T
YANG MENGALAMI PNEUMONIA DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAPAS DI RUANG ICU RSUP Dr.
SOERADJI TIRTONEGORO
KLATEN
DI SUSUN OLEH :
YETI ARIYANAWATI
NIM. P.14055
DI SUSUN OLEH :
YETI ARIYANAWATI
NIM. P.14055
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
CAEF05247
BU RUPIAH
11
Motto
iii
LEMBAR PERSETUO UAN
Oleh
P1 409B
Menyetujui,
Pembimbing
Sett
NIK. 201084050
iv
LEkfBAR PENETAPAN OEWAJN PENGUJI
Tanggal 04 Agustus
201 7
Dcwzz Periguji :
Kelua :
i. Amen Cindy Nurel A(gt, S Ken ,No,M Kep
NIK. 2011 88087
Anggota :
1. ttiyAWeri S-Kep„Ns.,h$.Kep
NIK. 201084050
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUIN
Mengetahui,
Ketuy rain Studi D3 Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan Ny. M dan Tn. T Yang
Mengalami Pneumonia di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Wahyu Rima Agustin S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Institusi
Pendidikan yang telah memberikan kesempatan untuk menimbailmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Meri Oktariani S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Alfyana Nadya Rachmawati S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing
sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
6. Ny.M dan Tn.T yang telah mengizinkan saya untuk mengaplikasikan
Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Pneumonia.
7. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
vii
8. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat, kepercayaan, kasih sayang, nasihat dan dukungan dalam segala
bentuk serta atas do’anya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun untuk
menyelesaikan pendidikan.
9. Kakak-kakakku dan orang yang kusayangi yang selalu memberikan
semangat, do’a dan dukungan dalam setiap proses yang di lalui penulis.
10. Teman-teman Mahasiwa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
2.2 Konsep Dasar Ventilasi Mekanik
2.2.1 Definisi..............................................................................................14
2.2.2 Mode Ventilasi..................................................................................14
2.3 Konsep Diagnosa Keperawatan................................................................16
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian.........................................................................................17
2.4.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................21
2.4.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................22
2.4.4 Implementasi Keperawatan...............................................................26
2.4.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian.......................................................................................28
3.2 Batasan Istilah............................................................................................28
3.3 Partisipan....................................................................................................28
3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................28
3.5 Pengumpulan Data.....................................................................................29
3.6 Uji Keabsahan Data....................................................................................29
3.7 Analisa Data...............................................................................................29
BAB IV LAPORAN HASIL
4.1 Gambaran dan Lokasi Pengambilan Data..................................................31
4.2 Pengkajian..................................................................................................31
4.3 Analisa Data...............................................................................................39
4.4 Diagnosa Keperawatan...............................................................................40
4.5 Intervensi Keperawatan..............................................................................41
4.6 Implementasi..............................................................................................43
4.7 Evaluasi......................................................................................................60
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian..................................................................................................65
5.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................70
5.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................71
5.4 Implementasi..............................................................................................73
5.5 Evaluasi......................................................................................................75
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................................................79
x
6.2 Saran...........................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUA
dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi
nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
jenis pneumonia ini masih jadi penyebab penting dalam angka kematian
dan kesakitan pada pasien yang dirawat dirumah sakit (Hendra & Huriani,
2011).
1
2
2015).
kematian keenam. Sekitar 4,8 juta kasus pneumonia (1,8 kasus per 100
dkk, 2014). Pneumonia merupakan salah satu dari 10 besar penyakit rawat
inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan 46,05%
penyakit yang paling sering dijumpai di ruang Intensif Care Unit (ICU)
menjadi jalan masuk bakteri secara langsung menuju saluran nafas bagian
3
bawah. Hal ini akan mengakibatkan adanya bahaya antara saluran nafas
bagian atas dan trakea, yaitu terbukanya saluran nafas bagian atas dan
saluran nafas bagian atas akan terjadi penurunan kemampuan tubuh untuk
pada pertahanan silia mukosa saluran nafas karena adanya cidera pada
jam (selama pasien masih terpasang ventilasi mekanik dan post ekstubasi).
Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit paru baik yang
sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis dan pasien
pada pasien istirahat total sangat penting sekali dilakukan (Hendra &
Huriani, 2011).
1.4 Tujuan
Klaten.
Klaten.
6
1.5 Manfaat
1.5.1 Teoritis
1.5.2 Praktis
kasus sejenis.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
2009).
pernafasan yang beresiko untuk terjadi pada pasien yang di rawat di ICU
2013)
2.1.2 Klasifikasi
7
8
infeksi LRT yang berkembang >2 hari setelah dirawat di rumah sakit.
CVA).
2.1.3 Etiologi
sebagai berikut:
1) Pneumonia yang didapat dari komunitas antara lain usia <2 tahun atau
pneumonia adalah demam 39-40oC, nyeri dada karena batuk, nyeri dada
sputum hijau dan purulen serta mungkin mengandung bercak darah, bisa
2.1.5 Patofisiologi
2014).
yang jauh, dan translokasi. Rute utama bakteri memasuki paru adalah
(>45% waktu) pada individu yang sehat ketika mereka tidur. Risiko
aspirasi yang signifikan dari segi klinis meningkat pada pasien yang
masuk yang efektif bagi mikroba. Kapiler paru membentuk jaringan padat
dari lokasi infeksi yang jauh dapat bermigrasi melalui jaringan tersebut
Resiko kekurangan
Intoleransi
volume cairan
aktivitas
2.1.7 Komplikasi
1) Abses paru
2) Efusi pleura
3) Empiema
5) Bronkiektasis
2.1.8 Pentalaksanaan
90%).
hemodinamik.
pasien imobilisasi.
a) Pada HAP onset dini (<4 hari di rumah sakit) tanpa faktor risiko
fluorokuinolon.
b) Pada HAP onset lambat (>4 hari dirumah sakit) dengan faktor
sistemik.
asing.
14
2.2.1 Definisi
Ventilasi mekanik berfungsi untuk menormalkan nilai gas darah arteri dan
kebutuhan.
1. Control Ventilation(VC)
pernapasan mendatori.
memperbaiki oksigenasi.
Nafas
2.4.1 Pengkajian
dan sumber lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data
subjektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber & Kelley 2009).
1) Biodata
diri pasien yaitu nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
2) Riwayat Kesehatan
3) Pengkajian Fokus
a) Breathing
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
b) Blood
c) Brain
d) Bladder
e) Bowel
f) Bone
4) Pemeriksaan Fisik
nonproduktif.
21
oportunistik.
bronkial).
awal yang halus (dulu disebut rales) atau bunyi napas bronkus
dkk 2015).
pneumonia adalah :
kebutuhan oksigen
pneumonia yaitu:
b) Kriteri hasil
b) Intervensi
b) Kriteria hasil :
resoirasi, suhu)
24
c) Intervensi :
bernafas
oksigenasi
ventilasi
kebutuhan oksigen
b) Kriteria hasil :
mandiri
c) Intervensi :
dilakukan
b) Kriteria hasil:
c) Intervensi :
2.4.4 Implementasi
2009).
2.4.5 Evaluasi
evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif,
Dari masalah yang muncul, evaluasi yang diharapkan oleh penulis yaitu:
METODE PENELITIAN
Klaten.
3.3 Partisipan
Tulis Ilmiah ini adalah Ny. M dan Tn. T dengan penyakit Pneumonia di
Klaten sejak tanggal 23 Mei 2017 sampai tanggal 31 Mei 2017. Lama
waktu yang digunakan untuk satu klien yaitu sejak klien pertama kali
masuk rumah sakit sampai pulang atau klien yang dirawat tiga hari.
28
29
Ilmiah ini yaitu wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,
data diperoleh dari klien, keluarga, dan perawat lainnya), observasi dan
auskultasi pada sistem tubuh manusia), serta studi dokumen dan angket
triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien dan keluarga, perawat
fakta tersebut dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam
maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin den gan jalan
3.7.4 Kesimpulan
LAPORAN HASIL
Dr. Soeradji Tirtonegoro khususnya di ruang Intensif Care Unit. RSUP Dr.
Surat Izin 445/28/2013 dan Tanggal Surat Izin 22/03/2013 dari Gubernur
Jawa Tengah dengan Sifat Tetap, dan berlaku sampai 5 Tahun. Setelah
Paripurna Akreditasi Rumah Sakit. RSU ini beralamat di Jl. KRT. Dr.
4.2 Pengkajian
31
32
4.2.5 Genogram
Klien
1
Ny. M
Keterangan:
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan : Anak
X : Meninggal : Ny. M
Tn. T
Keterangan:
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan : Anak
X : Meninggal : Tn. T
mg
Levoflaxcy 750mg/ Antibiotik Untuk mengobati
m 24 jam infeksi yang
disebabkan oleh bakteri
pada pneumonia
Paracetam 1 gr/ 8 Antipiretik Untuk menurunkan
ol jam panas
Acetozola 250 mg/ Diuretik Mengurangi cairan
mide 12 jam yang menumpuk
dimata (glaukoma) dan
anti kejang
Tabel 4.7 Terapi Obat
Klien 2
Data Subyektif: - Obstruksi jalan nafas Ketidakefektifan
Data Obyektif: bersihan jalan nafas
Jalan nafas dibantu ventilator,
mode VC RR 28x/menit, terdapat
sekret dimulut dan selang
ventilator, suara ronkhi di lobus
bawah kanan, kesadaran DPO,
SPO2 100%, hasil foto thorax
Oedem Pulmonal Mixed
Pneumonia, leukosit 14.600, suhu
39oC, tidak ada sianosis
Data Subyektif:- Perubahan membran Gangguan pertukaran
Data Obyektif: alveolar-kapiler gas
RR: 28x/menit, nadi 150 x/menit
pH 7,48 PCO2 21 mmHg PO2
203 mmHg BE -5,6 mmol/L tCO2
16,3 mmol/L HCO3 15,6 mmol/L
st HCO3 19,7 mmol/L Na+ 133
mmol/L K+ 3,5 mmol/L Cl- 108
mmol/L kesadaran DPO (dalam
pengaruh obat), fase ekspirasi
memanjang, nafas kusmaul
Data Subyektif: - Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
Data Obyektif: nafas
Respirasi 28x/menit, tekanan
darah 130/70 mmHg, nadi
150x/menit, nafas kusmaul
Data Subyektif: - Sepsis Hipertermia
Data Obyektif:
Suhu 39oC, RR 28x/menit
28x/menit nadi 150x/menit, kulit
teraba hangat, leukosit 14.600,
mukosa bibir kering, kesadaran
DPO (dalam pengaruh obat)
Tabel 4.8 Analisa Data
Klien 2
Ketidakefektifan bersihan jalan Manajemen jalan nafas (3140)
nafas b.d obstruksi jalan nafas 1. Mobilisasi atau ambulasi pasien (miring kiri,
(peningkatan produksi sputum) telentang, miring kanan)
Setelah dilakukan tindakan 2. Lakukan fisioterapi dada
keperawatan selama 3x8 jam, 3. Lakukan suctioning endotrakea
pasien menunjukkan : Manajemen jalan nafas buatan
NOC: (3180)
1. Menunjukkan jalan nafas paten 4. Selalu mencuci tangan
(tidak ada sekret) 5. Lakukan oral hygiene
2. Tidak ada sianosis atau Manajemen ventilasi mekanik non invasif (3302)
dyspnea 6. Monitor status hemodinamik
3. Saturasi oksigen >95% 7. Kolaborasi aktif dengan dokter untuk terapi
4. Rspirasi 16-24x/menit obat
5. Sekret berkurang atau hilang
Gangguan pertukaran gas b.d Manajemen asam basa: alkalosis respiratori
perubahan membran alveolar- (1914)
kapiler 1. Monitor pola nafas
Setelah dilakukan perawatan
selama 3x8 jam, klien 2. Monitor analisa gas darah dan urine
menunjukkan: elektrolit
NOC: 3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
1. GDA dalam rentang normal obat parenteral klorida
2. Tidak ada distress pernafasan Manajemen ventilasi mekanik non invasif (3302)
3. Nadi normal 60-100x/menit 4. Monitor status hemodinamik
Ketidakefektifan pola nafas b.d Manajemen asma (3210)
hiperventilasi 1. Monitor tanda-tanda vital
Setelah dilakukan tindakan Monitor Pernafasan (3350)
keperawatan selama 3x8 jam, 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
pasien menunjukkan : kesulitan bernafas
NOC: Manajemen jalan nafas (3140)
1. Vital sign normal 3. Posisikan pasien semi fowler
TD: 120/80 mmHg 4. Auskultasi suara nafas
N: 60-100 x/menit Manajemen ventilasi mekanik non invasif (3302)
RR: 16-24 x?menit 5. Konsultasikan dengan tim kesehatan untuk
S: 370 C memilih jenis ventiltor
2. Tidak ada sianosis atau
dyspnea
3. Irama nafas normal
4. Tidak menggunakan alat bantu
ventilator
Diagnosa keperawatan Jam 23 juni 2017 Jam 24 juni 2017 Jam 25 juni 2017
Klien 1
Ketidakefektifan bersihan 08.00 Melakukan personal hygiene 07.45 Melakukan personal hygiene 08.00 Melakukan personal hygiene
jalan nafas b.d obstruksi DS: - DS: - DS: -
jalan nafas DO: DO: DO:
pasien tampak lebih nyaman, pasien tampak lebih nyaman, pasien tampak lebih nyaman,
gigi bersih, mulut bersih, gigi bersih, mulut bersih, bau gigi bersih, mulut bersih,
bau badan berkurang. badan berkurang. bau badan berkurang.
08.28 Mengobservasi jalan nafas 08.10 Mengobservasi jalan nafas dan 08.50 Mengobservasi jalan nafas
dan auskultasi suara nafas auskultasi suara nafas dan auskultasi suara nafas
DS:- DS:- DS:-
DO: DO: DO:
Terdapat sekret dimulut Terdapat sekret dimulut pasien Terdapat sekret dimulut
pasien (sebelum dioral (sebelum dioral hygiene), pasien jumlah sedikit
hygiene), terpasang terpasang ventilator, terdengar (sebelum dioral hygiene),
ventilator, terdengar suara suara ronkhi di lobus bawah terpasang ventilator,
ronkhi di lobus bawah paru paru kanan dan kiri terdengar suara ronkhi di
kanan dan kiri 08.15 Memberikan mobilisasi (posisi lobus bawah paru kiri
08.30 Memberikan mobilisasi miring kiri telentang head up 08.55 Memberikan mobilisasi
(posisi miring kiri telentang 30o dan kanan) (posisi miring kiri telentang
head up 30o dan kanan) DS: - head up 30o dan kanan)
DS: - DO: DS: -
DO: Pasien tampak lebih rileks, RR DO:
Pasien tampak lebih rileks, 24x/menit, SPO2 97% KU Pasien tampak lebih rileks,
RR 26x/menit, SPO2 97% lemah RR 27x/menit, SPO2 100%
KU lemah 08.45 Melakukan fisioterapi KU lemah
08.50 Melakukan fisioterapi Dada dan suctioning 09.00 Melakukan fisioterapi
Dada dan suctioning DS: - Dada dan suctioning
DS: - DO: DS: -
DO: Tidak ada penumpukan sekret DO:
Tidak ada penumpukan dijalan nafas,sekret berwarna Tidak ada penumpukan
43
sekret dijalan nafas,sekret kuning kemerahan,suara ronkhi sekret dijalan nafas,sekret
berwarna kuning terdengar di lobus bawah paru berwarna kuning,suara
kemerahan,suara ronkhi kanan dan kiri ronkhi terdengar di lobus
terdengar di lobus bawah 09.00 Monitor status himodinamik bawah paru kiri
paru kanan dan kiri DS: - 09.30 Monitor status himodinamik
09.05 Monitor status DO: DS: -
himodinamik DS: - TD: 110/95 mmHg, Nadi DO:
DO: 120x/menit, RR 25x/menit, TD: 120/95 mmHg, Nadi
TD: 98/75 mmHg, Nadi Suhu 38oC, SPO2 99% 140x/menit, RR 24x/menit,
140x/menit, RR 29x/menit, kesadaran somnolen, GCS Suhu 37oC, SPO2 100%
Suhu 38,8oC, SPO2 97% E3M5Vx, jenis ventilator PS kesadaran somnolen, GCS
kesadaran somnolen, GCS PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85% E3M5Vx, jenis ventilator
E3M5Vx, jenis ventilator kekuatan otot SIMV rate 5 PEEP 6,
SIMV rate 9, PEEP 7, 4 3 VT/PS:12, FiO2: 90%
VT/PS:10, FiO2: 90% 4 3 kekuatan otot
kekuatan otot 4 3 11.00 Monitor status himodinamik 4 3
4 3 DS: - 4 3
11.00 Monitor status DO: 11.00 Monitor status himodinamik
himodinamik DS:- TD: 100/85 mmHg, Nadi DS:-
DO: 128x/menit, RR 24x/menit, DO:
TD: 90/70 mmHg, N Suhu 38oC, SPO2 99% TD: 130/90 mmHg, N
128x/menit, S 38,5 oC, RR kesadaran somnolen, GCS 130x/menit, RR 21x/menit
25x/meinit SPO2 97% E3M5Vx, jenis ventilator PS S 37 oC, SPO2 99%
kesadaran somnolen GCS PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85% kesadaran apatis GCS
E3M5Vx, jenis ventilator PS kekuatan otot E4M6Vx, jenis ventilator
PEEP 7, VT/PS:10 FiO2: 4 2 SIMV rate 5 PEEP 6,
70% kekuatan otot 4 2 VT/PS:12 FiO2: 90%
4 3 kekuatan otot 4 3
4 3 11.10 Memberikan mobilisasi (posisi 4 3
miring kiri telentang head up 11.05 Memberikan mobilisasi
11.05 Memberikan mobilisasi 30o dan kanan) (posisi miring kiri telentang
(posisi miring kiri telentang DS: - head up 30o dan kanan)
head up 30odan kanan) DO: DS: -
DS: - Pasien tampak lebih rileks, RR DO:
44
DO: 25x/menit, SPO2 99% KU Pasien tampak lebih rileks,
Pasien tampak lebih rileks, lemah RR 24x/menit, SPO2 100%
RR 24x/menit, SPO2 97% 13.15 Memberikan mobilisasi (posisi KU lemah
KU lemah miring kiri telentang head up 13.15 Memberikan Mobilisasi
12.50 Memberikan mobilisasi 30o dan kanan) (posisi miring kiri telentang
(posisi miring kiri telentang DS: - head up 30odan kanan)
head up 30o dan kanan) DO: DS: -
DS: - Pasien tampak lebih rileks, RR DO:
DO: 24x/menit, SPO2 100% KU Pasien tampak lebih rileks,
Pasien tampak lebih rileks, lemah RR 24x/menit, SPO2 100%
RR 24x/menit, SPO2 98% 13.30 Auskultasi suara nafas KU membaik
KU lemah DS:- 13.30 Auskultasi suara nafas
DO: DS:-
Terdengar suara ronkhi di lobus DO:
bawah kiri Terdengar suara ronkhi di
lobus bawah kiri
Gangguan pertukaran gas 08.00 Melakukan personal hygiene 08.10 Mengobservasi jalan nafas dan 08.50 Mengobservasi jalan nafas
b.d perubahan membran DS: - auskultasi suara nafas dan auskultasi suara nafas
alveolar-kapiler DO: DS:- DS:-
pasien tampak lebih nyaman, DO: DO:
gigi bersih, mulut bersih, Terdapat sekret dimulut pasien Terdapat sekret dimulut
bau badan berkurang. (sebelum dioral hygiene), pasien jumlah sedikit
08.28 Mengobservasi jalan nafas terpasang ventilator, terdengar (sebelum dioral hygiene),
dan auskultasi suara nafas suara ronkhi di lobus bawah terpasang ventilator,
DS:- paru kanan dan kiri terdengar suara ronkhi di
DO: 09.00 Monitor status himodinamik lobus bawah paru kanan dan
Terdapat sekret dimulut DS: - kiri
pasien (sebelum dioral DO: 09.30 Monitor status himodinamik
hygiene), terpasang TD: 110/95 mmHg, Nadi DS: -
ventilator, terdengar suara 120x/menit, RR 25x/menit, DO:
ronkhi di lobus bawah paru Suhu 38oC, SPO2 99% TD: 120/95 mmHg, Nadi
kanan dan kiri kesadaran somnolen, GCS 140x/menit, RR 24x/menit,
09.05 Monitor status E3M5Vx, jenis ventilator PS Suhu 37oC, SPO2 100%
himodinamik DS: - PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85% kesadaran somnolen, GCS
45
DO: kekuatan otot 4 3 E3M5Vx, jenis ventilator
TD: 98/75 mmHg, Nadi 43 SIMV rate 5 PEEP 6,
140x/menit, RR 2x/menit, 11.00 Monitor status himodinamik VT/PS:12, FiO2: 90%
Suhu 38,8oC, SPO2 97% DS: - kekuatan otot 4 3
kesadaran somnolen, GCS DO: 43
E3M5Vx, jenis ventilator TD: 100/85 mmHg, Nadi 11.00 Monitor status himodinamik
SIMV rate 9 PEEP 7, 128x/menit, RR 24x/menit, DS:-
VT/PS:10, FiO2: 90% Suhu 38oC, SPO2 99% DO:
kekuatan otot 4 3 kesadaran somnolen, GCS TD: 130/90 mmHg, N
11.00 4 3 E3M5Vx, jenis ventilator PS 130x/menit, RR 21x/menit S
Monitor status PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85% 37 oC, SPO2 99% kesadaran
himodinamik DS:- kekuatan otot apatis GCS E5M6Vx, jenis
DO: 4 2 ventilator SIMV rate 5
TD: 90/70 mmHg, N 4 2 PEEP 6, VT/PS:12FiO2:
128x/menit, RR 25x/menit S 13.30 Auskultasi suara nafas 90% kekuatan otot 4 3
o
38,5 C, SPO2 97% DS:- 43
kesadaran somnolen GCS DO: 13.30 Auskultasi suara nafas
E3M5Vx, jenis ventilator PS Terdengar suara ronkhi di lobus DS:-
PEEP 7, VT/PS:10 FiO2: bawah kiri DO:
90% kekuatan otot 13.40 Monitor analisa gas darah dan Terdengar suara ronkhi di
4 3 urine elektrolit lobus bawah paru kiri
4 3 DS:- 13.40 Monitor analisa gas darah
DO: dan urine elektrolit
pH 7,50 pCO2 23 HCO3 17,7 DS:-
kalium 3,22 DO:
pH 7,45 pCO2 27 HCO3
19,6 kalium 3,9
Kekurangan volume cairan 09.10 Memberikan nutrisi enteral 09.05 Memberikan nutrisi enteral 09.55 Memberikan nutrisi enteral
b.d kegagalan mekanisme (NGT) (NGT) (NGT)
regulasi DS:- DS:- DS:-
DO: DO: DO:
Sonde ±200 cc, tidak ada Sonde ±200 cc, tidak ada residu Sonde ±200 cc, tidak ada
residu residu
46
10.00 Menghitung balance cairan 09.40 Memberikan loading infus RL 10.00 Menghitung balance cairan
DS:- 500cc DS:-
DO: DS:- DO:
Intake NGT 200 cc, Infus DO: Intake NGT 200 cc, Infus
100 cc, output urine 400 cc, Tidak ada reaksi alergi, loading 200 cc, output urine 400 cc,
IWL 263 cc, BC: 300-663= infus 500 cc IWL 94 cc, BC: 400-494=-
-363 cc 10.00 Menghitung balance cairan 94 cc
12.00 Memberikan nutrisi enteral DS:- 12.00 Memberikan nutrisi enteral
(NGT) DO: (NGT)
DS:- Intake NGT 200 cc, Infus 650 DS:-
DO: cc, output urine 500 cc, IWL DO:
Sonde ±200 cc, tidak ada 256 cc, BC: 850-756=+106 cc Sonde ±200 cc, tidak ada
residu 10.15 Memberikan nutrisi enteral residu
13.00 Menghitung balance cairan (NGT) 13.00 Menghitung balance cairan
DS:- DS:- DS:-
DO: DO: DO:
Intake NGT 400 cc, Infus Sonde ±200 cc, tidak ada residu Intake NGT 200 cc, Infus
200 cc, output urine 350 cc, 12.00 Memberikan nutrisi enteral 300 cc, output urine 350 cc,
IWL 263 cc, BC: 600-613= (NGT) IWL 94 cc, BC 500-434= 66
-13 cc DS:- cc
13.05 Memberikan cairan IV DO: 13.05 Memberikan cairan IV
manitol 125 cc Sonde ±200 cc, tidak ada residu manitol 125 cc
DS:- 13.00 Menghitung Balance Cairan DS:-
DO: DS:- DO:
Tidak ada reaksi alergi DO: Tidak ada reaksi alergi
13.10 Mengobservasi tanda-tanda Intake NGT 400 cc, Infus 250 13.35 Mengobservasi tanda-tanda
dehidrasi cc, output urine 700 cc, IWL 94 dehidrasi
DS:- cc, BC650-794=-144 cc DS:-
DO: 13.05 Memberikan cairan IV manitol DO:
Turgor kulit tidak elastis, 125 cc Turgor kulit baik, bibir
bibir kering, mata cekung, DS:- lembab, CRT <2 detik, akral
CRT >2 detik, akral dingin, DO: hangat, TD 128/90 mmHg,
TD 108/80 mmHg, N: Tidak ada reaksi alergi N: 128x/menit S: 37oC
130x/menit Suhu: 38 oC
47
13.35 Mengobservasi tanda-tanda
dehidrasi
DS:-
DO:
Turgor kulit tidak elastis, bibir
kering, mata cekung, CRT 2
detik, akral hangat, TD 100/80
mmHg, N: 130x/menit S: 37 oC
Intoleran aktifitas b.d tirah 08.00 Melakukan personal hygiene 07.45 Melakukan personal hygiene 08.00 Melakukan personal hygiene
baring DS: - DS: - DS: -
DO: DO: DO:
pasien tampak lebih nyaman, pasien tampak lebih nyaman, pasien tampak lebih nyaman,
gigi bersih, mulut bersih, gigi bersih, mulut bersih, bau gigi bersih, mulut bersih,
bau badan berkurang. badan berkurang. bau badan berkurang.
08.30 Memberikan mobilisasi 08.15 Memberikan mobilisasi (posisi 08.55 Memberikan mobilisasi
(posisi miring kiri telentang miring kiri telentang head up (posisi miring kiri telentang
head up 30odan kanan) 30odan kanan) head up 30odan kanan)
DS: - DS: - DS: -
DO: DO: DO:
Pasien tampak lebih rileks, Pasien tampak lebih rileks, RR Pasien tampak lebih rileks,
RR 26x/menit, SPO2 97% 24x/menit, SPO2 99% KU tangan pasien terlihat
KU lemah 09.00 lemah memegangi tangan perawat,
09.05 Monitor status Monitor status himodinamik RR 24x/menit, SPO2 100%,
himodinamik DS: - DS: - KU membaik
DO: DO: 09.30 Monitor status himodinamik
TD: 98/75 mmHg, Nadi TD: 110/95 mmHg, Nadi DS: -
140x/menit, RR 29x/menit, 120x/menit, RR 25x/menit, DO:
Suhu 38,8oC, SPO2 97% Suhu 38oC, SPO2 99% TD: 120/95 mmHg, Nadi
kesadaran somnolen, GCS kesadaran somnolen, GCS 140x/menit, RR 24x/menit,
E3M5Vx, jenis ventilator E3M5Vx, jenis ventilator PS Suhu 37oC, SPO2 100%
SIMV rate 9 PEEP 7, PEEP 5, VT/PS:9, FiO2: 85% kesadaran , GCS E4M6Vx,
VT/PS:10, FiO2: 90% kekuatan otot jenis ventilator SIMV rate 5
kekuatan otot 4 3 4 2 PEEP 6, VT/PS:12, FiO2:
90% kekuatan otot
4 3 4 2
48
09.10 Memberikan nutrisi enteral 09.05 Memberikan nutrisi enteral 4 3
(NGT) (NGT) 4 3
DS:- DS:- 09.55 Memberikan nutrisi enteral
DO: DO: (NGT)
Sonde ±200 cc, tidak ada Sonde ±200 cc, tidak ada residu DS:-
residu 11.00 Monitor status himodinamik DO:
11.00 Monitor status DS:- Sonde ±200 cc, tidak ada
himodinamik DS:- DO: residu
DO: TD: 100/80 mmHg, N 11.00 Monitor status himodinamik
TD: 90/70 mmHg, N 128x/menit, S 37 oC kesadaran DS: -
128x/menit, RR 25x/menit S somnolen GCS E3M4Vx, jenis DO:
38,5 o
C, SPO2 97% ventilator PS PEEP 7, VT/PS:10 TD: 120/95 mmHg, Nadi
kesadaran somnolen GCS FiO2: 85% kekuatan otot 4 3 140x/menit, RR 21x/menit,
E3M5Vx, jenis ventilator PS 43 Suhu 37oC, SPO2 100%
PEEP 7, VT/PS:10 FiO2: 11.10 Memberikan mobilisasi (posisi kesadaran apatis, GCS
90% kekuatan otot 4 3 miring kiri telentang head up E4M6Vx, jenis ventilator
43 30odan kanan) SIMV rate 5 PEEP 6,
DS: - VT/PS:12, FiO2: 90%
11.05 Memberikan mobilisasi DO: kekuatan otot 4 3
(posisi miring kiri telentang Pasien tampak lebih rileks, RR 4 3
head up 30odan kanan) 24x/menit, SPO2 97% KU 11.10 Memberikan mobilisasi
DS: - 12.00 lemah (posisi miring kiri telentang
DO: Memberikan nutrisi enteral head up 30odan kanan)
Pasien tampak lebih rileks, (NGT) DS: -
RR 24x/menit, SPO2 97% DS:- DO:
KU lemah DO: Pasien tampak lebih rileks,
12.00 Memberikan nutrisi enteral Sonde ±200 cc, tidak ada residu tangan pasien terlihat
(NGT) memegangi tangan perawat,
DS:- RR 24x/menit, SPO2 100%
DO: KU membaik
Sonde ±200 cc, tidak ada
residu
49
12.00 Memberikan nutrisi enteral
(NGT)
DS:-
DO:
Sonde ±200 cc, tidak ada
residu
Klien 2
Selasa, 30 Mei 2017 Rabu, 31 Mei 2017
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 09.00 Monitor status 08.00 Melakukan personal hygiene
b.d obstruksi jalan nafas (peningkatan himodinamik DS:- DS:-
produksi sputum) DO: DO:
TD: 140/98 mmHg, N 162x/menit, RR Gigi bersih, mulut bersih, bau badan
26x/menit S 39oC, SPO2 100% kesadaran berkurang
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 08.30 Memberikan mobilisasi (posisi miring
FiO2: 50% kiri telentang head up 30odan miring
09.30 Memberikan mobilisasi (posisi miring kiri kanan)
telentang head up 30odan miring kanan) DS: -
DS: - DO:
DO: RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah
RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah 09.00 Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi
10.00 Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi suara nafas
suara nafas DS:-
DS:- DO:
DO: Terdapat sekret dimulut pasien (sebelum
Terdapat sekret dimulut pasien, suara nafas di oral hygiene), suara nafas gargling,
gargling, terpasang ventilator, terdengar terpasang ventilator, terdengar ronkhi
ronkhi dilobus bawah kanan dilobus bawah kanan dan kiri
10.05 Memberikan fisioterapi dada dan 09.05 Memberikan fisioterapi dada dan
suctioning DS:- suctioning
DO: DS:-
Mulut tidak ada sekret, suara gargling DO:
berkurang Mulut tidak ada sekret, suara gargling
berkurang
50
10.45 Auskultasi suara nafas 09.45 Auskultasi suara nafas
DS:- DS:-
DO: DO:
Terdengar suara ronkhi di lobus bawah kanan Terdengar suara ronkhi di lobus bawah
11.00 Monitor status himodinamik kanan dan kiri
DS:- 10.00 Monitor status himodinamik
DO: DS:-
TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, S 39,5oC, DO:
SPO2 100% kesadaran DPO, jenis ventilator TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR
VC PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 50% 30x/menit S 39,7oC, SPO2 100%
12.05 Memberikan mobilisasi (posisi miring kiri kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
telentang head up 30odan miring kanan) PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
DS: - 10.10 Memberikan mobilisasi (posisi miring
DO: kiri telentang head up 30odan miring
RR 25x/menit, SPO2 100% KU lemah kanan)
13.10 Monitor status himodinamik DS: -
DS:- DO:
DO: RR 28x/menit, SPO2 100% KU lemah
TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR 11.00 Monitor status himodinamik
33x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran DS:-
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 DO:
FiO2: 50% TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR
33x/menit S 39,5oC, SPO2 100%
kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
12.05 Memberikan mobilisasi (posisi miring
kiri telentang head up 30odan miring
kanan)
DS: -
DO:
RR 31x/menit, nadi 150x/menit SPO2
98% KU lemah
51
13.15 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR
30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran
DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
14.30 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR
19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
15.00 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR
14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
Leukosit 20,0
15.20 Observasi keadaan pasien
DS:-
DO:
Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak
ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,
RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan
bernafas, nafas dangkal, gasping, ada
retraksi dinding dada, akral dingin
16.00 Pasien meninggal
DS:-
DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada
RR, pupil dilatasi maksimal
52
16.10 Melakukan perawatan jenazah
DS-
DO:
Pasien telah ditutup dengan kain
Gangguan pertukaran gas b.d 09.00 Monitor status 09.00 Mengobservasi jalan nafas dan auskultasi
perubahan membran alveolar-kapiler himodinamik DS:- suara nafas
DO: DS:-
TD: 140/98 mmHg, N 162x/menit, RR DO:
26x/menit S 39oC, SPO2 100% kesadaran Terdapat sekret dimulut pasien (sebelum
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 di oral hygiene), suara nafas gargling,
FiO2: 50% terpasang ventilator, terdengar ronkhi
10.00 Mengobservasi jalan nafas dan dilobus bawah kanan dan kiri
auskultasi suara nafas 09.45 Auskultasi suara nafas
DS:- DS:-
DO: DO:
Terdapat sekret dimulut pasien, suara nafas Terdengar suara ronkhi di lobus bawah
gargling, terpasang ventilator, terdengar kanan dan kiri
ronkhi dilobus bawah kanan 10.00 Monitor status
10.45 Auskultasi suara nafas himodinamik DS:-
DS:- DO:
DO: TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR
Terdengar suara ronkhi di lobus bawah kanan 30x/menit S 39,7oC, SPO2 100%
11.00 Monitor status himodinamik kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
DS:- PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
DO: 11.00 Monitor status
TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, S 39,5oC, himodinamik DS:-
SPO2 100% kesadaran DPO, jenis ventilator DO:
VC PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 50% TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR
13.10 Monitor status 33x/menit S 39,5oC, SPO2 100%
himodinamik DS:- kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
DO: PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR 13.15 Monitor status himodinamik
53
33x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran DS:-
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 DO:
FiO2: 50% TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR
30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran
DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
14.30 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR
19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
15.00 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR
14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
Leukosit 20,0
15.20 Observasi keadaan pasien
DS:-
DO:
Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak
ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,
RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan
bernafas, nafas dangkal, gasping, ada
retraksi dinding dada, akral dingin
16.00 Pasien meninggal
DS:-
DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada
RR, pupil dilatasi maksimal
16.10 Melakukan perawatan jenazah
54
DS-
DO:
Pasien telah ditutup dengan kain
Ketidakefektifan pola nafas b.d 09.30 Memberikan posisi semi fowler 08.30 Memberikan posisi semi fowler
hiperventilasi DS: - DS: -
DO: DO:
RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah RR 26x/menit, SPO2 100% KU lemah
11.00 Monitor status himodinamik 10.00 Monitor status himodinamik
DS:- DS:-
DO: DO:
TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, RR: TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR
28x/menit S 39,5oC, SPO2 100% kesadaran 30x/menit S 39,7oC, SPO2 97%
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
FiO2: 50% PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
12.05 Memberikan posisi semi fowler 10.10 Memberikan posisi semi fowler
DS: - DS: -
DO: DO:
RR 24x/menit, SPO2 100% KU lemah RR 28x/menit, SPO2 100% KU lemah
13.10 Monitor status himodinamik 11.00 Monitor status himodinamik
DS:- DS:-
DO: DO:
TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR
26x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran 33x/menit S 39,5oC, SPO2 99%
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
FiO2: 50% PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
12.05 Memberikan posisi semi fowler
DS: -
DO:
RR 31x/menit, nadi 150x/menit SPO2
100% KU lemah
13.15 Monitor status himodinamik
55
DS:-
DO:
TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR
30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran
DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
14.30 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR
19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
15.00 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR
14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
Leukosit 20,0
15.20 Observasi keadaan pasien
DS:-
DO:
Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak
ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,
RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan
bernafas, nafas dangkal, gasping, ada
retraksi dinding dada, akral dingin
16.00 Pasien meninggal
DS:-
DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada
RR, pupil dilatasi maksimal
56
16.10 Melakukan perawatan jenazah
DS-
DO:
Pasien telah ditutup dengan kain
Hipertermi b.d sepsis 09.00 Monitor status himodinamik 10.00 Monitor status himodinamik
DS:- DS:-
DO: DO:
TD: 140/98 mmHg, N 162x/menit, RR TD: 180/100 mmHg, N 160x/menit, RR
26x/menit S 39oC, SPO2 100% kesadaran 30x/menit S 39,7oC, SPO2 100%
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
FiO2: 50% PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
11.00 Monitor status himodinamik Sonde ±200 cc, tidak ada residu
DS:- 11.00 Monitor status himodinamik
DO: DS:-
TD: 150/88 mmHg, N 150x/menit, RR: DO:
28x/menit S 39,5oC, SPO2 100% kesadaran TD: 160/100 mmHg, N 158x/menit, RR
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 33x/menit S 39,5oC, SPO2 100%
FiO2: 50% kesadaran DPO, jenis ventilator SIMV
12.00 Memberikan nutrisi enteral (NGT) PEEP 6, VT/PS:8 FiO2: 40%
DS:- 12.00 Memberikan nutrisi enteral (NGT)
DO: DS:-
Sonde ±200 cc, tidak ada residu DO:
13.00 Memberikan cairan IV paracetamol 100 cc Sonde ±200 cc, tidak ada residu
DS:- 13.00 Memberikan cairan IV paracetamol 100
DO: cc
Tidak ada reaksi alergi DS:-
13.10 Monitor status himodinamik DO:
DS:- Tidak ada reaksi alergi
DO: 13.05 Mengukur suhu pasien
TD: 150/100 mmHg, N 150x/menit, RR DS:-
26x/menit S 38oC, SPO2 100% kesadaran DO:
DPO, jenis ventilator VC PEEP 6, VT/PS:8 Suhu 41oC
FiO2: 50%
57
13.15 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 90/60 mmHg, N 140x/menit, RR
30x/menit S 39oC, SPO2 95% kesadaran
DPO, jenis ventilator SIMV PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
14.30 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 68/50 mmHg, N 80x/menit, RR
19x/menit, SPO2 80% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
15.00 Monitor status himodinamik
DS:-
DO:
TD: 60/40 mmHg, N 50x/menit, RR
14x/menit, SPO2 60% kesadaran koma,
jenis ventilator SIMV PS PEEP 6,
VT/PS:8 FiO2: 50%
Leukosit 20,0
15.20 Observasi keadaan pasien
DS:-
DO:
Kesadaran koma, besar pupil 5/4 tidak
ada reaksi terhadap cahaya, N 30x/menit,
RR 9x/menit, SPO2 50%, kesulitan
bernafas, nafas dangkal, gasping, ada
retraksi dinding dada, akral dingin
16.00 Pasien meninggal
DS:-
DO:EKG flet, tidak ada nadi, tidak ada
58
RR, pupil dilatasi maksimal
16.10 Melakukan perawatan jenazah
DS-
DO:
Pasien telah ditutup dengan kain
Tabel 4.11 Implementasi
59
60
4.7 Evaluasi
Hari/Tanggal/Jam No Evaluasi
Diagnosa
Klien 1
Selasa, 23 Mei 1 S:-
2017 O:
14.00 WIB Pasien terpasang ET Ventilator mode PS PEEP 7
VT/PS 10 fio2 70%, TD 90/70 mmHg, N 140x/menit, S
38,5oC, RR 28x/menit, SPO2 97%, mulut bersih, suara
ronkhi terdengar di lobus bawah kanan dan kiri
kesadaran somnolen GCS E3M5Vx, tidak ada sianosis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
1. Lakukan oral hygiene
2. Berikan/bantu pasien untuk mobilisasi
3. Lakukan fisioterapi dada dan suctioning
4. Monitor status himodinamik
14.15 WIB 2 S:-
O:
RR: 28x/menit, nadi 138 x/menit, kesadaran somnolen
GCS E3M5Vx, tidak ada sianosis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor status himodinamik
2. Monitor analisa gas darah dan urine elektrolit
14.20 WIB 3 S:-
O:
BC -113 cc, suhu 38 oC, turgor kulit jelek, mukosa bibir
kering, CRT >2 detik, mata tampak cekung, akral
dingin TD 90/70 mmHg, N 140x/menit,
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor status himodinamik
2. Hitung balance cairan
3. Observasi tanda-tanda dehidrasi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bolus
cairan IV dan obat
14.30 WIB 4 S:-
O:
TD 90/70 mmHg, N 140x/menit, S 38,5oC, RR
28x/menit, KU pasien lemah, aktivitas dan latihan
sehari-hari dibantu perawat, kekuatan otot 4 3
A: 43
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1. Bantu ADLs pasien
2. Berikan/bantu pasien untuk mopbilisasi
3. Kaji kekuatan otot pasien
61
PEMBAHASA
Pada sub bab ini penulis membahas mengenasi asuhan keperawatan pada
Ny. M dan Tn. T dengan Pneumonia di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Pembahasan pada sub bab ini berisi tentang perbandingan
antara tinjauan pustaka yang disajikan untuk membahas tujuan khusus yaitu
evaluasi.
5.1 Pengkajian
sakit (Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam Medik, 2009).
65
66
(Nurhay dkk, 2005 yang dikutip dari Pedoman Rekam Medik, 2009).
Keluhan utama yang sering timbul pada klien pneumonia adalah adanya
adanya konsolidasi paru (Somantri, 2009). Menurut Fauci dkk (2012) yang
utama pada klien 1 dan 2 sudah sesuai teori dari komplikasi dan tanda
hasil suara redup saat perkusi dan auskultasi suara ronkhi basah di lobus
bawah paru kanan dan kiri, terpasang ventilator mode SIMV rate 12 RR
23x/menit, SPO2 95%, suhu 39oC. Pada klien 2 yaitu pada breathing
67
didapatkan hasil suara redup saat perkusi dan auskultasi suara ronkhi basah
SPO2 100%, suhu 39oC. Pengkajian fokus terdiri dari 6B yaitu breathing
biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
pada klien 2 didapatkan pada tanggal 29 Mei 2017 hasil leukosit 14.600.
bakteri dengan ukuran 0,5 -2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus
terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi
ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur
bakteri yang tinggi 10 8-10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret
(0,001 -1,1 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran napas bagian bawah,
selanjutnya adalah dan foto thorax. Hasil foto thorax pada klien 1
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air
Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
dapat mengenai beberapa lobus (PDPI, 2013). Pneumonia positif bila pada
napas, meningkat, hasil radiologi ditemukan infiltrat (+) lobus paru bagian
tanggal 24 Mei 2017 dan 27 Mei 2017. Menurut Hendra dkk (2011)
kriteria terakhir dari pneumonia adalah hasil kultur sputum terinfeksi. Hal
ini sesuai dengan teori yang ada, tetapi hasil pemeriksaan kultur sputum
ventilator, terdapat sekret dimulut dan selang ventilator mode SIMV rate
12 PEEP 7, suara ronkhi basah dilobus bawah paru kanan dan kiri,
kasus klien 2 data obyektif didaptkan jalan napas dibantu ventilator mode
pola napas, sianosis, sputum dalam jumlah yang berlebihan, suara napas
71
tambahan, tidak ada batuk (Herdman dkk, 2015). Analisa data klien 1 dan
tidak mengalami gelisah, mata terbuka lebar dan tidak ada batuk karena
kesadaran DPO.
baik perawatan langsung dan tidak langsung yang ditujukan pada individu,
dengan kondisis klen dan fasilitas yang ada, sehingga rencana keperawatan
rumusan masalah diatas selama 3x8 jam dengan tujuan untuk mengetahui
pada setiap kondisi atau perilaku klien dengan kriteria hasil yang
2012).
jalan napas b.d obstruksi jalan napas, maka penulis menyusun rencana
kriteria hasil a) menunjukkan jalan nafas paten (tidak ada sekret), b) tidak
keperawatan yang akan dilakukan pada klien 1 dan 2 yang pertama yaitu
kanan). Menurut Suzan (2004) yang dikutip oleh Hendra dkk (2011)
5.4 Implementasi
2009).
head up 30o dan miring kanan), melakukan fisioterapi dada dan suctioning,
mobilisasi (posisi miring kiri, telentang head up 30o dan miring kanan),
penggantian posisi klien setiap dua jam yaitu miring kiri, telentang head up
30o dan miring kanan. Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukan
pada klien dengan cara menepuk dinding dada atau punggung dengan
mengeluarkan napas.
telentang head up 30o dan miring kanan), observasi jalan nafas, auskultasi
melakukan tindakan.
5.5 Evaluasi
evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
dua tahap yaitu mengukur pencapaian tujuan klien yang baik kognitif,
1 dan dua hari pada klien 2 sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan
Kriteria hasil yang diharapkan adalah tidak ada sianosis atau dyspnea,
lobus bawah kanan dan kiri kesadaran somnolen, tidak ada sianosis setelah
dilakukan mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali sehari dan
mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali sehari dan fisioterapi dada
bawah kiri kesadaran apatis GCS E4M6Vx, tidak ada sianosis setelah
dilakukan mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali sehari dan
fisioterapi dada dengan durasi 15 menit. Pada hari pertama mode ventilator
melakukan nafas secara mandiri oleh karena itu agar tidak tergantung alat
sehingga agar tidak terjadi komplikasi lain maka mode ventilator diubah
kembali.
suara gargling, suara ronkhi dilobus kanan bawah, kesadaran DPO, SPO2
sianosis setelah dilakukan mobilisasi setiap dua jam sebanyak tiga kali
sehari dan fisioterapi dada dengan durasi 15 menit. Evaluasi hari kedua
didapatkan hasil TD tidak muncul, Nadi tidak teraba, RR tidak ada, tidak
meninggal.
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan yaitu nafas klien yang meningkat
23x/menit, hari ketiga klien terpasang ventilator mode SIMV rate 5 dengan
78
tidak teratasi karena tujuan dan kriteria hasil tidak tercapai karena pasien
meninggal dunia.
BAB VI
PENUTU
6.1 Kesimpulan
Soeradji Tirtonegoro Klaten selama 3x8 jam dan 2x8 jam selama di ICU
6.1.1 Pengkajian
didapatkan hasil suara redup dan auskultasi suara ronkhi basah di lobus
bawah paru kanan dan kiri, terpasang ventilator mode SIMV rate 12 RR
23x/menit, SPO2 95%, suhu 39oC. Pada klien 2 yaitu pada breathing
perkusi didapatkan hasil suara redup dan auskultasi suara ronkhi basah di
79
80
jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, maka penulis menyusun rencana
kriteria hasil a) menunjukkan jalan nafas paten (tidak ada sekret), b) tidak
keperawatan yang akan dilakukan pada pasien 1 dan 2 yang pertama yaitu
mobilisasi atau ambulasi pasien (miring kiri, telentang head up 30o miring
ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten telah sesuai dengan
mobilisasi setiap 2 jam selama 3 kali sehari dan fisioterapi dada dengan
6.1.5 Evaluasi
1 dan dua hari pada klien 2 sudah dilakukan sesuai dengan pengelolaan
ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas pada klien
1 teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria
hasil yang diharapkan adalah tidak ada sianosis atau dyspnea, saturasi
SPO2 99% tidak ada penumpukan sekret dijalan nafas, suara ronkhi
terdengar di lobus bawah kiri kesadaran apatis GCS E4M6Vx, tidak ada
TD tidak muncul, Nadi tidak teraba, RR tidak ada, tidak ada tanda-tanda
kehidupan, pasien pucat, sianosis, EKG flet. Analisa masalah tidak teratasi
napas menunjukkan hasil signifikan, karena dalam 3x8 jam bersihan jalan
nafas, suara ronkhi terdengar di lobus bawah kiri kesadaran apatis GCS
E4M6Vx, tidak ada sianosis. Kemudian hasil analisa pada Tn. T dengan
82
karena dalam 2x8 jam bersihan jalan nafas tidak teratasi dan pasien
meninggal dunia.
6.2 Saran
dan dapat bekerja sama dengan tim kesehatan lain serta memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal dan dapat bekerja sama dengan tim
komperhensif.
83
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar. 2013. Aspek Klinis dan Tatalaksana Gagal Nafas Akut Pada Anak.
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 13 Nomor 3 Desember 2013
Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 6. 6th
Indonesian edn. Elsevier Singapore Pte Ltd
Efendi, F dan Makhfudi. 2009. Keperawatan kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Febrianto, Ardy.2013. Penatalaksanaan Fisioterapi Dada Pada Pneumonia di RSUD
Pandangarang Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Naskah
Publikasi
Firdaus, M. 2017. TRIASE. Dilihat tanggal 17 Juli 2017 pukul 22.15 WIB.
http://www.academia.edu/5296135/Dr._M_Firdaus_TRIASE
Hendra & Emil Huriani. 2011. Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada Terhadap
Kejadian Ventilator Associated Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif. NERS
JURNAL KEPERAWATAN Volume 7 No 2, Desember 2011 : 121-129
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta EGC
Hidayat, A.A & M. Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia (KDM),
Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Health Books
Publishing
Karhu, Jaana. 2014. Severe Communityacquired Pneumonia – Studies On Imaging,
Etiology, Treatment, And Outcome Among Intensive Care Patients. Journal
ISBN 978-952-62-0531-1 (PDF).ACTA Universitatis Ouluensis D Medica
1256, Finland
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 2014
Mahfudzoh, Siti. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Pneumonia di
Bbkpm Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta: Naskah Publikasi
Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta:
CV. Trans Info Media
Morton, P.G., et al. 2014. Critical care Nursing : A Holistic Approach, Vol 1 Edisi 8.
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, A.H & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
Jilid 2 Edisi Revisi. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Pedoman Rekam Medis Berorientasi Masalah. 2009. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PNEUMONIA KOMUNITI PEDOMAN
DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI INDONESIA. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia 2003
Purnamasari, Dewi. 2016. Upaya Mempertahankan Kebersihan Jalan Napas Dengan
Fisioterapi Dada Pada Anak Pneumonia. Universitas Muhammadiyah
Surakarta: Publikasi Ilmiah
Rahman, Dally dkk. 2011. Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (Vap) Pada
Klien Dengan Ventilasi Mekanik Menggunakan Indikator Clinical Pulmonary
Infection Score (CpIS. Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011, hal 126–135
Rahmawati, Fida A. 2014. Angka Kejadian Pneumonia Pada Pasien Sepsis Di ICU
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Laporan Akhir Hasil Penelitian Karya Tulis
Ilmiah. FK: Universitas Diponegoro
Rahmiati & Titis Kurniawan. 2013. VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA
DAN PENCEGAHANNYA. Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6,
Nopember 2013, hal. 263 – 318
Rekam Medik. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 2016. Jumlah Pasien
Pneumonia. Klaten: RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tidak Di
Publikasikan
Rohini, K. Patel, et al. 2015. Study Of Bacteriological And Clinical Profile In
Community Acquired Pneumonia.International Journal of Advanced Research
(2015), Volume 3, Issue 9, 1042- 1056
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Pernapasan edisi 2. Jakarta: Salemba
Ward, P.T. Jeremy, et.al. 2008. At Aglance Sistem Respirasi edisi kedua. Jakarta:
Erlangga
LAMPIRAN
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAB
MIM
NIM
Judul KTI
• NO. NAMA&TTD
Lampiran 2
!!n8u»d
|np• f
Pengaruh Mobilisasi Dan Fisioterapi Dada
Terhadap Kejadian Ventilator Associated
Pneumonia Di Unit Perawatan Intensif
Hendraa, Emil Hurianib
a
RS.Dr.M.Djamil Padang
b
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Email : hendra200954@yahoo.co.id
Abstrak : Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanik di Ruang Perawatan Intensif RS. Dr. M. Djamil terjadi peningkatan,
padahal untuk tindakan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada telah disusun standar
operasional prosedur (SOP). Diduga hal ini disebabkan oleh pelaksanaan SOP yang tidak
sepenuhnya. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh mobilisasi (ambulasi) dan
fisioterapi dada terhadap kejadian VAP pada pasien yang terpasang Ventilator di ruang
perawatan intensif RS. Dr. M. Djamil Padang. Penelitian Kuasi-eksperimen ini menggunakan
rancangan perbandingan kelompok statis, dengan jumlah responden sebanyak 20 orang.
Analisa yang dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukan
penurunan kejadian VAP pada kelompok eksperimen, namun tidak ada perbedaan yang
bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan nilai p=0.189. Perlu
peningkatan pelaksanaan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada terhadap pasien yang
terpasang ventilator untuk mencegah terjadinya Ventilator Associated Pneumonia (VAP).
Kata Kunci : mobilisasi, fisioterapi dada, Ventilator Associated Pneumonia (VAP), ventilasi
mekanik.
Pneumonia adalah suatu penyakit jamur ataupun parasit di mana alveoli paru
infeksi atau peradangan pada organ paru- yang bertanggung jawab menyerap oksigen
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, dari atmosfer dan terisi oleh cairan.
121
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129
Pneumonia (VAP) oleh Yuldanita tahun kelainan/infeksi paru yang ditandai saat
2008 di Unit Perawatan Intensif RS Dr. M. auskultasi tidak ada ronkhi, serta hasil
Djamil Padang terhadap 25 orang pemeriksaan leukosit darah dalam rentang
responden, didapatkan hasil perawat yang normal. Pasien yang mengalami penyakit
mempunyai pengetahuan tinggi tentang paru seperti; PPOK, kanker paru, TB paru
tindakan pencegahan Ventilator Asociated dan trauma pada paru tidak menjadi
Pneumonia (VAP) berjumlah 15 orang responden dalam penelitian ini.
(60%) dan yang mempunyai pengetahuan Variabel dependen dalam penelitian
rendah 10 orang (40%). Menurut Dudut ini adalah pelaksanaan mobilisasi dan
(2003), tenaga perawat harus memahami fisioterapi dada, sedangkan variabel
dan mempunyai pengetahuan tentang independen adalah kelompok yang
prinsip-prinsip dan cara pemasangan dilakukan mobilisasi (ambulasi) dan
ventilasi mekanik, operasional pemakaian fisioterapi dada sesuai dengan SOP dan
alat dan perawatan ventilasi mekanik. kelompok yang dilakukan mobilisasi dan
Menurut Hudak (1997), dalam tindakan fisioterapi dada sesuai dengan kebiasaan
perawatan ventilasi mekanik perawat harus ruangan. Mobilisasi didefinisikan menjadi
berhati-hati karena mempunyai resiko yang penggantian posisi pasien setiap dua jam
besar seperti terjadinya infeksi nosokomial yaitu, miring kiri, telentang dan miring
pneumonia. kanan. Fisioterapi dada adalah tindakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk yang dilakukan pada pasien dengan cara
menganalisa pengaruh mobilisasi dan menepuk dinding dada atau punggung
fisioterapi dada terhadap kejadian dengan tangan dibentuk seperti mangkok
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) dilanjutkan vibrasi dengan cara
pada pasien terpasang ventilasi mekanik. menggetarkan dinding dada atau punggung
pada waktu pasien mengeluarkan napas.
METODE Kejadian VAP ditandai dengan
Penelitian ini menggunakan adanya infeksi pada paru terutama Lobus
rancangan penelitian kuasi eksperimen paru bagian bawah yang terjadi akibat
dengan rancangan perbandingan kelompok pemasangan ventilasi mekanik dan setelah
statis (posttest only control group design) >48 jam intubasi. Positif bila pada
Kelompok eksperimen menerima perlakuan pemeriksaan fisik fungsi pernapasan
sesuai dengan SOP, sedangkan kelompok ditemukan ronkhi (+) dan frekuensi napas
pembanding diberikan perlakuan sesuai meningkat, hasil radiology ditemukan
dengan kebiasaan ruangan. Kegiatan infiltrat (+) lobus paru bagian bawah dan
pengumpulan data dilakukan pada bulan hasil pemeriksaan laboratorium pada
Maret – April 2011, bertempat di Unit leukosit darah >10.000. Kritaria terakhir
Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum adalah hasil kultur sputum terinfeksi.
Pusat Dr. M. Djamil Padang. Sampel dalam Kejadian VAP dinilai pada hari ketiga
penelitian ini adalah 20 pasien yang pemasangan ventilasi mekanik.
terpasang ventilasi mekanik, minimal 2 hari Analisa univariat dilakukan untuk
setelah dilakukan intubasi di Unit mengetahui distribusi frekwensi kejadian
Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum VAP pada pasien yang terpasang ventilasi
Pusat Dr. M. Djamil Padang yang dibagi mekanik. Untuk mengetahui pengaruh
menjadi 10 orang pada masing-masing intervensi, dilakukan dengan uji Mann-
kelompok intervensi dan kelompok Whitney. Untuk melihat hasil kemaknaan
pembanding. Semua responden adalah perhitungan statistik digunakan batas
pasien yang terpasang ventilator hari kemaknaan 0,05, dimana jika nilai p > 0,05
pertama dan sebelumnya tidak ada maka hasil hitungan disebut tidak bermakna.
128
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan ventilasi mekanik (Afiyah,
Berdasarkan tabel 1 didpatkan 2009).
responden kelompok kontrol sebagian Potter dan Perry (2006)
besar berumur antara 20 – 39 tahun mengatakan sekret yang menetap
sebanyak 5 orang (50%), dan sebagian menumpuk di bronkus dan paru
kecil berumur antara 60 – 79 tahun menyebabkan pertumbuhan bakteri yang
sebanyak 1 orang (10%) (Tabel 1). Disisi selanjutnya berkembang menjadi
lain, responden kelompok intervensi pneumonia. Infeksi pulmonal tetap
sebagian besar berumur antara 40 – 59 berkembang meskipun dilakukan
tahun sebanyak 5 orang (50%), dan intervensi untuk pencegahannya. Sekret
sebagian kecil berumur antara 20 – 39 dapat dikurangi dengan mengubah posisi
tahun sebanyak 2 orang (20%). Jumlah klien setiap 2 jam, sedangkan fisioterapi
responden yang berjenis kelamin laki-laki dada adalah metoda efektif untuk
dan perempuan dari kelompok kontrol dan mencegah sekret pulmonal dan
intervensi adalah sama yaitu: laki-laki mengalirkan sekret dari segmen paru
sebanyak 7 orang (70%), dan perempuan tertentu dari bronkus dan paru menuju
sebanyak 3 orang (30%). Responden pada trakhea.
kelompok kontrol yang diagnosa Post Mobilisasi (ambulasi) yang
craniotomi didapatkan 7 orang (70%), dan dilakukan pada pasien yang terpasang
masing-masing 1 orang (10%) dengan ventilasi mekanik pada kelompok
diagnosa Post Laparatomi, Post intervensi seperti posisi miring ke kiri,
Thyroidectomi, dan gagal nafas. posisi telentang dan posisi miring ke
Sebaliknya, pada kelompok intervensi kanan. Mobilisasi ini dilakukan setiap 2
yang terbanyak adalah pasien dengan jam sebanyak 3 kali sehari sebelum makan
diagnosa post Laparatomi didapatkan 5 dan disesuaikan dengan jadwal makan
orang (50%), dan masing-masing 2 orang pasien. Tujuan dari mobilisasi antara lain:
(20%) dengan diagnosa Post craniotomi mempertahankan fungsi tubuh,
dan Post Thyroidectomi, serta pasien memperlancar peredaran darah, membantu
dengan diagnosa Post Radikal sistostomi pernapasan menjadi lebih baik,
didapatkan 1 orang (10%). mempertahankan tonus otot,
Perlakuan yang didapat oleh mengembalikan aktivitas tertentu sehingga
responden pada kelompok kontrol pasien dapat kembali normal atau dapat
berdasarkan hasil observasi menunjukkan memenuhi kebutuhan gerak harian (Suzan,
bahwa dalam melakukan tindakan 2004).
mobilisasi (ambulasi) seperti miring ke Pengaruh yang bisa terjadi akibat
kiri, dan miring ke kanan hanya sekali imobilisasi salah satunya pada sistem
dalam sehari ketika pagi hari selesai pernapasan, paru-paru akan terjadi
memandikan pasien. Selanjutnya, tindakan atelektasis dan pneumonia. Perubahan
fisioterapi dada dimulai bila sudah adanya posisi pasien minimal setiap 2 jam
tanda-tanda penumpukan sekret. memungkinkan area paru untuk kembali
Fisioterapi dada yang sering dilakukan mengembang. Pengembangan kembali
hanya penepukan, dan penghisapan lendir. mempertahankan elastisitas rekoil paru
Fisioterapi dada dapat mengembalikan dan dan kebersihan area paru dari sekresi
memelihara fungsi otot-otot pernafasan pulmonal. Posisi miring membantu
serta membantu membersihkan sekret pada menghilangkan tekanan pada punggung
bronkhus dan untuk mencegah dan tumit untuk individu yang tidak dapat
penumpukan sekret pasien yang turun dari tempat tidur atau tirah baring
(Potter & Perry, 2006).
Fisioterapi dada dilakukan pada thorak pada waktu batuk dan merangsang
waktu pertukaran dinas pagi ketika terjadinya batuk. Postural drainase (PD)
memandikan pasien seperti; penepukkan, merupakan salah satu intervensi untuk
menggetarkan, posisi drainase, dan melepaskan sekresi dari berbagai segmen
penghisapan. Penepukkan dada meliputi paru dengan menggunakan pengaruh gaya
pengetokan dinding dada dengan kedua gravitasi. Tujuan dari posisi drainase ini
tangan yang dibentuk seperti mangkok supaya tidak terjadi penimbunan sekresi
dengan memfleksikan jari tangan dan didalam paru-paru dan mencegah
meletakkan ibu jari bersentuhan dengan terjadinya collaps dari alveoli karena
jari telunjuk. Penepukkan dinding dada broncheolus tertutup sekresi. Indikasi
secara mekanis melepaskan sekret yang posisi drainase: pasien sesudah operasi
ada pada segmen paru. Posisi pasien dengan retensi sputum, bronkho
tergantung pada segmen paru yang akan pneumonia, pasien tidak sadar, nafas
dilakukan penepukkan. Penepukkan dangkal dan reflek batuk tidak adekuat.
dilakukan selama 3-5 menit setiap posisi. Penghisapan lendir merupakan
Menggetarkan merupakan tindakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
yang dilakukan dengan cara meletakkan membersihkan jalan nafas dengan cara
tangan bertumpang tindih pada dada memasukan kateter suction melalui mulut,
dengan dorongan bergetar dan dilakukan hidung atau jalan nafas (OTT,NTT,ETT).
hanya pada waktu pasien mengeluarkan Tujuan dari penghisapan antara lain: untuk
nafas atau saat ekspirasi. Tujuannya untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi
mendorong keluar sekresi yang tertimbun retensi sputum, merangsang batuk, dan
dengan bantuan menggetarkan dinding mencegah terjadinya infeksi paru.
berarti terlihat tidak ada perbedaan yang Hasil penelitian dengan uji Mann-
signifikan rata – rata kejadian Ventilator Whitney didapatkan hasil uji statistik
Associated Pneumonia (VAP) pada dimana nilai p= 0,189 (>0,05). Sesuai
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. dengan aturan keputusan hipotesis statistik
Pada empat orang responden yang berarti Ha di tolak dan Ho di terima, berarti
mengalami Ventilator Associated terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan
Pneumonia (VAP) positif, dua diantara kejadian Ventilator Associated Pneumonia
responden yaitu lanjut usia, beberapa (VAP), antara mobilisasi (ambulasi) dan
kemungkinan yang terjadi pada lanjut usia fisioterapi dada yang dilakukan sesuai
akan mengalami perubahan-perubahan dengan kebiasaan ruangan dengan
fungsi, diantaranya meliputi keterbatasan mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada
ventilasi paru, dan tidak stabilnya yang dilakukan sesuai dengan konsep teori.
vasomotor. Hospitalisasi dan tirah baring Tidak adanya perbedaan yang bermakna ini
melapiskan beberapa faktor seperti menjadi dapat terjadi karena pelaksanan tindakan
imobilisasi dan kehilangan sensori (Potter & mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada
Perry, 2006). Ada dua responden kelompok yang dilakukan sesuai dengan kebiasaan
intervensi yang mengalami Ventilator ruangan sudah sesuai dengan Standar
Associated Pneumonia (VAP) positif terjadi Operasional Prosedur (SOP) Rumah sakit
karena diagnosa penyakit pasca operasi yang acuannya pada konsep dan teori yang
yang besar. Sebagian dari pneumonia sudah ada, tapi frekuensi tindakannya tidak
nosokomial terjadi sesudah operasi, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
terutama bila ventilasi mekanik diperlukan Pada penelitian ini secara uji statistik
paska bedah. Pasien dengan ventilator, tidak ada perbedaan yang signifikan
misalnya mempunyai 6-12 kali resiko lebih kejadian Ventilator Associated Pneumonia
tinggi mendapat pneumonia nosokomial dari (VAP), antara kelompok kontrol dengan
pada pasien tanpa ventilator (Bossemeyer, kelompok intervensi, namun demikian
2004). Pada pasien bedah alasan utama jumlah responden VAP ada penurunan pada
untuk ventilasi mekanik adalah menurut kelompok intervensi dari 7 berkurang
jenis operasi, sedangkan pada pasien medik menjadi 4. Terjadi karena pelaksanan
biasanya berhubungan dengan penyakit tindakan mobilisasi (ambulasi) dan
pasien, resiko pneumonia bacterial fisioterapi dada yang dilakukan sesuai
nosokomial pasca bedah jantung dan paru dengan kebiasaan ruangan sudah sesuai
(misalnya by pass jantung dan reseksi paru) dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
adalah 38 kali lebih besar dari operasi Rumah sakit yang acuannya pada konsep
ditempat lain (CDC 1994 cit Tietjen, 2004). dan teori yang sudah ada.
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Kejadian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi di Ruang Intensif RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Kejadian Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
VAP Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Positif 7 70 4 40
Negatif 3 30 6 60
Jumlah 10 100 10 100
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari mobilisasi seperti miring kiri, telentang
maka peneliti menyimpulkan bahwa dan miring kanan, sedangkan fisioterapi
mobilisasi (ambulasi) dan fisioterapi dada dada dimulai dari penepukkan,
dilakukan harus secara berurutan dimulai
129
menggetarkan, posisi drainase dan
129
NERS JURNAL KEPERAWATAN VOLUME 7, No 2, Desember 2011 : 121-129
129