Anda di halaman 1dari 8

 Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang
menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan, duduk, pulang,
tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain-lain.

Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:

a. Ular yang mati itu sangat panjang .

b. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.

c. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat.

d. Kakak suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.

e. Ayah sampai di rumah jam 9 malam, ketika aku sedang tidur.

 Kata berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan, akhiran,
sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari
kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut.

a. Macam-Macam Imbuhan

Dalam bahasa Indonesia ada 4 macam imbuhan yaitu:

V Awalan (Prefiks)

Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-imbuhan yang
termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, ke-, di-, ter-, pe-, dan se-.

· Me-

Awalan me- bisa berubah menjadi beberapa macam bentuk diantaranya adalah men-, meng-, meny-,
mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya dan makna
yang akan dibentuk. Berikut makna dari imbuhan me- yang menyatakan suatu perbuatan aktif:
mengambil, menyiram, mengesampingkan, mempertahankan.

· Ber-

Awalan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-. Perubahan-perubahan
tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Imbuhan ber- memiliki beberapa macam makna yaitu:

Menyatakan kepunyaan : Beranak, berotot, beruang

Menyatakan penggunaan : Bersepeda, bermotor

Menyatakan kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja

Menyatakan jumlah : Berdua, bertiga


Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.

· Ke-

Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna untuk menyatakan
urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst.

· Di-

Imbuhan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata dasar bermakna pasif.
Contoh: di + siram = disiram, dilihat, dipukul.

· Ter-

Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif. Namun, imbuhan ter-
cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Selain kata kerja pasif, imbuhan ter-
memiliki beberapa macam makna yaitu:

Menyatakan sifat: Terpandai, terbaik, terhebat

Menyatakan ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal

Menyatakan keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci

Menyatakan kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh

· Pe-

Awalan pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang terjadi pada awalan me- yaitu:
peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe- adalah sebagai berikut:

Menyatakan pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar, pemanis, pemutih

Menyatakan pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik

Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah

Menyatakan sifat: pemalu, pemaaf

· Se-

Imbuhan se- membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:

Menyatakan satu: selembar, sepotong, sebiji

Menyatakan keseluruhan: sekelas, sekampung, sekota

Menyatakan sifat: sepandai, secantik, sebesar

V Sisipan (infiks)

Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk sisipan antara
lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- + getar = gemetar. Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang
memiliki makna sebagai berikut:

Menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali

Menyatakan sifat: temurun, telunjuk, gelembung, gemetar


V Akhiran (sufiks)

Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada beberapa macam bentuk
imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.

-kan

Imbuhan kan memberikan kata dasar memiliki makna sebagai berikut:

Menyatakan perintah: Dengarkan, ambilkan, pejamkada

-I

Akhiran –I membetuk kata dasar menjadi kata yang bermakna sebagai berikut:

Menyatakan perintah: turuti, kuliti, gelitiki

· -an

Akhiran –an membentuk kalimat menjadi bermakna sebagai berikut:

Menyatakan tempat: lapangan, kubangan, pangkalan

Menyatakan alat: timbangan, garisan

Menyatakan suatu hal atau objek tertentu: gambaran, lukisan, lamaran, didikan

Menyatakan keseluruhan: lautan

Menyatakan bagian: satuan, kiloan, tahunan, mingguan

Menyatakan kemiripan: mobil-mobilan, kuda-kudaan

· -kah, -tah

Akhiran –kah dan -tah membentuk kata dasar sehingga memiliki makna:

Menyatakan penegasan dalam pertanyaan: bukankah, sulitkah, mudahkah, iyatah, rugitah,


panjangtah

· -pun

Akhiran –pun membentuk kata dasar yang bermakna:

Memiliki makna seperti “juga”: merekapun, diapun, sayapun

V Awalan-akhiran (Konfiks)

Konfliks adalah imbuhan yang diletakan pada bagian awal dan akhir kata. Imbuhan-imbuhan konfiks
diantaranya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya.

· Me-kan, Me-i

Imbuhan me-kan bisa berubah menjadi memper-kan, menye-kan. Imbuhan-imbuhan tersebut


memiliki makna sebagai berikut:

Menyatakan kegiatan aktif: mengirimkan, memantulkan, menggembirakan, menelatarkan,


mengirimi, meyambangi, dll.

· Di-kan, Di-i
Imbuhan di-kan dan di-i memiliki makna yang sama dengan imbuhan me-kan, tetapi imbuhan ini
membentuk kata kerja pasif.

Contoh: Dikirimkan, dipantulkan, digembirakan, ditelantarkan, dikirimi, dilempari, dll.

· Pe-an

Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut:

Menyatakan suatu hal atau perbuatan: pendidikan, pengangguran, perampokan, pemeriksaan.

Menyatakan suatu proses: Pendaftaran, pembentukan, pembuatan.

Menyatakan tempat: penampungan, pemandian, pegunungan.

· Se-nya

Imbuhan se-nya membentuk kata dasar sehingga memiliki makna sebagai berikut:

Menyatakan tingkatan atau pengulangan: Sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya, secantik-cantiknya.

 Kata Ulang

Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar. Pengulangan ini dapat
memiliki atau menciptakan arti baru. Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu:

a. Pengulangan seluruh

Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan. Misalnya buku – buku, anak –
anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain – lain.

Contoh dalam bentuk kalimat:

V Kami mengumpulkan buku – buku untuk anak – anak korban kebanjiran.

V Ibu – ibu PKK menghadiri acara yang dilaksanakan oleh ibu walikota pada hari minggu besok.

V Tanah longsor menimbun rumah – rumah yang ada di kampung Duren pada hari selasa yang lalu.

b. Pengulagan sebagian

Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang mengalami pengulangan hanya
pada bagian awal atau akhirnya saja.Misalnya tetangga, pepohonan, perumahan, perbukitan, dan
lain – lain.

Contoh dalam bentuk kalimat:

V Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran tetangga mencurigainya.

V Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat indah.

V Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit akibatnya terjadi tanah longsor.
Andhika. 2010. “Kata majemuk dan kata ulang dalam bahasa indonesia yang
benar”http://www.kelasindonesia.com/2015/05/pengertian-dan-contoh-kata-dasar-turunan-
majemuk-dan-kata-ulang.html. Diakses 5 Maret 2016.

Ramli, Lili. 2011. “Bahasa Indonesia Resensi Buku”http://liliramli.guru-indonesia.net/artikel_detail-


30652.html. Diakses 5 Maret 2016

 Gabungan Kata

Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,

unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya: duta besar, kereta api, kambing hitam, rumah sakit.

Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya: anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru.

d) Gabungan kata berikut ditulis serangkaian.

Misalnya: barangkali, kacamata, matahari, olahraga.

 Pemenggalan kata

Setyawati (2010: 171) menjelaskan bahwa pemenggalan kata atau persukuan


diperlukan apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi
pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir
ujung baris, bukan di bawah ujung garis. Perlu juga diketahui, suku kata atau
imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat satu
huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Sering kita jumpai pemenggalan kata
yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Berikut ini akan diuraikan
satu per satu bentuk-bentuk kesalahan pemenggalan kata.
 A. Kesalahan Pemeggalan Dua Vokal yang Berurutan di Tengah Kata. Contoh:
 Bentuk Baku
 Bentuk Tidak Baku
 La-in
 La – in
 Sa-at
 Sa – at
 Da-un
 Da – un
 Au-la
 A-ula
 Am-boi
 A – mboi
 Sau-da-ra
 Sa-u-da-ra
 Pan-tai
 Pant-ai

 Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua vokal yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut. Fonem diftong
/ai/, /au/, dan /oi/ tidak pernah diceraikan. Apabila memenggal atau menyukukan
sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-suku kata itu
dengan tidak mendahului atau diikuti spasi.
 B. Kesalahan Pemenggalan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata. Contoh:

 Bentuk Baku
 Bentuk Tidak Baku
 Se-ret
 Ser-et
 Pa-man
 Pam-an
 Ba-ngun
 Ban-gun
 Akh-lak
 Ak-hlak
 Ma-sya-ra-kat
 Mas-ya-ra-kat
 I-sya-rat
 Is-ya-rat

 Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada konsonan di antara
dua vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut. Selain itu, karena ng,
ny, sy, dan khmelambangkan satu konsonan; gabingan huruf itu tidak pernah
diceraikan, sehingga pemenggalan suku kata terdapat sebelum atau sesudah
pasangan huruf itu.
 C. Kesalahan Pemengggalan Dua Konsonan Bebrurutan di Tengah Kata. Contoh:
 Bentuk Baku
 Bentuk Tidak Baku
 Ap-ril
 A-pril
 Mer-de-ka
 Me-rde-ka
 Cap-lok
 Ca-plok
 Mak-sud
 Ma-ksud
 Swas-ta
 Swa-sta

 Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua konsonan
bebrurutan, pemenggalan terdapat di antara kedua konsonan tersebut.
 D. Kesalahan Pemenggalan Tiga Konsonan Atau Lebih di Tengah Kata. Contoh:
 Bentuk Baku
 Bentuk Tidak Baku
 Ab-strak
 Abs-trak
 In-fra
 Inf-ra
 Ben-trok
 Bent-rok
 In-stan-si
 Ins-tan-si
 Kon-truk-si
 Konst-ruk-si
 In-stru-men
 Ins-tru-men

 Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada tiga konsonan atau
lebih, maka pemenggalan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama
termasuk /ng/, /ny/, /sy/, dan /kh/ dengan konsonan yang kedua.
 E. Kesalahan Pemenggalan Kata Berimbuhan. Contoh:
 Bentuk Baku
 Bentuk Tidak Baku
 Pem-ber-da-ya-an
 Pe-mber-da-ya-an
 Meng-a-ku-i
 Me-nga-ku-i
 Bel-a-jar
 Be-la-jar
 Ge-me-ri-cik
 G-em-eri-cik
 Meng-a-nak-ti-ri-kan
 Menga-nak-ti-ri-kan

 Kaidah pemenggalan yang benar adalah imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks)
termasuk yang mengalami perubahan bentuk biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.
 F. Kesalahan Pemenggalan Nama Diri. Contoh:
 Bentuk Baku
 Bentuk Tidak Baku
 Imam Nurzaman
 I-mam Nur-zaman
 Nur Komari Saputri
 Nur-Ko-ma-ri Sa-pu-tri
 Pratiwi Sulistyowati
 Pra-ti-wi- Su-lis-tyo-wa-ti

 Kaidah pemenggalan yang benar adalah nama orang harus diusahakan tidak
dipenggal atas suku-suku katanya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah
pemisahan nama orang tua atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan
seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai