Dokumen - Tech Buku Standardisasi Stasiun 2012
Dokumen - Tech Buku Standardisasi Stasiun 2012
TENTANG
STANDARDISASI STASIUN 2012
PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
MEMUTUSKAN
KESEMBILAN : Pada masa transisi, stasiun yang belum ada penataan baru atau belum
direnovasi, diperbolehkan untuk belum memenuhi Pedoman
Standardisasi Stasiun ini.
KESEPULUH : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : BANDUNG
PADA TANGGAL : 12 JANUARI 2012
A.n. DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
DIREKTUR UTAMA
IGNASIUS JONAN
NIPP. 63621
Tembusan Yth :
1. Komisaris PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Jakarta
2. Para Managing Director PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
3. Para EVP PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
4. Komite Eksekutif PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
5. Para VP Kepala Divisi PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Maksud dan Tujuan 1
1.2. Sistematika Penyusunan 1
1.3. Ketentuan Penerapan 2
ii
3.6. Furnitur 47
3.7. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran 49
3.8. Perangkat Keamanan 53
DAFTAR PUSTAKA x
iii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4-1. Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun 66
iv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3-8. Tipikal Neon Box Nama Stasiun (Tampak dari Jalan 26
Raya/Samping dan Dalam Stasiun
Gambar 3-9. Tipikal Papan Nama Stasiun (di Ujung Peron Stasiun) 26
Gambar 3-13. Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan 30
Khusus
Gambar 3-14. Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar 30
v
Gambar 3-20. Tipikal Neon Box Peringatan dan Larangan 34
vi
Gambar 4-4. Ukuran Putar Kursi Roda 59
Gambar 4-6. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan 60
Non Elektrifikasi
Gambar 4-8. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda 61
Gambar 4-9. Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda 62
vii
Gambar 4-28. Tipikal Ruang Toilet 76
Gambar 4-50. Ruang Bebas Pintu Satu Daun dengan Posisi Berbelok 98
viii
Gambar 4-53. Pegangan Pintu yang Direkomendasikan 100
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 2
Bab V Penutup
Pada bab penutup diuraikan beberapa hal yang dapat dijadikan
kesimpulan dan saran yang diperlukan bagi penyempurnaan
pedoman ini.
PELAYANAN STASIUN
Untuk penerapan Jenis media informasi sesuai dengan kelas stasiun dapat
dilihat dalam tabel 2-1. berikut.
4
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 5
Tabel 2-1.
Penerapan Jenis Media Informasi Pada Kelas Stasiun
Kelas Stasiun
No. Jenis Media
Besar Sedang Kecil
1. Visual
Led Display Ada ## ##
Monitor Ada Ada ##
Neon Box Ada Ada Ada
Papan Informasi/Board Ada Ada Ada
2. Audio Ada Ada Ada
3. Audio Visual
Untuk Stasiun besar, sedang dan stasiun komuter harus menyediakan tempat
atau ruangan khusus pelayanan informasi (Information Centre) yang dapat
dimanfaatkan oleh penumpang, yang terdiri dari minimal 2 petugas informasi
yang beroperasi tiap hari yang sesuai dengan jadwal operasional kereta api di
stasiun, dengan kelengkapan meliputi minimal 1 set komputer dan brosur
jadwal operasional kereta api.
(Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab IV. Perangkat Stasiun)
Penjualan tiket
Pemesanan tiket
Pembatalan dan penukaran tiket
Informasi harga tiket
Informasi ketersediaan tempat duduk
Layanan elektronic payment
Tabel 2-2.
Pelayanan Ticketing
Di stasiun harus ada penempatan assembly point yaitu papan informasi agar
jika terjadi bencana, penumpang dapat langsung menuju tempat berkumpul
darurat yaitu di assembly point. Penempatan assembly point menyesuaikan
kondisi stasiun dimana dalam penempatannya harus memperhatikan :
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 9
Tabel 2-3.
Keamanan Stasiun
Untuk sterilisasi dari kemungkinan bahaya ancaman senjata tajam, senjata api
dan bahan peledak, maka untuk stasiun kelas besar harus dilengkapi metal
detector, walktrough detector dan inspection mirror.
Tabel 2-4.
Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun
Kelas Stasiun
No Keterangan
Besar Sedang Kecil
1 Minimal Jumlah Toilet Pria 6 kamar Pria 5 kamar Pria 2 kamar
Normal Wanita 6 kamar Wanita 5 kamar Wanita 2 kamar
digunakan oleh minimal 4 orang pria dan 4 orang wanita untuk stasiun
besar, 4 orang pria/wanita untuk stasiun sedang dan kecil.
Tabel 2-5.
Fasilitas Ruang Tunggu
Ruang Tunggu Ruang Tunggu Ruang Tunggu
No Keterangan
VIP Eksekutif Umum
1 Kamar Mandi Ada - -
2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada
3 Televisi Ada Ada Ada
4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa
5 Meja Ada Ada -
6 Pendingin udara Ada Ada -
7 Kipas Angin - - ##
Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 12
Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan ini
harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan terhadap
penumpang bisa optimal.
TITAM adalah layanan Tiket terpadu antar moda dimana penumpang dapat
menikmati layanan tiket tunggal yang dapat dipakai dua hingga tiga jenis
transportasi sekaligus sehingga penumpang kereta api yang akan melanjutkan
perjalanan dengan bus atau kapal tidak perlu membeli tiket berkali-kali.
Counter Hotel & Travel adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat
memilih layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.
Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke dalam
kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan dikoordinasikan oleh Petugas
stasiun agar keberadaannya dapat membantu penumpang dan
memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam stasiun atau sebaliknya.
Pelayanan ini dapat berupa kursi roda, dan prioritas untuk menggunakan lift
pada stasiun. Ramp harus tersedia di semua kelas stasiun yang didesain
sesuai dengan kebutuhan untuk membantu memudahkan penyandang cacat
dan lansia naik peron sehingga bisa dengan mudah masuk ke dalam kereta.
Penumpang yang
akan naik KA
Penumpang yang
turun dari KA
Gambar 2-1
Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 17
Gambar 2-2
Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 18
2.8.2.2. Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di Area Parkir
atau Depan Stasiun
Area parkir maupun depan stasiun harus diatur arah sirkulasi kendaraan
maupun pejalan kaki sedemikian rupa sehingga :
PERANGKAT STASIUN
Perangkat dan instalasi pendukung bangunan stasiun merupakan alat dan juga
instalasi yang tersedia di stasiun sebagai sarana pendukung bangunan stasiun agar
pelayanan kepada pengguna bisa optimal sesuai dengan fungsinya. Perangkat dan
instalasi pendukung yang di maksud meliputi :
19
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 20
Gambar 3-1.
Tipikal Neon Box Gantung
Gambar 3-2.
Tipikal Neon Box Tempel
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 22
Warna yang digunakan untuk tulisan, tanda gambar, garis pembatas dan
latar belakang pada media informasi dibedakan berdasarkan sifat informasi
yang disampaikan seperti yang dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3-1.
Kombinasi Warna pada Media Informasi
Kombinasi Warna
No. Media Informasi Tulisan, Tanda
Latar
Gambar, Garis
Belakang
Pembatas
1. Informasi yang Bersifat Umum Biru Putih
(General), seperti nama gedung,
nama ruang, penunjuk arah Putih Biru/Hitam
Hijau Putih
2. Informasi yang Bersifat Peringatan
(Warning), seperti peringatan hati- Kuning Hitam
hati saat melintas jalu KA
3. Informasi yang Bersifat Larangan
Merah Hitam
(Prohibition), seperti larangan
merokok, larangan memasuki area
Putih Merah/Hitam
tertentu
4. Informasi yang Bersifat Khusus,
seperti tabel informasi layanan KA, Disesuaikan dengan kebutuhan dengan
informasi komersial, sambutan, kombinasi warna yang berbeda dengan
ucapan selamat hari raya. informasi umum, peringatan dan larangan
Tabel 3-2.
Spesifikasi Warna pada Media Informasi
Spesifikasi Warna
No. Nama Warna
dalam Format RGB
1. Biru (0, 101, 170)
2. Merah (218, 37, 29)
3. Kuning (255, 192, 0)
4. Hijau (0, 150, 70)
5. Putih (255, 255, 255)
6. Hitam (0, 0, 0)
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 23
Gambar 3-3.
Tipikal Tanda Gambar pada Media Informasi
Tanda gambar diatas merupakan tipikal yang akan dipakai sebagai media
informasi yang ada di stasiun yang digunakan menurut kebutuhan stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 24
Gambar 3-4.
Tipikal Speaker Indoor
Gambar 3-5.
Tipikal Speaker Outdoor
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 25
Gambar 3-6.
Tipikal Media Audio Visual
Gambar 3-7.
Tipikal Media Audio Visual
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 26
Gambar 3-8.
Neon Box Nama Stasiun
(Tampak dari Jalan Raya/Samping dan Dalam Stasiun)
Gambar 3-9.
Papan Nama Stasiun ( di Ujung Peron Stasiun)
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 27
Untuk depan dan samping stasiun dipakai jenis neon box, sedang untuk diperon
cukup papan nama stasiun. Tebal neon box depan stasiun 30 cm sedang samping
stasiun 25 cm. Nilai “x” ditentukan untuk mencari panjang dan tinggi sehingga besar
tulisan dan logo tetap proporsional. Panjang dan tinggi menyesuaikan kondisi dan
besarnya bangunan stasiun. Misal x=5, maka tinggi= 3*5+6*5+4*5+3*5=80cm.
Gambar 3-10.
Tipikal Neon Box Pembagian Zona
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 28
Gambar 3-11.
Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 29
Gambar 3-12.
Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 30
Gambar 3-13.
Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan Khusus
Gambar 3-14.
Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 31
Gambar 3-15.
Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA (4 muka)
Gambar 3-16.
Tipikal Neon Box Arah ke Tempat Pelayanan Umum
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 32
Gambar 3-17.
Tipikal Neon Box Assembly Point
Gambar 3-18.
Tipikal Jam/Penunjuk Waktu
Gambar 3-19.
Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA
Gambar 3-20.
Informasi Peringatan dan Larangan
Call Center 121 adalah media informasi kereta api melalui telepon umum
yang dilakukan secara terpusat .
Untuk di stasiun cukup diberikan papan informasi dalam bentuk Display,
Neon Box, atau Papan/Board yang memberikan informasi adanya pelayanan
call center 121 dan web site kereta-api.co.id agar calon penumpang atau
penumpang dapat mengaksesnya untuk memperoleh informasi tentang KA
termasuk booking tempat duduk kereta api.
Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu
operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan
dengan kondisi stasiun.
3.3.1. Eskalator
Eskalator atau tangga jalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa
konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang
dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau
rantai yang digerakkan oleh motor.
Eskalator harus disediakan di stasiun besar dengan bangunan minimal 2
lantai dengan memperhatikan hal-hal :
Eskalator harus mempunyai 2 jalur yaitu naik dan turun.
Minimal lebar eskalator bisa untuk 2 orang.
3.3.2. Lift
Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di
dalam bangunan, baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat
maupun yang merangkap sebagai lift barang.
a. Persyaratan pemakaian dan penempatan Lift :
1) Untuk bangunan lebih dari 3 lantai paling tidak satu buah lift yang
aksesibel harus terdapat pada jalur aksesibel dan memenuhi
standar teknis yang berlaku.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 36
3) Koridor/lobby lift
4) Ruang lift
a) Ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda,
mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar,
menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift.
Ukuran bersih minimal ruang lift adalah 140cm x 140cm.
b) Ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
menerus pada ketiga sisinya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 37
5) Pintu lift
a) Waktu minimum bagi pintu lift untuk tetap terbuka karena
menjawab panggilan adalah 3 detik.
b) Mekanisme pembukaan dan penutupan pintu harus sedemikian
rupa sehingga memberikan waktu yang cukup bagi penyandang
cacat terutama untuk masuk dan keluar dengan mudah. Untuk
itu lift harus dilengkapi dengan sensor photo-electric yang
dipasang pada ketinggian yang sesuai.
Gambar 3-21.
Ukuran Minimal Lift yang Dijinkan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 38
Gambar 3-22.
Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 39
Gambar 3-23.
Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat Timbul
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 40
Gambar 3-24.
Tipikal Indikator dan Denah Ruang Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 41
Gambar 3-25.
Tipikal Perspektif Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 42
Panel dan peralatan listrik adalah material untuk mengalirkan energi listrik
sehingga peralatan listrik yang ada dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
𝐸𝑥𝐴
N=
(𝐹𝑥𝑈𝑥𝐿𝐿𝐹)
Dimana:
N = jumlah lampu
E = level illuminasi (lihat tabel X)
A = luas working plane (m2)
F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor (ditetapkan 0,6 untuk wilayah stasiun)
LLF= Loss Light Factor (maintenance-index ) lihat tabel
Tabel 3-3.
Level Illuminasi
Level Illuminasi
No Jenis Ruang
(Lux)
1 Ruang Operasional 200
2 Ruang Publik 200
3 Hall dan Ruang Tunggu Umum 250
4 Emplasemen dan Tempat 200
Parkir
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 44
Tabel 3-4.
Nilai LLF
No Jenis Ruang Nilai LLF
1 Kantor ber AC 0,8
2 Industri Bersih 0,7
3 Industri Kotor 0,6
Dimana :
Standar Panas Ruangan 1 m2 = 500 Btu/hr (British thermal Unit/hour)
Tinggi rata-rata ruangan diambil 3 m
½ pk setara dengan 5.000 Btu/hr
¾ pk setara dengan 7.000 Btu/hr
1 pk setara dengan 9.000 Btu/hr
1 ½ pk setara dengan 12.000 Btu/hr
2 pk setara dengan 18.000 Btu/hr
2 ½ pk setara dengan 24.000 Bru/hr
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 45
Instalasi air dalam bangunan stasiun harus direncanakan dengan baik agar
dapat memenuhi kebutuhan yang ada di dalam bangunan stasiun. Instalasi air
minimal harus terdapat :
Pompa air digunakan untuk mengangkat air dari dalam tanah ke permukaan
tanah atau menaikkan air ke bak penampungan atau torn. Penggunaan
pompa air disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun, apakah
menggunakan penggerak motor diesel, bensin atau listrik.
Untuk melindungi pompa air dari pencurian dan pengaruh cuaca harus
dibuatkan rumah pompa yang besarnya bisa menyesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan stasiun.
Bak penampungan air yang ada di stasiun harus dibuat lebih tinggi agar
kebutuhan air di semua bagian bangunan stasiun terpenuhi, sehingga juga
perlu direncanakan besarnya kapasitas bak penampungan air sesuai dengan
kebutuhan air yang ada di stasiun.
3.5.2. Plumbing
Sistem pembuangan limbah yang berasal dari dari toilet atau kamar
mandi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap stasiun.
d. Septic Tank
3.6. Furnitur
Gambar 3-26.
Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional KS
Gambar 3-27.
Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional Staff
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 48
Gambar 3-28.
Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu VIP
Gambar 3-29.
Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Eksekutif
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 49
Gambar 3-30.
Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Umum
Gambar 3-31.
Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 50
Gambar 3-32.
Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 51
Gambar 3-33.
Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor
b. Hydrant Pillar
Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung
disalurkan ke mobil Pemadam Kebakaran agar Pemadam Kebakaran
dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini
diletakkan di bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya
disesuaikan dengan luas gedung stasiun.
Gambar 3-34.
Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 52
Gambar 3-35.
Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua
Pada stasiun besar jika dibutuhkan maka harus dilengkapi sistem pemadam
kebakaran dengan sistem sprinkle agar kebakaran dapat diminimalkan dan
mencegah kebakaran yang lebih besar.
Gambar 3-36.
Tipikal Sistem Sprinkler
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 53
Sistem fire alarm adalah metode alarm yang langsung dinyalakan dengan
cara menarik saklar/handel box pemadam kebakaran dan saat itu juga alarm
kebakaran akan berbunyi dan sistem sprinkler langsung menyala, alarm ini
terkoneksi dengan kantor pemadam kebakaran sehingga petugas kebakaran
bisa langsung mengetahui lokasi kebakaran.
Gambar 3-37.
Tipikal Sistem Fire Alarm
Perangkat CCTV harus disediakan di semua stasiun besar dan stasiun sedang.
Sementara untuk stasiun kecil, perangkat CCTV harus disediakan jika stasiun
tersebut merupakan stasiun komuter.
Gambar 3-38.
Tipikal Perangkat CCTV
56
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 57
Ukuran dasar ruang tiga dimensi yang meliputi panjang, lebar dan tinggi,
digunakan sebagai pedoman untuk mendesain bangunan sehubungan dengan
pemenuhan asas aksesibilitas pada bangunan.
Ukuran dasar ruang di stasiun mengacu kepada dua ukuran dasar sebagai
berikut:
a. Ukuran Dasar Umum, yang meliputi ukuran tubuh manusia dewasa,
peralatan yang digunakan, ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya.
b. Ukuran Dasar Khusus, yang disesuaikan dengan ukuran sarana dan
prasarana perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang
dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan sarana sehubungan dengan
kegiatan operasional kereta api di stasiun.
Gambar 4-1.
Ukuran Umum Orang Dewasa
Gambar 4-2.
Ruang Gerak Bagi Tuna Netra
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 59
Gambar 4-3.
Ukuran Kursi Roda
Gambar 4-4.
Ukuran Putar Kursi Roda
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 60
Gambar 4-5.
Belokan dan Papasan Kursi Roda
Gambar 4-6.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan Non Elektrifikasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 61
Gambar 4-7.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung
Gambar 4-8.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 62
Gambar 4-9.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda
Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut. Secara umum,
pembagian ruang di stasiun berdasarkan fungsinya meliputi:
a. Ruang untuk Kegiatan Pokok
b. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 63
Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan
kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi menjadi dua
bagian utama, yaitu:
a. Ruang Petugas Operasional, yang meliputi:
1) Ruang Kepala Stasiun (KS), yaitu ruang yang diperuntukan bagi
Kepala Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur
kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.
2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS), yaitu ruang dinas Wakil Kepala
Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.
3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA), yaitu ruangan
khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi petugas
untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis, serta
bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai
untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan oleh
PPKA.
4) Ruang Pengawas Peron (PAP), yaitu ruang pengawas petugas
stasiun yang berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta
dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk
memberika layanan informasi melalui pengeras suara kepada calon
penumpang kereta api.
5) Ruang Keuangan, yaitu ruang yang mempunyai fungsi utama
sebagai ruang administrasi dan perbendaharaan stasiun.
6) Ruang Serbaguna, yaitu ruang yang disediakan untuk menunjang
operasional stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan
petugas.
7) Ruang Peralatan, yaitu ruang yang disediakan untuk menyimpan
alat-alat yang digunakan untuk keperluan stasiun misal alat
kebersihan, dan sebagainya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 64
8) Ruang UPT Kru KA, yaitu ruang yang disediakan bagi Kru KA yang
berdinas untuk menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
9) Ruang Istirahat Kru KA, yaitu ruang khusus istirahat yang dilengkapi
dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan atau selesai
berdinas sehingga kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.
10) Ruang Petugas Keamanan, yaitu ruang petugas keamanan stasiun
yang disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi petugas
keamanan termasuk tempat untuk istirahat petugas keamanan
stasiun.
11) Ruang Petugas Kebersihan, yaitu ruang yang disediakan bagi
petugas kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan
tugasnya di stasiun.
Setiap ruang di stasiun memiliki ukuran tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang berada di dalamnya. Penentuan ukuran ruang harus
mempertimbangkan berbagai hal sehubungan dengan kapasitas, utilitas,
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
ruangan.
Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat
dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
L = 0,64 m2/orang x V x LF
Penentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang dan jasa
pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya menyangkut
jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap memenuhi aspek-aspek
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
Tabel 4-1.
Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun
Gambar 4-10.
Tipikal Ruang Kepala Stasiun
Gambar 4-11.
Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 68
Gambar 4-12.
Tipikal Ruang PPKA
Gambar 4-13.
Tipikal Ruang PAP
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 69
Gambar 4-14.
Tipikal Ruang Keuangan
Gambar 4-15.
Tipikal Ruang Serbaguna
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 70
Gambar 4-16.
Tipikal Ruang Peralatan
Gambar 4-17.
Tipikal Ruang UPT Kru KA
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 71
Gambar 4-18.
Tipikal Ruang Istirahat Kru KA
Gambar 4-19.
Tipikal Ruang Petugas Keamanan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 72
Gambar 4-20.
Tipikal Ruang Petugas Kebersihan
Gambar 4-21.
Tipikal Ruang Hall
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 73
Gambar 4-22.
Tipikal Ruang Loket
Gambar 4-23.
Tipikal Ruang Informasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 74
Gambar 4-24.
Tipikal Ruang Tunggu VIP
Gambar 4-25.
Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 75
Gambar 4-26.
Tipikal Ruang Tunggu Umum
Gambar 4-27.
Tipikal Ruang Kesehatan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 76
Gambar 4-28.
Tipikal Toilet
Gambar 4-29.
Tipikal Mushola
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 77
Gambar 4-30.
Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 78
Tabel 4-2.
Standar Warna Dinding Eksterior
Bangunan Stasiun Heritage dan Non Hertage
Bangunan Bangunan
Jenis Warna
Non Heritage Heritage
Putih
(kode 2290M Brilliant White Putih
merk Dulux / setara); (kode 2290M Brilliant White
Warna Dasar
Krem merk Dulux / setara)
(kode 44518 Ruby Sand
merk Dulux / setara)
Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Tua Gradasi Warna Abu Tua
Oranye
(kode 43044 Teracotta
Oranye
Aksen Warna (bila merk Dulux / setara);
(kode 43044 Teracotta
diperlukan) Abu Tua
merk Dulux / setara)
(kode 30GG 52/011 Frost Grey
merk Dulux / setara)
- cat weathershield,
- daya sebar teoritis 12-13 m2/liter/lapis,
- masa pengeringan 2-3 jam sebelum lapisan berikutnya,
- pengenceran 10% untuk permukaan acian.
Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah warna
terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan desain.
Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya juga disesuaikan
dengan kebutuhan desain.
Bangunan stasiun perlu dicat kembali setiap periode waktu tertentu, seperti
dijelaskan pada Tabel 4-3.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 80
Tabel 4-3.
Periode Pengecatan Kembali
4.6. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta
api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron
rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di
antara dua jalur (island platform).
Tabel 4-4.
Ukuran Teknis Peron
Jenis Peron
No. Uraian
Tinggi Sedang Rendah
1 Tinggi Peron, diukur dari kepala rel
100 cm 43 cm 18 cm
sampai dengan lantai peron
2 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel Lurus 160 cm
3 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel 135 cm 120 cm
165 cm
Lengkung
4 Lebar Minimal untuk Peron di Antara Dua
200 cm 250 cm 280 cm
Jalur KA (Island Platform)
5 Lebar Minimal untuk Peron di Tepi Jalur
165 cm 190 cm 205 cm
KA (Side Platform)
6 Jarak Garis Batas Aman, diukur dari sisi
35 cm 600 cm 750 cm
tepi luar peron ke arah as peron
7 Panjang Peron disesuaikan dengan rangkaian terpanjang
KA penumpang yang beroperasi
0,64 m2/orang x V x LF
b =
l
Gambar 4-31.
Potongan Melintang PeronTinggi
Gambar 4-32.
Potongan Melintang Peron Rendah
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 83
c. Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang harus
dilengkapi dengan ramp sehingga aksesibel bagi penyandang cacat dan
memudahkan bagi orang yang membawa barang dengan alat bantu
angkut beroda.
d. Warna untuk material lantai yang digunakan adalah warna abu-abu tua
yang merupakan warna natural dari material beton, batu atau jalan
aspal. Sedangkan untuk garis tanda batas aman peron digunakan warna
putih.
Jalur pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di stasiun dirancang
berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tidak
terhalang sehubungan dengan aktifitas pelayanan dan penggunaan jasa
angkutan kereta api di stasiun.
a. Permukaan Lantai
Permukaan lantai harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tapi
tidak licin. Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan
lantai harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh lebih
dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya harus
menggunakan konstruksi yang permanen.
b. Kemiringan Lantai
Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak maksimal
900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.
c. Pencahayaan
Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 85
d. Drainase
Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5
cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.
e. Ukuran
Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari
halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan, lubang
drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang menghalangi.
g. Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah jalur digunakan untuk memandu penyandang cacat
untuk berjalan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan peringatan.
Gambar 4-33.
Prinsip Desain Jalur Pedestrian
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 87
4.8. Tangga
Gambar 4-34.
Tipikal Tangga
Gambar 4-35.
Pegangan Rambat pada Tangga
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 89
Gambar 4-36.
Desain Profil Tangga
Gambar 4-37.
Detail Pegangan Rambat Tangga
Gambar4-38.
Detail Pegangan Rambat pada Dinding
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 90
4.9. Ramp
Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang memiliki
kemiringan tertentu. Ramp digunakan sebagai jalur alternatif bagi orang yang
tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga.
d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran suatu ramp harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar
kursi roda dengan ukuran minimum 160 cm.
Gambar 4-39.
Tipikal Ramp
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 92
Gambar 4-40.
Bentuk-Bentuk Ramp
Gambar 4-41.
Kemiringan Ramp
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 93
Gambar 4-42.
Pegangan Rambat pada Ramp
Gambar 4-43.
Kemiringan Melintang Ramp
Gambar 4-44.
Pintu di Ujung Ramp
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 94
Gambar 4-45.
Ramp untuk Trotoar
Gambar 4-46.
Detail Ramp pada Trotoar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 95
Gambar 4-47.
Bentuk Ramp yang Direkomendasikan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 96
4.10. Pintu
Pintu adalah bagian dari tapak bangunan atau ruang yang merupakan tempat
untuk masuk dan keluar yang pada umumnya dilengkapi dengan penutup
berupa daun pintu.
j. Diperlukan plat tendang di bagian bawah pintu bagi pengguna kursi roda
dan orang yang menggunakan tongkat tuna netra.
Gambar 4-48.
Pintu Gerbang Pagar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 98
Gambar 4-49.
Ruang Bebas Pintu Satu Daun
Gambar 4-50.
Ruang Bebas Pintu Satu Daun dengan Posisi Berbelok
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 99
Gambar 4-51.
Ruang Bebas Pintu Dua Daun
Gambar 4-52.
Daun Pintu dengan Plat Tendang
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 100
Gambar 4-53.
Pegangan Pintu yang Direkomendasikan
Gambar 4-54.
Pintu pada Portal
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 101
a. Ruangan toilet untuk pria didesain terpisah dengan ruangan toilet untuk
wanita. Pemisahan ini juga termasuk pemisahan akses menuju ruangan
masing-masing dengan pintu masuk terpisah.
b. Masing-masing toilet dilengkapi dengan tanda toilet pria/wanita pada
bagian luar ruangan.
c. Wastafel sebaiknya menggunakan kran ungkit.
d. Lantai menggunakan material yang tidak licin.
e. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk dianjurkan untuk disediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.
Ukuran dan penerapan standar untuk toilet yang didesain aksesibel bagi
penyandang cacat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.
Gambar 4-55.
Ukuran Sirkulasi Masuk
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 103
Gambar 4-56.
Tinggi Perletakan Kloset
Gambar 4-57.
Ruang Gerak di Dalam Toilet
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 104
Gambar 4-58.
Simulasi Pergerakan di Toilet
Gambar 4-59.
Kran Wudlu bagi Penyandang Cacat
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 105
c. Area parkir harus dilengkapi penunjuk arah, rambu lalu-lintas dan marka
jalan yang dibutuhkan, seperti penunjuk arah menuju hall stasiun, marka
jalan penunjuk arah jalur kendaraan, rambu dilarang parkir di tempat-
tempat tertentu dan rambu-rambu penunjuk atau larangan berbelok.
Rambu dan marka jalan mengikuti standar yang dipakai oleh Departemen
Perhubungan.
d. Pintu gerbang masuk area parkir harus dipisahkan dengan pintu gerbang
keluar agar tidak terjadi perpotongan sirkulasi arus kendaraan.
g. Posisi mobil satu sama lain dibatasi oleh palang yang tingginya sekitar 10
cm seperti yang terlihat pada Gambar 4-62. Pembatas ini berfungsi
menghentikan roda mobil agar tidak berbenturan dengan mobil lain yang
berada di belakangnya.Penempatan tempat parkir di depan dinding dapat
menggunakan papan bantalan dengan bahan karet pada dinding di
belakang mobil.
Gambar 4-60.
Ukuran Mobil Pribadi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 107
[a] Parkir paralel pada satu jalur [b] Parkir dengan sudut 30° hanya [c] Parkir dengan sudut 45° hanya
kendaraan dari satu arah dari satu arah
[d] Parkir dengan sudut 60° hanya dari [e] Parkir dengan sudut 90° [f] Parkir dengan sudut 90°
satu arah dari dua arah, lebar 2,5 m dari dua arah, lebar 2,3 m
[g] Parkir dengan sudut 45° hanya dari [h] Parkir dengan sudut 45°’ hanya [i] Parkir dengan sudut 60°’ dari
satu arah dari satu arah (pengembangan) satu arah
[j] Parkir dengan sudut 90’ dari dua [k] Susunan diagonal untuk parkir
arah, lebar jalan 5,5 m, lebar parkir 2,5 dengan sudut 45’ dari satu arah
m
Gambar 4-61.
Tipikal Layout Parkir
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 108
Gambar 4-62.
Palang Penghalang dan Bantalan Batas Henti
Gambar 4-63.
Tempat Parkir sesuai dengan Lingkungan dilengkapi Penghijauan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 109
Gambar 4-64.
Tipikal Tempat Penampungan Sampah Sementara
BAB V
PENUTUP
110
DAFTAR PUSTAKA
6. Sunarto Tjahjadi. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Cetakan 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga. 1996.
7. Sunarto Tjahjadi. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Cetakan 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga. 2002.