Anda di halaman 1dari 124

PEDOMAN STANDARDISASI STASIUN KERETA API

Lampiran SK Direksi PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Nomor KEP.U/LL.104/I/1/KA-2012
Tanggal 12 Januari 2012
Tentang Pedoman Standardisasi Stasiun

PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)


BANDUNG
2012
KEPUTUSAN DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
NOMOR : KEP.U/LL.104/I/1/KA-2012

TENTANG
STANDARDISASI STASIUN 2012
PT. KERETA API INDONESIA (Persero)

DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)

Menimbang : Bahwa untuk meningkatkan pelayanan jasa angkutan kereta api


khususnya angkutan penumpang diperlukan pedoman atau acuan bagi
pelaksanaaan penataan dan pelayanan stasiun, maka perlu disusun
Pedoman Standardisasi Stasiun.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,
tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 106.
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587);

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha


Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 70,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 tentang Pengalihan


Bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi
Perusahaan Persero (PERSERO);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan


Kedudukan Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada
Perusahaan Perseroan (PERSERO), Perusahaan Umum
(PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN) kepada Menteri
Negara Badan Usahan Milik Negara (Lembaran Negara RI Tahun
2003 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara nomor 4305);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang tentang


pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Negara;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang


Penyelenggaraan Perkeretaapian;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Kereta Api.

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2011


Tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang
Dengan Kereta Api.
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2011
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api.

11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2011


Tentang Jenis, Kelas dan Kegiatan Di Stasiun Kereta Api.
12. Akta Pendirian PT. KERETA API INDONESIA (Persero) yang
dibuat dihadapan Notaris Imas Fatimah, SH No. 2 tanggal 1 Juni
1999 dan Akta Perubahan Nomor 14 tanggal 13 September 1999
yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Nomor C-17171
RH.01 Tahun 1991 tanggal 1 Oktober 1999, yang telah dimuat
dalam Berita Negara RI Nomor 240 Tahun 2000 da Tambahan
Lembaran Berita Negara RI Nomor 4 tanggal 14 Januari 2000;

13. Surat Keputusan Direksi PT. KERETA API INDONESIA (Persero)


Nomor KEP.U/HK.215/VIII/1/KA-2005 tanggal 19 Agustus 2005
tentang Buku Panduan Good Corporate Governance (GCG) di
Lingkungan (Persero);

14. Surat Keputusan Direksi PT. KERETA API INDONESIA (Persero)


Nomor KEP.U/OT.003/IV/1/KA-2007 tanggal 9 April 2007 tentang
Susunan Klasifikasi Stasiun.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)


TENTANG PEDOMAN STANDARDISASI STASIUN KERETA API.

PERTAMA : Pedoman Standardisasi Stasiun Kereta Api sebagaimana disebut dalam


Lampiran keputusan ini maka diperlukan sebagai acuan yang harus
dilakasanakan pada setiap penataan stasiun untuk semua kelas stasiun.

KEDUA : Stasiun Kereta Api sebagaimana dalam Diktum PERTAMA adalah


tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.

KETIGA : Pembagian Kelas Stasiun Kereta Api sebagaimana dalam Diktum


KEDUA meliputi:
1. Stasiun Besar meliputi:
a. Kelas A
b. Kelas B
c. Kelas C
2. Stasiun Sedang yaitu Stasiun Kelas 1.
3. Stasiun Kecil meliputi:
a. Kelas 2
b. Kelas 3

KEEMPAT : Standardisasi sebagaimana yang disebut dalam Diktum PERTAMA


meliputi:
1. Standardisasi Pelayanaan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil)
2. Standardisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil)
3. Standardisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil)

KELIMA : Standardisasi Pelayanaan Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) meliputi ;


1. Pelayanan Informasi
2. Pelayanan Tiketing
3. Pelayanan Keselamatan
4. Pelayanan Keamanan
5. Pelayanan Kesehatan
6. Pelayanan Umum
7. Pelayanan Khusus
8. Pengaturan Zona Pelayanaan Stasiun dan Pengaturan Sirkulasi
arus Penumpang.
KEENAM : Standardisasi Perangkat Stasiun (Besar, Sedang, Kecil) meliputi:
1. Perangkat Media Informasi
2. Instalasi Mekanikal
3. Instalasi Elektrikal
4. Sanitair
5. Furnitur
6. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
7. Perangkat Keamanan

KETUJUH : Standardisasi Bangunan (Besar, Sedang, Kecil) Meliputi ;


1. Azas Aksibilitas Pada Bangunan Umum
2. Ukuran Dasar Ruang
3. Pembagian Fungsi Ruang Stasiun.
4. Ukuran dan Kapasitas Ruang di Stasiun.
5. Warna Dinding Eksterior Bangunan
6. Peron
7. Jalur Pedestrian
8. Tangga
9. Ram
10. Pintu
11. Kamar Kecil
12. Tempat parkir Kendaaraan

KEDELAPAN : Untuk Stasiun Kategori Heritage merupakan bangunan yang


mempunyai gaya khas dan ditetapkan sebagai bangunan cagar
budaya dengan Perda.

KESEMBILAN : Pada masa transisi, stasiun yang belum ada penataan baru atau belum
direnovasi, diperbolehkan untuk belum memenuhi Pedoman
Standardisasi Stasiun ini.

KESEPULUH : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : BANDUNG
PADA TANGGAL : 12 JANUARI 2012
A.n. DIREKSI PT. KERETA API INDONESIA (Persero)
DIREKTUR UTAMA

IGNASIUS JONAN
NIPP. 63621

Tembusan Yth :
1. Komisaris PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Jakarta
2. Para Managing Director PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
3. Para EVP PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
4. Komite Eksekutif PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
5. Para VP Kepala Divisi PT. KERETA API INDONESIA (Persero) di Bandung
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Maksud dan Tujuan 1
1.2. Sistematika Penyusunan 1
1.3. Ketentuan Penerapan 2

BAB II PELAYANAN STASIUN 4


2.1. Pelayanan Informasi 4
2.2. Pelayanan Ticketing 7
2.3. Pelayanan Keselamatan 8
2.4. Pelayanan Keamanan 9
2.5. Pelayanan Kesehatan 9
2.6. Pelayanan Umum 10
2.7. Pelayanan Khusus 13
2.8. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang 14
di Stasiun

BAB III PERANGKAT STASIUN 19


3.1. Perangkat Media Informasi 19
3.2. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan 26
3.3. Instalasi Mekanikal 35
3.4. Instalasi Elektrikal 42
3.5. Instalasi Air 45

ii
3.6. Furnitur 47
3.7. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran 49
3.8. Perangkat Keamanan 53

BAB IV BANGUNAN STASIUN 56


4.1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum 56
4.2. Ukuran Dasar Ruang 57
4.3. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun 62
4.4. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun 65
4.5. Warna Bangunan 78
4.6. Peron 81
4.7. Jalur Pedestrian 84
4.8. Tangga 87
4.9. Ramp 90
4.10. Pintu 96
4.11. Kamar Kecil 101
4.12. Tempat Parkir Kendaraan 105

BAB V PENUTUP 110

DAFTAR PUSTAKA x

iii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2-1. Penerapan Jenis Media Informasi pada Kelas Stasiun 5

Tabel 2-2. Pelayanan Ticketing 8

Tabel 2-3. Keamanan Stasiun 9

Tabel 2-4. Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas 10


Stasiun

Tabel 2-5. Fasilitas Ruang Tunggu 11

Tabel 2-6. Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan 12

Tabel 3-1. Kombinasi Warna pada Media Informasi 22

Tabel 3-2. Spesifikasi Warna pada Media Informasi 22

Tabel 3-3. Level Iluminasi 43

Tabel 3-4. Nilai LLF 44

Tabel 4-1. Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun 66

Tabel 4-2. Standar Warna Dinding Eksterior Bangunan Stasiun Heritage 78


dan Non Heritage

Tabel 4-3. Periode Pengecatan Kembali 80

Tabel 4-4. Ukuran Teknis Peron 81

iv
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2-1. Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona 16

Gambar 2-2. Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona 17

Gambar 3-1. Tipikal Neon Box Gantung 21

Gambar 3-2. Tipikal Neon Box Tempel 21

Gambar 3-3. Tipikal tanda Gambar dan Media Informasi 23

Gambar 3-4. Tipikal Speaker Indoor 24

Gambar 3-5. Tipikal Speaker Outdoor 24

Gambar 3-6. Tipikal Media Audio Visual 25

Gambar 3-7. Tipikal Media Audio Visual 25

Gambar 3-8. Tipikal Neon Box Nama Stasiun (Tampak dari Jalan 26
Raya/Samping dan Dalam Stasiun

Gambar 3-9. Tipikal Papan Nama Stasiun (di Ujung Peron Stasiun) 26

Gambar 3-10. Tipikal Neon Box Pembagian Zona 27

Gambar 3-11. Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas 28

Gambar 3-12. Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik 29

Gambar 3-13. Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan 30
Khusus

Gambar 3-14. Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar 30

Gambar 3-15. Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA 31

Gambar 3-16. Tipikal Neon Box Arah Tempat Pelayanan Umum 31

Gambar 3-17. Tipikal Neon Box Assembly Point 32

Gambar 3-18. Tipikal Jam/Penunjuk Waktu 32

Gambar 3-19. Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA 33

v
Gambar 3-20. Tipikal Neon Box Peringatan dan Larangan 34

Gambar 3-21. Tipikal Ukuran lift yang Diijinkan 37

Gambar 3-22. Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift 38

Gambar 3-23. Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat timbul 39

Gambar 3-24. Tipikal indikator dan Denah Ruang Lift 40

Gambar 3-25. Tipikal Perspektif Lift 41

Gambar 3-26. Tipikal Furniture untuk Ruang Operasional KS 47

Gambar 3-27. Tipikal Furniture untuk Ruang Operasional Staff 47

Gambar 3-28. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Vip 48

Gambar 3-29. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Eksekutif 48

Gambar 3-30. Tipikal Furniture untuk Ruang Tunggu Umum 49

Gambar 3-31. Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran 49

Gambar 3-32. Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor 50

Gambar 3-33. Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor 51

Gambar 3-34. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu 51

Gambar 3-35. Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua 52

Gambar 3-36. Tipikal Sistem springkler 52

Gambar 3-37. Tipikal Sistem Fire Alarm 53

Gambar 3-38. Tipikal Perangkat CCTV 54

Gambar 3-39. Tipikal Metal Detector 54

Gambar 3-40. Tipikal walkthrough Detector 55

Gambar 3-41. Tipikal inspection mirror 55

Gambar 4-1. Ukuran Umum Orang Dewasa 58

Gambar 4-2. Ruang Gerak Bagi Tuna Netra 58

Gambar 4-3. Ukuran Kursi Roda 59

vi
Gambar 4-4. Ukuran Putar Kursi Roda 59

Gambar 4-5. Belokan dan Papasan Kursi Roda 60

Gambar 4-6. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan 60

Non Elektrifikasi

Gambar 4-7. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung 61

Gambar 4-8. Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda 61

Gambar 4-9. Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda 62

Gambar 4-10. Tipikal Ruang Kepala Stasiun 67

Gambar 4-11. Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun 67

Gambar 4-12. Tipikal Ruang PPKA 68

Gambar 4-13. Tipikal Ruang PAP 68

Gambar 4-14. Tipikal Ruang Keuangan 69

Gambar 4-15. Tipikal Ruang Serbaguna 69

Gambar 4-16. Tipikal Ruang Peralatan 70

Gambar 4-17. Tipikal Ruang UPT Kru KA 70

Gambar 4-18. Tipikal Ruang Istirahat Kru KA 71

Gambar 4-19. Tipikal Ruang Petugas Keamanan 71

Gambar 4-20. Tipikal Ruang Petugas Kebersihan 72

Gambar 4-21. Tipikal Ruang Hall 72

Gambar 4-22. Tipikal Ruang Loket 73

Gambar 4-23. Tipikal Ruang Informasi 73

Gambar 4-24. Tipikal Ruang Tunggu VIP 74

Gambar 4-25. Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif 74

Gambar 4-26. Tipikal Ruang Tunggu Umum 75

Gambar 4-27. Tipikal Ruang Kesehatan 75

vii
Gambar 4-28. Tipikal Ruang Toilet 76

Gambar 4-29. Tipikal Musholla 76

Gambar 4-30. Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi 77

Gambar 4-31. Potongan Melintang Peron Tinggi 82

Gambar 4-32. Potongan Melintang Peron Rendah 82

Gambar 4-33 . Prinsip Desain Jalur Pedestrian 86

Gambar 4-34. Tipikal Tangga 88

Gambar 4-35. Pegangan Rambat Pada Tangga 88

Gambar 4-36. Desain Profil Tangga 89

Gambar 4-37. Detail Pegangan Rambat Tangga 89

Gambar 4-38. Detail Pegangan Rambat Pada Dinding 89

Gambar 4-39. Tipikal Ramp 91

Gambar 4-40. Bentuk–Bentuk Ramp 92

Gambar 4-41. Kemiringan Ramp 92

Gambar 4-42. Pegangan Rambat Pada Ramp 93

Gambar 4-43. Kemiringan Melintang Ramp 93

Gambar 4-44. Pintu di Ujung Ramp 93

Gambar 4-45. Ramp untuk Trotoar 94

Gambar 4-46. Detail Ramp pada Trootoar 94

Gambar 4-47. Bentuk Ramp yang direkomendasikan 95

Gambar 4-48. Pintu Gerbang Pagar 97

Gambar 4-49. Ruang Bebas Pintu Satu Daun 98

Gambar 4-50. Ruang Bebas Pintu Satu Daun dengan Posisi Berbelok 98

Gambar 4-51. Ruang Bebas Pintu Dua Daun 99

Gambar 4-52. Ruang Bebas Pintu Dua Daun 99

viii
Gambar 4-53. Pegangan Pintu yang Direkomendasikan 100

Gambar 4-54. Pintu pada Portal 100

Gambar 4-55. Ukuran Sirkulasi Masuk 102

Gambar 4-56. Tinggi Perletakan Kloset 103

Gambar 4-57. Ruang Gerak di dalam Toilet 103

Gambar 4-58. Simulasi Pergerakan di Toilet 104

Gambar 4-59. Kran Wudlu bagi Penyandang Cacat 104

Gambar 4-60. Ukuran Mobil Pribadi 106

Gambar 4-61. Tipikal Layout Parkir 107

Gambar 4-62. Palang dan Papan Bantalan 108

Gambar 4-63. Tempat Parkir sesuai dengan Lingkungan dilengkapi 108


Penghijauan

Gambar 4-64. Tipikal Tempat Penampungan Sampah Sementara 109

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan

Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi kegiatan-kegiatan


pembangunan dan pembenahan stasiun kereta api yang meliputi
perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan pemanfaatan stasiun kereta
api. Pedoman ini juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan
keseragaman berbagai fasilitas pelayanan di stasiun kereta api yang
disesuaikan dengan kelas masing-masing stasiun dengan berfokus pada
pemenuhan terhadap aspek-aspek keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kemudahan.

Pedoman ini secara khusus ditujukan untuk meningkatkan kualitas


pelayanan di stasiun sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan jasa angkutan kereta api secara keseluruhan. Peningkatan kualitas
pelayanan di stasiun diharapkan dapat meningkatkan citra PT Kereta Api
Indonesia (Persero) di mata masyarakat dan meningkatkan daya saing di
antara para kompetitor penyelenggara layanan transportasi umum.

1.2. Sistematika Penyusunan

Pedoman standardisasi stasiun ini disusun dengan sistematika sebagai


berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menjelaskan maksud dan tujuan penulisan pedoman,
sistematika penulisan pedoman, dan ketentuan umum penerapan.

Bab II Pelayanan Stasiun


Pada bab ini dijelaskan standar pelayanan yang harus tersedia di
stasiun yang disesuaikan dengan kelas stasiun. Adapun fasilitas-

1
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 2

fasilitas pelayanan berbentuk bangunan dan perangkat-perangkatnya


masing-masing dijelaskan pada Bab III dan Bab IV.

Bab III Perangkat Stasiun


Perangkat yang dijelaskan pada bab ini adalah perangkat sebagai
fasilitas pelayanan di stasiun, seperti perangkat media informasi,
perangkat pemadam kebakaran dan lain-lain. Instalasi pendukung
yang dijelaskan dalam bab ini adalah instalasi pendukung bangunan
stasiun seperti instalasi air, instalasi elektrikal dan instalasi
mekanikal.

Bab IV Bangunan Stasiun


Bab ini menjelaskan acuan-acuan yang harus diperhatikan dan
dipenuhi dalam merencanakan, mendesain, membangun dan
memanfaatkan bangunan stasiun sebagai ruang bagi berbagai
kegiatan pelayanan di stasiun seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada Bab II.

Bab V Penutup
Pada bab penutup diuraikan beberapa hal yang dapat dijadikan
kesimpulan dan saran yang diperlukan bagi penyempurnaan
pedoman ini.

1.3. Ketentuan Penerapan

Ketentuan-ketentuan penerapan pedoman ini adalah sebagai berikut:

a. Penerapan standar dalam pedoman ini secara khusus ditujukan pada


stasiun-stasiun kereta api yang melayani angkutan penumpang.

b. Penerapan pada stasiun-stasiun kereta api yang hanya melayani


angkutan barang disesuaikan dengan kebutuhannya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab I. Pendahuluan 3

c. Pembangunan stasiun-stasiun kereta api baru harus menerapkan standar


dalam pedoman ini sebagai acuan perencanaan, perancangan,
pelaksanaan dan pemanfaatan stasiun.

d. Penerapan standar dalam pedoman ini untuk stasiun-stasiun kereta api


eksisting dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pembenahan dan renovasi
stasiun.
BAB II

PELAYANAN STASIUN

2.1. Pelayanan Informasi

Pelayanan Informasi adalah pelayanan stasiun yang fungsinya memberikan


informasi kepada calon penumpang, penumpang dan atau pengantar yang
berkaitan dengan operasional/perjalanan kereta api dan fasilitas yang ada di
stasiun.

2.1.1. Berdasarkan jenisnya media informasi di stasiun dibagi menjadi 3, yaitu :


a. Visual
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
gambar/visual saja tanpa suara berupa :
 Display
 Monitor
 Papan informasi Neon Box
 Papan Informasi Biasa
 Running Text
b. Audio
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan suara
melalui pengeras suara/speaker.
c. Audio Visual
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
gambar/visual dan suara berupa :
 Monitor LCD + Speaker
 LCD TV

Untuk penerapan Jenis media informasi sesuai dengan kelas stasiun dapat
dilihat dalam tabel 2-1. berikut.

4
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 5

Tabel 2-1.
Penerapan Jenis Media Informasi Pada Kelas Stasiun

Kelas Stasiun
No. Jenis Media
Besar Sedang Kecil
1. Visual
 Led Display Ada ## ##
 Monitor Ada Ada ##
 Neon Box Ada Ada Ada
 Papan Informasi/Board Ada Ada Ada
2. Audio Ada Ada Ada

3. Audio Visual

 Monitor LCD + Speaker Ada Ada ##


 LCD TV Ada Ada ##
Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan
(Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab III. Perangkat Stasiun)

2.1.2. Berdasarkan tujuannya media pelayanan informasi di stasiun dibagi


menjadi 5 macam yaitu :
a. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Lokasi
Media pelayanan yang berisi informasi mengenai tempat, ruangan dan
fasilitas yang ada didalamnya. Penunjuk lokasi ini meliputi nama
ruangan yang ada di stasiun yang digunakan untuk kegiatan pokok
opersional, kegiatan penunjang dan jasa pelayanan khusus, termasuk
denah bangunan stasiun.
b. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Arah
Media pelayanan informasi yang berisi informasi arah menuju ruang
atau fasilitas yang ada di stasiun yang didesain sedemikian rupa
sehingga penumpang dengan mudah mengetahui arah menuju fasilitas
atau ruang atau rangkaian KA yang diinginkan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 6

c. Media Pelayanan Informasi Penunjuk Waktu


Media pelayanan yang dimaksud adalah informasi mengenai waktu atau
jam yang ada pada saat penumpang di stasiun, sehingga berguna bagi
penumpang untuk bisa merencanakan perjalanannya ke tempat tujuan
sesuai waktu yang diinginkan. Penunjuk waktu tersebut merupakan
waktu yang dipakai untuk jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta
api yang telah sesuai dengan waktu setempat.
d. Media Pelayanan Informasi Pelayanan Kereta Api
Media pelayanan yang ada di stasiun berfungsi untuk memudahkan
penumpang mendapatkan pelayanan yang diinginkan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya, yang meliputi :
 Jadwal keberangkatan kereta api dan kedatangan kereta api
 Informasi nama dan nomor kereta api
 Informasi tarif kereta api
 Informasi stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun
pemberhentian dan stasiun tujuan
 Informasi letak/lokasi rangkaian kereta api
 Kelas pelayanan
 Peta jaringan jalur kereta api
 Informasi gangguan perjalanan kereta api
e. Informasi Peringatan dan Larangan
Media pelayanan informasi dan larangan merupakan informasi yang ada
di stasiun yang berkaitan dengan keselamatan, keamanan, kenyamanan
dan kebersihan di stasiun. Informasi peringatan dan larangan yang ada
di stasiun meliputi :
 Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api
 Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai kereta
benar-benar berhenti)
 Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun terlebih
dahulu.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 7

 Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya.


 Larangan merokok
 Larangan masuk ke ruangan khusus petugas
 Larangan membawa senjata tajam, senjata api dan bahan peledak.

Untuk Stasiun besar, sedang dan stasiun komuter harus menyediakan tempat
atau ruangan khusus pelayanan informasi (Information Centre) yang dapat
dimanfaatkan oleh penumpang, yang terdiri dari minimal 2 petugas informasi
yang beroperasi tiap hari yang sesuai dengan jadwal operasional kereta api di
stasiun, dengan kelengkapan meliputi minimal 1 set komputer dan brosur
jadwal operasional kereta api.
(Dimensi dan ukuran diseragamkan yang diatur dalam Bab IV. Perangkat Stasiun)

2.2. Pelayanan Ticketing

Pelayanan ticketing adalah pelayanan yang melayani calon penumpang dan


memberikan informasi mengenai :

 Penjualan tiket
 Pemesanan tiket
 Pembatalan dan penukaran tiket
 Informasi harga tiket
 Informasi ketersediaan tempat duduk
 Layanan elektronic payment

Pelayanan ticketing dapat dilayani di ruang/loket ticketing di dalam stasiun


atau di drive thru ticketing yang telah disediakan untuk kemudahan
penumpang dalam memperoleh tiket kereta api. Selain itu bisa ditempatkan
Railbox untuk keperluan reservasi tiket secara mandiri oleh penumpang
dengan menggunakan kartu (Rail Card). Ketersediaan drive thru dan Railbox
meyesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 8

Pelayanan ticketing di stasiun disesuaikan dengan jenis perjalanan kereta api


yang terdiri dari ruang ticketing untuk perjalanan kereta api antar kota kelas
eksekutif-bisnis, kelas ekonomi dan dalam kota/komuter, seperti dalam tabel
pelayanan ticketing dibawah ini.

Tabel 2-2.
Pelayanan Ticketing

Jenis Loket Kelas Stasiun


No.
(Ruang Ticketing) Besar Sedang Kecil
1 Ka eksekutif-bisnis (antar kota) Min 3 org Min 1 org -
2 Ka ekonomi (antar kota) Min 2 org Min 2 org Min 1 org
3 Ka dalam kota (komuter) Min 3 org Min 3 org Min 3 org

2.3. Pelayanan Keselamatan

Pelayanan Keselamatan adalah pelayanan wajib yang ada distasiun yang


berupa peringatan yang disampaikan kepada penumpang agar keselamatan
terjamin, berupa peringatan melalui audio yang dilakukan petugas saat
adanya sarana gerak atau kereta api yang melintas di stasiun dan berupa garis
batas aman peron.

Pelayanan gambar atau media visual jalur evakuasi saat terjadi


bencana/kebakaran wajib ada di semua stasiun yang penempatannya di
tempat yang mudah dibaca oleh penumpang yang disesuaikan dengan
penempatan informasi penunjuk lokasi dan penunjuk arah di stasiun dengan
jumlah untuk stasiun besar minimal 2 buah, untuk stasiun sedang dan kecil
minimal 1 buah.

Di stasiun harus ada penempatan assembly point yaitu papan informasi agar
jika terjadi bencana, penumpang dapat langsung menuju tempat berkumpul
darurat yaitu di assembly point. Penempatan assembly point menyesuaikan
kondisi stasiun dimana dalam penempatannya harus memperhatikan :
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 9

 Jauh dari bangunan.


 Jalur menuju lokasi dari dalam stasiun mudah dengan dilengkapi
informasi penunjuk arah.
 Dari assembly point harus ditempatkan papan informasi penunjuk arah
untuk keluar wilayah stasiun/tempat aman.
 Bisa ditempatkan di tanah lapang atau lapangan parkir stasiun
menyesuaikan kondisi stasiun.

2.4. Pelayanan Keamanan

Pelayanan keamanan adalah pelayanan keamanan dari petugas keamanan


yang ada di stasiun disamping kamera CCTV yang beroperasi selama 24 jam,
sehingga mencegah adanya tindak kriminal di stasiun. Jumlah personil
keamanan dan kamera CCTV di stasiun berdasarkan kepada kelas stasiun,
seperti tabel 2-3.

Tabel 2-3.
Keamanan Stasiun

Kebutuhan untuk Pelayanan Kelas Stasiun


No.
Keamanan (per-shift) Besar Sedang Kecil

Petugas Komuter Min 13 org Min 10 org Min 3 org


1
keamanan Non Komuter Min 10 org Min 8 org Min 2 org
Komuter Min 4 buah Min 3 buah Min 2 buah
2 Kamera CCTV
Non Komuter Min 3 buah Min 2 buah Min 1 buah

Untuk sterilisasi dari kemungkinan bahaya ancaman senjata tajam, senjata api
dan bahan peledak, maka untuk stasiun kelas besar harus dilengkapi metal
detector, walktrough detector dan inspection mirror.

2.5. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh petugas


kesehatan untuk penumpang dan pegawai operasional kereta api yang
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 10

menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya darurat. Pelayanan ini dapat


dimanfaatkan selama 24 jam dengan ruangan khusus untuk pelayanan
kesehatan di stasiun. Pelayanan kesehatan di stasiun minimal 2 orang dan
minimal menyediakan alat-alat standart P3K dan obat-obatan.

2.6. Pelayanan Umum

2.6.1. Layanan Toilet dan Mushola


Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di stasiun
tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan tersebut yang dapat
dipakai untuk buang air kecil dan air besar dimana terpisah antara toilet pria
dan wanita. Minimal jumlah ketersediaan jumlah toilet berdasarkan kelas
stasiun seperti dalam tabel 2-4.

Tabel 2-4.
Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun

Kelas Stasiun
No Keterangan
Besar Sedang Kecil
1 Minimal Jumlah Toilet Pria 6 kamar Pria 5 kamar Pria 2 kamar
Normal Wanita 6 kamar Wanita 5 kamar Wanita 2 kamar

2 Minimal Jumlah Toilet Pria 2 kamar Pria 1 kamar Pria 1 kamar


untuk penyandang cacat Wanita 2 kamar Wanita 1 kamar Wanita 1 kamar

3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah

4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah

5 Minimal Petugas 3 org 2 org 1 org


Kebersihan

Pelayanan mushola yaitu pelayanan tempat untuk beribadah bagi yang


beragama islam dengan ketentuan minimal harus tersedia tempat wudlu
untuk pria dan wanita. Mushola minimal harus dilengkapi pengeras suara,
kipas angin/pendingin udara dan perangkat alat sholat. Mushola harus dapat
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 11

digunakan oleh minimal 4 orang pria dan 4 orang wanita untuk stasiun
besar, 4 orang pria/wanita untuk stasiun sedang dan kecil.

2.6.2. Pelayanan Ruang Tunggu


Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum yang dipakai
penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api. Pelayanan ini dibagi
menjadi 3 macam yaitu :
a. Pelayanan Ruang Tunggu Umum
Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang kereta api.
b. Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif
Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api kelas
eksekutif.
c. Pelayanan Ruang Tunggu VIP
Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari
lembaga pemerintahan dan tamu khusus.
Pelayanan ruang tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia di stasiun
besar, sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi pelayanan ruang
tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kelas kecil hanya mempunyai
pelayanan ruang tunggu umum. Dengan fasilitas didalamnya seperti dalam
tabel 2-5 dibawah ini.

Tabel 2-5.
Fasilitas Ruang Tunggu
Ruang Tunggu Ruang Tunggu Ruang Tunggu
No Keterangan
VIP Eksekutif Umum
1 Kamar Mandi Ada - -
2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada
3 Televisi Ada Ada Ada
4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa
5 Meja Ada Ada -
6 Pendingin udara Ada Ada -
7 Kipas Angin - - ##
Keterangan : ## ; disesuaikan dengan kebutuhan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 12

2.6.3. Pelayanan Parkir Kendaraan


Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir
kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk memarkirkan
kendaraanya baik mobil, motor maupun sepeda roda dua yang ada di area
stasiun.
Area parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa menampung
kendaraan umum seperti taxi dan bis dengan kapasitas seperti dalam tabel
2-6 di bawah ini.
Tabel 2-6.
Kapasitas Minimal untuk Parkir Kendaraan
Kelas Stasiun
No. Jenis Kendaraan
Besar Sedang Kecil
1. Mobil pribadi 200 100 20
2. Taksi 20 10 5
3. Motor 300 150 100

2.6.4. Pelayanan Restoran, Pertokoan, ATM, Money Changer, TITAM, Counter


Hotel & Travel.
Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun yang
melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum. Dimana jam
operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam operasional kereta api.
Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman
atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan, souvenir dan lain-
lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat (meja dan kursi). Dengan jam
operasionalnya dapat menyesuaikan jam operasional kereta api.
Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai atau non
tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar dan sedang
minimal harus ada 1 ATM Center dimana minimal harus ada 3 merchant
bank, dengan jenis banknya disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk
stasiun kecil pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy penumpang.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 13

Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan ini
harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga pelayanan terhadap
penumpang bisa optimal.

TITAM adalah layanan Tiket terpadu antar moda dimana penumpang dapat
menikmati layanan tiket tunggal yang dapat dipakai dua hingga tiga jenis
transportasi sekaligus sehingga penumpang kereta api yang akan melanjutkan
perjalanan dengan bus atau kapal tidak perlu membeli tiket berkali-kali.

Counter Hotel & Travel adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat
memilih layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.

Ketersediaan Titam, Counter & Travel di stasiun disesuaikan dengan kebutuhan


masing-masing stasiun.

2.6.5. Pelayanan Penitipan dan Pengantar Barang


Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang harus
ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya adalah untuk
tempat penitipan barang sementara yang dapat dimanfaatkan oleh
penumpang kereta api, dengan membayar tarif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di stasiun.

Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke dalam
kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan dikoordinasikan oleh Petugas
stasiun agar keberadaannya dapat membantu penumpang dan
memperlancar arus penumpang dari luar ke dalam stasiun atau sebaliknya.

2.7. Pelayanan Khusus

2.7.1. Pelayanan untuk Penyandang Cacat dan Lansia


Pelayanan untuk penyandang cacat dan lansia yaitu pelayanan yang dapat
dimanfaatkan bagi penyandang cacat (difabel) dan orang usia lanjut untuk
kemudahan atau aksesibilitasnya didalam stasiun yang tentunya sampai
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 14

orang penyandang cacat dan lansia tersebut mendapatkan pelayanan yang


diperlukan di dalam stasiun atau sampai masuk ke dalam kereta.

Pelayanan ini dapat berupa kursi roda, dan prioritas untuk menggunakan lift
pada stasiun. Ramp harus tersedia di semua kelas stasiun yang didesain
sesuai dengan kebutuhan untuk membantu memudahkan penyandang cacat
dan lansia naik peron sehingga bisa dengan mudah masuk ke dalam kereta.

2.7.2. Pelayanan untuk Ibu Menyusui


Pelayanan yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui adalah ruangan
khusus yang bisa disatukan dengan ruangan eksekutif dengan ukuran
minimal untuk 5 orang dengan dinding pembatas sehingga ibu yang
menyusui merasa nyaman.

2.7.3. Pelayanan Smoking Area


Pelayanan smoking area adalah pelayanan tempat atau ruangan khusus di
stasiun yang disediakan bagi penumpang yang merokok, sehingga tidak
mengganggu penumpang yang lain yang tidak merokok.

2.8. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang di Stasiun

2.8.1. Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun


Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar pengaturan orang
di stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena akan berdampak langsung
terhadap kenyamanan penumpang.

Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I


b. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
c. Zona Umum atau Zona III
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 15

2.8.1.1. Zona Penumpang Bertiket atau Zona I


Zona I merupakan tempat steril yang khusus disediakan bagi penumpang
bertiket yang telah siap memasuki kereta. Tempat ini adalah area peron
dan jenis peron tinggi merupakan rekomendasi untuk standardisasi stasiun.

2.8.1.2. Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II


Zona II merupakan tempat yang disediakan bagi calon penumpang bertiket
yang menunggu datangnya kereta yaitu :

 Ruang tunggu (umum, eksekutif, vip).


 Semua ruang dalam yang ada di stasiun setelah calon penumpang
melewati tempat pemeriksaan tiket/portir.

2.8.1.3. Zona Umum atau Zona III


Zona III merupakan tempat dimana calon penumpang, pengantar dan
orang umum mendapatkan pelayanan sebelum masuk ke dalam zona II.
Zona III dimaksud adalah zona calon penumpang dan umum sebelum
diperiksa tiketnya atau sebelum masuk peron, yang termasuk zona I
adalah:
 Hall
 Tempat parkir
 Halaman stasiun; dan semua ruang yang yang dibatasi oleh tempat
pemeriksaan tiket/portir.
2.8.2. Pengaturan Sirkulasi Penumpang di Stasiun

2.8.2.1. Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang

Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus memperhatikan hal-hal


sebagai berikut :

 Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar


penumpang baik yang akan naik KA maupun Turun dari KA.

 Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun


Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 16

 Kapasitas/Ukuran pintu masuk dan keluar Penumpang sesuai


dengan Volume penumpang yang ada.

Berikut gambar alur sirkulasi dan pembagian zona di stasiun :

Penumpang yang
akan naik KA

Zona Zona Zona


3 2 1

Penumpang yang
turun dari KA

Gambar 2-1
Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 17

Gambar 2-2
Alur Sirkulasi dan Pembagian Zona Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab II. Pelayanan Stasiun 18

2.8.2.2. Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di Area Parkir
atau Depan Stasiun

Area parkir maupun depan stasiun harus diatur arah sirkulasi kendaraan
maupun pejalan kaki sedemikian rupa sehingga :

 Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses masuk dan keluar kendaraan di


area parkir.

 Tidak Terjadi Perpotongan Antara Akses pejalan kaki dengan akses


kendaraan .

 Ditempatkan Dropping Zone untuk Kendaraan.

 Pengaturan Sirkulasi Kendaraan di Depan Stasiun untuk mendukung


Intermoda.
BAB III

PERANGKAT STASIUN

Perangkat dan instalasi pendukung bangunan stasiun merupakan alat dan juga
instalasi yang tersedia di stasiun sebagai sarana pendukung bangunan stasiun agar
pelayanan kepada pengguna bisa optimal sesuai dengan fungsinya. Perangkat dan
instalasi pendukung yang di maksud meliputi :

a. Perangkat Media Informasi


b. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan
c. Instalasi Mekanikal
d. Instalasi Elektrikal
e. Instalasi Air
f. Furnitur
g. Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
h. Perangkat Keamanan

3.1. Perangkat Media Informasi

Perangkat media informasi di stasiun merupakan perangkat yang mendukung


baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan pelayanan
informasi jasa angkutan kereta api di stasiun. Perangkat media informasi
didesain sedemikian rupa sehingga mempermudah pengguna jasa angkutan
kereta api di stasiun dalam mengakses informasi yang dibutuhkan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain perangkat media


informasi adalah sebagai berikut:
a. Tulisan dibuat dengan singkat, jelas, mudah terbaca dan mudah
dimengerti.
b. Tanda gambar harus jelas, seragam, dan sesuai dengan maksud dan
tujuan informasi.

19
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 20

c. Penempatan perangkat media informasi tidak mengganggu operasional


kereta api di stasiun dan mempertimbangkan kenyamanan bagi pengguna
jasa angkutan kereta api di stasiun.
d. Ukuran perangkat media informasi harus proporsional dan
mempertimbangkan aspek estetika bangunan.
e. Pemanfaatan perangkat media informasi elektronik harus
mempertimbangkan efisiensi pemakaian energi listrik.

Media informasi berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :

a. Media Informasi visual


b. Media Informasi Audio
c. Media Informasi Audio Visual

3.1.1. Media Visual

3.1.1.1. Spesifikasi dan Kombinasi Warna

Spesifikasi media informasi meliputi :


a. Ukuran sesuai gambar diatas/menyesuaikan banyaknya huruf.
b. Bahan acrylic susu 3 mm
c. Sticker oracal translucent gentian blue 051
d. Warna tulisan/simbol putih, huruf Arial font untuk Indonesia, Italic
untuk kata asing
e. Khusus Neon box dan papan nama stasiun huruf Calibri font Bold
f. Casing box stainless 0,8mm
g. Rangka pipa hollow 2,5x2,5cm
h. Neon TL Phillips 40 watt/setara
i. Neon box bisa 1, 2 dan 4 muka menyesuaikan kebutuhan stasiun.
j. Spesifikasi neon box seperti dalam gambar berikut :
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 21

Gambar 3-1.
Tipikal Neon Box Gantung

Gambar 3-2.
Tipikal Neon Box Tempel
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 22

Warna yang digunakan untuk tulisan, tanda gambar, garis pembatas dan
latar belakang pada media informasi dibedakan berdasarkan sifat informasi
yang disampaikan seperti yang dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3-1.
Kombinasi Warna pada Media Informasi

Kombinasi Warna
No. Media Informasi Tulisan, Tanda
Latar
Gambar, Garis
Belakang
Pembatas
1. Informasi yang Bersifat Umum Biru Putih
(General), seperti nama gedung,
nama ruang, penunjuk arah Putih Biru/Hitam
Hijau Putih
2. Informasi yang Bersifat Peringatan
(Warning), seperti peringatan hati- Kuning Hitam
hati saat melintas jalu KA
3. Informasi yang Bersifat Larangan
Merah Hitam
(Prohibition), seperti larangan
merokok, larangan memasuki area
Putih Merah/Hitam
tertentu
4. Informasi yang Bersifat Khusus,
seperti tabel informasi layanan KA, Disesuaikan dengan kebutuhan dengan
informasi komersial, sambutan, kombinasi warna yang berbeda dengan
ucapan selamat hari raya. informasi umum, peringatan dan larangan

Tabel 3-2.
Spesifikasi Warna pada Media Informasi

Spesifikasi Warna
No. Nama Warna
dalam Format RGB
1. Biru (0, 101, 170)
2. Merah (218, 37, 29)
3. Kuning (255, 192, 0)
4. Hijau (0, 150, 70)
5. Putih (255, 255, 255)
6. Hitam (0, 0, 0)
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 23

3.1.1.2. Tanda Gambar

Standar tanda gambar yang digunakan pada perangkat media informasi di


stasiun dapat terlihat pada Gambar 4-3. sebagai berikut:

TOILET TOILET PRIA TOILET WANITA AKSESIBILITAS

RUMAH MAKAN KAFETARIA AREA MEROKOK DILARANG


MEROKOK

BUANG SAMPAH AREA LAYANAN WIFI LAYANAN MEDIS MOSHOLA

KEPALA STASIUN PPKA PETUGAS


KEAMANAN

Gambar 3-3.
Tipikal Tanda Gambar pada Media Informasi

Tanda gambar diatas merupakan tipikal yang akan dipakai sebagai media
informasi yang ada di stasiun yang digunakan menurut kebutuhan stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 24

3.1.2. Media Audio

Dalam fungsinya sebagai media audio/pengeras suara di stasiun harus


memenuhi beberapa hal berikut :
 Bisa menjangkau wilayah stasiun/emplasemen.
 Mudah dioperasikan oleh petugas stasiun.
 Suara yang dihasilkan jelas dan tidak mengganggu kenyamanan
penumpang.
 Tidak mengurangi nilai estetika dalam pemasangannya/tidak terlalu
besar disesuaikan kebutuhan stasiun.

Gambar 3-4.
Tipikal Speaker Indoor

Gambar 3-5.
Tipikal Speaker Outdoor
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 25

3.1.3. Media Audio Visual

Media audio visual yang digunakan di stasiun harus disesuaikan dengan


kebutuhannya, agar lebih efisian dalam penggunaannya disarankan
menggunakan media visual dan audionya dalam 1 perangkat sehingga tidak
memerlukan ruangan khusus untuk penempatan audio/speaker.

Gambar 3-6.
Tipikal Media Audio Visual

Gambar 3-7.
Tipikal Media Audio Visual
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 26

3.2. Media Informasi Berdasarkan Tujuan Pelayanan

Berdasarkan tujuan pelayanannya, media informasi di stasiun secara umum


terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

3.2.1. Penunjuk Lokasi


Media pelayanan informasi penunjuk lokasi meliputi :

a) Informasi Nama Stasiun.

Gambar 3-8.
Neon Box Nama Stasiun
(Tampak dari Jalan Raya/Samping dan Dalam Stasiun)

Gambar 3-9.
Papan Nama Stasiun ( di Ujung Peron Stasiun)
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 27

Untuk depan dan samping stasiun dipakai jenis neon box, sedang untuk diperon
cukup papan nama stasiun. Tebal neon box depan stasiun 30 cm sedang samping
stasiun 25 cm. Nilai “x” ditentukan untuk mencari panjang dan tinggi sehingga besar
tulisan dan logo tetap proporsional. Panjang dan tinggi menyesuaikan kondisi dan
besarnya bangunan stasiun. Misal x=5, maka tinggi= 3*5+6*5+4*5+3*5=80cm.

b) Informasi nama pembagian area di stasiun


 Zona Khusus Penumpang Bertiket atau Zona I
 Zona Khusus Calon Penumpang atau Zona II
 Zona Area Umum atau Zona III

Gambar 3-10.
Tipikal Neon Box Pembagian Zona
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 28

c) Ruang operasional petugas stasiun :

Gambar 3-11.
Tipikal Neon Box Ruang Operasional Petugas
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 29

d) Ruang pelayan publik :

Gambar 3-12.
Tipikal Neon Box Ruang Pelayanan Publik
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 30

e) Informasi nama-nama ruangan untuk kegiatan penunjang dan


pelayanan khusus :

Gambar 3-13.
Tipikal Neon Box untuk Kegiatan Penunjang dan Pelayanan Khusus

3.2.2. Penunjuk Arah


Media pelayanan informasi penunjuk arah meliputi :
a) Arah pintu masuk dan keluar.

Gambar 3-14.
Tipikal Neon Box Arah Pintu Masuk dan Keluar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 31

b) Arah menuju jalur pemberangkatan KA.

Gambar 3-15.
Tipikal Neon Box Arah Jalur Pemberangkatan KA (4 muka)

c) Arah menuju tempat ibadah dan ke tempat pelayanan umum meliputi


masjid, restoran, toilet, smoking room :

Gambar 3-16.
Tipikal Neon Box Arah ke Tempat Pelayanan Umum
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 32

d) Arah menuju tempat evakuasi/assembly point :

Gambar 3-17.
Tipikal Neon Box Assembly Point

3.2.3. Penunjuk Waktu


Media pelayanan informasi penunjuk waktu meliputi :
a) Jam yang dipasang ditiap-tiap ruang.

Gambar 3-18.
Tipikal Jam/Penunjuk Waktu

b) Informasi melalui pengeras suara dari petugas stasiun.


c) Informasi dari perangkat visual (LCD TV) dan running text.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 33

3.2.4. Informasi Layanan KA


Media pelayanan informasi layanan KA meliputi :
a) Tempat pemesanan/booking, pengembalian/retur tiket KA, tukar tiket
(dari struk kode booking) dan layanan elektronic payment.
b) Informasi gangguan perjalanan kereta api.
c) Informasi stasiun pemberangkatan, stasiun pemberhentian dan stasiun
tujuan.
d) Informasi tarif dan kelas pelayanan kereta api.
e) Peta jaringan jalur kereta api.
f) Informasi nama dan nomor kereta api.

Gambar 3-19.
Tipikal Neon Box Nama dan Nomor KA

3.2.5. Peringatan dan Larangan


Media pelayanan informasi layanan KA meliputi :
a) Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai kereta benar-
benar berhenti).
b) Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun terlebih
dahulu.
c) Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api.
d) Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya
e) Larangan merokok di sembarang tempat.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 34

f) Larangan masuk ke ruangan khusus petugas.


g) Larangan membawa senjata tajam.

Gambar 3-20.
Informasi Peringatan dan Larangan

3.2.6. Informasi Umum


Media informasi yang berisi tentang himbauan atau informasi umum
kepada pembaca untuk agar maksud dan tujuannya tercapai. Misalnya
ucapan selamat tahun baru, dll.
Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu
operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan
dengan kondisi stasiun.

3.2.7. Informasi Komersial


Media informasi yang berisi tentang iklan yang berupa media visual yang
isinya mempengaruhi orang untuk menuruti maksud dari iklan tersebut.
Informasi komersial PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu mengenai Call
center 121 dan Web site kereta -api.co.id.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 35

Call Center 121 adalah media informasi kereta api melalui telepon umum
yang dilakukan secara terpusat .
Untuk di stasiun cukup diberikan papan informasi dalam bentuk Display,
Neon Box, atau Papan/Board yang memberikan informasi adanya pelayanan
call center 121 dan web site kereta-api.co.id agar calon penumpang atau
penumpang dapat mengaksesnya untuk memperoleh informasi tentang KA
termasuk booking tempat duduk kereta api.
Ukuran dan penempatan media informasi umum tidak boleh mengganggu
operasional kereta api dan kenyamanan penumpang serta disesuaikan
dengan kondisi stasiun.

3.3. Instalasi Mekanikal

3.3.1. Eskalator
Eskalator atau tangga jalan adalah salah satu transportasi vertikal berupa
konveyor untuk mengangkut orang, yang terdiri dari tangga terpisah yang
dapat bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti jalur yang berupa rail atau
rantai yang digerakkan oleh motor.
Eskalator harus disediakan di stasiun besar dengan bangunan minimal 2
lantai dengan memperhatikan hal-hal :
 Eskalator harus mempunyai 2 jalur yaitu naik dan turun.
 Minimal lebar eskalator bisa untuk 2 orang.

3.3.2. Lift
Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di
dalam bangunan, baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat
maupun yang merangkap sebagai lift barang.
a. Persyaratan pemakaian dan penempatan Lift :
1) Untuk bangunan lebih dari 3 lantai paling tidak satu buah lift yang
aksesibel harus terdapat pada jalur aksesibel dan memenuhi
standar teknis yang berlaku.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 36

2) Toleransi perbedaan muka lantai bangunan dengan muka lantai


ruang lift maksimurn 1,25 mm.

3) Koridor/lobby lift

a) Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan


lift, sekaligus mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift,
harus disediakan. Lebar ruangan ini minimal 185 cm, dan
tergantung pada konfigurasi ruang yang ada.
b) Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat dan
dijangkau.
c) Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah-
tengah ruang lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm
dari muka lantai bangunan.
d) Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-120
cm dari muka lantai ruang lift.
e) Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf
Braille, yang dipasang dengan tanpa mengganggu panel biasa.
f) Selain terdapat indikator suara, layar/tampilan yang secara
visual menunjukkan posisi lift harus dipasang di atas panel
kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam maupun di luar lift
(hall/koridor).

4) Ruang lift
a) Ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda,
mulai dari masuk melewati pintu lift, gerakan memutar,
menjangkau panel tombol dan keluar melewati pintu lift.
Ukuran bersih minimal ruang lift adalah 140cm x 140cm.
b) Ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
menerus pada ketiga sisinya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 37

5) Pintu lift
a) Waktu minimum bagi pintu lift untuk tetap terbuka karena
menjawab panggilan adalah 3 detik.
b) Mekanisme pembukaan dan penutupan pintu harus sedemikian
rupa sehingga memberikan waktu yang cukup bagi penyandang
cacat terutama untuk masuk dan keluar dengan mudah. Untuk
itu lift harus dilengkapi dengan sensor photo-electric yang
dipasang pada ketinggian yang sesuai.

Gambar 3-21.
Ukuran Minimal Lift yang Dijinkan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 38

Gambar 3-22.
Tipikal Potongan dan Panel Kontrol Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 39

Gambar 3-23.
Tipikal Simbol Panel Lift yang dibuat Timbul
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 40

Gambar 3-24.
Tipikal Indikator dan Denah Ruang Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 41

Gambar 3-25.
Tipikal Perspektif Lift
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 42

3.4. Instalasi Elektrikal

Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi kelistrikan yang


berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga Iistrik dalam memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
3.4.1. Sumber Energi Listrik PLN dan Genset

Stasiun harus mempunyai sumber energi listrik utama untuk operasional


alat-alat listrik yang didapat dari sumber listrik PLN. Jika terjadi padam aliran
listrik PLN , stasiun harus mempunyai cadangan sumber listrik yaitu dari
genset.

Kriteria dalam penginstalasian genset harus memenuhi hal-hal berikut :

 Menyesuaikan dengan daya terpasang/yang dibutuhkan.


 Memiliki fondasi dan peredam getaran yang baik.
 Tingkat kebisingan rendah, dianjurkan genset type silent.
 Emisi gas buang rendah dan mudah dalam instalasi.
 Mudah dalam perawatan, jasa serta lokasi servis tersedia.
 Harga sesuai dengan kebutuhan daya terpasang.
 Irit bahan bakar, mesin memiliki unjuk kerja yang baik.
 Tahan korosi akibat udara lembab.
 Dilengkapi dengan panel penunjuk dan sistem keamanan.
 Rentang waktu servis yang panjang yang dihitung berdasarkan jam
kerja.
 Dilengkapi dengan peredam getaran akibat gempa bumi.
 Dilengkapi alarm kebakaran, sensor temperatur oli, bahan bakar, air dan
tekanan.
 Penempatan genset harus memperhatikan tingkat kebisingan yang
ditimbulkan sehingga harus dipisahkan dengan bangunan utama dan
memperhatikan ketersediaan lahan stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 43

3.4.2. Panel dan Peralatan Listrik

Panel dan peralatan listrik adalah material untuk mengalirkan energi listrik
sehingga peralatan listrik yang ada dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Persyaratan panel dan peralatan listrik harus sesuai standar SNI.


Kebutuhannya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing kelas
stasiun.

3.4.3. Lampu Penerangan

Kebutuhan lampu penerangan stasiun dihitung berdasarkan luas area


stasiun dan kekuatan lampu yang distandarkan, dengan perhitungan :

𝐸𝑥𝐴
N=
(𝐹𝑥𝑈𝑥𝐿𝐿𝐹)

Dimana:

N = jumlah lampu
E = level illuminasi (lihat tabel X)
A = luas working plane (m2)
F = besarnya nilai lumens untuk sebuah lampu
U = utility factor (ditetapkan 0,6 untuk wilayah stasiun)
LLF= Loss Light Factor (maintenance-index ) lihat tabel

Tabel 3-3.
Level Illuminasi
Level Illuminasi
No Jenis Ruang
(Lux)
1 Ruang Operasional 200
2 Ruang Publik 200
3 Hall dan Ruang Tunggu Umum 250
4 Emplasemen dan Tempat 200
Parkir
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 44

Tabel 3-4.
Nilai LLF
No Jenis Ruang Nilai LLF
1 Kantor ber AC 0,8
2 Industri Bersih 0,7
3 Industri Kotor 0,6

3.4.4. Pendingin Ruangan

Pendingin ruangan adalah sebuah metode yang mengalirkan udara bersih


pada sebuah area(ruangan) dengan temperatur dan kelembaban yang tepat.
Pada stasiun kelas besar dan sedang pendingin udara wajib ada untuk
ruangan-ruangan :
 Ruang KS
 Ruang tunggu VIP dan eksekutif
 Ruang loket dan operator
 Ruang customer service
 Dan ruangan dimana peralatan-peralatan listrik tertentu yang
membutuhkan pendingin udara, misal ruang peralatan sinyal dan
telekomunikasi.
Dengan perhitungan kebutuhan pendingin udara :

𝑿 = 𝑳𝒖𝒂𝒔 𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒙 𝑺𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓𝑷𝒂𝒏𝒂𝒔𝑹𝒖𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝟏𝒎²

Dimana :
 Standar Panas Ruangan 1 m2 = 500 Btu/hr (British thermal Unit/hour)
 Tinggi rata-rata ruangan diambil 3 m
 ½ pk setara dengan 5.000 Btu/hr
 ¾ pk setara dengan 7.000 Btu/hr
 1 pk setara dengan 9.000 Btu/hr
 1 ½ pk setara dengan 12.000 Btu/hr
 2 pk setara dengan 18.000 Btu/hr
 2 ½ pk setara dengan 24.000 Bru/hr
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 45

 Diambil kebutuhan pendingin udara mendekati X , tetapi diambil yang


lebih besar sehingga pendingin udara tetap dapat bekerja secara
optimal.

3.5. Instalasi Air

Instalasi air dalam bangunan stasiun harus direncanakan dengan baik agar
dapat memenuhi kebutuhan yang ada di dalam bangunan stasiun. Instalasi air
minimal harus terdapat :

3.5.1. Pompa Air dan Penampungan Air

Pompa air digunakan untuk mengangkat air dari dalam tanah ke permukaan
tanah atau menaikkan air ke bak penampungan atau torn. Penggunaan
pompa air disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di stasiun, apakah
menggunakan penggerak motor diesel, bensin atau listrik.

Untuk melindungi pompa air dari pencurian dan pengaruh cuaca harus
dibuatkan rumah pompa yang besarnya bisa menyesuaikan dengan keadaan
dan kebutuhan stasiun.

Bak penampungan air yang ada di stasiun harus dibuat lebih tinggi agar
kebutuhan air di semua bagian bangunan stasiun terpenuhi, sehingga juga
perlu direncanakan besarnya kapasitas bak penampungan air sesuai dengan
kebutuhan air yang ada di stasiun.

3.5.2. Plumbing

a. Sistem pemipaan air bersih

Sistem perencanaan supply air bersih di stasiun yang digunakan untuk


keperluan pelayanan penumpang dan petugas stasiun yang disesuaikan
dengan standar SNI.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 46

b. Sistem pemipaan air kotor/ limbah

Sistem pembuangan limbah yang berasal dari dari toilet atau kamar
mandi sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap stasiun.

c. Sistem pemipaan air hujan

Sistem drainase dalam bangunan yang direncanakan harus bisa


menampung air hujan sehingga jika terjadi hujan yang deras pun tidak
meluap.

d. Septic Tank

Septic tank harus dibuat dengan perhitungan yang disesuaikan dengan


jumlah WC yang ada agar kapasitasnya mampu menampung sesuai
dengan kebutuhan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 47

3.6. Furnitur

Pemilihan furnitur menggunakan bahan yang awet dan berdasarkan standar


kelayakan bahan. Dimana dalam pemiliharaannya mudah dan tidak
memerlukan banyak biaya. Berikut tipikal furnitur untuk ruang-ruang di
stasiun.

Gambar 3-26.
Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional KS

Gambar 3-27.
Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Operasional Staff
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 48

Gambar 3-28.
Gambar Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu VIP

Gambar 3-29.
Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Eksekutif
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 49

Gambar 3-30.
Tipikal Furnitur untuk Ruang Tunggu Umum

3.7. Intaslasi dan Perangkat Pemadam kebakaran

3.7.1. Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)

Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam yang


didalamnya berisi dry chemical powder yang dapat memadamkan api yang
tidak terlalu besar.
Tabung pemadam harus ditempatkan pada bangunan dalam area
100m2/buah.

Gambar 3-31.
Tipikal Tabung Pemadam Kebakaran
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 50

3.7.2. Sistem Hydrant

Merupakan sistem terminal air darurat yang dapat digunakan untuk


mengatasi terjadinya kebakaran. Dalam penempatannya tidak boleh
terhalang atau tergganggu oleh bangunan lain serta mudah terlihat dan
segera dapat digunakan.

Sistem hydrant dibagi menjadi 3 macam yaitu :


a. Hydrant Box
Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant
(terletak di dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak di luar
gedung). Untuk pemasangan Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian
atasnya (menempel pada dinding) harus disertai pemasangan alarm
bell. Pada Hydrant Box harus terdapat gulungan selang atau Hose Reel.

Gambar 3-32.
Tipikal Sistem Hydrant Box Indoor
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 51

Gambar 3-33.
Tipikal Sistem Hydrant Box Outdoor

b. Hydrant Pillar
Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung
disalurkan ke mobil Pemadam Kebakaran agar Pemadam Kebakaran
dapat menyiram air mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini
diletakkan di bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya
disesuaikan dengan luas gedung stasiun.

Gambar 3-34.
Tipikal Sistem Hydrant Pillar Satu
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 52

Gambar 3-35.
Tipikal Sistem Hydrant Pillar Dua

3.7.3. Sistem Sprinkler Omomatik

Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi panas dan


pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau
sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem
hidrant dan lainnya.

Pada stasiun besar jika dibutuhkan maka harus dilengkapi sistem pemadam
kebakaran dengan sistem sprinkle agar kebakaran dapat diminimalkan dan
mencegah kebakaran yang lebih besar.

Gambar 3-36.
Tipikal Sistem Sprinkler
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 53

3.7.4. Sistem Fire Alarm

Sistem fire alarm adalah metode alarm yang langsung dinyalakan dengan
cara menarik saklar/handel box pemadam kebakaran dan saat itu juga alarm
kebakaran akan berbunyi dan sistem sprinkler langsung menyala, alarm ini
terkoneksi dengan kantor pemadam kebakaran sehingga petugas kebakaran
bisa langsung mengetahui lokasi kebakaran.

Gambar 3-37.
Tipikal Sistem Fire Alarm

3.8. Perangkat Keamanan

Perangkat CCTV merupakan alat keamanan yang sangat membantu untuk


operasional dalam stasiun. Dengan kamera CCTV kondisi di stasiun selalu
terpantau sehingga memudahkan petugas stasiun untuk mengatur
penumpang di stasiun.

Perangkat CCTV harus disediakan di semua stasiun besar dan stasiun sedang.
Sementara untuk stasiun kecil, perangkat CCTV harus disediakan jika stasiun
tersebut merupakan stasiun komuter.

Untuk menjamin keamanan terhadap ancaman benda-benda tajam, senjata


api dan ancaman bom maka di stasiun besar harus dilengkapi alat-alat
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 54

keamanan minimum yang terdiri Metal Detector, Walkthrough Detector, dan


Inspection Mirror.

Berikut contoh tipikal perangkat keamanan yang di maksud :

Gambar 3-38.
Tipikal Perangkat CCTV

Gb. Gambar 3-39.


Tipikal Metal Detector
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab III. Perangkat Stasiun 55

Gb. Gambar 3-40.


Tipikal Walkthrough Detector

Gb. Gambar 3-41.


Tipikal Inspection Mirror
BAB IV
BANGUNAN STASIUN

4.1. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum

Bangunan stasiun merupakan tempat bagi penyelenggaraan angkutan publik


dengan moda transportasi kereta api. Angkutan publik ini diperuntukan bagi
masyarakat secara umum sehingga bangunan stasiun merupakan bangunan
umum yang didesain, dibangun dan dimanfaatkan dengan memperhatikan
aksesibilitas pada bangunan umum.

Aksesibilitas pada bangunan umum adalah kemudahan yang disediakan bagi


semua orang termasuk penyandang cacat untuk mengakses fasilitas pada
bangunan umum.Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum, yaitu:

a. Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai semua


tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

56
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 57

4.2. Ukuran Dasar Ruang

Ukuran dasar ruang tiga dimensi yang meliputi panjang, lebar dan tinggi,
digunakan sebagai pedoman untuk mendesain bangunan sehubungan dengan
pemenuhan asas aksesibilitas pada bangunan.

Ukuran dasar ruang di stasiun mengacu kepada dua ukuran dasar sebagai
berikut:
a. Ukuran Dasar Umum, yang meliputi ukuran tubuh manusia dewasa,
peralatan yang digunakan, ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya.
b. Ukuran Dasar Khusus, yang disesuaikan dengan ukuran sarana dan
prasarana perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang
dibutuhkan untuk mewadahi pergerakan sarana sehubungan dengan
kegiatan operasional kereta api di stasiun.

4.2.1 Ukuran Dasar Umum

Ukuran dasar umum diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi ruang


dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan publik harus menerapkan ukuran
dasar bagi semua orang termasuk penyandang cacat. Sedangkan ruang-
ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan dan ruangan petugas, dapat
disesuaikan tanpa menerapkan ukuran dasar bagi penyandang cacat.

Detail ukuran dasar umum dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut.


Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 58

Gambar 4-1.
Ukuran Umum Orang Dewasa

Gambar 4-2.
Ruang Gerak Bagi Tuna Netra
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 59

Gambar 4-3.
Ukuran Kursi Roda

Gambar 4-4.
Ukuran Putar Kursi Roda
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 60

Gambar 4-5.
Belokan dan Papasan Kursi Roda

4.2.2 Ukuran Dasar Khusus


Detail ukuran dasar khusus menyangkut ruang bebas bagi pergerakan kereta
api dijelaskan pada gambar-gambar sebagai berikut.

Gambar 4-6.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Elektrifikasi dan Non Elektrifikasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 61

Gambar 4-7.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Lengkung

Gambar 4-8.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Lurus untuk Jalur Ganda
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 62

Gambar 4-9.
Ruang Bebas pada Jalan Rel Jalur Lengkung untuk Jalur Ganda

4.3. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun

Ruang-ruang di stasiun adalah tempat untuk berbagai aktifitas dan fasilitas


pelayanan jasa angkutan kereta api yang berada di stasiun. Ruang-ruang ini
merupakan bagian dari bangunan stasiun yang berupa ruangan kerja, ruangan
pelayanan, hall, teras, area terbuka, jalur kereta api, peron, jalur pejalan kaki,
pelataran parkir dan lain-lain.

Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut. Secara umum,
pembagian ruang di stasiun berdasarkan fungsinya meliputi:
a. Ruang untuk Kegiatan Pokok
b. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 63

4.3.1 Ruang untuk Kegiatan Pokok

Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan
kereta api di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi menjadi dua
bagian utama, yaitu:
a. Ruang Petugas Operasional, yang meliputi:
1) Ruang Kepala Stasiun (KS), yaitu ruang yang diperuntukan bagi
Kepala Stasiun untuk menjalankan tugasnya dalam mengatur
kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.
2) Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS), yaitu ruang dinas Wakil Kepala
Stasiun yang bertugas membantu tugas Kepala Stasiun.
3) Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA), yaitu ruangan
khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi petugas
untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh masinis, serta
bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus memadai
untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan oleh
PPKA.
4) Ruang Pengawas Peron (PAP), yaitu ruang pengawas petugas
stasiun yang berada pada posisi bisa melihat arah datangnya kereta
dan seluruh emplasemen yang fungsinya sebagai tempat untuk
memberika layanan informasi melalui pengeras suara kepada calon
penumpang kereta api.
5) Ruang Keuangan, yaitu ruang yang mempunyai fungsi utama
sebagai ruang administrasi dan perbendaharaan stasiun.
6) Ruang Serbaguna, yaitu ruang yang disediakan untuk menunjang
operasional stasiun atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan
petugas.
7) Ruang Peralatan, yaitu ruang yang disediakan untuk menyimpan
alat-alat yang digunakan untuk keperluan stasiun misal alat
kebersihan, dan sebagainya.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 64

8) Ruang UPT Kru KA, yaitu ruang yang disediakan bagi Kru KA yang
berdinas untuk menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan
kebutuhannya.
9) Ruang Istirahat Kru KA, yaitu ruang khusus istirahat yang dilengkapi
dengan fasilitas tempat tidur untuk kru KA yang akan atau selesai
berdinas sehingga kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.
10) Ruang Petugas Keamanan, yaitu ruang petugas keamanan stasiun
yang disediakan untuk tempat koordinasi dan administrasi petugas
keamanan termasuk tempat untuk istirahat petugas keamanan
stasiun.
11) Ruang Petugas Kebersihan, yaitu ruang yang disediakan bagi
petugas kebersihan stasiun untuk menyiapkan dan melakukan
tugasnya di stasiun.

b. Ruang Pelayanan dan Publik,meliputi:


1) Ruang Hall
2) Ruang Loket
3) Ruang Pelayanan Informasi
4) Ruang Tunggu VIP
5) Ruang Tunggu Eksekutif
6) Ruang Tunggu Umum
7) Ruang Peron
8) Ruang Pelayanan Kesehatan
9) Ruang Toilet Umum
10) Ruang Mushola
11) Ruang untuk Ibu Menyusui
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 65

4.3.2. Ruang untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus

Ruang ini adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial


yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang kegiatan
penyelenggaraan jasa angkutan kereta api di stasiun. Ruang ini meliputi:
a. Ruang Pertokoan,
b. Ruang Restoran,
c. Ruang Parkir Kendaraan,
d. Ruang Gudang,
e. Ruang Penitipan Barang,
f. Ruang Bongkar Muat Barang,
g. Ruang ATM,
h. Ruang Reservasi Hotel dan Travel.

4.4. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun

Setiap ruang di stasiun memiliki ukuran tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang berada di dalamnya. Penentuan ukuran ruang harus
mempertimbangkan berbagai hal sehubungan dengan kapasitas, utilitas,
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
ruangan.

Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat
dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

L = 0,64 m2/orang x V x LF

L = luas ruang pelayanan dan publik (m2)


V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun
(orang)
LF = load factor (100%) = 1
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 66

Standar minimum untuk luas ruang-ruang bagi kegiatan pokok di stasiun


ditentukan pada Tabel 4-1.

Penentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang dan jasa
pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya menyangkut
jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap memenuhi aspek-aspek
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

Tabel 4-1.
Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun

Luas Ruangan (m2)


Ruang BerdasarkanKelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
Ruang KS 30 24 20
Ruang WKS 15 15 -
Ruang PPKA 25 18 18
Ruang PAP 4 - -
Ruang Keuangan 20 16 -
Ruang Serbaguna 100 50 -
Ruang Peralatan 16 12 8
Ruang UPT Kru KA 24 - -
Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -
Ruang Petugas Keamanan 15 12 9
Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6
Ruang Hall 250 150 60
Ruang Loket 25 12 60
Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9
Ruang Tunggu VIP 90 - -
Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -
Ruang Tunggu Umum 600 160 40
Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15
Ruang Toilet Umum 54 45 30
Ruang Mushola 49 30 20
Ruang Ibu Menyusui 15 10 -
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 67

Gambar 4-10.
Tipikal Ruang Kepala Stasiun

Gambar 4-11.
Tipikal Ruang Wakil Kepala Stasiun
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 68

Gambar 4-12.
Tipikal Ruang PPKA

Gambar 4-13.
Tipikal Ruang PAP
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 69

Gambar 4-14.
Tipikal Ruang Keuangan

Gambar 4-15.
Tipikal Ruang Serbaguna
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 70

Gambar 4-16.
Tipikal Ruang Peralatan

Gambar 4-17.
Tipikal Ruang UPT Kru KA
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 71

Gambar 4-18.
Tipikal Ruang Istirahat Kru KA

Gambar 4-19.
Tipikal Ruang Petugas Keamanan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 72

Gambar 4-20.
Tipikal Ruang Petugas Kebersihan

Gambar 4-21.
Tipikal Ruang Hall
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 73

Gambar 4-22.
Tipikal Ruang Loket

Gambar 4-23.
Tipikal Ruang Informasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 74

Gambar 4-24.
Tipikal Ruang Tunggu VIP

Gambar 4-25.
Tipikal Ruang Tunggu Eksekutif
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 75

Gambar 4-26.
Tipikal Ruang Tunggu Umum

Gambar 4-27.
Tipikal Ruang Kesehatan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 76

Gambar 4-28.
Tipikal Toilet

Gambar 4-29.
Tipikal Mushola
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 77

Gambar 4-30.
Tipikal Ruang Ibu Menyusui/Laktasi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 78

4.5. Warna Bangunan

Secara umum, warna bangunan ditentukan oleh warna dasar dinding


bangunan. Warna elemen bangunan lainnya seperti kusen, pintu, lisplang
disesuaikan sebagai kombinasi warna.

4.5.1. Warna Eksterior Bangunan

Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara standar


warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.

Tabel 4-2.
Standar Warna Dinding Eksterior
Bangunan Stasiun Heritage dan Non Hertage
Bangunan Bangunan
Jenis Warna
Non Heritage Heritage
Putih
(kode 2290M Brilliant White Putih
merk Dulux / setara); (kode 2290M Brilliant White
Warna Dasar
Krem merk Dulux / setara)
(kode 44518 Ruby Sand
merk Dulux / setara)
Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Tua Gradasi Warna Abu Tua

Oranye
(kode 43044 Teracotta
Oranye
Aksen Warna (bila merk Dulux / setara);
(kode 43044 Teracotta
diperlukan) Abu Tua
merk Dulux / setara)
(kode 30GG 52/011 Frost Grey
merk Dulux / setara)

Khusus stasiun komuter yang bukan merupakan bangunan heritage, warna


dinding bangunan disesuaikan dengan tema tertentu yang mengindikasikan
identitas stasiun.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 79

Pengecatan dinding eksterior bangunan menggunakan cat yang diperuntukan


secara khusus sebagai cat dinding eksterior, dengan spesifikasi umum sebagai
berikut:

- cat weathershield,
- daya sebar teoritis 12-13 m2/liter/lapis,
- masa pengeringan 2-3 jam sebelum lapisan berikutnya,
- pengenceran 10% untuk permukaan acian.

4.5.2. Warna Interior Bangunan

Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah warna
terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan desain.
Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya juga disesuaikan
dengan kebutuhan desain.

Pengecatan dinding interior bangunan menggunakan cat dengan spesifikasi


umum sebagai berikut:

- daya sebar teoritis 12-14 m2/liter/lapis;


- masa pengeringan 1-2 jam sebelum lapisan berikutnya;
- pengenceran 20% untuk permukaan acian;

4.5.3. Warna Bangunan Overkaping

Bentuk bangunan overkaping disesuaikan dengan keperluan desain


arsitekturnya. Atap overkaping mengunakan material dengan warna abu-
abu. Tiang dan rangka overkaping menggunakan cat dengan kombinasi
warna abu-abu tua.

4.5.4. Periode Pengecatan Kembali

Bangunan stasiun perlu dicat kembali setiap periode waktu tertentu, seperti
dijelaskan pada Tabel 4-3.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 80

Tabel 4-3.
Periode Pengecatan Kembali

Elemen Periode Pengecatan Berdasarkan Kelas Stasiun


Bangunan Besar Sedang Kecil
Dinding Eksterior 4 tahun 5 tahun 5 tahun
Dinding Interior 4 tahun *) 5 tahun *) 5 tahun *)
Overkaping Baja 5 tahun 5 tahun 5 tahun
Overkaping Beton 4 tahun 5 tahun 6 tahun
*) disesuaikan dengan kebutuhan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengecatan kembali


adalah sebagai berikut:

a. Plesteran dinding yang rusak harus diperbaiki dulu, kemudian diplamir


kembali sebelum dilakukan pengecatan.
b. Material baja yang korosi harus diperbaiki dulu sebelum dilakukan
pengecatan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 81

4.6. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang kereta
api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang dan peron
rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side platform) dan di
antara dua jalur (island platform).

4.6.1. Ukuran Teknis Peron

Tabel 4-4.
Ukuran Teknis Peron

Jenis Peron
No. Uraian
Tinggi Sedang Rendah
1 Tinggi Peron, diukur dari kepala rel
100 cm 43 cm 18 cm
sampai dengan lantai peron
2 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel Lurus 160 cm
3 Jarak Tepi Peron dari As Jalan Rel 135 cm 120 cm
165 cm
Lengkung
4 Lebar Minimal untuk Peron di Antara Dua
200 cm 250 cm 280 cm
Jalur KA (Island Platform)
5 Lebar Minimal untuk Peron di Tepi Jalur
165 cm 190 cm 205 cm
KA (Side Platform)
6 Jarak Garis Batas Aman, diukur dari sisi
35 cm 600 cm 750 cm
tepi luar peron ke arah as peron
7 Panjang Peron disesuaikan dengan rangkaian terpanjang
KA penumpang yang beroperasi

Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron dapat


dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

0,64 m2/orang x V x LF
b =
l

b = lebar peron (meter)


V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (80%)
l = panjang peron sesui dengan rangkaian terpanjang KA penumpang
yang beroperasi (meter)
Pembangunan peron baru harus menggunakan jenis peron tinggi atau
peron rendah. Peron sedang dipertimbangkan tidak memenuhi aspek
efisiensi utilitas karena operasionalnya masih harus menggunakan tangga
khusus(bancik) untuk naik turun penumpang.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 82

Gambar 4-31.
Potongan Melintang PeronTinggi

Gambar 4-32.
Potongan Melintang Peron Rendah
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 83

4.6.2. Kelengkapan Peron

Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan kelengkapan di area


peron adalah sebagai berikut:

a. Area peron harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai,


papan nama peron, papan nama jalur KA, papan petunjuk arah,
petunjuk waktu, tanda batas aman peron dan papan
peringatan/larangan.

b. Untuk memenuhi aspek kenyamanan, peron di stasiun besar, stasiun


sedang dan stasiun komuter harus dilengkapi dengan overkaping.

c. Untuk akses pergerakan vertikal, peron tinggi dan peron sedang harus
dilengkapi dengan ramp sehingga aksesibel bagi penyandang cacat dan
memudahkan bagi orang yang membawa barang dengan alat bantu
angkut beroda.

4.6.3. Material Lantai Peron

Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan material lantai peron


adalah sebagai berikut:

a. Untuk memenuhi aspek keselamatan, lantai peron harus menggunakan


material yang tidak licin sehingga tidak menyebabkan orang terpeleset
atau tergelincir. Material yang digunakan juga harus mempunyai
permukaan yang rata sehingga tidak menyebabkan orang tersandung.

b. Jenis-jenis material yang dapat digunakan sebagai permukaan lantai


peron adalah sebagai berikut:
1) hotmix aspal;
2) granit bertekstur;
3) keramik bertekstur;
4) plat lantai beton dengan permukaan bertekstur;

c. Material sejenis paving block sebaiknya tidak digunakan karena


materialnya mudah bergeser sehinggga permukaan peron menjadi tidak
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 84

rata. Material keramik yang digunakan harus berkualitas baik dengan


ketebalan yang cukup sehingga tidak mudah pecah.

d. Warna untuk material lantai yang digunakan adalah warna abu-abu tua
yang merupakan warna natural dari material beton, batu atau jalan
aspal. Sedangkan untuk garis tanda batas aman peron digunakan warna
putih.

4.7. Jalur Pedestrian

Jalur pedestrian merupakan jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau
berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di stasiun dirancang
berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tidak
terhalang sehubungan dengan aktifitas pelayanan dan penggunaan jasa
angkutan kereta api di stasiun.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain jalur pedestrian adalah


sebagai berikut:

a. Permukaan Lantai
Permukaan lantai harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tapi
tidak licin. Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan
lantai harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh lebih
dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya harus
menggunakan konstruksi yang permanen.

b. Kemiringan Lantai
Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak maksimal
900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120 cm.

c. Pencahayaan
Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 85

d. Drainase
Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5
cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi ramp.

e. Ukuran
Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari
halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan, lubang
drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang menghalangi.

f. Tepi Pengaman / Kanstin / Low Curb


Tepi pengaman penting bagi penghentian kursi roda dan tongkat tuna
netra ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
10 cm dengan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.

g. Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah jalur digunakan untuk memandu penyandang cacat
untuk berjalan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan peringatan.

Gambar ilustrasi untuk penerapan prinsip desain jalur pedestrian dapat


terlihat pada Gambar 4-33 sebagai berikut:
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 86

Gambar 4-33.
Prinsip Desain Jalur Pedestrian
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 87

4.8. Tangga

Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan yang


dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam.

b. Tangga didesain dengan kemiringan maksimum 30°.

c. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan


pengguna tangga.

d. Tangga harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) sekurang-


kurangnya pada salah satu sisi tangga.

e. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80 cm


dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian
ujungnya harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah lantai, dinding
atau tiang.

f. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnya-


ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30 cm.

g. Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain sedemikian


rupa sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada lantai tangga.

h. Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai.

Ukuran dan detail penerapan standar dapat terlihat pada gambar-gambar


sebagai berikut.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 88

Gambar 4-34.
Tipikal Tangga

Gambar 4-35.
Pegangan Rambat pada Tangga
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 89

Gambar 4-36.
Desain Profil Tangga

Gambar 4-37.
Detail Pegangan Rambat Tangga

Gambar4-38.
Detail Pegangan Rambat pada Dinding
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 90

4.9. Ramp

Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang memiliki
kemiringan tertentu. Ramp digunakan sebagai jalur alternatif bagi orang yang
tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga.

Beberapa persyaratan desain ramp adalah sebagai berikut:

a. Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak melebihi 1:8 Sedangkan ramp


di luar bangunan didesain dengan kemiringan tidak melebihi 1:10.

b. Panjang mendatar dari suatu ramp dengan perbandingan antara tinggi


dan kelandaian 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan
kemiringan yang lebih rendah dapat didesain lebih panjang.

c. Lebar minimum ramp tanpa tepi pengaman adalah 95 cm. Lebar


minimum ramp dengan tepi pengaman adalah 120 cm. Ramp yang
digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang
harus dipertimbangkan lebarnya secara seksama sedemikian sehingga
bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp
dengan fungsi sendiri-sendiri.

d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran suatu ramp harus bebas
dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar
kursi roda dengan ukuran minimum 160 cm.

e. Material yang digunakan untuk lantai ramp harus memiliki tekstur


sehingga tidak licin.

f. Tepi pengaman ramp (low curb) dirancang dengan lebar 10 cm untuk


menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur
ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau
persimpangan, ramp harus didesain agar tidak mengganggu jalan umum.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 91

g. Ramp harus dilengkapi dengan penerangan dengan pencahayaan yang


cukup sehingga membantu pengguna ramp pada malam hari.
Pencahayaan disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki
ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.

h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (hand rail) yang


kekuatannya terjamin dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan rambat
harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80 cm.

Ukuran dan detail penerapan standar dapat terlihat pada gambar-gambar


sebagai berikut.

Gambar 4-39.
Tipikal Ramp
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 92

Gambar 4-40.
Bentuk-Bentuk Ramp

Gambar 4-41.
Kemiringan Ramp
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 93

Gambar 4-42.
Pegangan Rambat pada Ramp

Gambar 4-43.
Kemiringan Melintang Ramp

Gambar 4-44.
Pintu di Ujung Ramp
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 94

Gambar 4-45.
Ramp untuk Trotoar

Gambar 4-46.
Detail Ramp pada Trotoar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 95

Gambar 4-47.
Bentuk Ramp yang Direkomendasikan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 96

4.10. Pintu

Pintu adalah bagian dari tapak bangunan atau ruang yang merupakan tempat
untuk masuk dan keluar yang pada umumnya dilengkapi dengan penutup
berupa daun pintu.

Sehubungan dengan asas aksesibilitas, pintu hendaknya didesain dengan


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup


termasuk oleh penyandang cacat.

b. Pintu masuk utama pada bangunan stasiun harus dipisahkan dengan


pintu keluar utama sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perpotongan
arus sirkulasi orang.

c. Pintu masuk/keluar utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.


Sementara untuk pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan
minimal 80 cm.

d. Di daerah sekitar pintu sedapat mungkin dihindari adanya ramp ataupun


perbedaan ketinggian lantai.

e. Hindari penggunaan material lantai yang licin di sekitar pintu.

f. Jenis-jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan antara lain sebagai


berikut:
1) pintu geser (sliding door);
2) pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup;
3) pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil;
4) pintu yang dapat terbuka ke dua arah (dorong dan tarik);
5) pintu dengan pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi
penyandang tuna netra.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 97

g. Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya


kebakaran. Pintu ini tidak boleh membuka sepenuhnya kurang dari 5
detik sebelum menutup kembali.

h. Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat


menutup dengan sempurna karena pintu yang tidak menutup dengan
sempurna dapat membahayakan bagi penyandang cacat.

i. Pada portal yang menggunakan pintu putar harus disediakan akses


berupa pintu khusus bagi pengguna kursi roda seperti yang terlihat pada
Gambar 4-32.

j. Diperlukan plat tendang di bagian bawah pintu bagi pengguna kursi roda
dan orang yang menggunakan tongkat tuna netra.

Ukuran dan detail penerapan standar dapat terlihat pada gambar-gambar


sebagai berikut.

Gambar 4-48.
Pintu Gerbang Pagar
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 98

Gambar 4-49.
Ruang Bebas Pintu Satu Daun

Gambar 4-50.
Ruang Bebas Pintu Satu Daun dengan Posisi Berbelok
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 99

Gambar 4-51.
Ruang Bebas Pintu Dua Daun

Gambar 4-52.
Daun Pintu dengan Plat Tendang
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 100

Gambar 4-53.
Pegangan Pintu yang Direkomendasikan

Gambar 4-54.
Pintu pada Portal
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 101

4.11. Kamar Kecil

Kamar kecil (toilet) di stasiun merupakan fasilitas sanitasi yang diperuntukan


secara umum maupun khusus.Toilet yang diperuntukan secara umum
merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, orang tua dan ibu hamil. Sedangkan untuk toilet yang
diperuntukan secara khusus, aksesibilitasnya disesuaikan dengan orang yang
menggunakannya toilet tersebut. Toilet yang diperuntukan secara khusus
misalnya toilet di Ruang KS, Ruang PPKA, dan ruang kerja lainnya.

Persyaratan umum untuk fasilitas toilet adalah sebagai berikut:

a. Ruangan toilet untuk pria didesain terpisah dengan ruangan toilet untuk
wanita. Pemisahan ini juga termasuk pemisahan akses menuju ruangan
masing-masing dengan pintu masuk terpisah.
b. Masing-masing toilet dilengkapi dengan tanda toilet pria/wanita pada
bagian luar ruangan.
c. Wastafel sebaiknya menggunakan kran ungkit.
d. Lantai menggunakan material yang tidak licin.
e. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk dianjurkan untuk disediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.

Persyaratan khusus untuk fasilitas toilet sehubungan dengan aksesibilitas bagi


penyandang cacat adalah sebagai berikut:

a. Toilet harus dilengkapi dengan tanda aksesibilitas penyandang cacat pada


bagian luar ruangan.
b. Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk, keluar dan
manuver kursi roda.
c. Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda
membuka dan menutup pintu.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 102

d. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian kursi


roda, yaitu 45 – 50 cm.
e. Letak kertas tissue, air, kran air, pancuran (shower), tempat sabun,
pengering dan perlengkapan lainnya harus dipasang sedemikian rupa
sehingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik
dan bisa dijangkau oleh pengguna kursi roda.
f. Kunci atau grendel pintu dipilih sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dari
luar jika terjadi kondisi darurat.

Ukuran dan penerapan standar untuk toilet yang didesain aksesibel bagi
penyandang cacat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut.

Gambar 4-55.
Ukuran Sirkulasi Masuk
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 103

Gambar 4-56.
Tinggi Perletakan Kloset

Gambar 4-57.
Ruang Gerak di Dalam Toilet
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 104

Gambar 4-58.
Simulasi Pergerakan di Toilet

Gambar 4-59.
Kran Wudlu bagi Penyandang Cacat
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 105

4.12. Tempat Parkir Kendaraan

Fasilitas parkir kendaraan di stasiun disediakan untuk berbagai jenis


kendaraan seperti mobil pribadi, taksi, bisdan sepeda motor. Selain aksesibel
bagi berbagai kendaraan tersebut, jalan di area parkir juga harus aksesibel
bagi mobil pemadam kebakaran, truk pengangkut peralatan dan truk
pengangkut sampah.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendesain tempat parkir adalah


sebagai berikut:

a. Ukuran tempat parkir harus disesuaikan dengan ukuran jenis


kendaraannya. Ukuran mobil pribadi dan ukuran tempat parkirnya dapat
dilihat pada Gambar 4-39.

b. Desain layout parkir disesuaikan dengan ketersediaan lahan dan kapasitas


parkir yang dibutuhkan. Beberapa tipikal desain layout parkir untuk
kendaraan pribadi dapat dilihat pada Gambar 4-40.

c. Area parkir harus dilengkapi penunjuk arah, rambu lalu-lintas dan marka
jalan yang dibutuhkan, seperti penunjuk arah menuju hall stasiun, marka
jalan penunjuk arah jalur kendaraan, rambu dilarang parkir di tempat-
tempat tertentu dan rambu-rambu penunjuk atau larangan berbelok.
Rambu dan marka jalan mengikuti standar yang dipakai oleh Departemen
Perhubungan.

d. Pintu gerbang masuk area parkir harus dipisahkan dengan pintu gerbang
keluar agar tidak terjadi perpotongan sirkulasi arus kendaraan.

e. Area parkir harus dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai.

f. Garis pembatas parkir menggunakan warna putih atau kuning dengan


lebar 12 – 20 cm yang terletak di samping dan di depan kendaraan.
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 106

g. Posisi mobil satu sama lain dibatasi oleh palang yang tingginya sekitar 10
cm seperti yang terlihat pada Gambar 4-62. Pembatas ini berfungsi
menghentikan roda mobil agar tidak berbenturan dengan mobil lain yang
berada di belakangnya.Penempatan tempat parkir di depan dinding dapat
menggunakan papan bantalan dengan bahan karet pada dinding di
belakang mobil.

h. Tempat parkir dapat disesuaikan dengan lingkungan tanpa mengurangi


fungsinya seperti yang terlihat pada Gambar 4-63. Sesuai dengan kontur
alami, tempat parkir dapat dibuat lebih rendah dilengkapi dengan
penghijauan pada atapnya seperti. Penghijauan ini tidak hanya
menambah keindahan, melainkan juga untuk penyerapan debu dan
memperbaiki kehidupan ekologi.

i. Area parkir di ruang terbuka hendaknya dilengkapi dengan koridor


beratap bagi pejalan kaki menuju pintu utama bangunan stasiun. Ramp
diperlukan untuk mengatasi perbedaan tinggi lantai parkir dengan lantai
koridor sehingga aksesibel bagi pengguna kursi roda dan pengguna alat
bantu angkut barang yang beroda.

Gambar 4-60.
Ukuran Mobil Pribadi
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 107

[a] Parkir paralel pada satu jalur [b] Parkir dengan sudut 30° hanya [c] Parkir dengan sudut 45° hanya
kendaraan dari satu arah dari satu arah

[d] Parkir dengan sudut 60° hanya dari [e] Parkir dengan sudut 90° [f] Parkir dengan sudut 90°
satu arah dari dua arah, lebar 2,5 m dari dua arah, lebar 2,3 m

[g] Parkir dengan sudut 45° hanya dari [h] Parkir dengan sudut 45°’ hanya [i] Parkir dengan sudut 60°’ dari
satu arah dari satu arah (pengembangan) satu arah

[j] Parkir dengan sudut 90’ dari dua [k] Susunan diagonal untuk parkir
arah, lebar jalan 5,5 m, lebar parkir 2,5 dengan sudut 45’ dari satu arah
m

Gambar 4-61.
Tipikal Layout Parkir
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 108

Gambar 4-62.
Palang Penghalang dan Bantalan Batas Henti

Gambar 4-63.
Tempat Parkir sesuai dengan Lingkungan dilengkapi Penghijauan
Buku Pedoman Standardisasi Stasiun 2011, Bab IV. Bangunan Stasiun 109

4.13. Tempat Penampungan Sampah Sementara

Tempat penampungan sampah sementara harus ada di area stasiun dengan


tujuan agar sampah tidak menumpuk di dalam area stasiun. Penempatan
penampungan sampah sementara disesuaikan dengan ketersediaan lahan
area stasiun sehingga dampak yang diakibatkan dari sampah tersebut tidak
mengganggu kenyamanan penumpang di dalam stasiun.

Tempat penampungan sampah sementara harus dapat dengan mudah diakses


oleh truk pengangkut sampah, sehingga dengan periode tertentu sesuai
kebutuhan stasiun sampah ini dapat diangkut oleh truk dan di buang ke
tempat pembuangan sampah (TPS). Gambar 4-64 menunjukkan gambar tipikal
tempat penampungan sampah sementara.

Gambar 4-64.
Tipikal Tempat Penampungan Sampah Sementara
BAB V
PENUTUP

Penyusunan pedoman ini merupakan langkah awal dalam melakukan kegiatan


standardisasi stasiun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
angkutan kereta api di stasiun. Pelaksanaan penerapan pedoman ini harus dipantau
dan dievaluasi sehingga dapat diketahui kendala-kendala yang terjadi serta
kekurangan-kekurangan yang mungkin terdapat dalam pedoman ini. Untuk itu
diperlukan kontribusi dari berbagai pihak untuk mengupayakan perbaikan-
perbaikan dalam rangka menyempurnakan pedoman ini.

110
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Pedoman


Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.

2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2011 Tentang


Perpotongan dan/atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api dengan
Bangunan Lain.

3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 Tahun 2011 Tentang Standar


Pelayanan Minimum untuk Anguktan Orang dengan Kereta Api.

4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2011 Tentang


Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api.

5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 23 Tahun 2011 Tentang Jenis,


Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api.

6. Sunarto Tjahjadi. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Cetakan 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga. 1996.

7. Sunarto Tjahjadi. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Cetakan 1. Jakarta. Penerbit
Erlangga. 2002.

8. Ir. Sunarmo, M.Eng., Ph.D. Mekanikal Elektrikal. Yogyakarta. Penerbit Andi.


2005.

Anda mungkin juga menyukai