Anda di halaman 1dari 2

“Hutbah Munggaran di Pajajaran”: Kisah Yang Sempat Hilang

Oleh Harry Handika

Sebuah pementasan drama Sunda yang dipersembahkan oleh Komunitas Budaya


Possthreum Garut (KBPG) mengangkat kisah drama karya Yus Rusyana yang sempat hilang
selama lima puluh tahun dan baru ditemukan kembali pada tahun 2015. Drama legendaris
tersebut bertajuk “Hutbah Munggaran di Pajajaran” yang berlatar belakang kerajaan Sunda
pada masa kerajaan Pajajaran. Pertunjukan drama tersebut disutradarai oleh Ari KPIN. Selain
menukangi pementasan, Ari KPIN juga menjadi pemeran Jaya Antea dalam pertunjukan drama
yang diselenggarakan oleh KBPG. Pertunjukan drama tersebut dilaksanakan pada tanggal 24,
25, dan 26 Oktober 2020 di Jagat Pentas Padepokan Sobarnas Martawijaya Jl. Raya Cipanas,
Kp. Tegalsari, Ds. Langensari, Tarogong Kaler Garut.

Pertunjukan tersebut berusaha menampilkan latar kerajaan dengan dekorasi dan


propertiyang menyerupai zaman kerajaan. Drama ini mengangkat kisah tentang sosok putra
Prabu Siliwangi yaitu Kean Santang yang menyebarkan agama Islam di Pajajaran yang
notabene menganut agama Hindu dan Buddha. Corak islami tersebut coba dimunculkan dalam
beberapa adegan, yaitu pada adegan hutbah yang didukung dengan kostum ala timur tengah.
Drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran” menggunakan bahasa Sunda klasik. Pada
pementasan tersebut juga menggunakan bahasa Sunda klasik. Oleh karena itu, rasa yang
didapat dalam pementasan terasa lebih dekat dengan masa kerajaan Sunda Pajajaran yang
sebenarnya. Akan tetapi, penggunaan bahasa Sunda klasik dalam pementasan drama bagi
khalayak umum akan menimbulkan kebingungan bagi penonton yang bukan penutur bahasa
Sunda.

Drama ini didukung oleh bantuan teknologi layar dalam memperkuat latar tempat dan
peristiwa dalam beberapa adegan. Salah satunya pada adegan perang terdapat animasi api yang
berkobar menandakan peperangan yang begitu membara. Namun, warna permukaan panggung
drama tersebut akan lebih terkesan tradisional jika menggunakan warna dasar cokelat yang
seolah-olah beralas tanah. Pementasan drama “Hutbah Munggaran di Pajajaran” ini diiringi
oleh musik gamelan yang menambah kental kebudayaan Sunda yang hendak disajikan dalam
drama tersebut. Selain itu, kombinasi tari pada pementasan drama ini menciptakan suatu
pertunjukan yang estetik, ditambah pula dengan balutan gerakan-gerakan silat yang diiringi
gamelan dan tabuh kendang.
Ari KPIN dan kawan-kawan memerankan tokoh-tokoh dalam drama tersebut begitu
baik. Kombinasi yang pas dan selaras antara seni peran, seni musik, dan seni tari yang disajikan
dalam pertunjukan drama Sunda “Hutbah Munggaran di Pajajaran” yang memiliki nilai
kebudayaan yang luhur. Kekurangan yang cukup menonjol yaitu pada bahasa yang digunakan.
Pemberian terjemahan pada unggahan video di kanal Youtube akan membantu apresiator yang
tidak mengerti bahasa Sunda.

Anda mungkin juga menyukai