dan BJ urine. Pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui gambaran spesifik sel-sel epitel dalam urine, leukosit, eritrosit,
silinder, kristal, jamur, parasit protozoa hingga bakteri yang dapat memberikan
arti klinis.
TUGAS MANDIRI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
33
KIMIA KLINIK
REFLEKSI
TEKNOLOGI
34 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BAB
KIMIAWI URINE
II
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi tentang kimiawi urine siswa dapat memahami jenis,
fungsi, kondisi abnormal, dan pemeriksaan protein urine baik kualitatif maupun
semikuantitatif, jenis, fungsi, kondisi abnormal, dan pemeriksan karbohidrat urin,
kondisi abnormal dan pemeriksaan keton, metabolisme dan pemeriksaan bilirubin,
metabolisme dan pemeriksaan urobilinogen, jenis dan penyebab hematuria, tujuan
dan pemeriksaan darah samar urine, fungsi , kondisi abnormal urine.
PETA KONSEP
Protein Urine
Karbohidrat
Benda Keton
KIMIAWI
URINE
Bilirubin
Urobilinogen
Urobilin
KATA KUNCI
Kimiawi urine, protein urine, karbohidrat urine, benda keton, bilirubin, urobilinogen,
urobilin , darah samar urine.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
35
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Tes urine sangat umum dilakukan dan dapat dikerjakan di rumah, di ruang praktik
dokter, instalasi gawat darurat atau rumah sakit, dan laboratorium. Banyak tes berbeda
dapat dilakukan pada urine. Urine dapat dinilai berdasarkan penampilan fisiknya
(warna, kejernihan, bau), pH (tingkat asam dan basa), adanya glukosa (gula), protein,
nitrit, sel darah putih dan merah, bilirubin, kristal, bakteri dalam urine, dan lain-
lain. Meskipun pemeriksaan kimia urine kualitatif dan semi kuantitatif sudah jarang
digunakan, namun pada bab ini kita akan lebih spesifik mempelajari kandungan bahan
kimia dalam urine yang tentunya harus dikuasai seorang analis kesehatan karena akan
sangat penting untuk diagnosis banding.
TEKNOLOGI
36 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan Kimiawi urine adalah pemeriksaan khusus untuk mengetahui
berbagai kandungan kimia dalam urine, dimana kandungan kimia dalam urine
tersebut sangat meberi makna terhadap gambaran keadaan sistem kinerja organ
di dalam tubuh kita terutama yang berkaitan dengan saluran kemih, namun tidak
kalah penting juga pemeriksaan kimiawi urine dengan hasil abnormal dapat
menjadi tanda adanya gangguan pada sistem organ tubuh lainnya.
2. KARBOHIDRAT
Beberapa metode untuk menguji keberadaan glukosa dalam urine :
a. Uji reduksi ( Benedict, Fehling, Nylander )
b. Uji peragian ( Neuberg, Taylor )
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
37
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
3. BENDA KETON
Metode pemeriksaan benda keton antara lain :
a. Rothera Ross, Lange, Rantzman, Prommer : Aseton
b. Gerhard, Lindemen : Asam Aseto Asetat
c. Hart, Osterberger & Helmholz : Asam Beta Hidroksibutirat
4. BILIRUBIN
Ada 3 macam :
a. Metode Froth ( uji busa)
b. Metode Smith Rossin
c. Metode Harrison
5. UROBILINOGEN
Untuk mengetahui urobilinogen dalam urine dapat digunakan cara
Wallace dan Diamond dengan menggunakan Reagen Erlich.
6. UROBILIN
Untuk mengetahui urobilin dalam urine dapat digunakan uji Schlesinger
TEKNOLOGI
38 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2. Protein Urine II
a. Metode : pemanasan dengan asam sulfosalisilat (semi- kuantitaif)
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya protein dalam urine
c. Prinsip : protein dalam urine akan membentuk gumpalan atau endapan
atau kekeruhan jika ditambahkan asm sulfoslisilat 20%
d. Alat dan bahan :
1) Pot urine
2) Pipet pasteur
3) Pipet volume 2 ml
4) Tabung urine besar beserta rak
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
39
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
5) Pemanas spirtus
6) Korentang / penjepit tabung
e. Spesimen : urine sewaktu
f. Reagen : asam sulfosalisilat 20 %
g. Prosedur kerja
1) Masukan urine sebanyak 2 ml ke tabung urine
2) Tambahkan 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % kedalam tabung urine
tersebut lalu kocok sampai homogen
3) Uji negatif (--) bila tidak tampak kekeruhan
4) Bila ada kekeruhan didihkan urine selama 30 detik
5) Dinginkan urine tersebut
6) Jika tetap keruh saat dipanaskan dan di didinginkan uji dilaporkan
Positif (+)
7) Jika kekeruhan hilang saat dipanaskan dan keruh kembali setelah di
didinginkan kemungkinan terdapat Protein Bence Jones, bila perlu di
konfirmasi dengan uji Osgood
8) Laporkan hasil sesuai derajat kekeruhan
h. Nilai normal : Negatif
i. Interprestasi hasil
Tabel 2.2 interprestasi protein urine II
3. Karbohidrat I
a. Metode : Benedict ( semi- kuantitaif)
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urine
c. Prinsip : glukosa dalam urine akan mereduksi garam cupri ( Cu3+) menjadi
kupro (Cu2+), yang dalam suasana basa akan membentuk enidiol (CuOH).
Setelah dipanaskan, akan terbentuk endapan Cu2O yang berwarna kuning
sampai merah bata
d. Alat dan bahan :
1) Pot urine
2) Pipet pasteur
3) Pipet volume / pipet maat 3 ml
4) Tabung urine besar beserta rak
5) Pemanas spirtus
6) Korentang / penjepit tabung
TEKNOLOGI
40 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
41
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
4. Karbohidrat II
a. Metode : Fehling ( semi- kuantitaif)
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya glukosuria (glukosa dalam urine)
c. Prinsip : glukosa dalam urine akan mereduksi garam kupri menjadi kupro,
yang dalam suasana basa akan membentuk enidiol. Kemudian pemanasan
akan menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna kuning sampai merah
bata.
d. Alat dan bahan :
1) Pot urine
2) Pipet pasteur
3) Pipet volume / maat pipet 2 ml
4) Tabung urine besar beserta rak
5) Pemanas spirtus
6) Korentang / penjepit tabung
e. Spesimen : urine sewaktu
f. Reagen : larutan fehling A dan fehling B
Komposisi fehling A (cupri sulfat 5H2O 35 g, agudest 1000 mL)
Komposisi fehling B (Kalium natrium tartrat 173 g, NaOH 60 g, Aquadest
1000 ml)
g. Prosedur kerja
1) Siapkan alat dan bahan
2) Masukan reagen 2 ml ke tabung urine ( reagen fehling A dan B masing-
masing 1ml / 1:1
3) Tambahkan 10 ml urine
4) Didihkan secara perlahan selama 2 menit
5) Amati perubahan warna yang terbentuk
h. Nilai normal : Negatif
i. Interprestasi hasil
Tabel 2.4 interprestasi glukosa urine
Hasil pengamatan larutan kesimpulan
Biru jernih --
Warna hijau / hijau kekuningan +1
Kuning keruh +2
Cokelat (mirip lumpur) +3
Jingga – Merah bata +4
Sumber : Armintopriyatna, 2016
5. Benda Keton
a. Metode : Rothera Ross ( kulaitatif )
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya ketonuria ( keton dalam urine )
c. Prinsip : za keton dalam suasana asm akan membentuk senyawa berwarna
ungu dengan nitroprusida, setelah penambahan ammonium hidroksida
pekat 25-28%
TEKNOLOGI
42 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
6. Bilirubin
a. Metode : Harrison ( semi- kuantitaif)
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya bilirubinuria (bilirubin) dalam urine
c. Prinsip : bilirubin pada urine direkatkan pada larutan BaCl2 10%
d. Alat dan bahan :
1) Pot urine
2) Corong kaca
3) Pipet volume / pipet maat 3 ml
4) Tabung urine besar beserta rak
5) Kertas saring
e. Spesimen : urine sewaktu
f. Reagen : larutan BaCl2 10 %, larutan fouchet ( 25 g asam trikloroasetat
dicampur 100 mL aquadest lalu ditambah 10 mL FeCl 10 % )
g. Prosedur kerja
1) Masukan 2,5 ml urine kedalam tabung urine
2) Tambahkan 2,5 ml larutan BaCl 10 % ke dalam tabung tersebut.
3) Campur baik-baik, lalu saring campuran tersebut.
4) Biarkan kertas saring sampai agak kering
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
43
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
7. Urobilinogen
a. Metode : Wallace & Diamond
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya urobilinogen dalam urine
c. Prinsip : urobilinogen akan beurine dengan larutan Erhlich membentuk
senyawa kompleks berwarna merah.
d. Alat dan bahan :
1) Maat Pipet 1 mL, 5 mL dan 10 mL
2) Tabung urine besar beserta rak
e. Spesimen : urine sewaktu
f. Reagen : Reagen Erlich (2g paradimetilamino-benzaldehida, 20 mL
hidroklorida/ HCl pekat, 80 mL Aquades ) , Aquades untuk pengenceran
g. Prosedur kerja
Tahap pendahuluan / uji kualitatif
1) Masukkan 5 mL urine kedalam tabung urine
2) Tambah 0,5 ml larutan Erlich
3) Campur, diamkan 3 menit
4) Baca warna yang terbentuk dari atas tabung berlatarbelakang putih
5) Lanjut uji kuantitatif bila terbentuk wrana merah
Tahap pengenceran / uji kunatitatif
1) Buat pengenceran
Tabel 2.7 pengenceran urobilinogen
Tabung I II III IV V
mL urine 1,0 0,50 0,30 0,25 0,20
mL aquades 9,0 9,50 9,70 9.75 9,80
Erlich 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Pengenceran 10x 20x 30x 40x 50x
Sumber : Ariffriana. D et al , 2016
TEKNOLOGI
44 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
8. Urobilin
a. Metode : Schlesinger ( kulaitatif)
b. Tujuan : mengetahui ada tidaknya urobilim dalam urine
c. Prinsip : urobilinogen dalam urine akan dioksidasi menjadi urobilin oleh
larutan lugol 1 %. Penambahan larutan Schlesinger akan mengakibatkan
terbentuknya fluoresensi berwarna hijau pada urine.
d. Alat dan bahan :
1) Tabung urine besar
2) Rak tabung
3) Maat pipet 5 ml
4) Pipet tetes
5) Corong
6) Kertas saring
e. Spesimen : urine sewaktu
f. Reagen : larutan Schlesinger ( 10 g Zinc Asetat , 100 mL akohol 96 %,
bagian yang tak larut dibiarkan ) & larutan lugol
g. Prosedur kerja
1) Siapkan alat dan bahan
2) Masukan 2,5 ml urine kedalam tabung urine
3) Tambahkan kedalam urine 3 tetes lugol, diamkan 5 menit
4) Tambahkan 2,5 ml larutan Schlesinger kedalam campuran tadi, kocok,
kemudian saring
5) Lakukan pembacaan terhadap filtrat dengan posisi tegak lurus dan
latar belakang hitam
6) Hasil dinyatakan positif jika terlihat fluoresensi berwarna hijau pada
filtrat.
h. Nilai normal : Negatif
i. Interprestasi hasil
Tabel 2.8 interprestasi urobilin urine
Hasil pengamatan Kesimpulan
Tidak terbentuk Fluoresensi hijau -- / Negatif
Terbentuk Fluoresensi hijau + / Positif
Sumber : Armintopriyatna, 2016
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
45
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Kimiawi Urine
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kandungan kimia urine
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kimiawi urine di depan kelas
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah grup terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok masing-
masing!
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan!
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasilah sampel urine yang telah tersedia!
4. Catat hasil pemeriksaan kimiawi urine, beri kesimpulan dan pembahasan!
5. Berikan penjelasan mengapa bisa diperoleh hasil pemeriksaan tersebut !
TEKNOLOGI
46 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
47
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai kimiawi urine para siswa
sekalian dapat mempelajari secara mandiri di internet. Melalui internet kalian bisa
mengakses lebih jauh materi tentang kimiawi urine. Salah satu website dapat kalian
kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang kimiawi urine
adalah sebagai berikut:
1. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_
dir/063210596568b957e068644c46324bae.pdf
TEKNOLOGI
48 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
JELAJAH INTERNET
2. https://id.scribd.com/document/349769351/Buku-kimia-klinik-1
RANGKUMAN
Pemeriksaan kimia urine adalah pemeriksaan khusus untuk mengetahui
berbagai kandungan kimia dalam urin yang akan memberi makna dan gambaran
terhadap kinerja organ di tubuh kita yang kaitannya sangat erat dengan sistem
perkemihan. Pemeriksaan kimia urine masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda tergantung kandungan kimia urin yang akan dicari. Pemeriksaan ini
memiliki 3 metode analisis yamg masing-masing memiliki tingkat keakuratan dari
rendah hingga ke yang paling tinggi. Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan
protein, karbohidrat, benda keton, bilirubin, urobilin dan urobilinogen.
TUGAS MANDIRI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
49
KIMIA KLINIK
REFLEKSI
TEKNOLOGI
50 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BAB
MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS FESES III
BAB III MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS FESES
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Pengertian Feses
Menganalisis
Feses
Metode
PEMERIKSAAN Pemeriksaan Feses
MAKROSKOPIS DAN
MIKROSKOPIS FESES
Melakukan Pemer-
iksaan Makroskop- Prosedur
is Dan Mikoskopis Pemeriksaan Feses
Feses
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
51
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Seluruh zat yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh akan di keluarkan melalui
BAB (buang air besar) maupun BAK (buang air kecil) dalam bentuk feses/tinja beser-
ta urine. Kita dapat memperoleh gambaran kondisi kesehatan tubuh kita khususnya
kondisi saluran pencernaan melalui pengamatan terhadap feses/tinja.
Secara sederhana kita bisa melihat warna feses dan tekstur feses untuk secara
dini mengetahui apakah terdapat masalah di dalam tubuh selanjutnya bisa melakukan
pemeriksaan di laboratorium untuk memastikan apakah ada gangguan pada saluran
pencernaan.
Pemeriksaan feses merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang masih
sering diminta oleh dokter, meskipun sebagian klinisi beranggapan bahwa pemerik-
saan feses sangat konvensional namun masih dipercaya untuk menegakkan diagnosis
penyakit. Meski sudah bermunculan pemeriksaan laboratorium yang kekinian atau
modern pada beberapa penyakit feses masih menjadi yang utama sebagai penunjang
diagnosis penyakit.
Pemeriksaan feses sering dilakukan untuk mendiagnosis parasit telur cacing
atau menilai keparahan infeksi yang ditimbulkan oleh cacing yang beraktivitas di usus
maupun organ pencernaan bagian bawah pada umumnya.
Pada prinsipnya diagnosis terhadap infeksi parasit sangat berhubungan dengan
kecermatan pasien karena sebagian besar infeksi parasit seringkali hanya memberi-
kan gejala yang ringan bahkan tanpa gejala apapun.
TEKNOLOGI
52 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Feses merupakan zat yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh dan dikeluarkan
melalui BAB (buang air besar). Salah satu diagnosa awal pemeriksaan feses adalah
melihat warna dan konsistensinya, bila disertai gejala sebaiknya dilakukan pemer-
iksaan laboratorium, feses akan ditampung dalam wadah bersih, bertutup ulir dan
bermulut lebar
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
53
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
b. Pemeriksaan bau
Bau yang normal pada tinja adalah indol, skatol, dan asam butirat. Bau
busuk terjadi karena perombakan protein oleh kuman tidak terjadi. Adapun
proses peragian gula yang tidak dicerna akan menyebabkan bau tengik pada
feses seperti pada kasus diare.
c. Konsistensi
Konsistensi feses yang normal yaitu agak lunak dan bebentuk. Konsis-
tensi cair terjadi pada kasus diare, konsistensi padat/keras pada kasus konsti-
pasi. Menurut Gandasoebrata (2009) bila terjadi peragian karbohidrat dalam
usus maka akan menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas . Berikut
gambarannya :
TEKNOLOGI
54 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
d. Lendir
Lendir pada feses sangat sedikit dalam keadaan normal, lendir yang ban-
yak terjadi peradangan pada dinding usus ( M.Haikal, 2018)
e. pH
Untuk mengetahui pH tinja diperiksa menggunakan strip pH dengan ban-
tuan pinset. Dengan menggunakan pinset kertas pH di benamkan atau ditem-
pel ke dalam sampel tinja selama 30 detik, kemudian mencocokan perubahan
warna yang terjadi pada kertas pH dengan warna Strip pada PH Standar.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk mencari telur cacing, larva, pro-
tozoa, jamur dan benda mikroskopis lainnya yang menunjang diagnosa penyakit.
Untuk menemukan unsur-unsur dalam feses tersebut menggunakan pe-
warna eosin konsentrasi 1-2%, untuk menemukan protozoa bisa memakai lugol
konsentrasi 1-2%. Dapat diamati pula unsur-unsur lain seperti karbohidrat ( jika
memakai lugol, akan tampak butiran berwarna biru), lemak ( akan terlihat butiran
jingga, dengan larutan sudan III ), menggunakan reagen asam asetat 30% protein
akan terlihat berupa butiran kuning muda.
Berikut ini gambaran sedimen yang ada dalam feses :
a. Sel darah putih pada feses diare
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
55
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
b. Serat
TEKNOLOGI
56 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
d. Pati
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
57
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
e. Lemak netral
TEKNOLOGI
58 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
f. Kristal kolesterol
Gambar 3.11.a kristal kolesterol perbesaran 100x Gambar 3.11.b kristal kolesterol perbesaran 400x
Sumber : Atlas mikroskopi klinis, 2006 hal.121 Sumber : Atlas mikroskopi klinis, 2006 hal.121
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
59
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
h. Yeast
i. Parasit
1) Amoeba
a) Entmoeba coli
E. Coli adalah amoeba nonpatogenik, ukurannya 10 µm – 35 µm.
TEKNOLOGI
60 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
b) Entmoeba hartmani
Entmoeba hartmani berukuran 4 µm. – 10 µm.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
61
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
c) Entmoeba histolytica
Entmoeba histolytica berukuran 4 µm. – 10 µm.
d) Entmoeba buetschili
Kista Entmoeba buetschilli berukuran 6 µm. – 16 µm.
2) Blastositis hominis
Blastositis hominis merupakan protozoa yang berpotensi patogen, uku-
ran diameternya 5 µm. – 30 µm
TEKNOLOGI
62 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
3) Giardia lamblia
Kista dari Giardia lamblia berbentuk oval dengan 4 nukleus dengan
panjang 8 µm. – 14 µm dan lebar 7 µm. – 10 µm. dengan axonema mem-
bentuk huruf “S”.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
63
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
4) Cestoda
a) Diphilobothrium latum
Telur diphilobothrium latum berbentuk lonjong dengan operculum
yang menonjol.
b) Hymenolepis diminuta
Inang utama dari Hymenolepis diminuta adalah tikus. Terkadang
bisa menginfeksi manusia melalui kontaminasi makanan. Diameter
telurnya 56 µm. – 86 µm
c) Hymenolepis nana
Hymenolepis nana adalah cacing pita, parasit pada manusia dan
parasit umum pada tikus rumah. Diameter telur ini 30 – 48 mikron.
TEKNOLOGI
64 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
d) Taenia spp.
Telur Taenia Solium (cacing pita babi) dan Taenia saginata (cacing
pita sapi) terlihat mirip namun berbeda. ukuran telurnya 42 µm - 48 µm.
5) Nematoda
a) Ascaris lumbricoides
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
65
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 3.24.d Telur Ascaris lumbricoides infertil (tanda merah) dan fertil (hijau)
Sumber : Atlas mikroskopi klinis, 2006 hal.148
b) Enterobius vermicularis
TEKNOLOGI
66 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
d) Strongyloides stercoralis
e) Trichuris trichiura
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
67
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
6) Trematoda
a) usus
Fasciolopsis buski
b) hati
Clonorchis sinesis
TEKNOLOGI
68 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Fasciola hepatika
c) darah
Schistosoma haematobium
Schistosoma japonicum
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
69
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Schistosoma mansoni
d) paru-paru
Paragonimus westermani
TEKNOLOGI
70 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2. Mikroskopis
Untuk mengamati adanya telur cacing dalam feses bisa memakai sediaan
basah atau sediaan langsung dan sediaan tidak langsung dengan konsentrasi .
a. Sediaan basah
Bertujuan untuk mengidentifikasi langsung keberadaan telur cacing pada
feses. Dengan menggunakan slide bisa menggunakan kaca tutup atau pun
tanpa kaca tutup ( Maulida, 2016 )
b. Pemeriksaan tidak langsung ( konsentrasi )
c. Metode pengendapan / sedimentasi
Pada prinsipnya menggunakan gaya sentrifugal sehingga akan membentuk
sedimentasi dan telur cacing akan mengendap
d. Metode Flotasi
Dianjurkan untuk memeriksa tinja yang sedikit kandungan telur cacingnya
dengan mamakai larutan gula jenuh atau garam jenuh agar telur mengapung.
e. Metode Stool
Feses dilarutkan dengan NaOH 0,1 N sebagai pelarut. Bisa dipakai untuk
infeksi sedang maupun infeksi berat terhadap infeksi parasit cacing.
f. Metode Direct Slide
Metode ini menggunakan NaCl Fisiologis (0,9%) atau eosin 2% sangat baik
untuk infeksi berat dan didaptkan hasil yang cepat. Penggunaan eosin adalah
untuk memperjelas antara kotoran dan telur cacing yang dicari. ( Natadisastra,
2009)
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
71
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Kelemahan metode ini yaitu seringkali telur tertutup oleh benda lain bila
sampel feses yang diletakkan di preparat terlalu tebal.
g. Metode Kato Katz
Bisa mendiagnosis telur cacing secara kualitatif maupun kuantitatif.
Mirip dengan metode direct slide namun ditambah penggunaan selophane
tape yang sebelumnya direndam dulu dengan malanchit green yang akan
tampak sebagai latar belakang ( Limpomo dan Sudaryanto, 2014)
h. Teknik sediaan tebal
Metode ini untuk menghitung jumlah telur cacing, dipakai cellahane
tape sebagai pengganti tutup cover glass. Metode ini menggunakan cukup
banyak sampel feses, pemeriksaan massal pada wabah kecacingan disarankan
menggunakan metode ini karena harganya yang murah serta tekniknya
sederhana.
i. Metode selotip
Untuk mencari telur cacing kremi atau Enterobius vermicularis sebaiknya
dilakukan pada pagi hari pada anak usia 1-10 tahun sebelum anak-anak kontak
dengan air. Pelaksanaan metode ini memakai plaster plastik yang ditempel
pada bagian anus lalu plester tersebut ditempel pada permukaan slide yang
bersih. ( Natadisastra, 2009)
Pemeriksaan feses rutin umumnya menggunakan direct slide
menggunakan larutan eosin 3%.
Berikut prosedurnya :
1) Menyiapkan object glass yang bersih, kering dan jernih
2) Mengambil sampel feses dengan menggunakan ose bulat / lidi , letakan
sedikit feses di object glass.
3) Tambahkan larutan eosin 3% sebanyak 1 tetes. Ditutup dengan cover
glass
4) Diamati di mikroskop dengan perbesaran 40 kali.
TEKNOLOGI
72 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
Praktikum
Pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis Feses
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi feses secara makroskopis dan mikroskopis
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan Makroskopis dan Mikroskopis feses di
depan kelas
B. Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Ose atau lidi
3. Object glass
4. Cover glass
5. Pewarna eosin 3%
6. Sampel : feses dalam wadah
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok
masing-masing
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasilah sampel feses yang telah tersedia.
4. Catat hasil pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis feses, beri
kesimpulan dan pembahasan!
5. Berikan penjelasan mengapa bisa diperoleh hasil pemeriksaan tersebut!
CAKRAWALA
Adanya masalah pada sistem pencernaan anak kadang tidak bisa dideteksi
secara kasat mata. Dibutuhkan berbagai pemeriksaan untuk memastikan kondisi
kesehatan tubuh anak, salah satunya melalui pemeriksaan feses. Sama seperti
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
73
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
jenis pemeriksaan kesehatan lainnya, tes feses juga dianjurkan untuk dilakukan di
waktu tertentu ketika memang dibutuhkan. Lantas, sebaiknya kapan si kecil perlu
menjalani tes feses?
Apa itu pemeriksaan feses?
Pemeriksaan feses adalah sebuah tes yang menjadikan feses sebagai sampel
utama guna memudahkan diagnosis jika ada masalah pada pencernaan. Meski
sering dianggap sebagai kotoran yang perlu dibuang, tetapi feses sebenarnya
bisa memberikan informasi penting mengenai kondisi kesehatan tubuh. Entah itu
menyerang usus, lambung, dubur, maupun bagian lainnya dari sistem pencernaan.
Normalnya, feses yang keluar dari tubuh tidak disertai dengan darah.
Namun jika ini terjadi, tandanya ada yang salah dengan sistem pencernaan
anak. Itulah mengapa pemeriksaan feses dibutuhkan pada anak, khususnya untuk
mendiagnosis gangguan pada sistem pencernaan.
Pasalnya, serangan virus, bakteri, serta parasit yang masuk ke dalam tubuh
bisa berkembang sehingga membahayakan kesehatan anak. Bukan tidak mungkin,
anak bisa sampai mengalami diare yang disertai dengan munculnya darah pada
feses.
Kapan waktu terbaik anak melakukan pemeriksaan feses?
Dokter biasanya baru akan menganjurkan anak untuk melakukan pemeriksaan
feses ketika kotoran alami tubuh anak ini mengandung darah. Atau ketika anak
mengalami diare parah yang telah berlangsung cukup lama dan tidak kunjung
selesai.
Akan tetapi, waktu pasti anak dalam melakukan pemeriksaan ini tidak bisa
ditentukan begitu saja. Dokterlah yang akan menyarankan waktu pemeriksaan
terbaik sesuai dengan kondisi kesehatan yang sedang dialami anak.
Selanjutnya, pemeriksaan feses ini akan membantu menilai apakah jenis
bakteri, virus, maupun parasit tersebut dapat menginfeksi saluran pencernaan,
khususnya usus.
Sebenarnya ada banyak organisme mikroskopis seperti bakteri baik, yang
hidup di dalam usus guna melancarkan proses pencernaan makanan. Akan tetapi,
lain lagi ceritanya jika usus ternyata teinfeksi bakteri, virus, atau parasit berbahaya.
Kondisi tersebut tentu bisa mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
yang tidak sepele. Atas dasar inilah, pemeriksaan feses pada anak penting untuk
dilakukan. Berbagai masalah kesehatan yang bisa dideteksi melalui pemeriksaan
feses, meliputi:
1. Alergi atau peradangan di dalam tubuh, misalnya ketika anak mengalami alergi
susu sapi.
2. Infeksi saluran pencernaan akibat serangan bakteri, virus, maupun parasit.
3. Gangguan pencernaan karena kesulitan dalam mencerna gula, lemak, atau zat
gizi tertentu lainnya.
4. Muncul darah pada saluran pencernaan akibat ulkus atau masalah lainnya
Selain menganalisis darah, sampel feses juga memeriksa kandungan di dalamnya,
TEKNOLOGI
74 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
75
KIMIA KLINIK
JELAJAH INTERNET
2. http://repository.unimus.ac.id/2846/
TEKNOLOGI
76 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
RANGKUMAN
Feses merupakan zat yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tubuh sehingga
dikeluarkan melalui BAB atau buang air besar. Untuk mendiagnosis feses ada 2
jenis pemeriksaan yakni pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis. Pemeriksaan
makroskopis meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, dan pH. Sedangkan
pemeriksaan mikroskopis meliputi telur cacing, larva, protozoa, jamur serta benda
mikroskopis lainnya yang menunjang diagnosis penyakit. Agar mudah dalam
mengamati sedimen dalam feses tentunya diperlukan campuran pewarna pada
feses dan yang sering digunakan adalah eosin 1%.
TUGAS MANDIRI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
77
KIMIA KLINIK
REFLEKSI
TEKNOLOGI
78 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BAB
KIMIAWI FAECES IV
BAB IV KIMIAWI FAECES
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi tentang kimiawi faeces siswa dapat memahami
pengertian pemeriksaan kimiawi faeces, menjelaskan pemeriksaan darah samar,
urobilin faeces, mendemonstrasikan pemeriksaan darah samar, urobilin faeces
dengan benar
PETA KONSEP
KIMIA FAECES
MELAKUKAN
MENGANALISIS PEMERIKSAAN KIMIAWI
FAECES FAECES
JENIS PEMERIKSAAN
PENGERTIAN PEMERIKSAAN DARAH SAMAR PEMERIKSAAN
KIMIA FAECES KIMIA FAECES FAECES UROBILIN FAECES
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
79
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Hasil absorpsi makanan, air, saliva, cairan lambung, cairan yang berasal dari
pankreas, cairan empedu yang dikeluarkan melalui anus disebut feses. Produksi
feses dalam sehari sekitar 100-200 gram. Proses absorpsi, sekresi, dan fermentasi
memengaruhi bentuk, kompoisisi, serta jumlah feses. Feses yang normal berwarna
kuning akibat degradari pigmen empedu oleh bakteri. Selain itu, feses berbau khas
yang kuat berasal dari indol, skatol, asam butirat serta pencernaan protein yang
kurang baik. Pada bab ini kita akan mempelajari pemeriksaan kimiawi feses, salah
satunya pemeriksaan darah samar. Tes darah pada tinja sering dilakukan dengan
cepat untuk memberikan hasil segera. Pertama, tinja dioleskan pada sebuah kartu,
kemudian beberapa tetes larutan ditempatkan pada kartu. Perubahan warna instan
menunjukkan bahwa ada darah dalam tinja. Terkadang, tinja dikirim ke laboratorium
untuk menguji darah, dan hasilnya akan dilaporkan dalam beberapa jam.
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Pemeriksaan kimia feses adalah pemeriksaan untuk mengetahui kandungan
feses melalui urine kimia yakni pemeriksaan darah samar dan pemeriksaan
urobilin feses.
TEKNOLOGI
80 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
81
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
4) Prosedur
a) Ambil sejumlah kecil feses taruh di atas kertas saring atau objek
glass.
b) Menambahkan 2 tetes asam asetat glasial, homogenkan.
c) Menambahkan 2 tetes larutan gum guaiac jenuh dalam alkohol
95% yang segar.
d) Menambahkan 2 tetes hidrogen peroksidase 3%.
e) Amati warna yang terbentuk.
5) Interpretasi Hasil
Tabel 4.1 interprestasi pemeriksaan darah samar
Hasil Kesimpulan
Terbentuk warna hijau Positif (+)
Terbentuk warna biru Negatif (-)
Sumber : Armintopriyatna, 2016
b. Tes Benzidine
1) Metode : Benzidine basa
2) Prinsip : Hemoglobin akan menguraikan hidrogen peroksida
sebagai peroksidase dan mengoksidasi benzidin menjadi warna biru.
3) Alat dan Bahan
Alat : Tabung urine, dan rak tabung, Bunsen
Bahan : Kristal benzidine basa, NaCl fisiologis, H2O2 3%, asam
asetat glasial, dan sampel feses
4) Prosedur
a) Membuat emulsi feses dengan NaCl fisiologis. Panaskan hingga
mendidih.
b) Menyaring emulsi feses yang masih panas, kemudian filtrat
dibiarkan dingin.
c) Masukkan kristal benzidine basa seujung sundip (± 1 gram) dan
TEKNOLOGI
82 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
a. Imunokromatografi
1) Metode : Rapid Chromatographic Immunoassay
2) Prinsip : Menggunakan prinsip antibodi sandwich assay untuk
mendeteksi sampai 50 ng/mL haemoglobin dalam feses atau 6 μL
haemoglobin/1 gram feses.
Sampel feses beurine dengan antibodi antihaemoglobin dalam
membrane kromatografi membentuk garis warna.
3) Prosedur
a) Menyiapkan sampel feses
b) Mengambil sampel feses minimal 3 tempat yang berbeda dengan
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
83
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
84 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Praktikum
Kimiawi Feses
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kandungan kimia feses
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan kimiawi feses di depan kelas
B. Alat dan Bahan
Sesuai kebutuhan masing-masing pemeriksaan
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok
masing-masing!
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan!
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasilah sampel feses yang telah tersedia!
4. Catat hasil pemeriksaan kimiawi Feses, beri kesimpulan dan pembahasan!
5. Berikan penjelasan mengapa bisa diperoleh hasil pemeriksaan tersebut !
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
85
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
Cek feses adalah suatu rangkaian pemeriksaan pada feses untuk menentukan
apabila seseorang mengalami penyakit tertentu yang berhubungan dengan
saluran pencernaan. Kotoran atau feses umumnya dianggap sebagai sampah yang
harus segera dibersihkan.
Hasil buang air besar tersebut dapat memberikan informasi tentang penyakit
yang terjadi pada orang tersebut. Selain itu, berbagai kondisi yang mungkin
terjadi pada pengecekan terhadap feses, yaitu:
a. Alergi atau peradangan dalam tubuh, seperti bagian dari evaluasi
alergi protein susu pada bayi.
b. Infeksi, seperti yang disebabkan oleh beberapa jenis bakteri, virus,
atau parasit yang menyerang sistem pencernaan.
c. Masalah pencernaan, seperti malabsorpsi gula, lemak, atau nutrisi
tertentu.
d. Berdarah pada saluran pencernaan.
Alasan yang paling umum untuk menguji feses adalah untuk mengetahui
apabila bakteri atau parasit telah menginfeksi usus. Banyak organisme mikroskopis
yang hidup di usus diperlukan untuk pencernaan normal. Namun, jika usus
terinfeksi oleh bakteri atau parasit berbahaya, hal tersebut dapat menyebabkan
masalah seperti diare yang mengeluarkan darah. Di samping itu, mengetes tinja
dapat membantu menemukan penyebabnya.
Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Cek Feses
Terdapat beberapa hal yang harus kamu lakukan dan juga yang tidak boleh
dilakukan sebelum dilakukannya cek feses. Hal tersebut tergantung pada bentuk
tes feses yang akan dijalani. Berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan
dan yang harus kamu hindari:
TEKNOLOGI
86 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai kimiawi feses para siswa sekalian
dapat mempelajari secara mandiri di internet. Melalui internet Anda bisa mengakses
lebih jauh materi tentang Kimiawi Feses. Salah satu website dapat kalian kunjungi
untuk menambah wawasan dan pemahaman Anda tentang Kimiawi Feses adalah
sebagai berikut:
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
87
KIMIA KLINIK
JELAJAH INTERNET
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_
dir/063210596568b957e068644c46324bae.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_
dir/063210596568b957e068644c46324bae.pdf
RANGKUMAN
Feses merupakan hasil akhir dari penyerapan makanan, saliva, cairan lambung,
cairan yang berasal dari pankreas, maupun cairan ampedu yang dikeluarkan
melalui anus. Pemeriksaan kimiawi feses untuk mengetahui kandungan dalam
feses melalui reaksi kimiawi seperti urobilin dan darah samar.
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
TEKNOLOGI
88 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL SEMESTER GASAL
A. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat diantara A, B, C, D dan
E!
1. Seorang ibu berusia 54 tahun datang ke dokter dengan keluhan sudah
beberapa hari sakit pinggang, setiap kali berkemih terasa panas dan sedikit
sakit. Dokter memberinya pengantar ke laboratorium untuk untuk melakukan
pemeriksaan urin rutin. Diagnosa dokter pasien tersebut mengalami ISK.
Unsur apakah yang terdapat dalam sedimen ...
a. Epitel
b. Leukosit
c. Eritrosit
d. Kristal oxalate
e. Kristal asam urat
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
89
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
6. Seorang ibu hamil datang dengan keluhan pembnegkakan yang terjadi akibat
tekanan darah yang sangat tinggi. Diketahui bahwa ibu tersebut mengalami
pre eklamsia (gestosis). Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk mendukung
diagnosa tersebut ?
a. Glukosa urine
b. Keton
c. Protein urin
d. Bilirubin urin
e. Tes darah samar
TEKNOLOGI
90 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
9. Seorang anak usia 7 tahun mengalami keluhan bila malam merasa gatal pada
bagian anus. Setelah dilakukan pemeriksaan dengan anal swab dan diperiksa
secara mikroskopis, nampak adanya telur berbentuk lonjong, transparan
dengan salah satu sisinya datar...
a. Ascaris lumbricoides
b. Trichuris trichiura
c. Oxyuris vermicularis
d. Necator americanus
e. Anchilostoma duodenale
10. Cara flotasi merupakan cara mengkonsentrasikan parasit dari spesimen tinaj
yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya berdasarkan berat jenis (BJ)
telur-telur yang lebih ringan dari BJ larutan yang digunakan sehingga parasit
akan mengapung. Pada pemeriksaan tersebut reagen apa yang di gunakan ..
a. HCl
b. Eter
c. Formalin
d. Gula Jenuh
e. NaCl Fisiologis
11. Pada hasil pemeriksaan faeces rutin, nampak ditemukan suatu telur cacing
bentuk lonjong, pada kedua ujungnya terdapat sumbat yang disebut mukoid
plug. Dari hasil pemeriksaan diatas apa yang ditemukan ?
a. Trichuris trichiura
b. Enterobius vermicularis
c. Ascaris lumbricoides
d. Toxocora canis
e. Necator americanus
12. Dalam pemeriksaan feses, agar parsit dalam spesimen dapat diidentifikasi
dengan mudah maka pengumpulan tinja tidak boleh terkontaminasi bahan-
bahan yang dapat merusak morfologi parasit. Bahan apa yang menyebabkan
hal diatas...
a. Formalin 10%
b. NaCl Fisiologis
c. Eosin
d. Lugol
e. Detergen dan asam kuat
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
91
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
15. Seorang laki-laki berumur 50 tahun dengan keluhan lemah, letih, lesu, makan
banyak, perut buncit,dan cepat ngantuk. Dokter memberi surat pengantar
untuk memeriksakan telur cacing dalam tinja. Reagen apa yang dapat dipakai...
a. HCl 0,1 N
b. Alkohol 76%
c. Eosin 1%
d. HgCl2 1%
e. KOH 10%
17. Seorang pasien dengan diagnosa diabetes mellitus diminta dokter untuk memeriksakan urine
terhadap adanya benda keton. Analis yang bertugas melakukan pemeriksaan
benda keton tersebut dengan metode Rothera karena reagen carik celup
sedang habis. Selain serbuk rothera, reagen apa yang bisa menjadi alternatif
untuk pemeriksaan tersebut ...
a. NH4OH 28%
b. NaOH 25%
c. H2O2 3%
d. FeCl3 10%
e. KOH 10%
TEKNOLOGI
92 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
18. Seorang ibu datang ke laboratorium klinik dengan membawa surat pengantar
dari dokter dan sampel feses bayinya untuk dilakukan pemeriksaan feses rutin.
Petugas analis kesehatan melakukan analisa feses rutin. Pada pemeriksaan
makroskopis didapatkan hasil konsistensi cair, warna putih susu dan abu
tengik. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik untuk melihat
ada tidaknya lemak dalam feses tersebut. Pereaksi apakah yang tepat untuk
memastikan kandungan feses tersebut ...
a. NaCl 0,9%
b. Lugol 1-2%
c. Eosin 1-2%
d. KOH 10%
e. Sudan III
19. Seorang laki-laki berusia 17 tahun pada tinjanya ditemukan positif telur
cacing tambang. Telur cacing tambang memiliki ciri-ciri yang sama setiap
spesies sehingga perlu dibedakan antara spesies Ancylostoma duodenale dan
Necator Americanus. Metode apa yang di pakai untuk membedakan kedua
spesies tersebut ...
a. Harada mori
b. Knott
c. Konsentrasi
d. Pengapungan
e. Sediaan langsung
20. Seorang pasien memeriksaan urin, berdasarkan hasil pemeriksaan rutin warna
kehijauan, agak keruh, pH 6,2, BJ 1.021, sampel urine di sentrifuge dengan
kecepatan 1500 rpm selama 5 menit, sedimen dibuat preparat. Jenis sedimen
apa yang paling banyak di temukan...
a. Kalsium fosfat
b. Amorf fosfat
c. Kalsium oksalat
d. Triple fosfat
e. Kalsium fosfat
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
93
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
24. Pemeriksaan urinalisis dari pasien laki-laki usia 42 tahun dengan diagnosa
gagal ginjal kronik didapatkan BJ rendah, volume urine meningkat, kadar
protein ringan sampai sedang, juga ditemukan sedimen silinder. Jenis silinder
apa yang ditemukan pada kasus diatas ...
a. Lilin
b. Hyalin
c. Granular
d. Leukosit
e. Eritrosit
25. Seorang pasien diabetes mellitus didiagnosa terjadi komplikasi yang ditandai
adanya proteinuria menetap disertai adanya retinopati dan hipertensi. Untuk
memastikan diagnosa gejala tersebut, dokter meminta dilakukan pemeriksaan
lanjut. Pada tahap berapa tes laboratorium terdeteksi dalam perjalanan
penyakit kasus ini ?
a. Tahap 5
b. Tahap 4
c. Tahap 3
d. Tahap 2
e. Tahap 1
TEKNOLOGI
94 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
27. Untuk mengawetkan telur cacing dan cacing dewasa dalam feses diperlukan
formalin stok yang tersedia di laboratorium dengan konsentrasi 4% sebanyak
100 ml. Larutan formalin stok yang tersedia di laboratorium adalah formalin
dengan konsentrasi 10% . berapa banyak formalin stok yang harus dipipet
untuk mendapatkan formalin konsentrasi 4% dengan volume 100 ml ?
a. 40 ml
b. 35 ml
c. 30 ml
d. 25 ml
e. 20 ml
28. Dokter meminta dilakukan biakan dengan metode modifikasi harada mori
terhadap feses pasien yang menderita infeksi cacing tambang, untuk
mengetahui spesies penyebabnya, apakah Ancylostoma duodenale atau
Necator americanus. Peralatan apa yang harus dipersiapkan untuk pemeriksaan
tersebut ?
a. Objek glass dan cover glass
b. Spatula, cellopan dan objek glass
c. Spatula, pipet pasteur, dan objek glass
d. Kantong plastik, kertas saring, dan jepitan kertas
e. Tabung centrifuge, pipet pasteur dan objek glass
29. Dokter meminta dilakukan pemeriksaan urine terhada pasien wanita dengan
keluhan gatal dan panas pada area genetalia. Hasil pemeriksaan mikroskopis
pada sedimen urine ditemukan parasit berbentuk oval, bergerak cepat dengan
flagel, flagel dan undulating membran dengan panjang setengah panjang
tubuh, nukleus berbentuk oval.
a. Trichomonas tenax
b. Trichomonas hominis
c. Trichomonas vaginalis
d. Enteromonas hominis
e. Treponema pallidum
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
95
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
30. Seorang analis menerima bahan pemeriksaan berupa feses dari penderita
ascariasis dengan permintaan pemeriksaan telur cacing secara kuantitatif.
Metode pemeriksaan apakah yang tepat untuk pemeriksaan tersebut ?
a. Flotasi
b. Kato Katz
c. Direk slide
d. Harada mori
e. Selophane
TEKNOLOGI
96 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BAB
GLUKOSA DARAH V
BAB V GLUKOSA DARAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Pengertian Gukosa
Menganalisis
Glukosa Darah
Metabolisme Kar-
bohidrat Menjadi
GLUKOSA DARAH Glukosa
Melakukan Pemer-
iksaan Glukosa Prosedur Pemer-
Darah iksaan Glukosa
Darah
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
97
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Gula yang terdapat di dalam tubuh manusia sebenarnya memiliki beberapa ben-
tuk diantaranya monosakarida, disakarida dan polisakarida. Glukosa atau gula darah
merupakan karbohidrat golongan monosakarida yakni gula yang dalam bentuk pal-
ing sederhana. Glukosa dipakai sebagai sumber tenaga yang diperoleh dari konsumsi
makanan atau minuman yang mengandung karbohidrat.
Glukosa mempunyai peran utama untuk pembentukan energi di dalam tubuh
yang sangat penting bagi kinerja otak dan sel-sel pada jaringan tubuh manusia. Glu-
kosa sebagai sumber energi dikontrol oleh hormon insulin yang diproduksi oleh sel
beta pankreas. Jika ada kelebihan glukosa maka akan diubah menjadi glikogen yang
merupakan bentuk gula yang lebih kompleks kemudian disimpan di hati dan otot yang
nantinya berfungsi sebagai cadangan energi bila diperlukan.
Namun jika hormon insulin kurang dari jumlah yang diperlukan, atau asupan gula
melalui makanan/minuman melebihi batas maka gula darah bisa menumpuk di dalam
sirkulasi darah dan mengakibatkan kadar gula darah meningkat (hiperglikemi). Jika
hal ini terus-menerus terjadi atau tidak terkontrol maka akan menimbulkan penyakit
yang umumnya kita kenal sebagai penyakit Diabetes Millitus.
MATERI PEMBELAJARAN
A.PENGERTIAN
Karbohidrat yang paling sederhana dari golongan monosakarida disebut glu-
kosa. Karbohidrat merupakan turunan dari formaldehid atau gugus keton dari al-
kohol menurut tinjauan biokimianya. Komposisi utama karbohidrat yaitu unsur C (
karbon), H ( Hidrogen ) dan O ( Oksigen ). Nama lain dari senyawa karbohidrat yaitu
sakarida asalnya dari bahasa latin sacharum yang berarti gula.
TEKNOLOGI
98 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Kadar atau banyaknya kandungan gula di dalam sirkulasi darah dalam tubuh
disebut gula darah. Terdapat beberapa bentuk gula di dalam tubuh, bentuk gula
yang paling sederhana yakni glukosa yang terdapat dalam darah.
Jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah disebut gluko-
sa darah, insulin yang diproduksi oleh sel-sel beta pankreas mengatur glukosa
darah. Dalam keadaan puasa kadar glukosa darah berkisar 60 – 100 mg/dL pada
orang sehat, setelah makan konsentrasinya dapat meningkat hingga 120 – 140
mg/dL. Kemudian setelah penyerapan karbohidrat yang berlangsung sekitar 2 jam,
sistem tubuh mengembalikan pada kadar glukosa yang normal. Glukosa mempu-
nyai fungsi untuk menyediakan energi bagi seluruh sel tubuh di dalam aliran darah
yang merupakan hasil akhir dari metabolisme laktosa, amilum, sukrosa di dalam
sistem pencernaan. Glukosa sebagai satu-satunya nutrisi yang bisa dipakai untuk
menyuplai energi sangat penting untuk memelihara keseimbangan nutrisi di da-
lam otak, retina dan germinal epithelium dari kelenjar gonad. Nutrisi yang digu-
nakan untuk otak lebih dari setengah bentuk glukosa dari proses glukoneogenesis.
Datangnya gula darah sangat penting untuk diketahui sejak awal. Makanan
yang dikonsumsi masuk ke dalam tubuh menjadi sumber glukosa (gula). Selain
itu organ hati di dalam tubuh juga meghasilkan glukosa yang disebut glikogen.
Sel-sel jaringan tubuh memanfaatkan gula yang diubah menjadi energi melalui
konsumsi makanan sehingga Sel-sel yang ada di Islets of langerhans dalam organ
pankreas bisa menggunakan glukosa. Pankreas beurine memproduksi insulin ke
dalam sel-sel tubuh setiap kali ada makanan yang masuk, penderita akan mera-
sa lelah berkepanjangan dan tidak bertenaga bila tubuh tidak mendapat pasokan
energi. Kadar gula dalam darah menurun karena diprosesnya glukosa oleh insulin.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
99
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
litus.
Melalui test ini dapat disimpulkan :
a. Bila hasilnya 70 – 99 mg/dL = kadar gula normal
b. Bila hasilnya 100 – 126 mg/dL = kemunginan diabetes ( pre-diabetes )
c. Bila hasilnya > 126 mg/dL = hiperglikemi, kadar terkena diabetes
d. Bila hasilnya < 70 mg/dL = hipoglikemi, kadar gula darah sangat rendah,
sering terjadi akibat pengunaan obat diabetes berlebih dan akan memba-
hayakan kondisi pasien.
2. Glukosa Darah Sewaktu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan pun tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir.
3. Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial ( 2 Jam Setelah Makan )
Pemeriksaan ini dilakukan setelah terhitung waktu 2 jam setelah pasien
selesai mengkonsumsi makanan baru kemudian dilakukan pengambilan darah .
Banyak faktor lain juga yang bisa memicu kenaikan kadar gula darah, yakni
kurangnya berolahraga, konsumsi makanan yang berlebihan, stress dan faktor
emosional, bertambahnya berat badan, umur, dan terapi pengobatan.
Pada orang normal kadar gula darah biasanya cenderung meningkat se-
cara ringan namun bertahap setelah umur 50 tahun. Kenaikan kadar gula dar-
ah setelah mengonsumsi makanan atau minuman merangsang pankreas untuk
memproduksi insulin sehingga kenaikan gula darah dapat dikontrol lebih lanjut
dan menyebabkan kadarnya menurun secara perlahan.
Ukuran keadaan Glukosa darah menurut patokan Indonesia :
a. Kadar gula normal ( normoglycaemia ) : berisiko kecil untuk menjadi diabe-
tes atau menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah
b. IGT ( Impairing Glucose Tolerance ) : menurut WHO kondisi ini sangat ber-
isiko tinggi untuk terkena peyakit diabetes, dan menjadi pemicu timbulnya
penyakit jantung dan pembuluh darah seperti umumnya menjangkiti pen-
derita Diabetes Militus. Kondisi ini sebagai akibat kerusakan organ pank-
reas atau terganggunya produksi hormon insulin
c. IFG ( Impairing Fasting Glucose ) : mirip dengan IGT, pada kondisi ini tubuh
tidak mampu memproduksi insulin dengan baik disertai adanya gangguan
kontrol pengeluaran kelebihan gula dari hati ke aliran darah.
TEKNOLOGI
100 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
101
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
Praktikum
Glukosa Darah
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kadar glukosa darah dalam serum
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan glukosa darah di depan kelas
B. Alat dan Bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet 10 ul dan 1000 ul
3. Yellow tip dan Blue tip
4. Tabung urine
5. Rak tabung urine
6. Timer
7. Tissue
8. Reagen
9. Sampel : Serum
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok
masing-masing!
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan!
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasikanlah sampel serum yang telah tersedia!
4. Catat hasil pemeriksaan glukosa darah, beri kesimpulan dan pembahasan!
5. Untuk mengetahui ketepatan hasil pemeriksaan dapat membandingkan
hasil pemeriksaanmu dengan hasil pemeriksaan guru atau pembimbingmu
dengan sampel yang sama kemudian lakukan perhitungan dengan
pedoman tabel di bawah ini, lalu lihatlah berapa skormu!
Tabel Perhitungan presentase kesalahan praktikum, mengukur ketepatan hasil
pemeriksaan sampel siswa dengan hasil pemeriksaan pembimbing :
Tabel 5.3 perhitungan presentase kesalahan pemeriksaan glukosa
TEKNOLOGI
102 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
9 17,6 – 20,0 % 60
10 20,1 – 22,5 % 55
11 22,6 – 25,0 % 50
12 25,1 – 27,5 % 45
13 27,1 – 30,0 % 40
14 30,1 – 32,5 % 35
15 32,6 – 35,0 % 30
16 35,1 – 37,5 % 25
17 37,6 – 40,0 % 20
18 40,1 – 42,5 % 15
19 Ø 42,6 10
RUMUS : HASIL – TARGET X 100 %
TARGET
Keterangan :
Hasil = hasil pemeriksaan glukosa yang didapat olehmu
Target = hasil pemeriksaan glukosa yang di dapat oleh gurumu
Catatan : menggunakan sampel yang sama
Sumber : Armintopriyatna, 2013
6. Berikan penjelasan mengapa bisa diperoleh hasil pemeriksaan tersebut !
CAKRAWALA
Info Terkini
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
103
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
Di ajang Google Science Fair, Google menantang pelajar untuk menyalurkan rasa
ingin tahu dan kecerdasannya dalam menemukan, menyusun, atau membangun
solusi atas hal-hal yang diminati. Para pelajar pembuat perubahan ini berupaya
untuk mengatasi berbagai masalah di bidang keberlanjutan, kesehatan, keamanan,
dan aksesibilitas.
Ada banyak aplikasi dari berbagai disiplin STEM, mulai dari penggunaan AI untuk
membantu mendeteksi penyakit pada tanaman hingga menemukan cara baru
untuk mendiagnosis penyakit jantung. Proyek-proyek tersebut menarik dan
memiliki dampak positif yang menjadi solusi bagi beberapa masalah terberat di
dunia.
Selain itu juga dapat menjawab beberapa kendala isu diabetes yang ada di
Indonesia karena harganya yang lebih murah serta mudah digunakan. Jika
berhasil dikembangkan, alat glukometer diharapkan dapat menurunkan angka
kasus diabetes.
TEKNOLOGI
104 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai glukosa darah para siswa dapat
mempelajari secara mandiri di internet. Melalui internet kalian bisa mengakses
lebih jauh materi tentang Glukosa darah. Salah satu website dapat kalian kunjungi
untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang glukosa darah adalah
sebagai berikut :
1. http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/Majalah_Ilmiah%20UPN/bw-vol23-no5-
agu2012/264-270.pdf
2. http://repository.setiabudi.ac.id/561/2/TUGAS%20AKHIR%20Novi%20
Kartika%20Sari%20%2806130175N%29.pdf
RANGKUMAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
105
KIMIA KLINIK
RANGKUMAN
di dalam darah. Untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah dapat dilakukan
pemeriksaan glukosa dengan menggunakan sampel darah yakni dengan bantuan
alat spektrofotometer dengan metode GOD-PAP dengan membaca intensitas
warna yang terbentuk, semakin cerah warna yang terbentuk memungkinkan
kadar glukosa darah yang terbaca akan semakin tinggi.
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
TEKNOLOGI
106 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BAB
PROTEIN PLASMA VI
BAB VI PROTEIN PLASMA
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
PROTEIN PLASMA
metode prosedur
pengertian pemeriksaan
protein pemeriksaan
protein protein plasma
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
107
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
TEKNOLOGI
108 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Protein adalah sejumlah L-asam amino yang dihubungkan oleh ikatan
peptida yang menyusun makromolekul polipeptida. Sejumlah asam amino
dengan susunan tertentu dan bersifat turunan menyusun suatu molekul
protein. Unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen menyusun asam
amino. Sebanyak 16 % dari berat protein yaitu unsur nitrogen sebagai unsur
utaman penyusun protein. Fosfor, belerang, dan unsur logam seperti tembaga
dan besi merupakan kandungan yang ada di dalam molekul protein.
Protein plasma dengan konsentrasi 7-7,5 g/dL merupakan komponen
terbesar dari baha padat plasma darah. Protein terkonjugasi seperti
glikoprotein dan lipoprotein, terutama protein sederhana merupakan
kandungan protein plasma. Fibrinogen, albumin dan globulin merupakan tiga
kelompok besar yang dapat dipisahkan dari protein plasma. Sekitar 15 %
protein plasma juga bertanggung jawab terhadap buffer darah.
Sintesis protein yang bersirkulasi diperankan oleh organ utama yaitu
hepar, jumlah protein dalam darah akan menurun ketika sintesis protein
oleh hepar ditekan. Menurunnya tekanan osmotik yang diperantarai oleh
protein dapat mengakibatkan edema disebut Hipoproteinemia. Yang menjadi
penyebab edema adalah masuknya air dalam plasma yang meninggalkan
sirkulasi ke rongga interstisial. Glikoprotein merupakan protein lain yang
disintesis oleh hepar, berperan penting dalam hemostasis, transport, inhibisi
protease, dan ligand binding. Hepar juga mensintesis protein fase akut yang
berespon pada berbagai bentuk luka yang merupakan bagian dari sistem
imun .
Hampir separuh total protein plasma adalah albumin yang merupakan
protein plasma terbanyak sisanya dikelompokan ke dalam globulin, mayoritas
globulin berperan sebagai protein transport.
Protein plasma tidak keluar melalui pori-pori dinding kapiler sehingga
dinding kapiler relatif impermeabel terhadap protein plasma karena ukurannya
yang cukup besar dan protein plasma terdispersi dalam plasma sebagai koloid.
Air tertarik ke dalam darah sebagai manifestasi dari tekanan osmotik antara
darah dan cairan interstisium sebesar 25 mmHg yang dibentuk oleh protein
plasma
Efisiensi penggunaan protein oleh tubuh bisa mendefinisikan kualitas
dari protein itu sendiri. Proporsi dan jenis asam amino yang terkandung di
dalam protein menentukan kualitas protein. Asam amino esensial dalam
suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan manusia, mempunyai kualitas
yang tinggi pada prinsipnya disediakan oleh protein, sebaliknya protein
yang kualitasnya rendah yaitu kekurangan satu atau lebih asam-asam amino
esensialnya.
Enzim, protein pembangun, protein kontraktil, protein pengangkut,
protein hormon, protein bersifat racun, protein pelindung, protein cadangan,
merupakan klasifikasi protein berdasarkan pada fungsi biologinya. Serabut
(fibrosa), globular dan konjugasi merupakan klasifikasi protein berdasarkan
bentuknya. Beberapa rantai peptida berbentuk spiral yang terjalin satu sama
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
109
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
lain hingga menyerupai batang yang kaku merupakan protein bentuk serabut
dengan karakteristiknya yang memiliki daya larut yang rendah, kekuatan
mekanis yang tinggi, dan tahan terhadap enzim pencernaan, yang termasuk
juga protein benrbentuk serabut yaitu kolagen elastin, keratin dan miosin.
Protein yang terdapat pada cairan jaringan tubuh dan berbentuk bola
disebut protein globular, protein ini mudah mengalami denaturasi, mudah
berubah oleh suhu dan konsentrasi garam, namun mudah larut dalam larutan
garam dan asam. Yang termasuk juga kedalam protein globular yaitu albumin,
globulin, dan histon.
Bahan-bahan nonasam amino yang terikat pada protein sederhana
disebut protein konjugasi, mempunyai gugus prostetik yang merupakan nama
dari gugus non asam aminonya. Yang termasuk dalam protein konjugasi yaitu
nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, hemoprotein, dan
flavoprotein .
Protein utama dalam plasma manusia adalah albumin , protein total
plasma dengan kadar 3,4 – 4,7 g/dL sebanyak 60 % dibentuk oleh albumin.
Mengandung 17 ikatan disulfida dan satu rantai polipeptida dengan 585
asam amino merupakan bagian dari albumin, dengan berat molekul 69 kDa
dan punya waktu paruh 20 hari albumin berbentuk elips. Albumin bermuatan
negatif dan berkelarutan tinggi, komponen-komponen hidrofobik seperti
asam lemak, steroid, asam amino hidrofobik, vitamin dan obat dibawa oleh
albumin, selain itu albumin beperan penting dalam regulasi tekanan osmotik.
Kecepatan produksi albumin oleh hepar yaitu 9-12 g/hari sebanding
dengan kecepatan katabolisnya. Albumin tidak dikatabolis ketika kelaparan,
sehingga tidak ada cadangan ataupun simpanan albumin. Osmolaritas spatium
ekstravaskuler dan perubahan tekanan osmotik sangat mengontrol kecepatan
produksinya. Insulin, tiroksin dan kortisol sangat mempengaruhi peningkatan
sintesis albumin. Sintesis meningkat pada kondisi seperti nefrosis akibat
kehilangan protein dalam jumlah banyak dan menurun selama berpuasa.
Kolam plasma dan ekstraplasma dimiliki oleh albumin, distribusi
albumin berbeda pada organ yang berbeda dan di berbagai bagian organ
yang sama untuk distribusi albumin tersedia volume plasma dan volume
intravaskular. Volume plasma bervariasi dari 10-25% pada hati, ginjal dan
paru. Volume plasma jaringan memiliki nilai lebih rendah bervariasi dari
kurang dari 1% sampai dengan 4-5% pada organ lain seperti tulan, usus, otak,
kulit dan otot.
Salah satu indikator yang bisa dijadikan penentu status kesehatan
dan lamanya proses rawat inap pasien di rumah sakit adalah albumin. Fungsi
albumin yaitu mengganti jaringan yang rusak atau mati sehingga membentuk
jaringan baru. Salah satu faktor penentu prognosis di rumah sakit bisa
menggunakan nilai albumin serum. Albumin serum yang menurun berpotensi
memperburuk prognosis penyakit seseorang karena berisiko tinggi mengalami
penyakit infeksi.
TEKNOLOGI
110 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
1. Struktur Protein
Protein dapat dibentuk dengan jenis yang tidak terbatas dari 21 jenis
asam amino secara teoritik. Namun yang terdapat di alam di perkirakan
hanya terdapat sekitar 2000 jenis protein. Molekul protein dihubungkan
oleh ikatan peptida yang menyusun satu rantai asam amino tunggal. Ikatan
antara asam-asam amino yang terletak saling berdampingan melalui
interaksi antar rantai samping atau melalui ikatan hidrogen antara atom
oksigen dan nitrogen terbentuk oleh rantai yang terlipat dalam berbagai
cara. Hidrofilik, hidrofobik, aromatik, alifatik, dan heterosiklik merupakan
asam amino yang menyusun rantai protein yang memiliki struktur kimia
yang bervariasi dimana identitas dan fungsi protein ditentukan oleh
urutan asam aminonya.
Jenis asam amino yang membentuk protein, berapa kali kemunculannya
dan urut-urutannya dalam ikatan protein menentukan karakteristik dari
suatu protein. Konfirmasi fungsional biologis dari protein dipengaruhi
oleh empat tingkatan struktur yang saling mempengaruhi. Tingkatan
struktur primer, sekunder dan tersier merupakan tiga diantaranya yang
bisa ditemukan dari suatu rantai polipeptida tunggal pada molekul.
Sedangkan suatu molekul protein berantai banyak yang terlibat dalam
interaksi dari polipeptida merupakan tingkat struktural yang keempat
(kuartener).
Jumlah dan urutan asam amino dalam suatu protein yang memberi
acuan pada tingkat struktur primer. Satu-satunya jenis ikatan yang
terlibat pada tingkat struktur protein yaitu Ikatan peptida kovalen. Sifat
dan kemungkinan jumlah protein yang dapat dibentuk dipengaruhi oleh
Struktur sekunder ditentukan oleh bentuk rantai asam amino: lurus lipatan
atau gulungannya. Sebagai akibat dari ikatan hydrogen antara atom O
dari gugus karbonil (C=O) dengan atom H dari gugus amino (N-H) dalam
satu rantai peptida sehingga memungkinkan terbentuknya konfirasi spiral
yang disebut struktur helix dimana tingkatannya dipacu pada jumlah
keteraturan struktural yang dikandung dalam suatu polipeptida pada
struktur sekunder, sedangkan pada asam-asam amino yang memberi
bentuk tiga dimensi sehingga membentuk struktur kompak dan padat
suatu protein merupakan ikatan tambahan antara gugus R pada Struktur
Tersier. Efek menyeluruh dari sebagian besar kekuatan intramolekular,
termasuk kekuatan dari struktur primer dan sekunder diwakili oleh
struktur tersier. Dibentuk oleh oksidasi gugusan sulfidril dari dua residu
sisteinil, ikatan disulfida sebagai Satu-satunya ikatan kovalen yang terlibat
dalam struktur tersier. Interaksi antara dua atau lebih rantai polipeptida
berasosiasi dengan cara spesifik membentuk protein secara biologis aktif
terkait dengan tingkatan struktur keempat. Struktur yang teridentifikasi
sebagai homogen (mengandung protomer yang identik) atau heterogen
(protomer yang tidak sama) yaitu struktur kuartener
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
111
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2. Metabolisme Protein
a. Protein dalam Makanan
Protein dalam makanan nabati terlindung oleh dinding sel
yang terdiri atas selulosa sehingga daya cerna sumber protein nabati
pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan sumber protein
hewani. Sebagian besar protein sangat resisten terhadap pencernaan,
hanya ikatan superfisial saja yang peka terhadap aktivitas enzim
proteolitik. Namun, setelah protein mengalami denaturasi oleh
pajanan panas atau asam, kekuatan yang mempertahankan struktur
protein menjadi lemah sehingga protein dapat dicerna. Proses
pemasakan dan kondisi asam dalam lambung mempermudah proses
pencernaan.
TEKNOLOGI
112 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
c. Ekskresi Protein
Pada umunya orang sehat tidak mengekskresikan protein,
melainkan sebagai metabolitnya atau sisa metabolisme. Selain CO2
dan H2O sebagai hasil sisa metabolisme protein, terjadi pula berbagai
ikatan organik yang mangandung nitrogen seperti urea dan ikatan
lain yang tidak mengandung nitrogen. Nitrogen yang dilepaskan
pada proses deaminasi masuk ke dalam siklus urea dan diekskresikan
melalui ginjal dalam bentuk air seni. Nitrogen yang dilepaskan pada
proses transaminase tidak dibuang ke luar tubuh, tetapi digunakan
lagi untuk proses sintesis protein tubuh
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
113
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Serum/plasma 20 ul
TEKNOLOGI
114 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pemeriksaan Albumin
Metode pemeriksaan ini yaitu End-Point dimana prinsip
pemeriksaannya melibatkan Albumin + BCG dalam buffer sitrat ( asam
pH 4,2) menghasilkan kompleks berwarna hijau biru. Intensitas warna
yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi albumin pada sampel
yang diukur pada panjang gelombang 620 nm.
Adapun beberapa hal yang harus di setting pada
spektrofotometer yaitu :
Panjang gelombang : 620 nm
Temperatur : 20-25 derajat celcius / 37 derajat celcius
Konsentrasi standar : 3,8 g/dl
Pengukuran : diperlukan blanko reagen dan reagen
standar untuk tiap seri pemeriksaan
Tabel 5.6 prosedur pemeriksaan albumin
Pipet ke tabung Blanko Standar Sampel kerja
Standar 10 ul
Serum/plasma 10 ul
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
115
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
3. Pemeriksaan Globulin
Untuk mendapatkan kadar globulin hanya perlu menghitung
hasil dari pengurangan kadar protein total dengan kadar albumin.
Perhitungan :
Kadar Globulin (C) = Protein Total – Albumin
Interprestasi hasil:
Tabel 5.8 interprestasi hasil pemeriksaan globulin
Test Nilai normal
Globulin 1,5 – 2,5 g/dl
LEMBAR PRAKTIKUM
Praktikum
Protein Plasma
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kadar Protein total, Albumin, dan Globulin
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan Protein Plasma di depan kelas
B. Alat dan Bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet 10 ul, 20 ul dan 1000 ul
3. Yellow tip dan Blue tip
4. Tabung urine
5. Rak tabung urine
6. Timer
7. Tissue
8. Reagen
9. Sampel : Serum / plasma
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam
kelompok masing-masing!
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan!
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau
pembimbingmu kemudian identifikasilah sampel serum yang telah
tersedia!
TEKNOLOGI
116 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
117
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
Info Aktual
Albumin dan Manfaat Pentingnya Buat Ibu Hamil
TEKNOLOGI
118 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
119
KIMIA KLINIK
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai protein plasma para siswa
dapat mempelajari secara mandiri di internet. Melalui internet Anda bisa
mengakses lebih jauh materi tentang Protein Plasma. Salah satu website dapat
Anda kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang
protein darah adalah sebagai berikut :
1. https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/navigationMenu/view/list
2. http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1906
RANGKUMAN
TEKNOLOGI
120 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
121
KIMIA KLINIK
BAB
VII PROFIL LIPID DARAH
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Profil lipid
metode prosedur
pengertian lipid pemeriksaan pro-
pemeriksaan lipid
fil lipid
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
122 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Lipid adalah komponen yang sangat penting yang berfungsi untuk cadangan
energi, selain itu terdapat di dalam jaringan subkutan dan disekitar beberapa organ
tubuh sebagai penyekat dan pelindung organ.
Perubahan pola dan gaya hidup masyarakat modern salah satunya adalah
banyak menjamurnya restoran cepat saji yang menjual makanan mengandung
kolesterol tinggi dan sangat sedikit mengandung nutrisi, konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol tinggi berpotensi meningkatkan kadar kolesterol dalam darah
bahkan hiperkolesterolemia (Subrata et al, 2016)
Kolesterol merupakan sumber untuk sintesis hormon steroid. Kolesterol
erat hubungannya dengan metabolisme lipid. Kolesterol masuk ke aliran darah dalam
bentuk kilomikron lalu melepas trigliserid, sisa kilomikron akan membawa kolesterol
menuju hati, kolesterol juga di produksi oleh hati.
Pemeriksaan lipid dapat dilakukan dengan menngunakan sampel berupa
plasma atau serum
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
123
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Lipid atau lemak adalah suatu senyawa organik yang mengandung karbon
dan hidrogen. Lipid terlarut dalam pelarut organik namun tidak bisa larut
dalam air.
Lipid bisa membentuk struktur berupa vesikel, liposom atau membran lain
di lingkungan basah hal ini yang membuat lipid bersifat amfifilik. Lipid juga
merupakan sumber kalori yang paling tinggi (Herawati, 2016). Lipid dalam
plasma ada yang disebut lipid eksogen berasal dari makanan ( kolesterol,
trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas) , dan lipid endogen dari sintesis
lemak.
Ada dua jenis lipid yang relatif memberi makna klinis penting sehubungan
dengan aterogenesis yaitu kolesterol dan Trigliserid. Lipid tidak dapat larut
dalam plasma sehingga lipid mengikat pada protein sebagai mekanisme
transpor dalam serum yang disebut lipoprotein ( ikatan lipid dengan protein).
Kemudian ikatan ini yang menghasilkan kilomikron, lipoprotein densitas
sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein
densitas tinggi (HDL) yang merupakan 4 Kelas utama lipoprotein.
Protein yang bisa dipakai oleh tubuh bernama apolipoprotein yang
mempertahankan struktur lipoprotein, metabolisme lipid, dan sebagai
penanda jenis lipoprotein. Ada beberapa jenis lipoprotein :
1. Apo A
Apo A berada di HDL dan kilomikron dimana Apo A II merupakan bagian
penting dari HDL .
2. Apo B
Apo B berbeda dengan Apo yang lain karena tidak berpindah tempat dari
lipoprotein satu ke partikel yang lain.
3. Apo C
Apo C punya 3 yaitu C-I, C-II, dan C-III, merupakan Apo yang dapat pindah
diantara lipoprotein, Apo C juga merupakan kofaktor dari LPL.
4. Apo D
Bersama dengan LCAT, Apo D merupakan trasnsport sentripetal
5. Apo E
6. Protein Lp(a)
TEKNOLOGI
124 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
≥ 240 Tinggi
LDL ≤ 100 Optimal
≥ 60 Tinggi (baik)
Trigliserida ≤ 150 Normal
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
125
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
pembakaran energi.
C. METODE PEMERIKSAAN PROFIL LIPID DARAH
1. Pemeriksaan Kolesterol Total
Pemeriksaan terhadap adanya kolesterol total dalam darah termasuk
pemeriksaan spesifik, metode yang sangat spesifik untuk mengukur
glukosa di dalam serum atau plasma yang diambil dari pembuluh darah
vena adalah CHOD-PAP (Cholesterol Oksidase Paraaminophenazone).
Pemeriksaan metode CHOD-PAP diperlukan pengaturan pada
spektrofotometer, seperti :
Panjang gelombang : 546 nm
Temperatur : 20-25 derajat celcius / 37 derajat celcius
Konsentrasi standar : - mg/dl
Pengukuran : diperlukan blanko reagen dan reagen
standar untuk tiap seri pemeriksaan
Tabel 7.2 prosedur pemeriksaan kolesterol
Pipet ke tabung Blanko Standar Sampel kerja
Standar 10 ul
Serum/plasma 10 ul
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
127
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
nilai normal, di bawah nilai normal, atau di atas ambang nilai normal, lihat
tabel berikut ini :
Tabel 7.3 interpestasi hasil pemeriksaan kolesterol total
Test Nilai normal
Kolesterol Total < 200 mg/dl
Risiko Rendah 200 - 239 mg/dl
Risiko Tinggi < 240 mg/dl
2. Pemeriksaan Trigliserida
Pemeriksaan terhadap adanya Trigliserida dalam darah termasuk
pemeriksaan spesifik, metode yang sangat spesifik untuk mengukur
glukosa di dalam serum atau plasma yang diambil dari pembuluh
darah vena adalah GPO-PAP (Gliseril Phospo Para Amino Phenazone).
Pemeriksaan metode GPO-PAP diperlukan pengaturan pada
spektrofotometer, seperti :
Panjang gelombang : 546 nm
Temperatur : 20-25 derajat celcius / 37 derajat celcius
Konsentrasi standar : - mg/dl
Pengukuran :diperlukan blanko reagen dan reagen
standar untuk tiap seri pemeriksaan
Tabel 7.4 prosedur pemeriksaan trigliserida
Pipet ke tabung Blanko Standar Sampel kerja
Standar 10 ul
Serum/plasma 10 ul
TEKNOLOGI
128 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
129
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Aquades 100 ul - -
Larutan Standar - 100 ul -
Supernatan HDL - - 100 ul
Reagen Kolesterol 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Dihomogenkan, inkubasi 10 menit pada suhu ruangan, ukur
absorbansi test dan standar terhadap blanko dalam waktu 60
menit.
TEKNOLOGI
130 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Tinggi (baik) ≥ 60
LEMBAR PRAKTIKUM
Profil Lipid
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kadar Profil Lipid dalam serum
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan Profil Lipid di depan kelas
B. Alat dan Bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet 10 ul, 100 ul, 250 ul dan 1000 ul
3. Yellow tip dan Blue tip
4. Tabung urine
5. Rak tabung urine
6. Timer
1. Tissue
2. Reagen
3. Sampel : Serum
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
131
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok
masing-masing!
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan!
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasilah sampel serum yang telah tersedia!
4. Catat hasil pemeriksaan Profil Lipid, beri kesimpulan dan pembahasan.
5. Untuk mengetahui ketepatan hasil pemeriksaan dapat membandingkan
hasil pemeriksaanmu dengan hasil pemeriksaan guru atau
pembimbingmu dengan sampel yang sama kemudian lakukan
perhitungan dengan pedoman tabel di bawah ini, lalu lihatlah berapa
skormu!
Tabel Perhitungan presentase kesalahan praktikum, mengukur ketepatan
hasil pemeriksaan sampel siswa dengan hasil pemeriksaan pembimbing :
Tabel 7.11 perhitungan presentase kesalahan
CAKRAWALA
TIPS & TRIK
Cek Kolesterol: Manfaat dan Prosedur Pelaksanaan yang Perlu Anda Ketahui
CAKRAWALA
Dokter akan menentukan apakah Anda harus berpuasa atau tidak
sebelum melakukan cek kolesterol, dan akan menginformasikan apakah ada
persiapan lain yang perlu dilakukan. Lama puasa yang disarankan adalah 9-12
jam sebelum tes, dan tes umumnya dilakukan pada pagi hari.
Arti Hasil Pemeriksaan Kolesterol
Tes kolesterol lengkap meliputi pengukuran terhadap 4 jenis lemak
dalam darah, yakni HDL (kolesterol baik), LDL (kolesterol jahat), trigliserida,
dan total kolesterol (total keseluruhan dari jenis kolesterol). Hasil pemeriksaan
kolesterol yang ideal adalah sebagai berikut:
1. LDL: kurang dari 130 mg/dL (semakin rendah jumlahnya, semakin baik).
2. HDL: lebih dari 60 mg/dL (semakin tinggi jumlahnya, semakin baik).
3. Kolesterol total: kurang dari 200 mg/dL (semakin rendah jumlahnya,
semakin baik).
4. Trigliserida: kurang dari 150 mg/dL (semakin rendah jumlahnya, semakin
baik).
Seseorang disebut memiliki kolesterol tinggi apabila hasil pemeriksaan
kolesterol LDLnya lebih dari 190 mg/dL, atau total kolesterolnya lebih dari 240
mg/dL.
Sebagai catatan, masing-masing laboratorium atau fasilitas kesehatan di
tempat pemeriksaan kolesterol dilakukan bisa memiliki sedikit perbedaan nilai
rentang normal hasil pemeriksaan kolesterol.
Tips Sehat Mengendalikan Kadar Kolesterol
Kolesterol tinggi yang disebabkan oleh faktor usia dan keturunan memang
sulit dikendalikan. Namun bila disebabkan oleh faktor lainnya, kolesterol tinggi
bisa diatasi dengan menerapkan pola hidup sehat dan obat dari dokter.
Berikut beberapa tips sehat untuk menjaga agar kadar kolesterol Anda
stabil:
Konsumsi makanan bergizi seimbang
Untuk mengurangi kolesterol, konsumsilah berbagai macam sayuran,
buah-buahan, makanan yang mengandung gandum atau biji-bijian, produk
susu rendah lemak, dan makanan sumber protein.
Hindari makanan yang mengandung banyak kolesterol, seperti daging,
hati, kuning telur, udang, maupun produk susu olahan. Batasi juga penggunaan
garam dalam masakan sehari-hari.
Menerapkan pola hidup sehat
Usahakan untuk aktif berolahraga setiap hari atau setidaknya selama 150
menit per minggu. Hentikan kebiasaan merokok dan batasi konsumsi minuman
beralkohol. Perlu Anda ketahui, terlalu banyak mengonsumsi minuman
beralkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar trigliserida.
Konsumsi makanan dan minuman penurun kolesterol
Sejumlah makanan penurun kolesterol yang disarankan untuk dikonsumsi
adalah gandum utuh, oatmeal, apel, pir, pisang, dan jeruk. Sayuran, seperti terong
dan okra; serta kacang-kacangan, seperti buncis, kacang merah, dan lentil; juga
TEKNOLOGI
134 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai Profil lipid para siswa
sekalian dapat mempelajari secara mandiri di internet. Melalui internet kalian
bisa mengakses lebih jauh materi tentang Profil lipid. Salah satu website dapat
kalian kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang
profil lipid adalah sebagai berikut:
http://eprints.undip.ac.id/24046/
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7243
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
135
KIMIA KLINIK
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
TEKNOLOGI
136 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BAB
UJI FUNGSI GINJAL
VIII
BAB VIII UJI FUNGSI GINJAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Melakukan
Menganalisis
pemeriksaan fungsi
fungsi ginjal
ginjal
Prosedur
pemeriksaan
fungsi ginjal
Pengertian Macam-macam
fungsi ginjal pemeriksaan
fungsi ginjal
KATA KUNCI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
137
KIMIA KLINIK
PENDAHULUAN
Ginjal adalah salah satu organ penyaring darah yang paling penting dalam
tubuh manusia. Tuhan mengaruniakan salah satu nikmatnya dengan memberikan
organ ini pada manusia sehingga kita dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan
kondisi yang fit. Pada beberapa kondisi kita bisa melakukan pemeriksaan fungsi
ginjal atau Medical check up di rumah sakit. Ginjal merupakan organ vital manusia
yang letaknya retroperitonial di dalam tubuh manusia, minimnya pengetahuan
masyarakat sering mengakibatkan gannguan pada ginjal sangat lambat terdeteksi
(Verdiansah, 2016). Menurut (Ariffriana. et al , 2016) uji fungsi ginjal (kidney function
test) adalah uji yang umumnya dilakukan mencakup pemeriksaan kimia darah dan
urine yang digunakan untuk mendeteksi dini atau diagnosis kelainan pada ginjal.
Tujuan pemeriksaan fungsi ginjal yaitu untuk mengetahui penyebab penyakit ginjal,
mendeteksi adanya kelainan/penyakit ginjal. Penyakit ginjal biasanya sering datang
bersamaan, menyertai penyakit lain yang menjadi dasarnya seperti hipertensi,
dislipidemia dan diabetes.
Dalam upaya pencehagahan dan penanganan penyakit ginjal agar tidak
cepat meuju gagal ginjal, ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang telah
dikembangkan untuk mengindentifikasi gangguan pada ginjal sejak dini, dimana
fungsi ginjal sangat berkaitan erat dengan fungsi nefron dan gangguan fungsinya
ditandai dengan menurunnya kinerja nefron.
TEKNOLOGI
138 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN
Tuhan mengaruniakan sepasang ginjal pada manusia dengan berat masing-
masing sekitar kurang lebih 150 gram. Ginjal kanan umumnya terletak sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri karena dekat dengan lobus hepatis dekstra yang ukurannnya
cukup besar (Verdiansah,2016).
Dalam setiap ginjal terdapat kurang lebih 1 juta nefron dimana nefron
merupakan bagian ginjal yang merupakan unit fungsional. Pada nefron terdapat
glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distalis
dan tubulus kolektivus. Glomerulus terdiri atas unit kapiler yang penyusunnya
adalah tubulus membentuk kapsula bowman. Pada glomerulus ada arteri yang
berfungsi membawa darah masuk yaitu pembuluh darah arteriola afferen dan
sebaliknya membawa darah keluar yaitu arteriola efferen yang mempunyai
cabang berupa kapiler peritubulus dan megaliri darah ke tubulus, pembuluh
kapiler juga mengelillingi tubulus sebagai arteriola yang membawa darah menuju
glomerulus. Sedangkan yang memperdarahi jaringan yang ada pada ginjal yaitu
kapiler peritubulus (Verdiansah,2016)
Fungsi utaman ginjal adalah mengekskresikan NPN ( Non- Protein Nitrogen )
yang merupakan hasil dari asam nukleat, protein dan asam amino setelah proses
metabolisme oleh tubuh dan menghasilkan urea, asam urat, kreatinin.
Selain itu ginjal sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan
cairan tubuh yang diregulasi oleh Anti Diuretik Hormon (ADH) yang mempengaruhi
volume pada cairan intravaskuler serta perubahan osmolalitas.
Pengaturan keseimbangan asam basa dimana setiap hari tubuh banyak
memproduksi asam hasil metabolisme seperti keton, asam laktat, asam karbonat
yang harus dikeluarkan atau dibuang.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
139
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI
140 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
terdapat kristal asam urat pada urine, jika hal ini tidak segera ditangani akan
terjadi penimpukan kristal dalam urine dan berpotensi menjadi batu pada
saluran kemih. Bila di dalam cairan sendi terdapat kristal maka akan menjadi
penyakit gout.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
141
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pemeriksaan Kreatinin
Pemeriksaan terhadap adanya Kreatinin dalam darah termasuk
pemeriksaan spesifik, metode yang sangat spesifik untuk mengukur Kreatinin
di dalam serum atau plasma yang diambil dari pembuluh darah vena adalah
Two Point Jaffe (Jendrasic Groff) Non-Deproteinase. Pemeriksaan metode Non-
Deproteinase diperlukan pengaturan pada spektrofotometer, seperti :
Panjang gelombang : 492 nm, ( 490 – 510 )
Temperatur : 20-25 derajat celcius / 37 derajat celcius
Pengukuran : dilakukan terhadap blanko udara
TEKNOLOGI
142 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
Prinsip pemeriksaan Asam urat metode LCF Asam urat diukur kadarnya
setelah dilakukan penguraian dengan enzim urikasw. Indikator yang digunakan
adalah quinoneimie , terbentuk dari urine antara hidrogen peroksida,
3,5-dikloro-2-hidroksi benzena sulfonique (DCHBS) dan 4-aminophenazone
(PAP)yang berlangsung dibawah pengaruh enzim peroksidasaeSetelah
inkubasi sempurna sampel di baca pada alat spektrofotometer. Dan dapat
dihitung dengan rumus :
Perhitungan :
Kadar HDL (C) = ∆Abs test (mg/dl) x Kadar (C) standar
∆Abs Standar
Kemudian interprestasikan hasil pemeriksaan apakah masih dalam batas nilai
normal, di bawah nilai normal, atau di atas ambang nilai normal, lihat tabel
berikut ini :
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
143
KIMIA KLINIK
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Praktikum
Uji Fungsi Ginjal
A. Tujuan
1. Mengidentifikasi kadar ureum, kreatinin, asam urat dalam serum
2. Mendiskusikan hasil pemeriksaan uji fungsi ginjal di depan kelas
B. Alat dan Bahan
1. Spektrofotometer
2. Mikropipet 20 ul dan 1000 ul
3. Yellow tip dan Blue tip
4. Tabung urine
5. Rak tabung urine
6. Timer
7. Tissue
8. Reagen
9. Sampel : Serum
C. Petunjuk Praktikum
1. Buatlah kelompok terdiri dari 5 orang dan diskusikanlah dalam kelompok
masing-masing!
2. Sediakan alat dan bahan sesuai kebutuhan!
3. Buatlah daftar/format laporan sesuai anjuran guru atau pembimbingmu
kemudian identifikasilah sampel serum yang telah tersedia!
4. Catat hasil pemeriksaan uji fungsi ginjal, beri kesimpulan dan pembahasan.
5. Untuk mengetahui ketepatan hasil pemeriksaan dapat membandingkan
hasil pemeriksaanmu dengan hasil pemeriksaan guru atau pembimbingmu
dengan sampel yang sama kemudian lakukan perhitungan dengan
pedoman tabel di bawah ini, lalu lihatlah berapa skormu!
TEKNOLOGI
144 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
LEMBAR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
145
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
TEKNOLOGI
146 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
sesuai dengan indeks masa tubuh atau dikenal dengan Body Mass Index.
Orang dengan berat badan tidak ideal pasti akan mempengaruhi kerja
organ tubuh, termasuk ginjal. Kinerja ginjal menjadi lebih cepat, dan pada
akhirnya produktivitas ginjal menurun.
3. Rajin Olahraga
Tubuh akan tetap fit dan bugar ketika kita aktif bergerak atau rutin olahraga.
Cara ini juga baik untuk membantu menjaga ginjal tetap sehat. Dengan begitu,
dapat mencegah dari berbagai penyakit ginjal, dan mengoptimalkan kinerja
ginjal. Contohnya membiasakan diri olahraga selama 20 menit setiap harinya.
4. Tidak Merokok dan Konsumsi Minuman Beralkohol
Rokok dan alkohol bukanlah ‘sahabat yang baik’ bagi tubuh. Merokok
dan mengonsumsi minuman beralkohol akan merusak paru-paru dan ginjal.
Banyak racun yang terkandung pada rokok dan minuman beralkohol. Jadi jauhi
kebiasaan tersebut.
5. Banyak Minum Air Putih
Air putih berperan penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Kita dianjurkan minum air putih 6-8 gelas setiap harinya. Bila asupan air
dalam tubuh terpenuhi, maka ginjal akan dapat bekerja dengan baik. Tetapi
sebaliknya, jika kekurangan air atau dehidrasi, akan memberatkan kerja ginjal.
Kebutuhan air yang terpenuhi dengan cukup akan menghindari kita dari
penyakit infeksi saluran kencing. Kekurangan cairan dapat memicu serangan
bakteri, sehingga terjadi infeksi tersebut. Ini juga yang menjadi penyebab
anyang-anyangan. Kalau tidak segera ditangani, bakteri ini akan menginfeksi
ginjal.
Jadi, konsumsi air putih yang cukup. Namun bagi pengidap penyakit
ginjal akut, seperti gagal ginjal justru wajib mengurangi konsumsi air putih
agar tidak memberatkan kerja ginjal.
6. Jangan Sembarangan Konsumsi Suplemen dan Obat
Ada obat yang bisa mengganggu fungsi ginjal, yakni beberapa obat
antinyeri dan antibiotik. Konsumsi obat nonresep dalam waktu yang cukup
panjang juga dapat merusak ginjal.
Begitupula dengan obat-obatan herbal, serta suplemen tubuh. Sebaiknya
lakukan konsultasi ke dokter lebih dulu jika ingin mengonsumsi obat-obatan
tertentu.
7. Rajin Cek Tekanan Darah
Darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang memicu kerusakan
ginjal. Berdasarkan penelitian, 35% penyakit ginjal disebabkan tekanan
darah tinggi. Hal ini terjadi karena kekuatan aliran darah yang tinggi mampu
mengakibatkan peregangan pembuluh darah, sehingga darah yang mengalir
semakin lancar.
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
147
KIMIA KLINIK
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai Fungsi ginjal Para Siswa
sekalian dapat mempelajari secara mandiri di internet. Melalui internet kalian
bisa mengakses lebih jauh materi tentang Fungsi ginjal. Salah satu website dapat
kalian kunjungi untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang fungsi
ginjal adalah sebagai berikut :
1. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/12658
2. http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/418
TEKNOLOGI
148 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
149
KIMIA KLINIK
REFLEKSI
TEKNOLOGI
150 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP
A. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat diantara A, B, C, D dan
E!
1. Pemeriksaan protein dalam serum, kecuali ...
a. Albumin
b. Globulin
c. Protein total
d. a,b,c benar
e. Semua salah
2. Ada pasien ibu berusia 48 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan sering
kesemutan, badan teras berat. Kemudian dokter memberikan saran ke pasien
untuk pemeriksaan kolesterol total, LDL, dan HDL kolesterol. Pasien pun
menyetujuinya. Kemudian seorang analis memberikan informasi syarat untuk
pemeriksaan tersebut. Barapakah syarat puasa pasien pada pemeriksaan
tersebut ...
a. 10-12 jam
b. 13-14 jam
c. 14-15 jam
d. 15-16 jam
e. 16-17 jam
3. Uji fungsi hati (liver function test) berguna untuk berikut ini, kecuali ...
a. Mendeteksi adanya kelainan atau penyakit hati
b. Menentukan penyebab kelainan hati
c. Menentukan derajat penyakit hati
d. Mengevaluasi hasil pengobatan
e. Menentukan lama usia penderita penyakit hati
4. Berikut ini pemeriksaan yang paling tepat untuk faal ginjal ...
a. BUN ( blood urea nitrogen) dan kreatinin
b. Klorida
c. Magnesium
d. Kalsium
e. Kalium
5. Pembentukan glikogen dari glukosa ...
a. Glikolisis
b. Glukoneogenesis
c. Glikogenesis
d. Glikogenolisis
e. Jalur pentosa fosfat
6. Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas ...
a. Insulin
b. Glukagon
c. Somastostatin
d. Tirosin
e. Hormon pertumbuhan
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
151
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
TEKNOLOGI
152 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
12. Kondisi dimana terjadinya penebalan dinding arteri dan hilangnya elastisitas
dinding ...
a. Hiperkolesterolemia
b. Arteriosklerosis
c. Ateroma (plak)
d. Penyakit jantung koroner
e. Hipertensi
13. Asam urat ( uric acid ) adalah metabolisme akhir dari ...
a. Purin
b. Protein
c. Lemak
d. Karbohidrat
e. Ureum
14. Penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat disebut ...
a. Arterosklerosis
b. Uremia
c. DM
d. Gout
e. Artritis
15. Nilai rujukan kadar asam urat normal wanita dewasa ...
a. 3,5 – 7,0 mg/dl
b. 2,5 – 6,0 mg/dl
c. > 12 mg/dl
d. 2,5 – 5,5 mg/dl
e. 3,5 – 8,5 mg/dl
16. Nilai rujukan kadar ureum dewasa ...
a. 5-15 mg/dl
b. 5-20 mg/dl
c. 5-25 mg/dl
d. 7-25 mg/dl
e. 8-25 mg/dl
17. Nilai rujukan kadar kreatinin laki-laki dewasa ...
a. 0,6 – 1,3 mg/dl
b. 0,5 – 1,0 mg/dl
c. 0,8 – 1,4 mg/dl
d. 0,7 – 1,4 mg/dl
e. 0,3 – 0,6 mg/dl
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
153
KIMIA KLINIK
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
18. Sebelum pemeriksaan asam urat pasien perlu menghindari asupan makanan
tinggi purin seperti ( daging, jeroan, sarden, otak, roti manis ) perlu ditunda
minimal ... sebelum pemeriksaan.
a. 8-10 jam
b. 10-12 jam
c. 24 jam
d. 2 x 24 jam
e. 3 x 24 jam
19. Seorang analis sedang dinas di laboratorium menerima pasien seorang laki-
laki berumur 52 tahun dengan riwayat penyakit gagal ginjal. Dokter meminta
pemeriksaan tes fungsi ginjal (GFR). Parameter apa yang digunakan untuk
diagnosa penyakit ginjal ?
a. Albumin
b. SGOT
c. Uric Acid
d. Creatinin
e. Trigliserida
TEKNOLOGI
154 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
DAFTAR PUSTAKA
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
155
KIMIA KLINIK
DAFTAR PUSTAKA
unila.ac.id/30952/20/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
Ayuningrum, A. (2017) .Pengaruh Puasa Ramadan Terhadap Kadar Albumin dan Protein
Plasma Total . Skripsi Sarjana FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta [ online ] tersedia
:http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37183/1/AUFA%20
AYUNINGRUM-FKIK.pdf
Probosari, E. (2019). “Pengaruh Protein Diet Terhadap Indeks Glikemik“
. Journal of Nutrition and Health. Vol 7 (1) [online] tersedia:https://
w w w. go og l e. co m /u r l ? c l i e n t = i n t e r n a l - e l e m e n t- c s e & c x = p a r t n e r - p u b -
3437148566600960:5229215495&q=https://ejournal.undip.ac.id/index.php/
actanutrica/article/download/21944/14658&sa=U&ved=2ahUKEwinr9LS6_XlA
hVYwjgGHZRWC7EQFjABegQICRAB&usg=AOvVaw2UhcdJODt_4p32U1-hs1_ [25
Oktober 2019]
Nikmah, A. (2019) . Perbedaan Rerata Kadar Albumin Pada Balita Stunting Dan Non
Stunting Di Kecamatan Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah . Skripsi Sarjana
FK Universitas Lampung : [online] tersedia:http://digilib.unila.ac.id/55411/3/
SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf [25 oktober 2019]
Lopa, dkk. (2007). Analisis kadar Albumin Serum dengan Rasio De Ritis pada
Penderita Hepatitis B . Indonesian Jurnal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory. Vol 13 (2) 60-62. [online] tersedia: http://repository.uma.ac.id/
bitstream/123456789/8304/1/endang.pdf
Nababan, E.S. (2017). Gambaran Albumin serum pada penderita gagal ginjal kronik
yang dirawat di rumah sakit imelda Pekerja Indonesia Tahun 2017.Skripsi Sarjana
FB Univrsitas Medan area Medan :[Online]
Siburian, C.J. (2017). Perbandingan Rasio Albumin/Globulin Serum Dan Kadar
Fibrinogen Plasma Pada Derajat Keparahan Pasien Sirosis Hati Dekompensata. Tesis
Pascasarjana universitas Sebelas Maret : [online]
Widada, S.T. (2016). Gambaran perbedaan kadar kolesterol total metode CHOD PAP
(Cholesterol Oxidase-Peroxidase aminoantypirin) Sampel Serum dan Sampel
plasma EDTA. Jurnal Teknologi Laboratorium.[Online] Vol .5 (1) 41-44 . tersedia
: https://www.google.com/url?client=internal-element-cse&cx=partner-pub-
3437148566600960:5229215495&q=https://www.teknolabjournal.com/index.
php/Jtl/article/download/76/55/&sa=U&ved=2ahUKEwibl6ib-vXlAhXBzjgGHQjrB
_0QFjAFegQIAxAB&usg=AOvVaw2cDp55ahuMQRg8uortN8GK
Watuseke, A.E. ( 2106 ). Gambaran Kadar Lipid Trigliserida Pada Pasien Usia Produktif
Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Periode November
2014-Desember 2014. Jurnal e-Biomedik [online] Vol. 4 (2) 1-5 . tersedia :
https://media.neliti.com/media/publications/64977-ID-gambaran-kadar-lipid-
trigliserida-pada-p.pdf
Sungkono, R. (2016). Hubungan Antara Profil Lipid Darah Dengan Terjadinya Nefropati
Diabetikum Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum
(RSU) Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2015. Skripsi Sarjana FKIK UIN Syarif
TEKNOLOGI
156 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
DAFTAR PUSTAKA
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
157
KIMIA KLINIK
DAFTAR PUSTAKA
Akademi Analis Kesehatan An Nasher. (2018). Simulasi Try Out Uji Kompetensi (UKOM)
2. Cirebon : AAK An Nasher
Santhi, D., Rasmika D., dan Santa AP. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Klinik: Urinalisis
dan Cairan Tubuh. Jurnal Kedokteran. (1): 48
Herawati, I. (2016). Perbandingan Kadar Kolesterol pada Mahasiswi AAK An Nasher
Tingkat III dengan Berat Badan Ideal dan Lebih dari Sama dengan Ideal. KTI Ahli
Madya Analis Kesehatan An Nasher Cirebon : tidak diterbitkan
Fikriyah, A.S. (2017). Pengaruh Berat Badan Terhadap Kadar Kolesterol pada Pria
Dewasa di RSUD Brebes. KTI Ahli Madya Analis Kesehatan An Nasher Cirebon : tidak
diterbitkan
Price, S.A., and Wilson, L.M (2005). Patofisiologi. Jakarta : EGC Kedokteran
Syaifuddin, (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC
Kedokteran
Ariffriana D., Taher E., Wahidah NI, (2016). Kimia Klinik. Jakarta : EGC Kedokteran
Chu-Su, Yu (2006). Atlas Mikroskopi Klinis. Taiwan : Departemen Kedokteran
Laboratorium, RS Nasional Universitas Taiwan
TEKNOLOGI
158 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
GLOSARIUM
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
159
KIMIA KLINIK
GLOSARIUM
TEKNOLOGI
160 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
GLOSARIUM
Derivat : turunan
Diabetes millitus : penyakit autoimun kronis akibat gangguan pengaturan gula
darah
Enzimatik : berkaitan dengan enzim atau diproduksi oleh enzim
Glikogen : polisakarida yang terbentuk dari kelebihan glukosa dalam
tubuh
Glukokinase : enzim hati yang diinduksi oleh insulin
Monosakarida : senyawa karbohidrat dalam bentuk gula paling sederhana
Siklus krebs : proses menghasilkan energi yang dalam prosesnya
memerlukan oksigen.
Metabolit : produk dari metabolisme
Genetik : pewarisan sifat pada organisme ataupun suborganisme
Koagulasi : proses terjadinya pembekuan hingga membentuk trombus
Konjugasi : transfer bahan genetik dari individu ke individu yang lain
Buffer : larutan yang dapat mempertahankan pH dari penambahan
asam, basa atau pengenceran
Sintesis : intergrasi dari 2 atau lebih elemen untuk menghasilkan
sesuatu yang baru
Edema : pembengkakan yang terjadi akibat penimbunan cairan di
dalam jaringan pada anggota tubuh
Inhibisi : hambatan dalam bekerja bagi otot-otot
Osmotik : tekanan untuk memperthankan kesetimbangan osmotik
antara suatu larutan dan pelarut murninya yang dipisahkan
oleh suatu membran yang hanya bisa ditembus oleh pelarut
tersebut
Essensial : sesuatu yang mendasar, pokok dan penting
Histon : protein yang ditemukan pada inti sel eukariotik yang
terbungkus DNA dan meyusun struktur nukleosom Bersama
DNA.
Hidrofobik : zat yang tidak larut dalam air tapi larut dalam minyak
Nefrosis : kerusakan pada nefron sehingga kadar protein urine
meningkat
Prognosis : perkiraan akan peeristiwa yang akan terjadi
Proteolitik : pemecahan protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana
Metabolit : berpengaruh pada tumbuh kembang dan reproduksi manusia
Intermediet : gabungan dari sifat kedua induk yang memberi
kenampakan sifar yang sama kuat
Mukosa : lapisan kulit dalam yang terlibat proses absorpsi dan sekresi
Mikroflora : penghuni tetap dari bagian-bagian tubuh tertentu
Dekarboksilasi : urine yang menyebabkan hilangnya gugus karboksill dan
melepaskan karbondioksida dari suatu senyawa
Transaminase : enzim yang berkaitan dengan kinerja organ hati
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
161
KIMIA KLINIK
GLOSARIUM
TEKNOLOGI
162 LABORATURIUM MEDIK
KIMIA KLINIK
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 1 :
Nama Lengkap : Wahyu Kurnia, AMd.AK
Telepon /HP/WA : 089660426326
Email : Wahyukurnia26@gmail.com
Akun Facebook : Wahyu Kurnia Ysf
Alamat Kantor : SMK Cendekia
Jl. Pelandakan RT/RW 02/07
Kel.Harjamukti
Kec.Harjamukti Kota Cirebon
Kompetensi Keahlian : Teknologi Laboratorium Medik
TEKNOLOGI
LABORATURIUM MEDIK
163
KIMIA KLINIK
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 2 :
Nama Lengkap : Melinda Rosviana, S.Tr.AK
Telepon /HP/WA : 085831104051
Email : melindarosviana@gmail.com
Akun Facebook : melindarosviana@gmail.com
Alamat Kantor : SMK Cendekia
Jl. Pelandakan RT/RW 02/07
Kel.Harjamukti
Kec.Harjamukti Kota Cirebon
Kompetensi Keahlian : Teknologi Laboratorium Medik
TEKNOLOGI
164 LABORATURIUM MEDIK