Abstrak
Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang berlimpah. Potensi
ini akan lebih berdampak luas jika didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai.
Kenyataannya, kebutuhan dan ketersediaan infrastruktur memiliki hubungan yang tidak linear
sehingga peran pemerintah dan swasta sangat dibutuhkan dalam mengakselerasi penciptaan
infrastruktur yang dapat menunjang daya saing sektor perikanan tangkap. Penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis peran pemerintah dan swasta dalam penyediaan infrastrukturperikanan
tangkap dengan studi kasus di Bitung, Sulawesi Utara. Data diperoleh dengan metodewawancara
mendalam, focus group discussion, dan observasi lapangan. Analisa dilakukan secara kualitatif
dengan teknik pengumpulan data secara primer maupun sekunder. Hasil menunjukkan bahwa
peran swasta masih terbatas dalam penyediaan infrastruktur dalam bentuk terminal untuk
kepentingan sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es, dan pemanfaatan kawasan sebagai tempat
operasional unit pengolahan ikan. Oleh karena itu, perlu ada mekanisme kerjasama antara
pemerintah dan swasta dalam mengkolaborasikan penyediaan infrastruktur yang berkelanjutan.
Kata kunci: infrastruktur, perikanan, kebijakan pemerintah, investasi swasta
Klasi kasi JEL: H54, Q22, Q28, R42
Abstract
Indonesia has abundant marine and fisheries resources. This potential will have a greater
impact if the availability of infrastructure in the capture fisheries sector has an optimal role. In
fact, infrastructure needs and its availability have a non-linear relationship, therefore, the role
of government and the private sector is crucially needed in accelerating the establishment of
infrastructure. This study was conducted to analyze the role of government and the private sector
in the provision of capture fisheries infrastructure which located in Bitung, North Sulawesi.
Data was obtained by using indepth interviews, focus group discussions, and field observations.
Analysis is carried out qualitatively with primary and secondary data collections. The results
show that the private sector still have lack of involment in providing theinfrastructure such as
self-interest terminals (TUKS), cold storage, ice factories and utilization of the area as a place of
operation for fish processing units. Hence, there should be a collaborative mechanism between
government and private sectors to provide sustainable infrastructure.
Keyword: infrastructure, shery, government policy, private investment
JEL Classi cation: H54, Q22, Q28, R42
131
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil penelitian Lubis dan
Keberadaan infrastruktur memang tidak Sumiati (1999) yang dikutip dari Lubis
terlepas dari peran beberapa pemilik (2011) bahwa pelabuhan perikanan di
kepentingan (stakeholders) yang mayoritas Indonesia sistem pengelolaannya masih belum
menjadi tugas pemerintah dalam kaitannya optimal. Belum optimalnya fungsi pelabuhan
dengan penyediaan barang publik. Ini tentu perikanan antara lain karena sebagian fasilitas
saja menjadi hal yang perlu diperhatikan yang ada rusak dan tidak diperbaiki dalam
mengingat kebutuhan infrastruktur yang jangka waktu yang lama; kapasitasnya sudah
terus meningkat namun tidak diiringi dengan tidak mencukupi lagi sehingga perlu diperluas
ketersediaan infrastruktur yang memadai. atau dilakukan mekanisasi terhadap fasilitas
Kendala keterbatasan anggaran pemerintah yang ada; beberapa fasilitas yang ada tidak
dan pembebasan lahan menjadi isu utama digunakan karena memang perlu diperlukan
dalam pengembangan infrastruktur di atau sebaliknya sudah saatnya diperlukan
Indonesia. suatu fasilitas tetapi belum tersedia sampai
jangka waktu yang lama. Kondisi fasilitas
Berdasarkan data dari World Economic yang ada di pelabuhan perikanan mayoritas
Forum (World Bank, 2016) kualitas berada di bawah standar dengan tingkat
infrastruktur pelabuhan di Indonesia masih yang masih jauh dari modern sehingga sulit
memerlukan pengembangan dan peningkatan mengharapkan investor domestik dan asing
e siensi berdasarkan standar internasional. untuk datang berinvestasi.
Pada tahun 2016-2017, kualitas infrastruktur
pelabuhan Indonesia masih berada jauh di Dari sisi tata kelola pelabuhan, Indonesia
bawah beberapa negara ASEAN seperti masih dihadapkan beberapa tantangan dalam
Malaysia dan Thailand. Indonesia menempati optimalisasi fungsi dan sistem managemen
peringkat 75, sedangkan Malaysia dan pengelolaan. Adapun tantangannya berupa
Thailand berada di peringkat 17 dan 65. Posisi sistem informasi dan manajemen operasional
Indonesia lebih baik dibandingkan Vietnam pelabuhan perikanan masih belum optimal
(peringkat 77) dan Filipina (peringkat 113). dan profesional, perbaikan kualitas pendataan,
peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan
Dalam sektor perikanan tangkap, adanya pengelolaan pelabuhan, pemanfaatan
infrastruktur pelabuhan menjadi salah satu beberapa pelabuhan masih belum maksimal,
hal penting dalam kegiatan proses perikanan dan konektivitas antarpelabuhan yang belum
dari hulu hingga hilir. Pelabuhan perikanan berjalan dengan baik (Bappenas, 2013). Untuk
merupakan interface antara perikanan di laut itu, peran strategis pelabuhan perikanan
(penangkapan) dengan aktivitas perikanan di perlu digalakkan kembali dalam kerangka
darat (pengelolaan dan pemasaran). Dengan meningkatkan forward dan backward linkage.
demikian, pelabuhan perikanan menjadi pusat
segala aktivitas yang berhubungan dengan Walaupun infrastruktur menjadi domain
usaha penangkapan ikan dan usaha pendukung pemerintah pusat maupun daerah, namun
lainnya seperti penyediaan bahan perbekalan, peran dari swasta (pelaku usaha, asosiasi)
perkapalan, perbengkelan, pengolahan maupun nelayan dalam menunjang dan
hasil tangkapan dan lain-lain (Bappenas, mengembangkan infrastrukur yang ada
2011). Untuk itu, keberadaan infrastruktur menjadi penting. Kolaborasi dari pemangku
sangat menunjang baik bagi operasionalisasi kepentingan menjadi salah satu parameter
pelabuhan maupun keberlangsungan kegiatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan dan
ekonomi di dalamnya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan infrastruktur demi menunjang
ketersediaan infrastruktur menjadi stimulus kegiatan setiap pemilik kepentingan. Untuk
dalam mempercepat proses pembangunan itu, dalam bab ini akan dibahas bagaimana
ekonomi (Hill, 2000). Selain itu, bentuk peran pemerintah dan swasta terutama dalam
indikator dari kemajuan suatu negara dapat penyediaan infrastruktur perikanan tangkap
dilihat dari kemapanan infrastruktur, termasuk dalam menunjang daya saing global.
daya saing dan efisiensi pelabuhan yang
TINJAUAN PUSTAKA
berskala internasional (Juhel, 2001).
Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│133
Gambar 1. Konektivitas Pelabuhan Perikanan sebagai Sentra Perikanan Terpadu
Sumber: Rencana Strategis Tahun 2015-2019, KKP (2015)
Kebijakan Pengembangan Infrastruktur contoh pengembangan armada penangkapan
Sektor Perikanan Tangkap ikan 30 GT di wilayah perbatasan sebanyak
25 unit per tahun dan pembangunan cold
Sesuai arahan pembangunan yang tercermin
storage di 100 sentra perikanan terpadu
dalam agenda prioritas pembangunan
yang akan dikembangkan oleh KKP selama
nasional (Nawa Cita) bahwa kelautan
periode 2015-2019 di lokasi prioritas seperti
dan perikanan menjadi sektor unggulan
Simeulu, Natuna, Tahuna/Sangihe, Saumlaki,
nasional yang mendapat perhatian cukup
dan Merauke dalam rangka Sistem Logistik
besar. Ini terlihat dari 9 Agenda Nawa
Ikan Nasional (SLIN) (KKP, 2015).
Cita yang menjadi agenda pemerintahan
Presiden Jokowi, ada 4 poin yang terkait Selain itu, peningkatan armada perikanan
dengan kelautan dan perikanan diantarannya tangkap nasional yang modern, e sien, dan
memperkuat jati diri sebagai negara maritim, berdaya saing diupayakan oleh KKP dalam
memberantas perikanan ilegal (IUU Fishing), bentuk target di tahun 2016 berupa pengadaan
mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kapal perikanan sebanyak 3.522 unit, kapal
nasional melalui peningkatan hasil perikanan, perikanan 30 GT yang terbangun di wilayah
dan meningkatkan kedaulatan pangan melalui perbatasan 25 unit, dan alat penangkap ikan
peningkatan produksi perikanan. dan alat bantu penangkapan ikan sebanyak
6.675 unit. Di sisi lain, akan dibentuk pula
Sebagai upaya dalam mewujudkan
kawasan sentra /kampung nelayan di 100
tujuan nasional tersebut, Kementerian
lokasi.
Kelautan dan Perikanan (KKP) memiliki arah
kebijakan, strategi dan langkah operasional Dalam pengelolaan pelabuhan
yang dirumuskan dalam Rencana Strategi perikanan, KKP berusaha untuk melakukan
(Renstra) KKP 2015-2019. Pada bidang pengembangan dan pengelolaan perikanan
infrastruktur, pemerintah dalam hal ini KKP yang mengarah pada sentra perikanan
berupaya untuk mampu memenuhi kebutuhan terpadu (lihat gambar 1). Ini ditunjukkan
infrastruktrur maupun mengoptimalkan dalam bentuk klaster pelabuhan perikanan
fungsi dari infrastruktur yang ada. Sebagai seperti Pelabuhan Perikanan Samudera
Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│135
dan prasarana yang cukup memadai. Dari m3 / hari (lihat tabel 5.1) untuk mendukung
hasil wawancara dengan nelayan di sekitar operasional kapal perikanan dan pengelolaan
pelabuhan, akses nelayan terhadap fasilitas- mutu ikan serta untuk kebutuhan industri
fasilitas pelabuhan baik. Sebagai pelabuhan perikanan terpadu.
dengan kategori samudera, PPS Bitung Kebutuhan tersebut belum dapat
dilengkapi dengan fasilitas yang meliputi terpenuhi disebabkan kendala reservoir air
dermaga (carrier wharf), stair landing wharf, bersih yang ada di PPS hanya mencapai 100
trestle dermaga, drainase, lahan pelabuhan, m3. Nilai tersebut berasal dari reservoir yang
dan lahan revetment. Sedangkan fasilitas dibangun PU dengan kapasitas 50 m3 dan 50
penunjang berupa balai pengujian & serti kasi m 3 merupakan reservoir milik pelabuhan.
hasil perikanan, pangkalan pengawasan Kondisi ini baru bisa mensuplai kebutuhan
sumberdaya kelautan dan perikanan, Solar untuk kantor, rumah dinas, kios, dan tempat
Packed Dealer (SPDN) bagi nelayan, pelelangan ikan (TPI) sedangkan kebutuhan
stasiun pengisian bahan bakar nelayan, balai air untuk operasional kapal perikanan
pengujian mutu hasil perikanan, dan balai disuplai oleh swasta. Selain itu, daya listrik
karantina ikan. pelabuhan masih mengalami kekurangan
Berdasarkan Peraturan Menteri No 08/ dalam memfasilitasi kegiatan operasional
MEN/2012 tentang Kepelabuhan Perikanan pelabuhan. Kapasitas daya listrik yang
me nye butk an ba hwa untuk ka te gori terpasang di PPS hanya sebesar 82 KVA.
Pelabuhan Samudera dibutuhkan kapasitas Ini hanya cukup untuk untuk keperluan
lahan sekurang-kurangnya 20ha dalam rangka operasional kantor, lampu penerangan jalan,
mendukung operasionalisasi pelabuhan yang dan dermaga pelabuhan. Sementara itu,
prima. Bila dibandingkan dengan kondisi PPS kebutuhan daya listrik untuk operasional
Bitung saat ini, kapasitas lahan baru mencapai sebesar 197 KVA.
8,78 ha dimana terdapat kekurangan lahan Tabel 1. Perbandingan Kebutuhan &
sebesar 11,22 ha. Selain itu, merujuk pada Ketersediaan Fasilitas Pendukung PPS Bitung
peraturan di atas terkait kapasitas dermaga
Jenis Fasi- Kebu- Keter- Solusi
pelabuhan, PPS harus memiliki panjang litas tuhan sediaan
dermaga sekurang-kurangnya 300 meter
dengan kedalaman sekurang-kurangnya Air Bersih 400 100 m3/ Pembangu-
minus 3 meter yang diperuntukkan bagi kapal m /hari hari
3
nan sumur
artesis
perikanan > 30GT. Lebih lanjut dibutuhkan
pula panjang dermaga sepanjang 195,6 meter Daya Lis- 197 82 KVA Pengadaan
trik KVA genset kapa-
dengan kedalaman minus 5 untuk mendukung sitas 250
operasional kapal perikanan >60 GT. Melihat KVA
kondisi PPS Bitung, total panjang dermaga Instalasi n/a 100 m 3
Pembangu-
yang dibutuhkan sebesar 286,3 meter. Hal ini Pengolahan nan Instalasi
dikarenakan existing dermaga yang ada baru Air Limbah Pengolah
mencaapai 209,30 meter dengan kedalaman Air Lim-
lebih dari minus 3 (PPS, 2015). bah (IPAL)
terpadu
Fasilitas penunjang seperti pelayanan air, Sumber: Laporan Tahun Pelabuhan Perikanan
pelayanan jasa listrik, pelayanan penumpukan Samudera Bitung (2015)
barang, dan pelayanan alat berat menjadi
bagian penyediaan infrastruktur lainnya
Dari segi lingkungan, pengolahan air
yang disediakan oleh PPS Bitung. Namun
limbah belum mampu menampung/mengolah
dalam pengelolaannya masih kekurangan dan
dan belum terkoneksi dengan limbah dari
belum termanfaatkan secara optimal. Bagi
industri yang ada di pelabuhan. Instalasi
beberapa fasilitas penunjang seperti kapasitas
pengolahan air limbah yang ada hanya
air bersih, daya listrik, dan pengolahan
berkapasitas 100 m 3. Kapasitas ini hanya
limbah diperlukan dalam rangka memenuhi
cukup untuk menampung limbah dari TPI
kebutuhan operasionalisasi pelabuhan. Untuk
sedangkan limbah industri belum tercover.
fasilitas air bersih dibutuhkan setidaknya 400
Adapun fasilitas hard dan soft infrastruktur
Rumah Susun Ne- Rumah susun di dekat Tersedia namun lokasi Kementerian PUPR; Di-
layan pelabuhan di dekat relatif jauh nas PUPR Kota Bitung;
(di dekat Pasar Sagra) Pemda
Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│137
perusahaan untuk dapat beroperasi. Seperti bagi kapal-kapal perusahaan. Jika dilihat,
halnya yang terjadi di PPN Pelabuhan Ratu mayoritas perusahaan yang ada datang ke
dimana keberadaan industri pengolahan PPS Bitung hanya untuk mengambil hasil
sebetulnya masih diperlukan dalam kerangka tangkapan dari kapal-kapal mereka lalu
pengembangan nilai ekonomi dari produk membawanya ke pabrik pengolahan yang ada
ikan yang diolah. Namun kendala kontinuitas di luar kawasan walaupun masih ada beberapa
produksi ikan membuat investor berpikir perusahaan yang memiliki tempat operasional
kembali. Menurut pengelola PPN Pelabuhan di dalam kawasan. Dari Laporan Tahunan
Ratu, perusahaan pengolahan yang ada di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung tahun
kawasan terkendala stok ikan Layur yang 2015, sampai saat ini, jumlah investor yang
tidak mencukupi. ada di PPS Bitung berjumlah 46 perusahaan/
Terkait insentif sendiri, sebenarnya perorangan yang bergerak dalam bidang
pemerintah melalui Kementerian Kelautan penyaluran BBM dan air tawar, cold storage,
dan Perikanan telah mengeluarkan 4 kebijakan shing gear shop dan jasa telekomunikasi.
pendukung dalam menjaring para investor Banyak perusahaan pengolahan ikan yang
domestik maupun asing untuk berinvestasi beroperasi di luar kawasan sehingga manfaat
dalam industri perikanan khususnya di yang diterima bukan dalam investasi langsung
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dimana di PPS Bitung melainkan melalui pajak
Bitung merupakan salah satu daerah yang dan retribusi terhadap pemerintah daerah
mendapat keistimewaan tersebut. Adapun setempat. Selain itu, bentuk kontribusi yang
kebijakan yang dikeluarkan diantaranya (1) dilaksanakan perusahaan baik yang bergerak
insentif pajak penghasilan (Pph) yang terdiri di industri perikanan, pelabuhan maupun
dari tax holiday atau pengurangan PPh Badan bidang lainnya yakni berupa keterlibatan
untuk investasi Rp 1 triliun, pengurangan dalam kegiatan CSR (Corporate Social
penghasilan neto 30 persen (untuk 6 tahun Responsibility). Kegiatan yang dilakukan
sebesar 5 persen per tahun), penyusutan seperti bantuan seperti armada pengangkutan
dan amortisasi dipercepat, PPh atas dividen sampah yang dilakukan oleh PT Pelindo dan
sebesar 10 persen bagi wajib pajak luar negeri, perbankan sedangkan untuk infrastruktur
dan kompensasi kerugian lebih lama (5-10 sik kurang terlihat karena banyak kegiatan
tahun). Kemudian (2) bebas pungutan PPN CSR perusahaan dilakukan langsung
bagi barang kena pajak, (3) bebas bea masuk pada organisasi-organisasi keagamaan
bagi impor mesin dan barang modal, dan (4) dan masyarakat (ORMAS). Di pihak lain,
perizinan satu pintu lewat badan koordinasi penyediaan infrastruktur kecil lebih banyak
penanaman modal. Namun pemerintah daerah dilakukan oleh PNPM Mandiri.
maupun pengelola pelabuhan perikanan juga Apabila dilihat dari kebutuhan yang
harus cepat merespon kebijakan tersebut besar dalam membangun suatu pelabuhan
sehingga proses investasi bisa berjalan lancar. perikanan yang terpadu tentu saja dana
Selain itu, perluasan dan penataan lahan di yang dibutuhkan sangat besar dan teknologi
kawasan pelabuhan perikanan perlu segera tinggi. Kehadiran swasta menjadi sangat
dilakukan agar lahan-lahan yang belum dibutuhkan dalam kerangka pendanaan dan
termanfaatkan secara optimal dapat dibuka pengembangan infrastruktur yang ada. Hal
untuk industri pengolahan perikanan yang ini mengingat proses pengembalian investasi
ingin beroperasi di kawasan tersebut. memerlukan waktu yang lama. Di sebagian
Pada kasus Kota Bitung, kontribusi besar pelabuhan di Indonesia, pengelola
swasta dalam penyediaan infrastruktur lebih banyak mengutamakan fungsi publik
terbatas. Pasalnya bentuk kontribusi yang dibandingkan dengan fungsi bisnisnya
dilakukan lebih pada infrastruktur penunjang sehingga tidak jarang pendapatan yang
bisnis, seperti terminal untuk kepentingan diperoleh tidak mencukupi biaya operasional
sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es maupun posisi yang seimbang (break even
dan pemanfaatan kawasan sebagai tempat point). Dengan hadirnya swasta, tentu saja
operasional unit pengolahan ikan. Keberadaan iklim persaingan akan semakin kompetitif
TUKS ini digunakan sebagai tempat bersandar dan bisa menghasilkan contoh pengelolaan
Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│139
Gambar 2. Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Infrastruktur Berkelanjutan
Sumber: Hasil Analisis (2018)
dipungkiri keberadaan infrastruktur menjadi unit pelaksana teknis yang dipimpin oleh
tulang punggung dalam meningkatkan kepala pelabuhan.
perekonomian suatu kawasan. Bagi sektor Di sisi lain, partisipasi swasta dalam
perikanan tangkap, infrastruktur merupakan pengadaan infrastruktur dapat dikatakan
motor penggerak produksi perikanan. belum terealisasi penuh. Mayoritas peran
Pengadaan infrastruktur pelabuhan menjadi swasta lebih mengarah pada kegiatan
barometer penting bagi proses penangkapan investasi di sekitar pelabuhan dan CSR
hingga pengolahan bagi sektor perikanan pada masyarakat. Infrastruktur yang mereka
tangkap. bangun hanya diperuntukkan bagi kepentingan
Dilihat dari segi ketersediaan infrastruktur, usaha seperti terminal untuk kepentingan
pelabuhan di Kota Bitung sebetulnya sendiri (TUKS), cold storage, pabrik es,
telah memenuhi persyaratan kepelabuhan dan pemanfaatan kawasan sebagai tempat
perikanan yang ditetapkan oleh Kementerian operasional unit pengolahan ikan. Untuk itu,
Kelautan dan Perikanan. Peningkatan skala agar ketersediaan infrastruktur bisa dipenuhi
pelabuhan menuntut pihak PPS Bitung untuk perlu ada skema antara pemerintah dan swasta
terus meningkatkan ketersediaan infrastruktur dalam kerjasama pengadaan infrastruktur bagi
dalam menunjang kegiatan kepelabuhanan. kepentingan bersama. Hal ini dikarenakan
Perluasan lahan menjadi fokus utama anggaran pemerintah bersifat terbatas. Bagi
yang sedang dilakukan di samping dengan kasus Bitung, masih ada pekerjaan rumah
penambahan fasilitas-fasilitas pendukung yang harus diselesaikan pemerintah daerah
lainnya seperti ketersediaan air bersih, daya dalam membuat BUMD lokal sebagai mitra
listrik, pengolahan limbah, pengadaan mess kerjasama bagi para investor yang hendak
ABK, gudang, dan pengerukan kedalaman berinvestasi di Bitung.
dermaga. Mayoritas hal ini dilakukan oleh
DAFTAR PUSTAKA
Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Penyediaan Infrastruktur Perikanan Tangkap..(Atika Zahra)│141