Anda di halaman 1dari 3

STANDAR OPERASIONAL

PROSEDUR

KERACUNAN MAKANAN Public Safety


Dinas Kesehatan
Kab. Tojo Una-Una Center
(PSC) 119
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
00 1/3
Standar Tanggal Terbit : Ditetapkan Oleh :
Operasional Kepala Dinas Kesehatan
Prosedur 03 Januari 2019 Kab. Tojo Una-Una,

Dra. Jafanet Alfari, MAP., M.Kes


NIP. 19650115 199303 2 003
Pengertian Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan
pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia,
misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens,
Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.
Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan pada
Tujuan
pasien yang mengalami keracunan makanan.
Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tojo Una-
Kebijakan
Una Nomor : 188.45/01.60/DINKES Tentang Pelayanan
Kesehatan Dan Jenis-Jenis Penyakit Yang Bisa Ditangani
Public Safety Center (PSC) 119 Sivia Patuju Dinas Kesehatan
Kabupaten Tojo Una-Una
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Referensi
Tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT)
1. Tensimeter
Alat dan Bahan
2. Stetoskop
3. Thermometer
4. Oksimetri
5. Sarung tangan
6. Obat-obatan emergency
7. Infus set
8. Cairan rehidrasi (NaCl 0,9%, RL, oralit )
Prosedur A. Fase Persiapan
1. Siapkan dan dekatkan alat
2. Perawat cuci tangan dan pakai sarung tangan bersih.

B. Fase Kerja
1. Petugas melakukan anamnesis
1) Keluhan yang dirasakan pada kasus keracunan
makanan yaitu diare akut yang berlangsung kurang
dari 2 minggu. Terdapat darah atau lender pada
tinja, nyeri perut, keram pada otot perut serta
kembung.
2) Perlu dikaji riwayat makanan/ minum sebelumnya
di tempat yang tidak higienis, konsumsi
daging/ungags yang kurang matang serta konsumsi
makanan laut secara mentah.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan awal dimulai dengan penilaian kondisi
jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi darah
(ABCDE).
2) Pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi tekanan
darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan
suhu tubuh.
3) Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
tekanan darah turun, nadi cepat, mulut kering,
penuruinan keringat, turgor kulit tidak elastis,
penurunan output urin, neterio tekan pada perut
serta bising usus yang meningkat atau melemah
3. Petugas melakukan penegakan diagnose
Diagnosis sementara ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisik
4. Petugas melakukan penanganan awal prafasilitas
pelayanan kesehatan ( Rumah Sakit)
1) Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut
adalah self-limiting, pengobatan khusus tidak
diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa
hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik.
Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang cukup dan
suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan
pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan
intravena (misalnya, larutan natrium klorida
isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral
dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung
natrium dan glukosa.
2) Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi
spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur
tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.
3) Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga
kebersihan diri.
4) Konseling dan Edukasi
a. Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga
higiene keluarga dan pasien.
5. Kriteria Rujukan
1) Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari
ditangani dengan adekuat.
2) Pasien mengalami perburukan.

C. Fase Terminasi
1. Bila sudah selesai, buka sarung tangan
2. Rapikan pasien dan alat
3. Perawatan cuci tangan
4. Dokumentasi respon, prosedur dan kondisi pasien
Unit Pelaksana Dokter dan perawat PSC 119 Dinkes Tojo Una-Una

Rekaman Histori Perubahan

No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


. Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai