Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANAJEMEN DIKLAT

PAPER
”ANALISIS KEBUTUHAN BELAJAR INDIVIDU SEBAGAI DASAR DALAM MENENTUKAN
MANAJEMEN DIKLAT”

Dosen Pengampu : Rabiman, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Ahmad Alvianto
Nim : 2019006074
PRODI : PVTM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK MESIN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS
SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era dulu hingga saat ini, Pendidikan dan pelatihan selalu berdampingandengan
peradaban manusia khususnya pada dunia formal maupun non-formal. Diklatdiberikan kepada
para pegawai oleh perancang, namun kompetensi yang dimilikididuga masih kurang, karena
masih banyak permasalahan yang terkait dengankompetensi Pegawai, yaitu masih banyak terjadi
pelanggaran terhadap aturan yangdilakukan oleh Pegawai.Hal yang perlu kita ketahui tentang
dasar pendidikan dan pelatihan adalahkonsep dan prosedur analasis kebutuhannya. Ialah suatu
proses kegiatan yangsistematis antara standar kinerja dan kompetensi pegawai sehingga dapat
ditingkatanmelalui pendidikan dan pelatihan. Mengingat pentingnya pelatihan yang
diberikankepada para peserta, maka berbagai persiapan yang berkaitan dengan
keberhasilandalam pelaksanaan kegiatan ini sangat membutuhkan persiapan yang
matang.Melalui analisa kebutuhan pelatihan, berbagai kebutuhan pendukung kegiatan harus
benar-benar dipersiapkan. Pada dasarnya analisa kebutuhan pelatihan ini merupakan suatu proses
untuk mengumpulkan dan menganalisa berbagai data untuk mengidentifikasi hal-hal
yangdiperlukan dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Berbagai hal yang perlu dilakukananalisa
untuk memenuhi kebutuhan pelatihan diantaranya adalah hal-hal yang berkaitan dengan materi,
media pendukung kegiatan pelatihan, danbeberapaantisipasi yang lain. Sehingga jika dalam
penyelenggaraan kegiatan tersebut ternyatatidak sesuai dengan target yang ditentukan maka akan
penyelenggara pelatihan sudahmempersiapkan solusi selanjutnya.Kegiatan pelatihan memang
tidak selalu berjalan mulus dan sesuai dengantarget penyelenggara. Bahkan kondisi di lapangan,
ternyata banyak kegiatan pelatihan yang justru tidak mendapat respon yang positif dari
masyarakat atauanggota
organisasi.
2.1 Rumusan Masalah
A. Pentingnya analisis kebutuhan belajar individu
B. Narasumber (konsultan) dalam merencanakan analisis kebutuhan belajar
C. Membuat daftar kebutuhan belajar
D. Teknik pengumpulan data kebutuhan belajar
E. Contoh analisis kebutuhan belajar individu
F. 5 faktor yang harus di perhatikan .
G. 11 langkah yang harus di lakukan untuk mempersiapkan bahan training
3.1 Tujuan
1. untuk mengetahui Pentingnya analisis kebutuhan belajar individu
2. untuk mengetahui Narasumber (konsultan) dalam merencanakan analisis
kebutuhan belajar
3. untuk mengetahui Membuat daftar kebutuhan belajar
4. untuk mengetahui Teknik pengumpulan data kebutuhan belajar
5. untuk mengetahui Contoh analisis kebutuhan belajar individu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya analisis kebutuhan belajar individu


Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh ilmu, berlatih serta dapat merubah
tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman belajar. Menurut Miarso Yusufhadi (2015: 9),
belajar dapat diperoleh dari siapa dan apa saja, baik yang sengaja dirancang maupun yang
diambil manfaatnya. Konsep ini mengandung arti bahwa bila seseorang mempunyai kesadaran
dan minat untuk belajar dia dapat mengambil pelajaran dari siapa saja, dan anggota masyarakat
lainnya. Bahkan juga belajar dari media radio yang didengarnya, telivisi yang dilihatnya, serta
tatanan dan lingkungan fisik, maupun kebudayaan dimana dia hidup. Kebutuhan belajar dapat
bersumber dari adanya kebutuhan yang dari bawah dipunyai individu semenjak ia dilahirkan.
Kebutuhan ini akan menjadi tenaga pendorong bagi individu untuk hidup dalam beberapa situasi
dan kondisi tertentu serta untuk berkembang terus. Menurut Maslow, seoarang ahli psikologi
kebutuhan dasar manusia itu berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai ketingkat yang
paling tinggi. Teori ini disebut sebagai teori “jenjang kebutuhan manusia”. Selanjutnya menurut
M, Atwi Suparman (2001: 63), kebutuhan belajar didefinisikan sebagai suatu kesenjangan
keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi
sama. Dengan kata lain setiap keadaan yang kurang dari seharusnya menunjukkan adanya
“kebutuhan” apabila kesenjangan itu besar atau menimbulkan akibat lebih jauh perlu
ditempatkan sebagai prioritas yang harus diatasi. Jangan melompat ke pemecahan masalah
sebelum yakin apa masalahnya. Kebutuhan belajar itu beragam setiap orang cenderung memiliki
kebutuhan belajar yang berbeda. Seperti kebutuhan belajar yang dirasakan oleh seseorang yang
berada di daerah pedesaan mungkin akan berbeda dengan kebutuhan belajar yang dirasakan
orang yang tinggal di daerah kota. Kebutuhan belajar yang dirasakan tahun lalu mungkin akan
berbeda pula dengan kebutuhan belajar yang dirasakan pada tahun mendatang. Apabila suatu
kebutuhan belajar telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang harus
dipenuhi melalui kegiatan belajar, kebutuhan belajar perlu diidentifikasi melalui pendekatan
perorangan. Kebutuhan adalah kecenderungan yang berisfat permanen yang ada di dalam diri
seseorang yang akan menimbulkan dorongam dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Kebutuhan belajar perlu diidentifikasi sebagai landasan penyusunan program belajar. Dimana
kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi akan memberikan arahan kemana program kegiatan
itu di tujukan. Kebutuhan pembelajaran merupakan suatu kopetensi peserta didik saat ini
dibandingkan dengan kopetensi peserta didik yang seharusnya dikuasai. Kesenjangan yang
dimaksud adalah kesenjangan pengetahuan, keterampilan atau sikap, bukan kesenjangan yang
lain yang akan diatasi dengan desain pembelajaran.
B. Narasumber (konsultan) dalam merencanakan analisis
kebutuhan belajar
Analisis kebutuhan pengembangan biasanya kurang mendapatkan perhatian dari
organisasi. Analisis ini dapat bersumber dari kebutuhan individu maupun kebutuhan organisasi.
Analisis kebutuhan ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh seorang individu
dan bagaimana cara pengembangannya. Baik perusahaan maupun individu dapat menganalisis
apa sebenarnya yang dibutuhkan seseorang dari cara pengembangan itu dilakukan. Tujuannya
untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Pusat penilaian/assessment center merupakan
sekumpulan instrumen dan latihanlatihan yang dirancang untuk mendiagnosis kebutuhan akan
pengembangan individu. Dalam pusat penilaian seorang manager melakukan berbagai aktivitas
seperti permainan peran, diskusi kelompok tanpa pemimpin, tes tertulis dan evaluasi rekan
kelompok. Sementara itu, pemeriksaan psikologis digunakan untuk menetapkan potensi dan
kebutuhan pengembangan. Dari pemeriksaan psikologis ini dapat diketahui berbagai informasi
yang berkaitan dengan faktorfaktor motivasional, gaya kepemimpinan, minat, kemampuan
analisis, dan pilihan pekerjaan. Metode analisis selanjutnya adalah penilaian pekerjaan, yang
dapat dirancang sebagai sumber informasi pada kebutuhan akan pengembangan karyawan.
Metode yang sering digunakan dalam analisis ini, antara lain assesment centre, test psikologi,
dan penilaian kinerja. Program pengembangan biasanya juga dikaitkan dengan perencanaan
suksesi dengan kebijaksanaan promosi dari dalam termasuk pusat penelitian, tes psikologis, dan
penilaian kinerja kerja. Pusat penelitian merupakan instrumen dan pelatihan yang dirancang
untuk mendiagnosis kebutuhan pengembangan SDM. Pusat penelitian ini digunakan baik untuk
membangun atau menyeleksi para manajer. Pusat penelitian dipandang sebagai cara yang
sempurna untuk menetapkan manajemen yang potensial. Pusat penelitian ini dipuji karena
dianggap mengatasi adanya bias yang terbawa dalam situasi wawancara, dalam penilaian atasan,
dan tes tertulis.
Pemeriksaan Psikologis secara tertulis sudah digunakan selama beberapa tahun untuk
menetapkan potensi dan kebutuhan pengembangan karyawan. Pemeriksaan intelegensi, analisis
verbal dan matematis, juga pemeriksaan kepribadian sering kali digunakan. Pemeriksaan itu
dapat melengkapi informasi yang berguna untuk pengusaha mengenai faktor-faktor seperti
motivasi, kemampuan analisis, gaya kepemimpianan, ciri-ciri respons interpersonal, serta minat
dan pilihan pekerjaan. Persoalan terbesar dari pemeriksaan psikologis terletak dari
interpretasinya, karena para manajer yang tidak terlatih, para atasan, dan pekerja kadangkala
tidak dapat secara tepat menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Penilaian Kinerja yang
dilakukan dengan baik dapat menjadi sumber informasi pengembangan. Data kinerja dari
produktivitas, hubungan karyawan, pemahaman pekerjaan dan dimensi yang relevan lainnya
dapat diukur dengan cara ini. Penilaian yang dirancang untuk tujuan pengembangan akan lebih
bermanfaat daripada penilaian yang secara kaku hanya bertujuan adminidtrasi belaka.
C. Membuat daftar kebutuhan belajar
Dalam kebutuhan manusia, dalam hal ini kebutuhan manusia dibagi menjadi tiga jenis
yakni kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Belajar bisa di rumah juga bisa di lembaga
bimbingan belajar seperti di nusa caraka. Nah apabila kamu diminta untuk membuat daftar skala
prioritas kebutuhan seorang siswa yang berstatus anak sekolah, maka kamu bisa melihat contoh
referensi yang sudah admin ukmsumut jelaskan pada studi kasus dibawah ini Skala prioritas
adalah sebuah ukuran kebuhan yang tersusun dan tercatat dalam daftar tingkat kebutuhan
seseorang.
Berikut ini contoh menyusun skala prioritas. Kebutuhan makhluk sosial dalam menjalani hidup
seringkali tidak terbatas dan terhalang oleh alat pemuas kebutuhan yang sangat terbatas
ketersediaannya. Kalau besok sidang skripsi, berarti malam harinya jangan streaming film
sampai larut. Kebutuhan masa yang akan datang adalah pemenuhan kebutuhan di masa yang
akan. Skala prioritas kebutuhan adalah urutan kebutuhan yang disusun berdasarkan tingkat
kepentingan kebutuhan. Skala prioritas dalam kebutuhan yang sudah disusun lengkap dengan
fungsi, pengertian, tujuan, faktor, bentuk, manfaat, contoh dan gambar supaya mudah di pahami.
Contoh skala prioritas misalnya kebutuhan pangan lebih mendesak dibandingkan kebutuhan
papan. Oleh dosen pendidikan 2 diposting pada 13/06/2021. Jika dikaitkan dengan skala
prioritas, tingkat urgensi merupakan tingkat kepentingan pada suatu kebutuhan yang harus
dipilih dan harus didahulukan. Identifikasi kebutuhan pelatihan identifikasi kebutuhan pelatihan
merupakan langkah pertama dari siklus penyusunan program pelatihan. 2 menentukan skala
prioritas kebutuhan. Kebutuhan akan sesuatu ini merupakan hasrat alami manusia sebagai
makhluk sosial dan tidak bisa hidup sendiri. Untuk postingan kali kami akan membahas
mengenai salah satu jenis kebutuhan manusia.

D. Teknik pengumpulan data kebutuhan belajar


Banyak Metode dan teknik yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan dan
menghimpun informasi dan data untuk identifikasi kebutuhan pelatihan. Hal yang paling
prinsipil untuk diperhatikan adalah perlunya keterlibatan seluruh pihak terkait dalam proses yang
ditempuh. engankata lain bahwa pendekatan dan Metode partisipatif perlu diterapkan. Metode
dan teknik tersebutantara lain meliputi:
a. Metode Wawancara atau Interview
Banyak teknik yang dapat dipergunakan dalam melakukan wawancara baik dilihat dari cara
pengajuan pertanyaan, jenis pertanyaan maupun jumlah responden yang ada. Pada prinsipnya
wawancara dilakukan dengan cara "tanya jawab", bertatap muka dan berkomunikasi langsung
secara lisan dengan responden sebagai sumber data. Berbagai jenis wawancara yang dapat
dilakukan yaitu meliputi: Wawancara/Interview Terstruktur,Wawancara/Interview Tidak
Terstruktur, Wawancara/Interview Semi Terstruktur,Wawancara Sebaya.
b. Metode Kuesioner/Angket
Dalam hal ini pihak interviewer mempersiapkan serangkaian pertanyaan tertulis dengan mengacu
kepada kebutuhan informasi atau data yang telah ditetapkan sebelumnya.Distribusi dan cara
pengisian Kuesioner dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui tatap muka langsung
maupun
melalui pos (dikirimkan). Dalam hal jenis pertanyaan dalam kuesioner, ada berbagai
kemungkinan, yaitu pertanyaan terbuka, tertutup, campuran danlain sebagainya.
c. Metode SkalaSkala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap
sesuatu hasil pertimbangan. Biasanya penggunaan Metode skala ini ditujukan untuk menemukan
aspek sikap. Kaufman mengidentifikasi adanya tiga model umum analisis kebutuhan diklat,
yaitu: modelinduktif, deduktif, dan klasik. Model induktif adalah suatu model yang didahului
dengan kegiatan mengukur perilaku calon peserta, kemudian mengelompokkannya dalam
kawasan program darisudut tujuan umum yang diharapkan oleh masyarakat. Harapan tersebut
kemudian dibandingkan dengan tujuan besar yang telah ditetapkan dan akhirnya disusun tujuan
yang lebih terperinci. Model deduktif (tipe D) adalah suatu model yang berturut-turut dimulai
dari rumusan tujuan umum dan pernyataan hasil yang ada dituangkan ke dalam tingkah laku
yang diharapkan, penetapan kriteria untuk mengukur perilaku, mengadakan kesepakatan dengan
partner pendidikan lainnya (calon peserta, fasilitator, pengguna lulusan dan masyarakat),
melakukan pengumpulan data tentang kesenjangan kemampuan, merumuskan tujuan,
mengembangkan program, melaksanakan dan mengevaluasi. Sementara itu model klasik (tipe C)
adalah suatu model
yang berkaitan dengan orientasi pencapaian sasaran pada pendidik daripada orientasi pencapaian
sasaran si belajar.Dapat diketahui bahwa teknik, alat dan tujuan pelaksanaan analisis kebutuhan
diklat demikian luas. Teknik yang dapat digunakan bersifat saling melengkapi antara satu dengan
lainnya. Teknik pertama adalah perluasan pengumpulan data yang berkaitan dengan kinerja
pegawai yang menjadi target pelaksanaan analisis kebutuhan diklat. Contoh data dapat berupa
grafik penjualan atau pendapatan, angka kecelakaan dan lain-lain. Teknik selanjutnya adalah
needs assessment yang diartikan sebagai cara untuk mendapatkan opini tentang tujuan (optimals,
actuals, feelings, causes dan solusions) dari berbagai pihak. Teknik needs assessment
mensyaratkan melakukan kontak dengan sumber informasi untuk mendapatkan perspektif dan
informasi baru yang terkait dengan kinerja yang telah dicapai oleh setiap orang atau organisasi.
Teknik terakhir adalah melakukan subject matter analysis, yaitu melakukan pengkajian terhadap
bangun pengatahuan, keterampilan atau sikap yang akan dibelajarkan, sehingga calon peserta
diklat dapat meningkatkan kinerjanya.
E. Contoh analisis kebutuhan belajar individu
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar
bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami (Hamalik, 2010:
36). Ketika guru mulai melaksanakan tugasnya untuk mengajar, seorang guru harus memusatkan
perhatikan kearah penyampaian tujuan lalu memperhatikan materi yang menunjang tujuan serta
menetukan cara penyampaiannya. Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah
kembali materi terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa. Setelah guru yakin dengan
materi kemudian guru menentukan strategi yang tepat untuk penyampaian materi tersebut.
Model pengukuran kebutuhan belajar merupakan bentuk pengukuran terhadap halhal yang harus
ada dan dibutuhkan dalam kegiatan belajar, yang disajikan oleh pendidik (guru) dan disesuaikan
dengan program pembelajaran yang dilakukan. Terdapat tiga model pengukuran dalam
mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu model induktif, model deduktif, dan model klasik
(Koufman, 1972). Model induktif Model ini digunakan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan
belajar yang bersifat kebutuhan terasa atau kebutuhan belajar dalam pendidikan yang dirasakan
langsung oleh peserta didik. Dalam pelaksanaan identifikasi pun harus dilakukan secara langsung
kepada peserta didik itu sendiri. Keuntungan dalam menggunakan meodel ini adalah dapat
diperoleh informasi yang langsung dan tetap mengenai jenis kebutuhan peserta didik sehingga
memudahkan guru untuk memilih materi belajar yang sesuai dengan kebutuhan. Kelemahan dari
model ini adalah dalam upaya menerapkan materi pendidikan yang bersifat menyeluruh dan
umum untuk peserta didik yang banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana dan tenaga
yang banyak. Karena setiap peserta didik yang mempunyai kecenderungan ingin atau harus
belajar diminta informasinya mengenai kebutuhan yang mereka inginkan.
Langkah-langkah dalam model induktif: Mulai dari pengukuran tingkah laku siswa pada saat
sekarang. Mengelompokkan dalam kawasan program dari sudut tujuan yang diharapkan.
Harapan-harapan tersebut dibandingkan dengan tujuan besar yang ada pada kurikulum, baru
lahirlah kesenjangan. Untuk menyediakan program maka disusun tujuan secara terperinci dalam
program
yang tepat, dilaksanakan, dievaluasi, dan direvisi.
Model deduktif
Model deduktif diidentifikasi bahwa kebutuhan pembelajaran yang dilakukan secara umum
dengan sasaran yang luas. Artinya apabila akan menetapkan kebutuhan belajar untuk peserta
didik yang memiliki karakteristik yang sama, maka perlu dilakukan pelaksanaan identifikasinya
dengan dilakukan pengajuan pertimbangan kepada semua peserta didik. Dimana hasil
identifikasi ini diduga akan dibutuhkan untuk keseluruhan peserta didik yang mempunyai ciri-
ciri yang sama. Hasil dari identifikasi seperti ini akan digunakan dalam penyusunan materi
belajar yang bersifat universal. Keuntungan model deduktif adalah bahwa hasil dari identifikasi
dapat diperoleh dari sasaran yang luas, sehingga dapat dikatakan ada kecenderungan
penyelesaiannya dengan penyelanggaraan proses belajar dalam pelatihan secara umum.
Sendangkan kelemahan dari model ini adalah dari segi efektifitasnya karena belum tentu semua
peserta didik (sasaran) diprediksi memiliki karakteristik yang sama akan memanfaatkan dan
membutuhkan hasil identifikasi tersebut. Karena hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
keanekaragaman peserta didik tersebut. Karena hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
keanekaragaman peserta didik cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar yang berbeda.
Langkah-langkah dalam model deduktif:
Dimulai dari tujuan umum berupa pertanyaan hasil belajar yang diharapkan. Kembangkan
ukuran/kriteria untuk mengukur tingkah laku tertentu. Kumpulan data untuk mengetahui adanya
kesenjangan. Dasar kesenjangan-kesenjangan tersebut disusun dengan tujuan khusus secara
detail.
Program dikembangkan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
Model klasik
Model klasik ditujukan untuk menyelesaikan bahan belajar yang telah ditetapkan dalam
kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta didik (sasaran).
Tujuan model klasik adalah untuk mendekatkan kemampuan yang telah dimiliki dengan
kemampuan yang akan dipelajari, sehingga peserta didik tidak akan memperoleh kesenjangan
dan kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang baru. Keuntungan menggunakan moedel
klasik ini adalah untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari bahan belajar disamping
kemampuan yang telah dimiliki akan menjadi modal utnutk memahami bahan belajar yang baru.
Sedangkan kelemahan dari model ini adalah bagi peserta didik yang terlalu jauh kemampuan
dasarnya dengan bahan belajar yang akan dipelajari menuntut untuk mempelajari terlebih dahulu
kesenjangan kemampuan
tersebut, sehingga dalam mempelajari kebutuhan belajar yang diharapkan membutuhkan waktu
yang lama. Langkah atau kegiatan dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar model klasik ini
dilakukan pendidik kepada peserta didik dengan cara pemberian tes, wawancara, atau kartu
kebutuhan belajar untuk menetapkan kemampuan awal peserta didik. Kemampuan awal tersebut
akan dibandingkan dengan susunan pengetahuan yang terdapat dalam materi seperti modul yang
sudah ada. Apabila pendidik memperoleh hasil kemampuan peserta didik di bawah batas awal
bahan belajar yang terdapat pada program belajar, maka pendidik perlu memberikan supplement
terlebih dahulu sampai mendekati batas bahan pelatihan yang akan dipelajari.
Namun apabila pendidik sudah memperoleh hasil kemampuan awal sudah berada pada pokok
bahasan yang ada pada program maka pendidik dalam pembelajaran bertugas untuk menetapkan
strategi belajar dalam pelatihan yang teapat untuk membelajarkan peserta didik dari pokok
bahasan pertama. Penetapan metode belajar ini ditujukan untuk menghilangkan kebosanan pada
diri peserta didik.
F. 5 faktor yang harus di perhatikan .
1. Faktor kebutuhan karyawan
Fasilisator harus memenuhi kebutuhan karyawan sebagai peserta training, untuk dapat me
menuhi kebutuhan karyawan yang hendak mengikuti pelatihan dan pengembangan adalah kema
mpuan karyawan yang hendak di kembangkan dan kelemahan karyawan yang perlu ditingkatkan
2. Tujuan
Fasilisator perlu menentukan tujuan peatihan dan pengembangan dilakukan, tentu banyak
yang akan merasakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk karywan menjadi lebih ahli dalam su
atu hal, sehingga tujuan pelatihan haruslah menjadi pengembangan kemampuan yang dapat diapl
ikasikan sehari-hari.
3. Metode pelatihan
Hal penting lainnya yang harus di pikir dan persiapkan. Apabila metode pelatihan karyaw
an dan pengembangan SDM yang diginakan teknologi, fasilisator harus memerhatikan peserta ya
ng gagap teknologi agar dapat tetap mengikuti dengan baik.
4. Pendampingan
Pendampingan di buthkan peserta dalam pelatihan karyawan dan pengembangan SDM un
tuk dapat memastikan karyawan sebagai peserta tetap berada dijalur pemahaman konsep dengan
benar, pendampingan tetap dibutuhkan pasca pelathan agar apa yang di terima dipelatihan tidak s
ia-sia
5. Hasil
Hingga kini masih banyak pihak yang bingung untuk menilai hasil dari pelatihan karyawa
n dan pengembangan SDM, dengan target yang jelas dan terukur waktu juga dengan dampak yan
g positf dan inovasi yang dihasilkan, kita akan dengan mudah menilai bagaimana hasilnya kepad
a setiap peserta yang mnegikutinya
G. 11 langkah yang harus di lakukan untuk mempersiapkan bahan training
1. Daftar periksa bahan
Sekarang Anda telah menyelesaikan desain keseluruhan acara Anda dan mendesain sesi t
erperinci, yang berarti Anda siap untuk merencanakan dan Mengelola pengembangan bahan ajar
2. Menyelaraskan dengan standar perusahaan
Anda harus memastikan bahwa materi kursus yang Anda kembangkan konsisten dengan
bahan dan standar perusahaan Anda.
3. Sumber untuk konten kursus
Pada tahap ini Anda telah mengidentifikasi bahan yang mungkin Anda gunakan dalam de
sain kursus, atau sumber lain yang dapat Anda hubungi.
4. Menampilkan teks secara efektif
Pikirkan baik-baik tentang mencapai keseimbangan optimal antara teks dan grafis. Banya
k yang akan tergantung pada topik dan audiens – beberapa subjek meminjamkan diri mereka lebi
h alami ke pendekatan 'buku teks', memiliki lebih banyak teks dan lebih sedikit diagram. Materi
untuk sebagian besar kursus pelatihan untuk penonton dewasa yang khas akan mendapat manfaat
dari memiliki lebih banyak grafik dan diagram dengan lebih sedikit teks.
5. Delegasikan kartu nama atau lencana
Sangat penting bagi pelatih, dan delegasi lainnya, untuk segera mencapai mengetahui na
ma satu sama lain dan cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan bertanya kepada semua o
rang baik untuk memiliki kartu nama di depan mereka atau, jika kursus melibatkan orang banyak
bergerak, memakai lencana nama. Ini bisa dengan mudah dirancang ke dalam proses 'kedatanga
n' – delegasi mungkin harus 'menandatangani' di' pada lembar kehadiran dan pelatih dapat memi
nta mereka untuk menulis sendiri nama di kartu nama. Kebetulan, yang terbaik adalah meminta o
rang untuk menulis sendiri alih-alih menyiapkannya terlebih dahulu dari data perusahaan
6. Buku kerja untuk kursus yang dipimpin pelatih
Mengapa memiliki buku kerja delegasi? Berikut beberapa alasannya:
• Kursus pelatihan yang baik akan secara aktif melibatkan delegasi.
Mereka mungkin diminta untuk menyelesaikan tugas, atau untuk mengurutkan daftar pilihan, ata
u melakukan tugas interaktif lainnya. Tentu saja, mereka dapat menulis ini di memokertas, tetapi
ada nilai lebih jika tugas-tugas ini ditulis dalam sebuah karya buku, yang bertindak sebagai fokus.
• Delegasi juga dapat menulis poin tindakan di buku kerja mereka di seluruhkursus. 'Ah Ha!' mo
men – realisasi tiba-tiba itu atau saat-saat kebenaran yang mengarah pada perubahan perilaku ata
u sikap. Delegasi perlu tempat untuk menuliskannya – atau merekacepat menghilang. Mari kita a
sumsikan Anda telah memutuskan untuk memiliki buku kerja delegasi – sekarang Andaperlu me
mpertimbangkan apa yang harus berisi.
7. Delegasikan handout
Jika Anda menggunakan selebaran terpisah, pertimbangan desain yang sama berlaku untu
k buku kerja, dan sebagai tambahan:
• Apakah Anda akan memberikan file atau folder kepada delegasi untuk menyimpan handout seb
agaikursus berlangsung?
• Jika tidak, mereka mungkin mengalami kesulitan mengelola semua lembaran yang lepas darike
rtas.
• Bagaimana Anda akan mendistribusikan handout? Di awal setiapsesi atau di akhir?
8. Catatan pengarahan latihan
Jika Anda berencana untuk menggunakan tugas, permainan, atau latihan selama kursus A
nda atau lokakarya, Anda perlu menulis catatan pengarahan yang sesuai.
9. Lembar umpan balik
Banyak kursus membutuhkan delegasi untuk saling memberikan umpan balik, misalnyak
eterampilan presentasi, jadi Anda mungkin ingin menyiapkan beberapa umpan standar kembali b
entuk. Manfaat utamanya adalah mengarahkan pengamat ke masalah mereka perlu fokus, sehing
ga pelatih bisa lebih yakin tentang kualitasnya dan relevansi umpan balik yang akan diberikan
10. Periferal kursus
Banyak tergantung pada skala kursus atau acara dan yang sesuai anggaran Anda dapat me
minta, tetapi beberapa hal yang perlu dipertimbangkan termasuk:
• pakaian tim untuk memperkuat identitas tim, atau memperkuat gambaran besar;
• 'mendandani' ruang pelatihan agar sesuai dengan tema keseluruhan;
• perubahan harian untuk menjaga tempat tetap terlihat segar, atau terhubung dengan perubahan t
ema;
• poster yang merangsang dan periferal lainnya;
• video promosi;
• lencana nama pribadi, pelat nama meja, dan bendera negara/perusahaan di atas meja;
• kertas kop untuk materi kursus atau lokakarya dengan logo acara;
• buku catatan dan binder untuk delegasi dengan logo acara;
• barang hadiah, misalnya set pena/pensil, papan klip;
• foto kursus;
• lembar berita harian yang menyoroti peristiwa atau aktivitas utama
11. Sponsor 'keluar'
Kami telah menekankan sepenuhnya pentingnya mendapatkan Anda sponsor untuk 'mena
ndatangani' pada setiap tahap kunci dari proses desain. Sebelum lanjutkan, konfirmasikan bahwa
sponsor Anda puas dengan detailnya desain.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang berjudul “Analisis kebutuhan belajar individu sebagai
dasar dalam menentukan diklat yang dibutuhkan” ini yaitu sebuah pelaksanaan program diklat
tidak akan berjalansesuai dengan rencana tanpa adanya analisis kebutuhan diklat terlebih
dahulu.Konsep dasar sebuah diklat yaitu meliputi sebuah pemahaman mengenai pengertian
pendidikan, pengertian pelatihan serta perbedaan dari keduannya. mengenai pemahaman tentang
apa saja kebutuhan diklat yang dibutuhkan dan bagaimana prosedur analisis kebutuhan program
diklat tersebut.
3.2Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauhdari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas
DAFTAR PUSTAKA

http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/konsep-pendidikan-danpelatihan.
html,
https://ahlipresentasi.com/bagaimana-cara-melakukan-analisa kebutuhan-
pelatihan- secara-efektif/
https://amrianihamzah.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar analisis-
kebutuhan- diklat.html,
https://bdksemarang.kemenag.go.id/upaya-peningkatan-mutu diklat-
melalui- kegiatan-analisis-kebutuhan-diklat-akd/ ,
https://edutrial.wordpress.com/2012/05/05/analisis-kebutuhan diklat-
training-needs- assessment/ ,
Konsep_Dasar_Pendidikan_dan_Latihan,
https://www.slideshare.net/RoyadiNusa/pengertian-diklat-ii,
https://www.zonareferensi.com/pengertian-pendidikan/,
https://www.mditack.co.id/2020/07/06/5-hal-paling-penting-dalam-pelatihan-karyawan-
pengembangan-sdm/

Anda mungkin juga menyukai