Anda di halaman 1dari 11

PERAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PENYEDIAAN

INFRASTRUKTUR PERIKANAN TANGKAP: STUDI KASUS BITUNG


THE ROLE OF GOVERNMENT AND PRIVATE SECTOR IN PROVIDING THE
CAPTURE FISHERIES INFRASTRUCTURE: CASE STUDY IN BITUNG

Atika Zahra Rahmayanti


Pusat Penelitian Ekonomi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
email : atika.27zahra@gmail.com

Abstrak
Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang berlimpah. Potensi
ini akan lebih berdampak luas jika didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Kenyataannya, kebutuhan dan ketersediaan infrastruktur memiliki hubungan yang tidak linear
sehingga peran pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan dalam mengakselerasi penciptaan
infrastruktur yang dapat menunjang daya saing sektor perikanan tangkap. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan infrastrukturperikanan
tangkap dengan studi kasus di Bitung, Sulawesi Utara. Data diperoleh dengan metodewawancara
mendalam, focus group discussion, dan observasi lapangan. Analisa dilakukan secara kualitatif
dengan teknik pengumpulan data secara primer maupun sekunder. Hasil menunjukkan bahwa
peran swasta masih terbatas dalam penyediaan infrastruktur dalam bentuk terminal untuk
kepentingan sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es, dan pemanfaatan kawasan sebagai tempat
operasional unit pengolahan ikan. Oleh karena itu, perlu ada mekanisme kerjasama antara
pemerintah dan swasta dalam mengkolaborasikan penyediaan infrastruktur yang berkelanjutan.
Kata kunci: infrastruktur, perikanan, kebijakan pemerintah, investasi swasta
Klasi kasi JEL: H54, Q22, Q28, R42
Abstract
Indonesia has abundant marine and fisheries resources. This potential will have a greater
impact if the availability of infrastructure in the capture fisheries sector has an optimal role. In
fact, infrastructure needs and its availability have a non-linear relationship, therefore, the role
of government and the private sector is crucially needed in accelerating the establishment of
infrastructure. This study was conducted to analyze the role of government and the private sector
in the provision of capture fisheries infrastructure which located in Bitung, North Sulawesi.
Data was obtained by using indepth interviews, focus group discussions, and field observations.
Analysis is carried out qualitatively with primary and secondary data collections. The results
show that the private sector still have lack of involment in providing theinfrastructure such as
self-interest terminals (TUKS), cold storage, ice factories and utilization of the area as a place of
operation for fish processing units. Hence, there should be a collaborative mechanism between
government and private sectors to provide sustainable infrastructure.
Keyword: infrastructure, shery, government policy, private investment
JEL Classi cation: H54, Q22, Q28, R42

131
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil penelitian Lubis dan
Keberadaan infrastruktur memang tidak Sumiati (1999) yang dikutip dari Lubis
terlepas dari peran beberapa pemilik (2011) bahwa pelabuhan perikanan di
kepentingan (stakeholders) yang mayoritas Indonesia sistem pengelolaannya masih belum
menjadi tugas pemerintah dalam kaitannya optimal. Belum optimalnya fungsi pelabuhan
dengan penyediaan barang publik. Ini tentu perikanan antara lain karena sebagian fasilitas
saja menjadi hal yang perlu diperhatikan yang ada rusak dan tidak diperbaiki dalam
mengingat kebutuhan infrastruktur yang jangka waktu yang lama; kapasitasnya sudah
terus meningkat namun tidak diiringi dengan tidak mencukupi lagi sehingga perlu diperluas
ketersediaan infrastruktur yang memadai. atau dilakukan mekanisasi terhadap fasilitas
Kendala keterbatasan anggaran pemerintah yang ada; beberapa fasilitas yang ada tidak
dan pembebasan lahan menjadi isu utama digunakan karena memang perlu diperlukan
dalam pengembangan infrastruktur di atau sebaliknya sudah saatnya diperlukan
Indonesia. suatu fasilitas tetapi belum tersedia sampai
jangka waktu yang lama. Kondisi fasilitas
Berdasarkan data dari World Economic yang ada di pelabuhan perikanan mayoritas
Forum (World Bank, 2016) kualitas berada di bawah standar dengan tingkat
infrastruktur pelabuhan di Indonesia masih yang masih jauh dari modern sehingga sulit
memerlukan pengembangan dan peningkatan mengharapkan investor domestik dan asing
e siensi berdasarkan standar internasional. untuk datang berinvestasi.
Pada tahun 2016-2017, kualitas infrastruktur
pelabuhan Indonesia masih berada jauh di Dari sisi tata kelola pelabuhan, Indonesia
bawah beberapa negara ASEAN seperti masih dihadapkan beberapa tantangan dalam
Malaysia dan Thailand. Indonesia menempati optimalisasi fungsi dan sistem managemen
peringkat 75, sedangkan Malaysia dan pengelolaan. Adapun tantangannya berupa
Thailand berada di peringkat 17 dan 65. Posisi sistem informasi dan manajemen operasional
Indonesia lebih baik dibandingkan Vietnam pelabuhan perikanan masih belum optimal
(peringkat 77) dan Filipina (peringkat 113). dan profesional, perbaikan kualitas pendataan,
peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan
Dalam sektor perikanan tangkap, adanya pengelolaan pelabuhan, pemanfaatan
infrastruktur pelabuhan menjadi salah satu beberapa pelabuhan masih belum maksimal,
hal penting dalam kegiatan proses perikanan dan konektivitas antarpelabuhan yang belum
dari hulu hingga hilir. Pelabuhan perikanan berjalan dengan baik (Bappenas, 2013). Untuk
merupakan interface antara perikanan di laut itu, peran strategis pelabuhan perikanan
(penangkapan) dengan aktivitas perikanan di perlu digalakkan kembali dalam kerangka
darat (pengelolaan dan pemasaran). Dengan meningkatkan forward dan backward linkage.
demikian, pelabuhan perikanan menjadi pusat
segala aktivitas yang berhubungan dengan Walaupun infrastruktur menjadi domain
usaha penangkapan ikan dan usaha pendukung pemerintah pusat maupun daerah, namun
lainnya seperti penyediaan bahan perbekalan, peran dari swasta (pelaku usaha, asosiasi)
perkapalan, perbengkelan, pengolahan maupun nelayan dalam menunjang dan
hasil tangkapan dan lain-lain (Bappenas, mengembangkan infrastrukur yang ada
2011). Untuk itu, keberadaan infrastruktur menjadi penting. Kolaborasi dari pemangku
sangat menunjang baik bagi operasionalisasi kepentingan menjadi salah satu parameter
pelabuhan maupun keberlangsungan kegiatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan dan
ekonomi di dalamnya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan infrastruktur demi menunjang
ketersediaan infrastruktur menjadi stimulus kegiatan setiap pemilik kepentingan. Untuk
dalam mempercepat proses pembangunan itu, dalam bab ini akan dibahas bagaimana
ekonomi (Hill, 2000). Selain itu, bentuk peran pemerintah dan swasta terutama dalam
indikator dari kemajuan suatu negara dapat penyediaan infrastruktur perikanan tangkap
dilihat dari kemapanan infrastruktur, termasuk dalam menunjang daya saing global.
daya saing dan efisiensi pelabuhan yang
TINJAUAN PUSTAKA
berskala internasional (Juhel, 2001).

132 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 26, No.2, 2018


Pelabuhan perikanan merupakan bagian yang pengelolaan mencari keuntungan sebesar-
tidak dapat terpisahkan dalam pemanfaatan besarnya.
sumber daya perikanan. Hal ini didasarkan Bila kita menilik pengelolaan pelabuhan
pada fungsi pelabuhan perikanan yang menjadi perikanan di negara lain seperti Jepang,
ujung tombak dari proses penangkapan ikan terdapat sebuah struktur kelembagaan yang
hingga distribusi komoditas hasil tangkapan sistematis dan jelas dimana dibagi dalam
ke konsumen sehingga pelabuhan perikanan zona wilayah seperti untuk perikanan pantai
memiliki fungsi strategis sekaligus ekonomis. dikelola oleh koperasi-koperasi perikanan
Menurut Lubis (2012) dalam pengelolaan dengan anggota para nelayan skala kecil
pelabuhan perikanan di Indonesia, terdapat 4 dan menengah lalu untuk wilayah lepas
tipe, yakni (1) pengelolaan oleh pemerintah pantai menjadi tanggungjawab asosiasi-
pusat, (2) pengelolaan oleh pemerintah asosiasi perikanan yang beranggotakan para
daerah, (3) tipe pengelolaan oleh perusahaan pengusaha perikanan industri (Bappenas,
umum, dan (4) pengelolaan oleh swasta. 2014). Keterlibatan aktor lain dalam
Pada tipe pengelolaan oleh pemerintah pusat penyediaan dan pengelolaan baik sumber
dapat dilihat pada pelabuhan perikanan tipe daya, infrastruktur, maupun lingkungan
A yaitu pelabuhan perikanan samudera (PPS) perlu digalakkan mengingat pemanfaatan
dan tipe B, Pelabuhan Perikanan Nusantara hasil perikanan tidak hanya dirasakan oleh
(PPN). Di Indonesia terdapat 7 Pelabuhan pemerintah namun oleh semua elemen mulai
Perikanan Samudera (PPS) dan 17 Pelabuhan dari masyarakat, asosiasi, maupun industri.
Perikanan Nusantara (PPN). Sedangkan
untuk tipe pengelolaan oleh pemerintah METODE PENELITIAN
daerah dapat diselenggarakan langsung oleh
Pemda dalam hal ini Dinas Perikanan Daerah Pemilihan Kota Bitung sebagai lokasi penelitian
Tingkat I/Provinsi atau tingkat II/Kabupaten dikarenakan peran sektor perikanan di Bitung
bagi pelabuhan dengan tipe C dan D, yaitu sangat penting dimana roda perekonomian
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan mayoritas didorong oleh sektor perikanan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). dengan jumlah perusahaan pengelolaan ikan
sebanyak 54 dan 25 perusahaan penangkapan
Di sisi lain, pelabuhan yang dikelola ikan. Infrastruktur memiliki peran vital
oleh perusahaan umum (tipe 3) biasanya dalam rangka meningkatkan kapasitas
untuk pembangunannya masih dilakukan Pelabuhan Perikanan Bitung sebagai
oleh pemerintah pusat, namun sistem Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS). Saat
pengelolaannya saja yang diberikan kepada ini, mayoritas infrastrutur dikelola oleh UPTD
perusahaan umum yang telah ditunjuk Teknis Dirjen Perikanan Tangkap KKP. Hanya
dan dipercaya oleh Pemerintah Pusat. Di ada beberapa fasilitas yang menjadi domain
Indonesia, terdapat beberapa pelabuhan swasta dimana terkait dengan bisnis proses
perikanan yang sudah dikomersialisasi yakni unit pengolahan ikan, cold storage,
untuk dikelola oleh Perusahaan Umum terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS),
Perikanan Indonesia (Perum Perindo). dan pabrik es. Dalam kegiatan ini, data primer
Adapun pengusahaan pelabuhan dilaksanakan dikumpulkan melalui wawancara mandalam,
di 6 (enam) pelabuhan perikanan diantaranya, Focus Group Discussion (FGD) dan observasi
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam lapangan sedangkan data sekunder diperoleh
Zachman Jakarta, Pelabuhan Perikanan melalui data beberapa stakeholders kunci
Samudera Belawan, Pelabuhan Perikanan seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Nusantara Pekalongan, Pelabuhan Perikanan Bitung, Badan Pusat Statistik, dan Pelabuhan
Nusantara Brondong, Pelabuhan Perikanan Perikanan Samudera Bitung. Adapun
Nusantara di Pemangkat, dan Pelabuhan narasumber yang diwawancara meliputi
Perikanan Nusantara Prigi. Tipe pengelolaan nelayan lokal, pemangku kepentingan, unit
pelabuhan yang terakhir, yakni pengelolaan pengolah ikan (UPI), dan para pedagang di
oleh swasta dimana seluruh proses mulai dari sekitar TPS Pelabuhan Perikanan Bitung.
pembangunan dan pengelolaannya dilakukan
penuh swasta sehingga tidak mengherankan HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│133
Gambar 1. Konektivitas Pelabuhan Perikanan sebagai Sentra Perikanan Terpadu
Sumber: Rencana Strategis Tahun 2015-2019, KKP (2015)
Kebijakan Pengembangan Infrastruktur contoh pengembangan armada penangkapan
Sektor Perikanan Tangkap ikan 30 GT di wilayah perbatasan sebanyak
25 unit per tahun dan pembangunan cold
Sesuai arahan pembangunan yang tercermin
storage di 100 sentra perikanan terpadu
dalam agenda prioritas pembangunan
yang akan dikembangkan oleh KKP selama
nasional (Nawa Cita) bahwa kelautan
periode 2015-2019 di lokasi prioritas seperti
dan perikanan menjadi sektor unggulan
Simeulu, Natuna, Tahuna/Sangihe, Saumlaki,
nasional yang mendapat perhatian cukup
dan Merauke dalam rangka Sistem Logistik
besar. Ini terlihat dari 9 Agenda Nawa
Ikan Nasional (SLIN) (KKP, 2015).
Cita yang menjadi agenda pemerintahan
Presiden Jokowi, ada 4 poin yang terkait Selain itu, peningkatan armada perikanan
dengan kelautan dan perikanan diantarannya tangkap nasional yang modern, e sien, dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim, berdaya saing diupayakan oleh KKP dalam
memberantas perikanan ilegal (IUU Fishing), bentuk target di tahun 2016 berupa pengadaan
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kapal perikanan sebanyak 3.522 unit, kapal
nasional melalui peningkatan hasil perikanan, perikanan 30 GT yang terbangun di wilayah
dan meningkatkan kedaulatan pangan melalui perbatasan 25 unit, dan alat penangkap ikan
peningkatan produksi perikanan. dan alat bantu penangkapan ikan sebanyak
6.675 unit. Di sisi lain, akan dibentuk pula
Sebagai upaya dalam mewujudkan
kawasan sentra /kampung nelayan di 100
tujuan nasional tersebut, Kementerian
lokasi.
Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki arah
kebijakan, strategi dan langkah operasional Dalam pengelolaan pelabuhan
yang dirumuskan dalam Rencana Strategi perikanan, KKP berusaha untuk melakukan
(Renstra) KKP 2015-2019. Pada bidang pengembangan dan pengelolaan perikanan
infrastruktur, pemerintah dalam hal ini KKP yang mengarah pada sentra perikanan
berupaya untuk mampu memenuhi kebutuhan terpadu (lihat gambar 1). Ini ditunjukkan
infrastruktrur maupun mengoptimalkan dalam bentuk klaster pelabuhan perikanan
fungsi dari infrastruktur yang ada. Sebagai seperti Pelabuhan Perikanan Samudera

134 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 26, No.2, 2018


yang berfungsi sebagai Pelabuhan Hub yang sistem pengelolaannya, Pelabuhan Perikanan
ada di Belawan, Jakarta, dan Bitung, lalu Samudera (PPS) langsung berada di bawah
terdapat sub klaster Pelabuhan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap
Nasional (PPN) yang ada di Lampulo, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Bungus, Sungai Liat, Pelabuhan Ratu, Baik bagi PPS, pengembangan sarana
Pekalongan, Brondong, Pemangkat, Kendari, infrastruktur yang dibutuhkan dan menjadi
Ambon Sorong, Merauke. Terakhir terdapat fokus yakni perluasan lahan pelabuhan.
pelabuhan perikanan umum/swasta yang ada Perluasan lahan dibutuhkan dalam kerangka
di Batam dan Benoa. Proses hulu di awali memenuhi standar yang ditetapkan KKP
dari Pelabuhan Perikanan (PP) yang menjadi akibat peningkatan status pelabuhan yang
pemasok bagi pelabuhan yang tingkatannya awalnnya berada pada kategori Pelabuhan
lebih tinggi seperti Pelabuhan Perikanan Perikanan Nusantara menjadi Pelabuhan
Pantai (PPP) dan selanjutnya pelabuhan Perikanan Samudera.
tersebut menjadi pengumpan bagi Pelabuhan Di samping itu, beberapa kebijakan yang
Perikanan Nusantara (PPN). Sedangkan di telah dan akan terus dilakukan hingga tahun
bagian hilir terdapat Pelabuhan Perikanan 2017 antara lain pengerukan kolam pelabuhan
Samudera (PPS) seperti di Bitung yang akan Nusantara sampai kedalaman 6 lws 1 ,
melakukan kegiatan direct call/ekspor ke pengerukan alur kolam pelabuhan TPB sampai
pelabuhan-pelabuhan perikanan besar di luar dengan kedalaman 12 lws, pembangunan
negeri. Harapannya produk yang di ekspor atau replacement dermaga samudera dan
tidak hanya berupa ikan segar namun lebih pembangunan CY dan pembangunan lanjutan
pada produk olah hasil ikan seperti ikan dermaga TPB (150x30)m2 (Kemenko, 2014).
kaleng. Tidak mengherankan jika banyak Selain lahan, beberapa fasilitas pendukung
perusahan pengolahan ikan berada di dekat yang hendak dibangun oleh pemerintah,
PPS. dalam hal ini Sub Direktorat Pengembangan
Bagi Kota Bitung, saat ini pemerintah Infrastruktur Pengawasan KKP tahun 2016
daerah setempat berupaya melakukan meliputi pembuatan bangunan operator
opt im a l isa s i p e m b an gu na n k a w as a n pengawas, mess ABK, gudang logistik kapal
minapolitan Kota Bitung. Artinya pemerintah pengawas, gudang TPP, workshop, dan
daerah memberikan peluang usaha dan investasi bangunan serbaguna.
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun
swasta bagi pengembangan infrastruktur Kuantitas, Kualitas, dan Utilitas
khusunya di kawasan Pelabuhan Perikanan Infrastruktur Pelabuhan Perikanan
Samudera Bitung. Adapun fasilitasnya Tangkap
antara lain pembangunan areal penumpukan Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung
reefer container, fasilitas perbengkelan sebagai salah satu pelabuhan hub memiliki
kapal perikanan, pembangunan pabrik es, peran sebagai hilir dalam sentra perikanan
cold storage, pengolahan (processing) terpadu. Dengan demikian, segala fasilitas
ikan, dermaga, docking, jasa keuangan kepelabuhanan hendaknya dapat menunjang
bank dan non bank (pengadaian, asuransi), kegiatan mulai dari pra produksi, penangkapan,
dan penyaluran logistik perbekalan. Di sisi pasca produksi dan pemasarannya. Selain
lain, pemerintah daerah berharap nantinya itu, terbentuk pula konektivitas wilayah
dapat membangun jalan lingkar Lember dan melalui inter moda sistem rantai pasok
jembatan Lembeh-Bitung sehingga akses dari yang terintegrasi dimana menghubungkan
sentra-sentra produksi ke sentra pemasaran hinterland dan daerah yang tertinggal dengan
semakin pendek dan aman. pusat-pusat pertumbuhan yang akan mampu
Secara prasarana pelabuhan, Kota meningkatkan nilai ekonomi produk.
Bitung memiliki 2 pelabuhan utama, yakni Di sisi sarana dan prasarana, PPS Bitung
Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Perikanan dapat dikatakan telah memiliki sarana
Samudera. Pelabuhan Bitung mengarah pada
kegiatan bongkat muat (peti kemas) dan Low Water Spring merupakan satuan yang menun-
pelabuhan penumpang sedangkan Untuk jukkan elevasi muka air laut dalam kondisi surut
terendah yang dihitung dalam jangka panjang

Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│135
dan prasarana yang cukup memadai. Dari m3 / hari (lihat tabel 5.1) untuk mendukung
hasil wawancara dengan nelayan di sekitar operasional kapal perikanan dan pengelolaan
pelabuhan, akses nelayan terhadap fasilitas- mutu ikan serta untuk kebutuhan industri
fasilitas pelabuhan baik. Sebagai pelabuhan perikanan terpadu.
dengan kategori samudera, PPS Bitung Kebutuhan tersebut belum dapat
dilengkapi dengan fasilitas yang meliputi terpenuhi disebabkan kendala reservoir air
dermaga (carrier wharf), stair landing wharf, bersih yang ada di PPS hanya mencapai 100
trestle dermaga, drainase, lahan pelabuhan, m3. Nilai tersebut berasal dari reservoir yang
dan lahan revetment. Sedangkan fasilitas dibangun PU dengan kapasitas 50 m3 dan 50
penunjang berupa balai pengujian & serti kasi m 3 merupakan reservoir milik pelabuhan.
hasil perikanan, pangkalan pengawasan Kondisi ini baru bisa mensuplai kebutuhan
sumberdaya kelautan dan perikanan, Solar untuk kantor, rumah dinas, kios, dan tempat
Packed Dealer (SPDN) bagi nelayan, pelelangan ikan (TPI) sedangkan kebutuhan
stasiun pengisian bahan bakar nelayan, balai air untuk operasional kapal perikanan
pengujian mutu hasil perikanan, dan balai disuplai oleh swasta. Selain itu, daya listrik
karantina ikan. pelabuhan masih mengalami kekurangan
Berdasarkan Peraturan Menteri No 08/ dalam memfasilitasi kegiatan operasional
MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan pelabuhan. Kapasitas daya listrik yang
me nye butk an ba hwa untuk ka te gori terpasang di PPS hanya sebesar 82 KVA.
Pelabuhan Samudera dibutuhkan kapasitas Ini hanya cukup untuk untuk keperluan
lahan sekurang-kurangnya 20ha dalam rangka operasional kantor, lampu penerangan jalan,
mendukung operasionalisasi pelabuhan yang dan dermaga pelabuhan. Sementara itu,
prima. Bila dibandingkan dengan kondisi PPS kebutuhan daya listrik untuk operasional
Bitung saat ini, kapasitas lahan baru mencapai sebesar 197 KVA.
8,78 ha dimana terdapat kekurangan lahan Tabel 1. Perbandingan Kebutuhan &
sebesar 11,22 ha. Selain itu, merujuk pada Ketersediaan Fasilitas Pendukung PPS Bitung
peraturan di atas terkait kapasitas dermaga
Jenis Fasi- Kebu- Keter- Solusi
pelabuhan, PPS harus memiliki panjang litas tuhan sediaan
dermaga sekurang-kurangnya 300 meter
dengan kedalaman sekurang-kurangnya Air Bersih 400 100 m3/ Pembangu-
minus 3 meter yang diperuntukkan bagi kapal m /hari hari
3
nan sumur
artesis
perikanan > 30GT. Lebih lanjut dibutuhkan
pula panjang dermaga sepanjang 195,6 meter Daya Lis- 197 82 KVA Pengadaan
trik KVA genset kapa-
dengan kedalaman minus 5 untuk mendukung sitas 250
operasional kapal perikanan >60 GT. Melihat KVA
kondisi PPS Bitung, total panjang dermaga Instalasi n/a 100 m 3
Pembangu-
yang dibutuhkan sebesar 286,3 meter. Hal ini Pengolahan nan Instalasi
dikarenakan existing dermaga yang ada baru Air Limbah Pengolah
mencaapai 209,30 meter dengan kedalaman Air Lim-
lebih dari minus 3 (PPS, 2015). bah (IPAL)
terpadu
Fasilitas penunjang seperti pelayanan air, Sumber: Laporan Tahun Pelabuhan Perikanan
pelayanan jasa listrik, pelayanan penumpukan Samudera Bitung (2015)
barang, dan pelayanan alat berat menjadi
bagian penyediaan infrastruktur lainnya
Dari segi lingkungan, pengolahan air
yang disediakan oleh PPS Bitung. Namun
limbah belum mampu menampung/mengolah
dalam pengelolaannya masih kekurangan dan
dan belum terkoneksi dengan limbah dari
belum termanfaatkan secara optimal. Bagi
industri yang ada di pelabuhan. Instalasi
beberapa fasilitas penunjang seperti kapasitas
pengolahan air limbah yang ada hanya
air bersih, daya listrik, dan pengolahan
berkapasitas 100 m 3. Kapasitas ini hanya
limbah diperlukan dalam rangka memenuhi
cukup untuk menampung limbah dari TPI
kebutuhan operasionalisasi pelabuhan. Untuk
sedangkan limbah industri belum tercover.
fasilitas air bersih dibutuhkan setidaknya 400
Adapun fasilitas hard dan soft infrastruktur

136 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 26, No.2, 2018


Tabel 2. Kebutuhan Infrastuktur PPS Bitung
Sarana Pendukung Kebutuhan Ketersediaan Penyedia
PPS BITUNG

Rumah Susun Ne- Rumah susun di dekat Tersedia namun lokasi Kementerian PUPR; Di-
layan pelabuhan di dekat relatif jauh nas PUPR Kota Bitung;
(di dekat Pasar Sagra) Pemda

Kelembagaan Koperasi nelayan Belum ada Kementerian KUKM; Di-


nas KUKM Kota Bitung
Checker Checker perwakilan Checker hanya dari Nelayan; asosiasi nelayan
nelayan UPI
Laboratorium Laboratorium uji coba Belum tersedia Balitbang Kementerian
dan serti kasi makanan Perikanan dan Kelautan;
untuk keperluan eksport Balai besar industri agro
Sumber: Hasil wawancara (2016)
lainnya berupa perlengkapan laboratorium Adanya infrastruktur pe nting dalam
uji coba dan standardisasi makanan untuk mengakselerasi pembangunan wilayah.
keperluan ekspor, rumah susun ABK di dekat B e r k a i t a n d e n g a n it u , k e t e r s e d i a a n
wilayah pelabuhan, koperasi nelayan, checker infrastruktur yang memadai menjadi motor
dari pihak nelayan dan gudang masih belum penggerak produksi perikanan. Tidak jarang
tersedia (lihat tabel 2). kelengkapan infrastruktur menjadi prasyarat
Memang beberapa fasilitas pendukung investor dalam berinvestasi di suatu kawasan.
yang ada di PPS Bitung terlihat belum Infrastruktur yang ada selama ini di Pelabuhan
mencukupi kebutuhan operasional Perikanan Samudera Bitung mayoritas
pelabuhan. Untuk menunjang kegiatan disediakan oleh pemerintah pusat maupun
perikanan di pelabuhan, selama tahun 2015, daerah dalam menunjang aktivitas perikanan
pihak Pelabuhan Perikanan Samudera yang menjadi basis kegiatan masyarakat
Bitung melakukan beberapa kegiatan untuk Bitung. Untuk itu, peran pemerintah telah
menunjang kegiatan perikanan yang meliputi sesuai dengan amanat yang dibebankan
pembangunan dermaga lanjutan, pembuatan sebagai penyedia fasilitas publik.
instalasi sumur dalam, pembangunan rumah Saat ini belum banyak perusahaan
genset, pembebasan lahan (Eks PT Perikanan perikanan yang berinvestasi di pelabuhan
Nusantara), dan penyambungan daya listrik perikanan. Hal ini disebabkan beberapa faktor
PLN 179 KVA. diantaranya lemahnya dukungan perangkat
Menurut informasi yang diperoleh hukum, kapasitas produksi ikan di wilayah
dari beberapa stakeholders, infrastruktur sekitar pelabuhan, insentif pemerintah daerah
pendukung yang masih perlu ditingkatkan atau pengelola kawasan bagi investor yang
pengadaannya berupa hard infrastructure akan berinvestasi di kawasan tersebut, maupun
maupun soft infrastructure. Untuk itu, tahun kapasitas lahan yang ada. Menurut Nugroho
ini akan ada 4 mega proyek (kereta api, listrik, yang dikutip Lubis (2011), pelabuhan tidak
jalan tol, dan KEK) yang sedang dilaksanakan secara spesi k diatur dalam UU No 17 Tahun
oleh Bappeda Kota Bitung dalam rangka 2008 tentang Pelayaran ataupun PP No 70
memenuhi kebutuhan infrastruktur pendukung Tahun 1996 tentang Pelabuhan. Pengaturan
yang tidak hanya diperuntukkan di pelabuhan pelabuhan perikanan hanya pada tingkat
namun bagi kota Bitung secara keseluruhan. Keputusan Menteri No 16 Tahun 2006.
Tingkat produksi ikan di wilayah sekitar
Peran Pemerintah dan Swasta Dalam
pelabuhan menjadi parameter lain yang
Penyediaan Infrastruktur Perikanan perlu diperhatikan. Pasalnya ketersediaan
Tangkap bahan baku menjadi modal utama bagi

Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│137
perusahaan untuk dapat beroperasi. Seperti bagi kapal-kapal perusahaan. Jika dilihat,
halnya yang terjadi di PPN Pelabuhan Ratu mayoritas perusahaan yang ada datang ke
dimana keberadaan industri pengolahan PPS Bitung hanya untuk mengambil hasil
sebetulnya masih diperlukan dalam kerangka tangkapan dari kapal-kapal mereka lalu
pengembangan nilai ekonomi dari produk membawanya ke pabrik pengolahan yang ada
ikan yang diolah. Namun kendala kontinuitas di luar kawasan walaupun masih ada beberapa
produksi ikan membuat investor berpikir perusahaan yang memiliki tempat operasional
kembali. Menurut pengelola PPN Pelabuhan di dalam kawasan. Dari Laporan Tahunan
Ratu, perusahaan pengolahan yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung tahun
kawasan terkendala stok ikan Layur yang 2015, sampai saat ini, jumlah investor yang
tidak mencukupi. ada di PPS Bitung berjumlah 46 perusahaan/
Terkait insentif sendiri, sebenarnya perorangan yang bergerak dalam bidang
pemerintah melalui Kementerian Kelautan penyaluran BBM dan air tawar, cold storage,
dan Perikanan telah mengeluarkan 4 kebijakan shing gear shop dan jasa telekomunikasi.
pendukung dalam menjaring para investor Banyak perusahaan pengolahan ikan yang
domestik maupun asing untuk berinvestasi beroperasi di luar kawasan sehingga manfaat
dalam industri perikanan khususnya di yang diterima bukan dalam investasi langsung
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dimana di PPS Bitung melainkan melalui pajak
Bitung merupakan salah satu daerah yang dan retribusi terhadap pemerintah daerah
mendapat keistimewaan tersebut. Adapun setempat. Selain itu, bentuk kontribusi yang
kebijakan yang dikeluarkan diantaranya (1) dilaksanakan perusahaan baik yang bergerak
insentif pajak penghasilan (Pph) yang terdiri di industri perikanan, pelabuhan maupun
dari tax holiday atau pengurangan PPh Badan bidang lainnya yakni berupa keterlibatan
untuk investasi Rp 1 triliun, pengurangan dalam kegiatan CSR (Corporate Social
penghasilan neto 30 persen (untuk 6 tahun Responsibility). Kegiatan yang dilakukan
sebesar 5 persen per tahun), penyusutan seperti bantuan seperti armada pengangkutan
dan amortisasi dipercepat, PPh atas dividen sampah yang dilakukan oleh PT Pelindo dan
sebesar 10 persen bagi wajib pajak luar negeri, perbankan sedangkan untuk infrastruktur
dan kompensasi kerugian lebih lama (5-10 sik kurang terlihat karena banyak kegiatan
tahun). Kemudian (2) bebas pungutan PPN CSR perusahaan dilakukan langsung
bagi barang kena pajak, (3) bebas bea masuk pada organisasi-organisasi keagamaan
bagi impor mesin dan barang modal, dan (4) dan masyarakat (ORMAS). Di pihak lain,
perizinan satu pintu lewat badan koordinasi penyediaan infrastruktur kecil lebih banyak
penanaman modal. Namun pemerintah daerah dilakukan oleh PNPM Mandiri.
maupun pengelola pelabuhan perikanan juga Apabila dilihat dari kebutuhan yang
harus cepat merespon kebijakan tersebut besar dalam membangun suatu pelabuhan
sehingga proses investasi bisa berjalan lancar. perikanan yang terpadu tentu saja dana
Selain itu, perluasan dan penataan lahan di yang dibutuhkan sangat besar dan teknologi
kawasan pelabuhan perikanan perlu segera tinggi. Kehadiran swasta menjadi sangat
dilakukan agar lahan-lahan yang belum dibutuhkan dalam kerangka pendanaan dan
termanfaatkan secara optimal dapat dibuka pengembangan infrastruktur yang ada. Hal
untuk industri pengolahan perikanan yang ini mengingat proses pengembalian investasi
ingin beroperasi di kawasan tersebut. memerlukan waktu yang lama. Di sebagian
Pada kasus Kota Bitung, kontribusi besar pelabuhan di Indonesia, pengelola
swasta dalam penyediaan infrastruktur lebih banyak mengutamakan fungsi publik
terbatas. Pasalnya bentuk kontribusi yang dibandingkan dengan fungsi bisnisnya
dilakukan lebih pada infrastruktur penunjang sehingga tidak jarang pendapatan yang
bisnis, seperti terminal untuk kepentingan diperoleh tidak mencukupi biaya operasional
sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es maupun posisi yang seimbang (break even
dan pemanfaatan kawasan sebagai tempat point). Dengan hadirnya swasta, tentu saja
operasional unit pengolahan ikan. Keberadaan iklim persaingan akan semakin kompetitif
TUKS ini digunakan sebagai tempat bersandar dan bisa menghasilkan contoh pengelolaan

138 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 26, No.2, 2018


yang lebih e sien ke depannya. Saat ini, baru menyelesaikan segera regulasi terkait dengan
ada 2 (dua) pelabuhan perikanan swasta di pembentukan BUMD lokal sebagai salah satu
Indonesia yang baru diresmikan pada tahun upaya meningkatkan iklim investasi.
2018. Bentuk kolaborasi dari 3 pemangku
Dalam mengakomodir pembiayaan kepentingan dalam hal ini pemerintah, swasta,
investasi pelabuhan perikanan yang besar, dan masyarakat dalam hal ini masyarakat
mekanisme lain yang bisa dilakukan nelayan memiliki peran penting dalam
oleh pemerintah daerah yakni melakukan mewujudkan pengelolaan infrastruktur
kerjasama melalui kerjasama pemerintah berkelanjutan (lihat gambar 2). Selama ini,
swasta (public private partnership). pemerintah berperan hampir dalam semua
Model KPS dalam sektor pelabuhan dapat aspek baik selaku regulator maupun fasilitator.
diwujudkan dalam beberapa bentuk, seperti Di sisi lain, masyarakat dan swasta menjadi
sewa lahan, sewa operasional, hingga model pengguna (user). Hal ini lambat laun tidak
sewa dan pembangunan. Sementara itu, akan efektif. Mengingat urusan kepelabuhanan
dalam pengoperasian pelabuhan pemerintah kompleks dan kapasitas pemerintah terbatas.
pun dapat menawarkan pengelolaan pada Peningkatan kapasitas bisa dilakukan kepada
swasta dalam beberapa model, yaitu izin swasta dan masyarakat khususnya komunitas
pengoperasian sebagai public utility ataupun nelayan. Bentuk kontribusi lain yang
melalui skema kontrak joint venture (Rifai, diharapkan bisa melalui kegiatan investasi.
2017). Memang sampai saat ini, skema Tidak jarang, pengelolaan oleh swasta dan
KPS lebih banyak dilakukan pada pelabuhan masyarakat dapat menciptakan tingkat
umum belum pada pelabuhan perikanan e siensi dan meningkatkan rasa kepemilikan
karena secara global pengelolaan pelabuhan akan infrastruktur yang menjadi bagian dari
perikanan mayoritas dikelola oleh Unit proses bisnis. Komunitas nelayan dapat pula
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Untuk menghidupkan kegiatan tempat pelelangan
dapat memperbanyak peran swasta dalam ikan (ikan) baik melalui paguyuban atau
berinvestasi dalam pengelolaan pelabuhan koperasi nelayan. Seperti halnya yang terjadi
memang beberapa hal perlu menjadi perhatian di Pelabuhan Karangsong. Di pelabuhan
diantaranya kebutuhan dasar seperti listrik, ini peran Koperasi Perikanan Laut (KPL)
air bersih, bahan bakar, infrastruktur jalan, Mina Sumitra yang terdiri dari pemilik-
sumber bahan baku, proses bisnis, pemasaran pemilik kapal yang juga nelayan berperan
dan kondisi sosial masyarakat. penting dalam aspek pengelolaan pelabuhan.
Dari aspek iklim investasi, Kota Bitung Koperasi ini bertindak sebagai pengelola
masih memiliki kendala dalam hal regulasi. Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI), pengelola
Hal ini dikarenakan Bappeda Kota Bitung pelelangan ikan, dan penyedia kebutuhan
sebagai pemegang otoritas pembangunan di logistik pelayaran seperti BBM. Selain
wilayah setempat meminta skema kerjasama itu, mereka pun mengurusi masalah alur
bagi para investor asing yang ingin berinvestasi sungai muara dan infrastruktur kecil. Peran
untuk dapat berkolaborasi dengan BUMD koperasi dan paguyuban nelayan di Bitung
lokal. Namun pembuatan BUMD lokal masih perlu digalakkan kembali dalam kerangka
dalam proses penggarapan oleh pemerintah meningkatkan partisipasi nelayan dan
daerah setempat. Padahal dengan adanya pemilik kapal untuk mendukung pengelolaan
beberapa investor seperti dari China dan infrastruktur pelabuhan. Sinergi ini mampu
Belanda yang hendak berinvestasi, proses menciptakan suatu sistem yang menunjang
birokrasi ini dapat dimatangkan lebih awal infrastruktur yang berkelanjutan. Tidak hanya
sehingga ketika investor sudah tertarik itu, dampak yang dirasakan bisa dimanfaatkan
untuk investasi, mekanisme dapat lebih oleh seluruh elemen dan mampu menciptakan
cepat berjalan. Adapun bentuk investasi pengembangan ekonomi wilayah.
yang direncakan oleh para investor tersebut
mengarah pada pembangkit listrik, air bersih, SIMPULAN DAN SARAN
dan pengelolaan sampah. Oleh karena itu, Peran infrastruktur memainkan peran penting
pemerintah daerah berusaha untuk dapat dalam pembangunan suatu wilayah. Tidak

Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│139
Gambar 2. Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Infrastruktur Berkelanjutan
Sumber: Hasil Analisis (2018)
dipungkiri keberadaan infrastruktur menjadi unit pelaksana teknis yang dipimpin oleh
tulang punggung dalam meningkatkan kepala pelabuhan.
perekonomian suatu kawasan. Bagi sektor Di sisi lain, partisipasi swasta dalam
perikanan tangkap, infrastruktur merupakan pengadaan infrastruktur dapat dikatakan
motor penggerak produksi perikanan. belum terealisasi penuh. Mayoritas peran
Pengadaan infrastruktur pelabuhan menjadi swasta lebih mengarah pada kegiatan
barometer penting bagi proses penangkapan investasi di sekitar pelabuhan dan CSR
hingga pengolahan bagi sektor perikanan pada masyarakat. Infrastruktur yang mereka
tangkap. bangun hanya diperuntukkan bagi kepentingan
Dilihat dari segi ketersediaan infrastruktur, usaha seperti terminal untuk kepentingan
pelabuhan di Kota Bitung sebetulnya sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es,
telah memenuhi persyaratan kepelabuhan dan pemanfaatan kawasan sebagai tempat
perikanan yang ditetapkan oleh Kementerian operasional unit pengolahan ikan. Untuk itu,
Kelautan dan Perikanan. Peningkatan skala agar ketersediaan infrastruktur bisa dipenuhi
pelabuhan menuntut pihak PPS Bitung untuk perlu ada skema antara pemerintah dan swasta
terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur dalam kerjasama pengadaan infrastruktur bagi
dalam menunjang kegiatan kepelabuhanan. kepentingan bersama. Hal ini dikarenakan
Perluasan lahan menjadi fokus utama anggaran pemerintah bersifat terbatas. Bagi
yang sedang dilakukan di samping dengan kasus Bitung, masih ada pekerjaan rumah
penambahan fasilitas-fasilitas pendukung yang harus diselesaikan pemerintah daerah
lainnya seperti ketersediaan air bersih, daya dalam membuat BUMD lokal sebagai mitra
listrik, pengolahan limbah, pengadaan mess kerjasama bagi para investor yang hendak
ABK, gudang, dan pengerukan kedalaman berinvestasi di Bitung.
dermaga. Mayoritas hal ini dilakukan oleh
DAFTAR PUSTAKA

140 │ Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Vol 26, No.2, 2018


Bappenas, Direktorat Kelautan dan Perikanan. Pengembangan Perikanan Laut. Akuatik-
( 2 0 11 ) . S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n Jurnal Sumberdaya Perairan 5 (2), 1-7.
Infrastruktur Perikanan Dalam Lub is, Er na ni da n S u m ia ti. ( 20 11 ) .
Mendukung Peningkatan Daya Saing. Pengembangan Industri Pengelolaan
Info Kajian Bappenas, 8 (2), 10-17. Ikan dari Produksi Hasil Tangkapan di
Bappenas, Deputi Bidang Sumber Daya PPN Pelabuhan Ratu. Jurnal Teknologi
Alam dan Lingkungan Hidup. (2013). dan Manajemen Perikanan Laut. 2 (1),
Pembangunan Kelautan dan Perikanan 39-49.
Dalam Prioritas Pembangunan Nasional Lubis, Ernani (2012). Pelabuhan Perikanan.
2015-2019. Diakses 4 November 2016. Bogor: IPB Press.
Bappenas, Direktorat Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung.
(2014). Kajian Strategi Pengelolaan (2015). Laporan Tahunan Pelabuhan
Perikanan Berkelanjutan. Diakses 2 Mei Perikanan Samudera Bitung Tahun 2015.
2018. Bitung: Pelabuhan Perikanan Samudera
Hill, H. (2000). The Indonesian Economy. (PPS) Bitung.
Cambridge: Cambridge University Pelindo IV. (2016). Pro le Pelabuhan Bitung.
Press. Bitung: PT Pelabuhan Indonesia IV
Juhel, M. H. (2001). Globalisation, (Persero) Cabang Bitung.
Privatisation and Restructuring of Rifai, Bahtiar. (2017). Kerjasama Pemerintah
Ports. International Journal of Maritime dan Swasta Dalam Pembangunan
Economics, 3(2), 139-174. Infrastruktur Pelabuhan. Jakarta: LIPI
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Press.
(2015). Rencana Strategis Tahun 2015- Wo r l d B a n k . ( 2 0 1 6 ) . T h e G l o b a l
2019. Jakarta: Ditjen Perikanan Tangkap Competitveness Report 2016-2017:
KKP. Insight Report. Geneva: World Economic
Kementerian Koordinator Bidang Forum
Perekonomian (Kemenko). (2014).
Identifikasi Pola Pengelolaan Rute
Dalam Rangka Implementasi Pelabuhan
Hub Internasional di Pelabuhan Kuala
Tanjung dan Bitung. Jakarta: Kemenko
RI.
Lubis, Ernani. (2011). Kajian Peran Strategis
P e l a b u h a n P e r i k a n a n Te r h a d a p

Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│141

Anda mungkin juga menyukai